• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG PADA PERUSAHAAN X. Oleh NENNY PEBRIANI H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG PADA PERUSAHAAN X. Oleh NENNY PEBRIANI H"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG

PADA PERUSAHAAN X

Oleh

NENNY PEBRIANI

H24061801

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Perusahaan X. Di bawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto.

Penjualan dan piutang usaha perusahaan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2008, akan tetapi pos laba operasi bersih yang semula mengalami peningkatan ternyata mengalami penurunan di tahun 2008. Mengingat sistem penjualan yang digunakan oleh perusahaan adalah sistem penjualan secara kredit, maka peningkatan volume penjualan akan berdampak langsung bagi peningkatan jumlah piutang. Apabila peningkatan jumlah piutang tidak diikuti dengan pengelolaan yang baik maka piutang yang diharapkan berakhir dengan penerimaan kas dikhawatirkan akan berubah menjadi piutang tak tertagih dan menyebabkan laba yang diterima menjadi berkurang. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengidentifikasi gambaran mengenai praktek manajemen piutang, (2) untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan tingkat efektivitas manajemen piutang dan (3) untuk mengidentifikasi kinerja dan mengetahui keefektifan pengelolaan manajemen piutang. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juni 2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (wawancara dengan pihak manajemen perusahaan) dan data sekunder (laporan keuangan perusahaan dari tahun 2007 hingga tahun 2009, skripsi, buku-buku dan artikel yang terkait dengan penelitian). Data tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan beberapa metode, yaitu analisis 5C, analisi rasio keuangan, analisis investasi piutang, analisi horizontal, analisis vertical dan analisis umur piutang. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengelolaan manajemen piutang pada Perusahaan X belum efektif. Angka rasio likuiditas yang terlalu tinggi menimbulkan kecurigaan bahwa perusahaan memiliki piutang yang telah lama terjadi dan sulit untuk di tagih. Rendahnya angka rasio perputaran piutang serta tingginya angka rasio penagihan rata-rata menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu melakukan penagihan piutang dengan baik. Dari analisis umur piutang pelanggan diketahui bahwa masalah yang sering terjadi adalah masalah keterlambatan pembayaran serta ketidaksesuaian jumlah piutang dengan jumlah yang terjadi.

(3)

ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG

PADA PERUSAHAAN X

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NENNY PEBRIANI

H24061801

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Nama : Nenny Pebriani

Nim : H24061801

Menyetujui

Dosen Pembimbing,

( Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc) NIP : 194912101978031002

Mengetahui : Ketua Departemen,

( Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 196101231986011002

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nenny Pebriani dilahirkan di Bogor pada tanggal 01 Februari 1988. Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Sumarno dan Srimami.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di TK Al-Musyarofah pada tahun 1994, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Kawung Luwuk 2 pada tahun yang sama. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 8 Bogor kemudian melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMAN 3 Bogor. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Tingkat Persiapan Bersama dan pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan ridho-Nya lah, sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas Manajemen Piutang pada Perusahaan X” ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul skripsi ini dipilih karena adanya ketertarikan penulis terhadap manajemen piutang pada Perusahaan X. Disamping hal tersebut, skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Tidak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien.

Bogor, Agustus 2010

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini baik secara moril maupun materiil. Ucapan terimakasih ini penulis ucapkan kepada:

1. Bapak, Ibu, serta kakak-kakakku (Mbak Susi, Mbak Naniek dan Alm. Mas Dian) yang dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan pengorbanannya selalu memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup, motivasi dan do’a yang tulus.

2. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

3. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec dan Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengarahannya.

4. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB.

5. Direksi, staf dan karyawan di Perusahaan X Jakarta yang telah memberikan informasi berharga sehingga penulis mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Seluruf staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.

7. Teman-teman satu tempat penelitian yaitu Yani dan Emil yang telah membantu dan berjuang bersama penulis.

8. Teman-teman satu bimbingan yaitu Maulisa, Ega, Lintang, Yunita, Lisma, Hari, Wiwid dan Rofiq yang telah bersama-sama berkonsultasi dan saling memberikan semangat.

9. Sahabat-sahabat ku di Manajemen 43 Yani, Nurul, Heni, Irma, Iis, Alin, Santi, Windry dan Irwan yang telah memberikan semangat dan dukungan pada penulis.

10. Sahabat-sahabatku Nanda, Apri, Icha, Thea dan Nur yang telah memberikan semangat dan dukungan pada penulis.

(8)

12. Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan ’43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT memberikan pahala atas semua kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.

Amien.

