PENYALAHGUNAAN WEWENANG OLEH LURAH DALAM MEMBUAT SURAT KETERANGAN TANAH YANG BERFUNGSI SEBAGAI ALAS HAK
ATAS TANAH BERDASARKAN SURAT EDARAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 593/5707/SJ, TAHUN 1984)
TESIS
Oleh
ENDANG SRI WAHYUNI
127011033/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENYALAHGUNAAN WEWENANG OLEH LURAH DALAM MEMBUAT SURAT KETERANGAN TANAH YANG BERFUNGSI SEBAGAI ALAS HAK
ATAS TANAH BERDASARKAN SURAT EDARAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 593/5707/SJ, TAHUN 1984)
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ENDANG SRI WAHYUNI
127011033/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : PENYALAHGUNAAN WEWENANG OLEH
LURAH DALAM MEMBUAT SURAT
KETERANGAN TANAH YANG BERFUNGSI
SEBAGAI ALAS HAK ATAS TANAH
BERDASARKAN SURAT EDARAN MENTERI
DALAM NEGERI NOMOR 593/5707/SJ, TAHUN 1984)
Nama Mahasiswa : ENDANG SRI WAHYUNI
Nomor Pokok : 127011033
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)
Pembimbing Pembimbing
(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) (Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Telah diuji pada
Tanggal : 10 Agustus 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum
2. Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ENDANG SRI WAHYUNI
Nim : 127011033
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : PENYALAHGUNAAN WEWENANG OLEH LURAH DALAM MEMBUAT SURAT KETERANGAN TANAH YANG BERFUNGSI SEBAGAI ALAS HAK ATAS
TANAH BERDASARKAN SURAT EDARAN
MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 593/5707/SJ, TAHUN 1984)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama : ENDANG SRI WAHYUNI
i
ABSTRAK
Pentingnya Pendaftaran Tanah untuk mewujudkan kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah seperti yang diharapkan sesuai apa yang dikatakan pada pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria, ternyata memiliki kendala yang tidak sedikit dan tidak mudah, baik dari warga masyarakat pemegang hak atas tanah sendiri karena masih minim pengetahuan mereka terhadap pentingnya pendeftaran tanah untuk melindungi hak mereka maupun karena lemahnya pengetahuan mereka terhadap pendaftaran tanah, dan perilaku aparat pelaksananya yang ternyata memiliki kepentingan tersendiri terhadap hak atas tanah bagi warganya sendiri.
Hal ini sangat sulit untuk dipercaya, tapi ternyata ada dan tidak boleh disembunyikan agar masalah kendala pendaftaran tanah dapat dipecahkan dan dicari jalan keluarnya dengan bijak sana tanpa bermaksud melukai hati rakyat kecil pemegang hak atas tanah yang tak berdaya maupun tanpa bermaksud untuk merusak reputasi pejabat pemerintah sebagai pelaksana pendaftaran tanah tersebut
Pada saat Belanda menjajah Republik Indonesia, . dualisme hukum Agraria sengaja dijalankan dengan tujuan membodohi rakyat penganut hukum adat dengan alasan bahwa rakyat tidak punya bukti kepemilikan hak atas tanah yang diakuinya sehinga dengan alasan itu Belanda merasa berhak untuk merampas tanah rakyat Indonesia dengan sewenang-wenang dan tanpa belas kasihan. Kini kenyataan itu juga sepertinya dirasakan juga oleh pemegang hak atas tanah yang berasal dari tanah Negara yang masih belum memiliki bukti kepemilikan hak atas tanahnya karana pihak aparat desa sebagai aparat yang biasa membantu membuatkan surat keterangan tanah maupun alas hak atas tanah tidak bersedia membantu bahkan menekan pemegang hak atas tanah dari golongan ini dengan alasan hak atas tanahnya tidak memiki bukti kepemilikan dan oknum aparat ini dengan mudah menuduh pemegang hak atas tanah yang berasal dari tanah Negara ini sebagai penggarap liar dari pemilik lahan yang telah ditentukannya siapa pemiliknya kemudian dengan sewemamg-wenang merampas lahan milik warganya dan mengalihkan kepada pihak lain tanpa belas kasihan.
Mungkin ini hanya oknum aparat, tapi tidak seharusnya hal ini dibiarkan terlalu lama sehingga melukai hati rakyat kecil dan menjadikan hal ini biasa bagi pejabat yang berwenang untuk mendapatkan tanah rakyat dengan berbagai cara dan berbagai alasan serta sistem hukum yang membuat masyarakat dari golongan yang harusnya dilindungi dan dibantu menjadi bulan-bulanan oleh aparatnya sendiri maupun karena sistem hukum yang semakin menekan dan menyudutkannya dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh akalnya maupun oleh hatinya
ii
ABSTRACT
Legality of the legal basis for land brings about many legal problems because there is still the difference in concept of controlling on land based on the prevailing positive legal provisions; besides that, it is assumed that there is an indication of criminal act in the process of registering land rights so that there is no legal certainty for the land owner, the third party, or those who had real property rights on the land. The problem of the research was about the power abuse by lurah (village headman) in issuing Certificate of Clarification of Land which functioned as the legal basis for land, based on the Circular Letter of the Minister of Internal Affairs No. 593/5707.SJ/1984.
