• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyalahgunaan Wewenang oleh Lurah Dalam Membuat Surat Keterangan Tanah Yang Berfungsi Sebagai Alas Hak Atas Tanah Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 593 5707 SJ, TAHUN 1984)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyalahgunaan Wewenang oleh Lurah Dalam Membuat Surat Keterangan Tanah Yang Berfungsi Sebagai Alas Hak Atas Tanah Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 593 5707 SJ, TAHUN 1984)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

Pentingnya Pendaftaran Tanah untuk mewujudkan kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah seperti yang diharapkan sesuai apa yang dikatakan pada pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria, ternyata memiliki kendala yang tidak sedikit dan tidak mudah, baik dari warga masyarakat pemegang hak atas tanah sendiri karena masih minim pengetahuan mereka terhadap pentingnya pendeftaran tanah untuk melindungi hak mereka maupun karena lemahnya pengetahuan mereka terhadap pendaftaran tanah, dan perilaku aparat pelaksananya yang ternyata memiliki kepentingan tersendiri terhadap hak atas tanah bagi warganya sendiri.

Hal ini sangat sulit untuk dipercaya, tapi ternyata ada dan tidak boleh disembunyikan agar masalah kendala pendaftaran tanah dapat dipecahkan dan dicari jalan keluarnya dengan bijak sana tanpa bermaksud melukai hati rakyat kecil pemegang hak atas tanah yang tak berdaya maupun tanpa bermaksud untuk merusak reputasi pejabat pemerintah sebagai pelaksana pendaftaran tanah tersebut

Pada saat Belanda menjajah Republik Indonesia, . dualisme hukum Agraria sengaja dijalankan dengan tujuan membodohi rakyat penganut hukum adat dengan alasan bahwa rakyat tidak punya bukti kepemilikan hak atas tanah yang diakuinya sehinga dengan alasan itu Belanda merasa berhak untuk merampas tanah rakyat Indonesia dengan sewenang-wenang dan tanpa belas kasihan. Kini kenyataan itu juga sepertinya dirasakan juga oleh pemegang hak atas tanah yang berasal dari tanah Negara yang masih belum memiliki bukti kepemilikan hak atas tanahnya karana pihak aparat desa sebagai aparat yang biasa membantu membuatkan surat keterangan tanah maupun alas hak atas tanah tidak bersedia membantu bahkan menekan pemegang hak atas tanah dari golongan ini dengan alasan hak atas tanahnya tidak memiki bukti kepemilikan dan oknum aparat ini dengan mudah menuduh pemegang hak atas tanah yang berasal dari tanah Negara ini sebagai penggarap liar dari pemilik lahan yang telah ditentukannya siapa pemiliknya kemudian dengan sewemamg-wenang merampas lahan milik warganya dan mengalihkan kepada pihak lain tanpa belas kasihan.

Mungkin ini hanya oknum aparat, tapi tidak seharusnya hal ini dibiarkan terlalu lama sehingga melukai hati rakyat kecil dan menjadikan hal ini biasa bagi pejabat yang berwenang untuk mendapatkan tanah rakyat dengan berbagai cara dan berbagai alasan serta sistem hukum yang membuat masyarakat dari golongan yang harusnya dilindungi dan dibantu menjadi bulan-bulanan oleh aparatnya sendiri maupun karena sistem hukum yang semakin menekan dan menyudutkannya dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh akalnya maupun oleh hatinya

Kata Kunci: Penyalahgunaan wewenang adalah perlakuan sewenang-wenang aparat terhadap pemegang hak atas tanah dengan menggunakan jabatannya.

(2)

ii ABSTRACT

Legality of the legal basis for land brings about many legal problems because there is still the difference in concept of controlling on land based on the prevailing positive legal provisions; besides that, it is assumed that there is an indication of criminal act in the process of registering land rights so that there is no legal certainty for the land owner, the third party, or those who had real property rights on the land. The problem of the research was about the power abuse by lurah (village headman) in issuing Certificate of Clarification of Land which functioned as the legal basis for land, based on the Circular Letter of the Minister of Internal Affairs No. 593/5707.SJ/1984.

The research used judicial normative method since it used secondary data, while the research specification was descriptive analytic. It was expected that the research would provide comprehensive description on how far the implementation done by Agrarian Law instruments with Lurah and Camat (Subdistrict Head) in issuing Certificate of Clarification of Land which functioned as the Legal Basis for Land.

The result of the research showed that the Certificate of Clarification of Land, issued by Lurah and acknowledged by Camat evidently caused dispute since there was overlapping ownership. It could not be solved by both Lurah and Camat so that the Circular Letter of the Minister of Internal Affairs No. 593/5707/SJ/1984 cancelled the authority of the Subdistrict Head in giving the license of clearing land. The fact, however, was that both Lurah and Camat had abused their authority which harmed other people; for examples, crime and violation on physical and judicial data and giving falsified data concerning the land done by Lurah, Camat, and the person who requested for the rights. It is recommended that the police should be pro-active in proving the crime to be processed according to the prevailing regulations and not giving permission by arguing that it is not their authority since a land case belongs to the civil case.

Keywords: Power Abuse, Lurah, Certificate of Clarification of Land, Legal Basis on Land

Referensi

Dokumen terkait

dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau pihak lain yang

Atas ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang- Undang Pokok Agraria,kepada pemegang hak atas tanah diberikan wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula

Sebagaimana disebutkan dalam paoal 19 Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), bahwa pendaftaran tanah antara lain meliputi pemberian surat-aurat tonda bukti hak yang berla-.. ku