Bogor, Agustus 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN*

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Piutang ... 5

2.2 Kebijakan Kredit dan Penagihan ... 7

2.3 Penilaian Resiko Kredit dan Penyaringan Para Pelanggan ... 9

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang ... 10

2.5 Penelitian Terdahulu ... 12

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 14

3.1 Kerangka Penelitian ... 14

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 17

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 17

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 23

4.1 Sejarah Perusahaan ... 23

(10)

x

4.5 Prosedur Kegiatan ... 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...31

5.1 Pengelolaan Manajemen Piutang ... 31

5.2 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Piutang ... 31

5.2.1 Kebijakan Pemberian Piutang ... 32

5.5.2 Kebijakan Penagihan Piutang ... 33

5.5.3 Pemantauan Posisi Piutang Perusahaan ... 34

5.3 Analisis Kinerja Piutang ... 34

5.3.1 Analisis Kinerja Kebijakan Pemberian Kredit ... 34

5.3.1.1 Analisis 5C ... 34

5.3.1.2 Analisis Rasio Investasi Piutang ... 36

5.3.1.3 Analisis Rasio Solvabilitas ... 36

5.3.2 Analisis Kinerja Kebijakan Penagihan Piutang ... 37

5.3.2.1 Analisis Rasio Likuiditas ... 37

5.3.2.2 Analisis Rasio Aktivitas ... 39

5.3.3 Analisis Kinerja Pemantauan Posisi Piutang ... 41

5.3.3.1 Analisis Rasio Penagihan Rata-Rata ... 41

5.3.3.2 Analisis Horisontal ... 41

5.3.3.3 Analisis Vertikal ... 44

5.3.3.4 Analisis Umur Piutang ... 46

5.4 Keefektifan Pengelolaan Manajemen Piutang ... 50

5.5 Implikasi Manajerial ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

1. Kesimpulan ... 54

2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Keadaan Penjualan, kas, piutang dan laba operasi Perusahaan X ... 2

2. Analisis Investasi Piutang Tahun 2006-2008 ... 36

3. Rasio Solvabilitas Tahun 2006-2008 ... 37

4. Rasio Likuiditas Tahun 2006-2008 ... 38

5. Rasio Perputaran Piutang Tahun 2006-2008 ... 39

6. Rasio Penagihan Rata-rata tahun 2006-2008 ... 40

7. Analisis Horisontal Laba Rugi Tahun 2006-2008 ... 42

8. Analisis Horisontal Neraca Tahun 2006-2008 ... 43

9. Analisis Vertikal Laba Rugi Tahun 2006-2008 ... 44

(12)

1. Kerangka Penelitian ... 16

2. Denah kebun dan luas tiap blok ... 24

3. Struktur Organisasi Perusahaan X ... 27

4. Rasio Investasi Piutang Tahun 2007-2009 ... 36

5. Rasio Solvabilitas Tahun 2007-2009 ... 37

6. Rasio Likuiditas Tahun 2007-2009 ... 38

7. Rasio Perputaran Piutang Tahun 2007-2009 ... 39

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Alur Pikir ... 57

2. Batasan Permasalahan ... 58

3. Laporan Neraca Perusahaan X tahun 2006-2008 ... 59

4. Laporan Laba Rugi Perusahaan X tahun 2006-2008 ... 60

5. Analisis Trend (Horisontal) Laporan Laba Rugi Perusahaan X ... 61

6. Analisis Trend (Horisontal) Laporan Neraca Perusahaan X ... 62

7. Analisis Persentase Perkomponen (Vertikal) Laporan Laba Rugi Perusahaan X ... 63

8. Analisis Persentase Perkomponen (Vertikal) Laporan Neraca Perusahaan X ... 64

9. Analisis Umur Piutang Perusahaan A ... 65

10. Analisis Umur Piutang Hotel B ... 67

11. Analisis Umur Piutang Hotel C ... 69

12. Analisis Umur Piutang Hotel D ... 71

(14)

1.1 Latar Belakang

Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat maka perusahaan harus memiliki sebuah strategi yang tepat pula. Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk memperluas pasar dan meningkatkan volume penjualannya adalah dengan memberikan fasilitas atau keringanan-keringanan tertentu kepada pembeli. Suatu bentuk keringanan yang diberikan oleh penjual adalah penundaan pembayaran. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang atau industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Bagi pihak pembeli transaksi tersebut menimbulkan utang sedangkan bagi penjual menimbulkan piutang.

Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa yang akan datang karena terjadinya transaksi di masa lalu. Piutang juga dapat diartikan sebagai tagihan kepada perorangan atau badan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Penjualan kedit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang itu.

Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan. Menurut metode cash conversion cycle, piutang yang tidak diikuti dengan kegiatan penagihan yang baik akan menghambat cash flow perusahaan untuk membeli persediaan dan mempertahankan kegiatan operasional yang berakibat pada likuiditas. Jika peningkatan piutang tidak diikuti dengan usaha penagihan maka akan memperbesar jumlah piutang ragu-ragu pada perusahaan dan semakin besarnya piutang ragu-ragu maka likuiditas yang dimiliki perusahaan cenderung kecil.

(15)

2

Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit pada seluruh pelanggannya sehingga pengelolaan manajemen piutang merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perusahaan. Tabel 1. Keadaan Penjualan, Kas, Piutang dan Laba Operasi Perusahaan

(Dalam Rupiah).

Keterangan

Tahun

2006 2007 2008 Penjualan 3,586,067,859 3,799,142,588 4,465,267,873 Kas kantor Jakarta 3,341,461 3,723,110 34,476,292 Kas kantor jakarta

(Giro) 125,069,966 165,765,714 378,402,636 Kas kantor jakarta

(Deposito) 20,000,000 20,000,000 20,000,000 Piutang Usaha

865,337,012 1,234,003,576 1,341,335,637 Laba Operasi

Bersih 246,826,760 488,643,813 466,173,334

Sumber: Laporan keuangan perusahaan tahun (2006-2008)

Data tersebut menunjukkan bahwa penjualan dan piutang usaha perusahaan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2008, akan tetapi pos laba operasi bersih yang semula mengalami peningkatan ternyata mengalami penurunan di tahun 2008. Mengingat sistem penjualan yang digunakan oleh perusahaan adalah sistem penjualan secara kredit, maka peningkatan volume penjualan akan berdampak langsung bagi peningkatan jumlah piutang. Apabila peningkatan jumlah piutang tidak diikuti dengan pengelolaan yang baik maka piutang yang diharapkan berakhir dengan penerimaan kas dikhawatirkan akan berubah menjadi piutang tak tertagih dan menyebabkan laba yang diterima menjadi berkurang.

Dengan memperhatikan bahwa sangat penting piutang bagi kelangsungan hidup perusahaan maka penulis tertarik untuk membahas topik ini. Objek penelitian ini adalah Perusahaan X yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian.

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka permasalahan penelitian adalah:

1. Bagaimana gambaran mengenai praktek manajemen piutang pada Perusahaan X ?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menentukan tingkat efektivitas dari manajemen piutang pada Perusahaan X?

3. Bagaimana kinerja dan keefektifan pengelolaan piutang di Perusahaan X? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi gambaran mengenai praktek manajemen piutang. 2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mentukan tingkat efektivitas

manajemen piutang.

3. Untuk mengidentifikasi kinerja dan mengetahui keefektifan pengelolaan manajemen piutang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam penetapan kebijakan dan strategi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan manajemen atau pengelolaan piutang.

2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan referensi yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan topik yang sama.

(17)

4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini diarahkan pada bagaimana perusahaan melakukan pengelolaan piutang perusahaan yang dapat mempengaruhi keefektifan kinerja perusahaan. Penelitian ini difokuskan pada praktek manajemen piutang perusahaan, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang Perusahaan X, kinerja dan keefektifan manajemen piutang Perusahaan X.

(18)

2.1 Piutang

Banyak perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Piutang yang timbul dari penjualan semacam itu biasanya diklasifikasikan sebagai piutang usaha atau wesel tagih. Menurut Warren (2006), istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian signifikan dari total aktiva lancar perusahaan.

Secara umum piutang diklasifikasikan sebagai berikut: a. Piutang usaha

Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha (account receivable) semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari.

b. Wesel tagih

Wesel tagih (notes receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari.

c. Piutang lain-lain

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun, maka aktiva ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dengan judul investasi. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

Menurut Kieso, et al (2002), Piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan,

(19)

6

piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar (jangka pendek) atau piutang tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current receivables) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar (non-current receivables). Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca baik sebagai piutang dagang ataupun piutang nondagang.

Piutang dagang (trade receivables) adalah jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang, biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan, bisa disubklasifikasikan menjadi piutang usaha dan wesel tagih. Piutang usaha (accounts receivable) adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 hari sampai 60 hari dan merupakan akun terbuka yang berasal dari perluasan kredit jangka pendek. Wesel tagih (notes receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau transaksi lainnya. Wesel tagih dapat bersifat jangka pendek atau jangka panjang.

Piutang non-dagang (nontrade receivables) berasal dari berbagai transaksi dan dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan sesuatu. Sejumlah contoh piutang nondagang adalah:

1. Uang muka kepada karyawan dan staff. 2. Uang muka kepada anak perusahaan.

3. Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan. 4. Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran. 5. Piutang dividen dan bunga.