The research used judicial normative method since it used secondary data, while the research specification was descriptive analytic. It was expected that the research would provide comprehensive description on how far the implementation done by Agrarian Law instruments with Lurah and Camat (Subdistrict Head) in issuing Certificate of Clarification of Land which functioned as the Legal Basis for Land.
The result of the research showed that the Certificate of Clarification of Land, issued by Lurah and acknowledged by Camat evidently caused dispute since there was overlapping ownership. It could not be solved by both Lurah and Camat so that the Circular Letter of the Minister of Internal Affairs No. 593/5707/SJ/1984 cancelled the authority of the Subdistrict Head in giving the license of clearing land. The fact, however, was that both Lurah and Camat had abused their authority which harmed other people; for examples, crime and violation on physical and judicial data and giving falsified data concerning the land done by Lurah, Camat, and the person who requested for the rights. It is recommended that the police should be pro-active in proving the crime to be processed according to the prevailing regulations and not giving permission by arguing that it is not their authority since a land case belongs to the civil case.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
rahmat hidayah-Nya karena perkenannya pula Penulis dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini dengan judul “ Penyalahgunaan Wewenang oleh Lurah Dalam Membuat
Surat Keterangan Tanah yang berfungsi Sebagai Alas Hak Atas Tanah Menurut Surat
Edaran Menteri Nomor 593/5707/SJ., tahun 1984 tentang Pencabutan Wewenang
Kepala Kecamatan Untuk Memerikan ijin Membuka Tanah”, yang disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi
Megister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumetera Utara.
Pada penulisan tesis ini banyak pihakk yang telah memberikan bantuan moril
berupa bimbingan dan arahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
ini, oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada
komisi pembimbing , yang terhormat Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN., Ibu Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN., M.Hum., dan Bapak Dr. H. Syahril Sofyan, SH., MKn.
Selanjutnya Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Subhilhar, PhD.Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Runtung. SH. M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
iv
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum., Selaku Seketaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara
5. Bapak-Bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar dan juga para karyawan
Biro Administrasi pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
6. Para pegawai/Karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Sumatera Utara.
7. Rekan-rekan mahasiswa pada Program Studi Megister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2012.
8. Komandan Pangkalan Utama TNI AL I , beserta Kadiskum TNI AL beserta staf
di Pangkalan Utama TNI AL Belawan yang telah banyak membantu penulis di
dalam pengumpulan data yang sangat berguna untuk penulisan ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Teristimewa dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang tercinta kedua orang tua Penulis, Ayahanda dan Bunda tercinta yang telah
memberikan doa, perhatian dan kasih saying serta dukungannya kepada Penulis.
Penulis berharap semoga perhatian dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan
balasan yang sebaik-baiknya dari Tuhan Yang Maha Esa.Penulis menyadari bahwa
penulisan tesis ini jauh dari sempurna, walaupun demikian Penulis mengharapkan
semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2015 Penulis
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Endang Sri Wahyuni
Tempat/TanggalLahir : Medan, 03 Mei 1968
Alamat : BTN TNI AL Blok AQ No. 9 Kel. Besar, Kec.