6. Klaim terhadap:

a) Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan. b) Terdakwa dalam suatu perkara hukum.

c) Badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak.

d) Perusahaan pengangkutan untuk barang yang dikembalikan, rusak atau hilang.

(20)

f) Pelanggan untuk barang-barang yang dapat dikembalikan (krat, kontainer, dan sebagainya)

2.2 Kebijakan Kredit dan Penagihan

Horne dan Wachowicz (2005) menyatakan bahwa kondisi ekonomi, penetapan harga produk, kualitas produk dan kebijakan kredit perusahaan adalah berbagai pengaruh utama dalam tingkat piutang perusahaan. Semua pengaruh tersebut, kecuali yang terakhir, umumnya di luar pengendalian manajer keuangan. Akan tetapi, seperti juga dengan aktiva lancar lainnya, manajer tersebut dapat mengubah tingkat piutang dalam menyeimbangkan keuntungan dan kerugian antara profitabilitas dan risiko. Menurunkan standar kredit dapat menstimulasi permintaan yang akhirnya akan mengarah pada penjualan dan laba yang lebih tinggi. Akan tetapi, terdapat biaya untuk membuat piutang tambahan, seperti juga risiko yang lebih besar untuk adanya kerugian akibat piutang tak tertagih.

Ada berbagai variabel kebijakan yang sangat menentukan periode rata-rata penagihan dan proporsi penjualan kredit yang menjadi kerugian akibat piutang tak tertagih. Berbagai variabel kebijakan tersebut diantaranya adalah:

1. Kualitas kredit yang diterima.

Kebijakan kredit dapat memiliki pengaruh yang signifikan atas penjualan. Jika para pesaing dapat memperpanjang kredit secara bebas dan perusahaan kita tidak, maka kebijakan kita mungkin akan memukul usaha pemasaran perusahaan kita. Kredit adalah salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi permintaan atas produk perusahaan. Akibatnya, tingkat kredit yang dapat mendorong permintaan, bergantung pada berbagai faktor lainnya yang diterapkan. Secara teoritis, perusahaan harus mengurangi standar kualitasnya untuk berbagai kredit yang diterimanya selama profitabilitas penjualan yang dihasilkan melebihi biaya tambahan piutang.

Agar dapat menilai profitabilitas pemberian kredit yang lebih liberal, harus diketahui profitabilitas tambahan penjualan, permintaan tambahan atas produk yang timbul dari standar kredit yang diperlunak, peningkatan lamanya periode rata-rata penagihan, serta tingkat pengembalian yang diminta atas investasi

(21)

8

2. Lamanya periode kredit.

Periode kredit adalah total lamanya waktu kredit diberikan ke seorang pelanggan untuk membayar sebuah tagihan. Walaupun kebiasaan industri sering kali menentukan syarat kredit yang seharusnya diberikan, periode kredit adalah cara lain yang dapat memungkinkan perusahaan meningkatkan permintaan atas produk. Seperti juga sebelumnya, keuntungan dan kerugian adalah antara profitabilitas penjualan tambahan dan permintaan pengembalian atas investasi tambahan dalam piutang.

3. Jumlah diskon tunai yang diberikan.

Periode diskon tunai merupakan periode berlakunya diskon tunai yang dapat dimanfaatkan untuk pembayaran dini. Walaupun secara teknis kebijakan kredit berbeda-beda, seperti juga untuk periode kredit, biasanya ada beberapa standar waktu. Bagi banyak perusahaan, 10 hari adalah minimum hari yang diperkirakan antara pengiriman faktur ke pelanggan dan saat pelanggan dapat memasukkan cek ke surat tagihan tersebut.

Diskon tunai adalah persentase (%) pengurangan dari penjualan atau harga penjualan yang diizinkan untuk pembayaran dini faktur. Merupakan insentif bagi para pembeli kredit untuk membayar faktur secara tepat waktu. Perbedaan diskon tunai melibatkan usaha untuk mempercepat pembayaran piutang. Dalam kondisi ini harus ditentukan apakah mempercepat penagihan akan lebih dari hanya sekedar mengimbangi biaya akibat kenaikan dalam diskon. Jika memang demikian, kebijakan diskon saat ini harus diubah. Sebaliknya, jika percepatan penagihan tidak menghasilkan penghematan peluang yang cukup untuk melebihi biaya dari diskon tunai maka kebijakan diskon tidak akan diubah.

4. Syarat khusus lainnya, seperti perjanjian secara musiman.

Selama periode penurunan penjualan, perusahaan kadang akan melakukan penjualan ke para pelanggan tanpa mensyaratkan pembayaran hingga beberapa waktu lamanya. Perjanjian secara musiman (seasonal dating) ini dapat disesuaikan dengan arus kas para pelanggan, dan dapat menstimulasi permintaan dari para pelanggan yang tidak dapat membayar hingga setelah musim terkait. Perjanjian secara musiman juga dapat digunakan untuk

(22)

menghindari biaya penggudangan persediaan. Jika penjualan bersifat musiman dan produksi tetap sepanjang tahun, akan terjadi penumpukan persediaan barang jadi selama beberapa waktu dalam setahun. Jika biaya gudang ditambah pengembalian yang diminta atas investasi dalam persediaan, melebihi pengembalian yang diminta atas tambahan piutang, maka perjanjian tersebut layak dilaksanakan.

5. Tingkat Pengeluaran untuk penagihan

Perusahaan menentukan kebijakan penagihan keseluruhannya dengan menggabungkan berbagai prosedur penagihan yang diterapkannya. Prosedur-prosedur ini meliputi berbagai hal seperti surat, faks, panggilan telepon, kunjungan pribadi dan tindakan hukum. Salah satu variabel kebijakan utama adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk prosedur penagihan. Dengan kata lain, semakin besar jumlah relatif yang dikeluarkan, semakin rendah proporsi kerugian akibat piutang tak tertagih dan semakin pendek periode rata-rata penagihan, jika semua hal lainnya tetap. Akan tetapi, hubungan-hubungan tersebut tidaklah linear.

2.3 Penilaian Resiko Kredit dan Penyaringan Para Langganan

Riyanto (2001) menyatakan bahwa risiko kredit adalah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para pelanggan. Sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh para pelanggan maka perusahaan perlu mengadakan evaluasi risiko kredit dari para pelanggannya. Untuk menilai risiko kredit, credit manager harus mempertimbangkan berbagai faktor yang menentukan besar kecilnya kredit tersebut. Pada umumnya bank atau perusahaan dalam mengadakan penilaian resiko kredit adalah dengan memperhatikan lima “C”. Lima “C” tersebut adalah

Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Conditions.

Character, menunjukkan kemungkinan atau probabilitas dari pelanggan

untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Faktor ini adalah sangat penting, karena setiap transaksi kredit mengandung kesanggupan untuk membayar. Capacity, ialah pendapat subjektif mengenai kemampuan dari pelanggan. Ini diukur dengan record di waktu yang lalu, dilengkapi dengan

(23)

10

observasi fisik pada pabrik atau toko dari pelanggan. Capital, diukur oleh posisi financial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan oleh analisa rasio finansial, yang khususnya ditekankan pada “tangible net worth” dari perusahaan.

Collateral, dicerminkan oleh aktiva dari langganan yang diikatkan, atau dijadikan

jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada langganan tersebut.

Conditions, menunjukkan impact (pengaruh langsung) dari trend ekonomi pada

umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan atau perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.

Adapun langkah-langkah yang perlu untuk penyaringan para pelanggan dalam rangka usaha preventif untuk memperkecil risiko tertunda atau tidak terkumpulnya piutang yang tidak diharapkan adalah sebagai berikut:

1) Penentuan besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan.

Pertama-tama dalam hubungan ini haruslah ditentukan lebih dahulu “batas risiko” yang ditanggung perusahaan, yang akan disediakan sebagai cadangan piutang.

2) Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

3) Mengadakan klasifikasi dari para pelanggan berdasarkan risiko pembayarannya.

4) Mengadakan seleksi dari para pelanggan.

Kredit hanya diberikan kepada pelanggan yang berada pada golongan yang kurang dari batas risiko.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang

Menurut Riyanto (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah:

1. Volume Penjualan Kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin

(24)

besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar “profitability”nya.

2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayarannya yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat. Semakin panjang batas waktu pembayarannya berarti makin besar jumlah investasinya dalam piutang. 3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau

plafond bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggannya. Semakin

tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan maka semakin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Demikian pula dengan ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. Makin selektif para pelanggan yang dapat diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian maka pembatasan kredit ini bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

4. Kebijakan dalam Mengumpulkan Piutang.

Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam mengumpulkan piutang secara aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini secara aktif mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai kegiatan pengumpulan piutang tersebut dibandingkan perusahaan yang menjalankan secara pasif. Perusahaan yang menjalankan pengumpulan secara aktif kemungkinan akan memiliki investasi dalam piutang yang lebih kecil daripada perusahaan yang menjalankan pengumpulan secara pasif. Tetapi biasanya perusahaan hanya akan mengadakan usaha tambahan dalam pengumpulan piutang apabila biaya tersebut tidak melampaui besarnya tambahan revenue yang diperoleh karena adanya usaha tersebut.