Medan Labuhan
JenisKelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Ayah : FailiSiran
Nama Ibu : Fatimah
II. PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD Negeri 060863 Medan (Lulus 1983)
Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 9 atau sekarang SMP Negeri
11 Medan (Lulus 1986)
Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 3 Medan (Lulus tahun 1989)
S1 Universitas : Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (Lulus tahun 1997)
Diploma III : Bidang Ilmu Administrasi Pertanahan
S1 Universitas : Departemen Pendidikan Nasional Universitas Terbuka (Lulus tahun 02 April 2002) dengan Gelar Sarjana Ilmu Politik atau di singkat S.IP.,
S1 Universitas : Departemen Pendidikan Nasional Universitas Padjadjaran Bandung (Lulus, 28 April 2003) dengan Gelar Sarjana Hukum (SH)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR ISTILAH ASING ... ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 18
C. Tujuan Penelitian ... 18
D. Manfaat Penelitian ... 19
E. Keaslian Penelitian ... 20
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 21
1. Kerangka Teori ... 21
2. Kerangka Konsepsi ... 32
G. Metode Penelitian ... 34
BAB II PERAN KEPALA DESA ATAU LURAH DAN CAMAT DALAM KEIKUT SERTAANNYA UNTUK MELAKSANAKAN PENDAFTARAN TANAH ... 37
A. Kepala Desa dan Lurah ... 37
B. Camat ... 39
C. Alas Hak Atas Tanah ... 42
D. Peran Kepala Desa/Lurah dan Camat dalam Pendaftaran Tanah melalui PRONA ... 48
vii
BAB III TANGGUNG JAWAB LURAH DAN CAMAT TERHADAP
ALAS HAK YANG TELAH DIKELUARKANNYA
TERNYATA TELAH TERDAFTAR ATAS NAMA ORANG
LAIN... 54
A. Tanggung Jawab Lurah dan Camat Terhadap Surat Keterangan Tanah Yang dibuatnya ... 54
B. Prosedur dan Tata Cara Camat sebagai PPAT Sementara Dalam Melaksanakan Pembuatan Akta Jual-Beli Hak Atas Tanah... 56
1. Para Penghadap Tidak Saling Berhadapan ... 58
2. Pengecekan Sertipikat ... 60
3. Pembuatan Surat Pernyataan Calon Penerima Hak ... 60
4. Penelitian terhadap Objek Sengketa ... 60
5. Penyiapan 2 (Dua) Orang Saksi ... 61
6. Teknis Pengisian Blanko ... 62
a. Pembacaan Akta Kepada Para Pihak ... 62
b. Sanksi Hukum terhadap Camat sebagai PPAT Sementara yang Tidak Melaksanakan Kewajibannya Sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku ... 63
c. Penyimpangan Prosedur Sesuai Fakta ... 64
d. Penyalahgunaan Wewenang ... 65
BAB IV UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT UNTUK MEMPERTAHANKAN HAK ATAS TANAHNYA JIKA HAKNYA TERBUKTI DISELEWENGKAN OLEH OKNUM APARAT DESA/LURAH MAUPUN CAMAT ... 82
A. Upaya Hukum Yang Dapat Dilakukan oleh Masyarakat Untuk Mempertahankan Hak Atas Tanahnya ... 82
B. Penyelesaian Sengketa Pertanahan Melalui Badan Peradilan... 86
1. Pengadilan Umum ... 86
2. Gugatan Perdata Sengketa Tanah di Pengadilan Umum ... 108
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117
A. Kesimpulan ... 117
B. Saran ... 119
ix
DAFTAR ISTILAH ASING
1. Atribusi : Kewenangan oleh pembuat undang-undang sendiri kepada suatu organ pemerintah, baik yang sudah ada maupun yang baru sekali, seperti MPR, sebagai pembentuk konstitusi dan DPR bersama- sama Pemerintah sebagai yang melahirkan undang-undang, dan untuk tingkat daerah adalah DPRD, dan pemerintah daerah yang melahirkan peraturan daerah yang melahirkan peraturan daerah, atribusi, merupakan wewenang untuk membuat keputusan, kewenangan atribusi diperoleh dari UUD 1945.
2. Bedrog : Penimpuan
3. Besluit : Ketetapan yang bersifat konstitutif
4. Conceptus : Sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.
5. Deelneming : Penyertaan / turut serta
6. Doelmatige : Ketetapan itu tidak memenuhi tujuan peraturan dasarnya.
7. Detournement Pouvoir : Telah terjadi penyalahgunaan wewenang
8. Dwaling : Kesalahan
9. Delegasi : Adalah penyerahan wewenang yang dimiliki oleh pemerintah kepada organ yang lain, dalam delegasi ada suatu penyerahan wewenang, yaitu telah diberikan oleh pemberi delegasi selanjutnya menjadi tanggung jawab penerima wewenang. Delegasi harus ditetapkan, tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu.
x
sebagai pemilik, yaitu warga Negara Indonesia, yang berkewarganegaraan tunggal atau badan hukum yang ditunjuk sebagai yang dapat mempunyai hak milik (pasal 1 ayat 1) 11. Legal Statement : Pernyataan
12. Legalisasi : Pengesahan
13. Materiel Wederrechtelihkheid : Asas melawan hukum materiel
14. Opstal : Pada mula-mula berlakunya Undang-undang Pokok Agraria, sejak saat itu menjadi Hak Guna Bangunan, tersebut dalam Pasal 35 ayat (1) yang berlangsung selama sisa waktu Hak Opstal tersebut, tetapi selama-lamanya 20 tahun.
15. Rechtsplicht : Suatu perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum
16. Rechtsgerechtiqheid : Mewujudkan keadilan
17. Rechtstzekerheid : Kepastian Hukum
18. Rechtsuliteit : Kemanfaatan
19. Sertipikat : Salinan buku tanah dan surat ukur, setelah dijilid menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya ditetapkan dengan peraturan. Sertifikat merupakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian kuat.
20. Stellionaat : Kejahatan berupa penggelapan hak atas barang tidak bergerak seperti tanah, rumah dan sawah.