(25)

12

5. Kebiasaan Membayar dari Para Pelanggan

Ada sebagian pelanggan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount dan ada sebagian pelanggan yang tidak menggunakan kesempatan ini. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara penilaian mereka terhadap mana yang lebih menguntungkan antara kedua alternative itu. Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam cash discount periode atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar para langganan membayar dalam waktu selama discount period, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang berarti semakin kecilnya investasi dalam piutang. 2.5 Penelitian Terdahulu

Maya (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Piutang dan faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT. Biro klasifikasi Indonesia (persero)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktek manajemen piutang pada PT. Biro Klasifikasi Indonesia, mengidentifikasi dan menganalisis keefektifan manajemen piutang terhadap profitabilitas. Pengolahan data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi adalah analisis horizontal, analisis vertical, analisis rasio dan analisis profitabilitas. Dari hasil penelitian menyatakan pengelolaan piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia kurang baik, hasil yang diperoleh dari setiap analisis yang ada hasilnya dibawah standar umum yang ditetapkan dan adapun beberapa saran yaitu membentuk kelompok khusus dari staf-staf untuk mengikuti pelatihan agar dapat memantau piutang dan melakukan penagihan dan pemberian insentif karyawan yang berhasil menagih piutang.

Agustina (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektifitas Manajemen Piutang (Studi Kasus PT.UNITEX Tbk, Bogor)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai praktek manajemen piutang khususnya pada PT. UNITEX, menganalisis kinerja manajemen piutang, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang dan mengetahui keefektifan pengelolaan manajemen piutang PT.UNITEX. Pengolahan data penelitian ini bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian

(26)

digunakan untuk: (1) Analisis 5C, Analisis Rasio keuangan, Analisis Horizontal dan Analisis Vertikal, Analisis Investasi Piutang yaitu untuk menganalisis kinerja piutang PT. Unitex Tbk, Bogor, (2) Analisis Deskripsi Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang, (3) Analisis Umur Piutang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pengelolaan piutang pada PT. Unitex kurang baik, hasil ini tergambarkan pada hasil analisis rasio keuangan, dimana rasio likuiditas yang dihasilkan tidak likuid. Adapun saran yang diberikan peneliti adalah untuk membentuk kelompok Khusus dari staf officer, sebaiknya perusahaan meminta kepada pelanggan untuk segera mengirimkan surat klaim pada PT. Unitex dan perusahaan sebaiknya menerapkan analisis 5C.

(27)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui perkembangan pengelolaan piutang pada perusahaan X yaitu dengan menggunakan informasi melalui data tertulis dari perusahaan berupa data laporan keuangan perusahaan serta informasi lisan mengenai praktek manajemen piutang perusahaan. Kondisi piutang perusahaan digunakan untuk menentukan atau menilai pengelolaan piutang perusahaan. Untuk menganalisa pengelolaan piutang perusahaan maka digunakan:

1. Analisis Standar Kredit

Standar Kredit merupakan kualitas minimum untuk menentukan apakah pemohon kredit layak atau tidak oleh suatu perusahaan. Analisa ini meliputi:

 Karakter (Character)  Kemampuan (Capacity)  Kapital (Capital)

 Kolateral (Collateral)  Kondisi (Condition) 2. Analisis Investasi Piutang

Analisis yang digunakan untuk menganalisis apakah dengan memberikan piutang dapat diperoleh manfaat yang lebih tinggi daripada biaya investasi yang dikeluarkan perusahaan.

3. Analisis Rasio Keuangan

Analisa Rasio keuangan merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio keuangan ini terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio solvabilitas.

4. Analisis Horizontal.

Analisis persentase yang membandingkan suatu pos dalam laporan keuangan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan sebelumnya.

(28)

5. Analisis Vertikal

Analisis laporan keuangan yang membandingkan pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan dengan pos yang dijadikan sebagai dasar dalam laporan keuangan tersebut.

6. Analisis Umur Piutang

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama sebuah piutang beredar.

Hasil dari keenam analisis tersebut menjadi indikator untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kinerja dan efektivitas dari faktor-faktor yang menentukan efektivitas pengelolaan manajemen piutang pada Perusahaan X. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

(29)

16

(30)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan X yang berlokasi di Jakarta Pusat, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari bulan Maret sampai Juni 2010.

3.3 Jenis dan Sumber data

Metode yang digunakan dalam penelitian untuk menyusun karya akhir ini adalah berasal penelitian lapangan (data primer) dan penelitian kepustakaan (data sekunder).

1. Penelitian Lapangan ( Data Pimer)

Penelitian ini dilakukan pada kantor Perusahaan X, dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai kondisi perusahaan dan praktik manajemen piutang perusahaan. Untuk itu dilakukan wawancara dengan pihak perusahaan, yaitu suatu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada pihak yang terkait sesuai dengan topik yang dibahas.

2. Penelitian Kepustakaan (Data Sekunder)

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang memadai mengenai konsep-konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Untuk tujuan tersebut diatas penulis membaca dan mempelajari laporan keuangan perusahaan selama periode 2007-2009 serta beberapa literatur atau sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sebagai landasan teoritis untuk penelitian yang diperoleh dari penelitian lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan dan saran-saran yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang ada.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Analisis Penilaian Kinerja Piutang A. Standar Kredit

Standar Kredit merupakan kualitas minimum untuk menentukan apakah pemohon kredit layak atau tidak oleh suatu perusahaan. Penilaian kualitas pemohon kredit dapat dilakukan dengan melakukan penilaian 5-K.

(31)

18

1) Karakter

Meneliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain-lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan membayar.

2) Kemampuan

Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dapat dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya.

3) Kapital

Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital/modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan kapital.

4) Kolateral

Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit.

5) Kondisi

Memperhatikan kondisi perekonomian pada umumnya serta kecenderungan (trend) perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.

B. Analisis Kebijakan Investasi

Besarnya investasi pada piutang dagang dapat dihitung dengan mencari biaya pengadaan piutang dari jumlah dana yang diinvestasikan pada piutang dan menambahkannya dengan biaya dari penghematan atau penambahan yang disebabkan karena adanya perbedaan antara biaya tanpa adanya piutang dan biaya dengan adanya piutang. Rata-rata investasi pada piutang dagang dapat dihitung sebagai berikut:

...(1)

(32)

C. Analisis Rasio 1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Ada dua ukuran dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a) Rasio lancar, merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan membagi aktiva lancar dengan pasiva lancar.

...(3)

b) Rasio cepat, adalah sama dengan rasio lancar kecuali tanpa memperhitungkan persediaan yang dianggap sebagai aktiva lancar yang kurang likuid.

...(4)

Untuk kedua alat ukur likuiditas, rasio lancar dan rasio cepat semakin tinggi nilainya maka likuiditas perusahaan semakin baik.

2. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui kecepatan berapa perkiraan menjadi penjualan atau kas. Dengan melihat pada perkiraan rasio lancar saja, pengukuran likuiditas pada umumnya tidak memadai. Perbedaan komposisi dari aktiva lancar dan hutang lancar dapat berpengaruh secara berarti pada likuiditas yang sebenarnya.

Rasio-rasio aktivitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Rasio Perputaran Piutang

Rasio ini mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan besarnya piutang yang belum ditagih. Jika perusahaan mempunyai kesulitan dalam penagihan, maka perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasionya rendah. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik maka saldo piutang rendah sehingga rasionya tinggi.

(33)

20

... (5)

b) Rata-rata Periode tagih.

Rata-rata periode tagih adalah jumlah rata-rata waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Rasio tersebut bermanfaat untuk mengevaluasi kebijakan pinjaman dan kebijakan penagihan.

...(6) Atau

...(7) 3. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajibannya. Analisis ini sering disebut juga analisis pengungkit (Leverage analysis). Analisis solvabilitas mengukur perbandingan dana yang disediakan pemilik dengan pembelanjaan dari kreditur. Analisis ini mempunyai sejumlah implikasi. Pertama, makin besar dana yang disediakan pemilik, makin besar batas pengaman bagi kreditur. Bila pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka resiko perusahaan sebagian besar akan ditanggung kreditur. Bagi perusahaan, hal ini akan mempersulit pelunasan pinjaman, oleh karena tidak seimbangnya beban bunga dengan laba yang diperoleh.

Kedua, dengan pinjaman, pemilik akan memperoleh manfaat. Yaitu, dapat dipertahankannya kontrol terhadap perusahaan dengan investasi yang tetap. Sementara itu, bila hasil yang diperoleh dari pinjaman lebih besar daripada bunga yang harus dibayar, maka pengembalian kepada pemilik akan berlipat. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Rasio Kewajiban.

Rasio ini mengukur persentase dana yang disediakan kreditur. Kewajiban meliputi kewajiban lancar dan semua utang jangka panjang makin rendah rasio ini maka makin besar penyangga kerugian yang mungkin timbul pada waktu likuidasi. Dengan

(34)

demikian, kemampuan melunasi seluruh kewajibannya juga makin besar.

...(8)

b) Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva

Rasio ini menunjukkan pentingnya dari sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki kreditor. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan.

Rasio Modal dengan Aktiva ...(9)

C.Analisis Vertikal dan Horisontal.  Analisis Vertikal

Analisis Vertikal dapat menunjukkan proporsi suatu pos terhadap angka dasar tertentu dalam laporan keuangan yang sama. Analisis vertikal dapat memperlihatkan komposisi laporan keuangan yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi usaha perusahaan. Sebagai angka dasar dapat digunakan total aktiva untuk pos-pos aktiva, total kewajiban dan modal untuk pos kewajiban dan modal serta total penjualan bersih untuk pos-pos laporan laba rugi.

Rumus analisis Vertikal adalah:

...(10)

Ket : Ryi = nilai % pos yang dibandingkan

Pyi = pos x dalam laporan keuangan tahun ke-i Pyo = pos dasar sebagai pembanding

 Analisis Horisontal

Analisis Horisontal adalah analisis persentase yang membandingkan suatu pos laporan keuangan dengan pos sama laporan keuangan sebelumnya. Pada umumnya analisis horisontal menunjukkan arah

(35)

22

perubahan (trend) dari suatu pos laporan keuangan. Rumus analisis horisontal adalah:

...(11)

Ket : Rxt = nilai % untuk tahun ke-t

Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo= pos x dalam laporan keuangan sebagai dasar

D. Analisis Umur Piutang.

Analisis umur piutang merupakan sebuah teknik pemantauan kredit yang menggunakan jadwal yang menunjukkan persentase terhadap total sisa accounts receivable yang masih belum dibayarkan untuk periode waktu tertentu. Tujuan teknik ini adalah untuk dapat mengetahui masalah penagihan secara tepat.

(36)

pertanian khususnya sayuran segar. Selain menggunakan sistem pertanian secara tradisional, perusahaan ini juga menggunakan sistem pertanian modern untuk menghasilkan beberapa produk unggulannya yaitu dengan menggunakan teknik hidroponik dan aeroponik.

4.1 Sejarah Perusahaan

Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada tahun 1997 telah berdampak pada hampir semua sektor bidang usaha termasuk bidang pertanian. Namun sektor ini masih dinilai cukup memberikan harapan dikarenakan mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap makanan sehat, maka peluang usaha sektor pertanian masih terbuka lebar. Dengan kondisi yang demikian, maka pada tahun 1998 perusahaan secara resmi didirikan dengan fokus usaha pada produksi sayuran segar dengan komitmen yang tinggi pada kualitas produksi, pelayanan terbaik dan manajemen yang profesional.

Perusahaan memiliki kantor pusat di Jakarta dan sebuah kebun produksi seluas 12 Hektar yang terletak di daerah Cipanas Jawa Barat yang dikelola oleh lebih dari 40 karyawan kebun. Dari lahan seluas 12 hektar tersebut, perusahaan hanya memanfaatkan lahan seluas 7 hektar yang kemudian dibagi menjadi blok

outdoor dan blok indoor. Blok outdoor terdiri dari tiga blok dan tiap blok terdiri

dari beberapa patok yang jumlahnya berbeda tiap blok yaitu 45 patok untuk blok A, 65 patok untuk blok B dan 35 patok untuk blok C. Tiap patok luasnya 400 M2. Blok indoor atau yang disebut juga blok green house, memiliki luas areal sebesar 12.000 M2. Denah kebun perusahaan dapat dilihat pada gambar 2.

(37)

24

Gambar 2. Denah kebun dan luas tiap blok

Saat ini perusahaan masih melayani pengguna akhir, yaitu beberapa hotel berbintang, restoran dan cafe eksklusif di Jakarta serta jasa katering untuk penerbangan domestik dan luar negeri. Untuk memenuhi permintaan pelanggan maka perusahaan melakukan kerja sama dengan beberapa pemasok yang berasal dari satu daerah maupun dari luar daerah seperti Bali, Bandung dan Lombok. Perusahaan harus melakukan kerja sama dengan beberapa pemasok karena sayuran yang ditanam di kebun produksi hanyalah jenis sayuran yang jumlah permintaannya tinggi atau jenis sayuran yang sulit ditemukan di pasaran.

4.2 Visi dan Misi

Visi dan misi merupakan jiwa yang akan menggerakkan arah bisnis perusahaan secara efektif sehingga perusahaan dapat meraih target secara lebih cepat, terukur dan terarah. Dalam usahanya untuk mencapai target atau cita-cita yang diinginkan, perusahaan memiliki visi dan misi sebagai berikut:

Visi : Menjadikan produk pertanian unggul di negeri sendiri dan bangga menjadi petani.

Misi : Menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat Indonesia pada bidang pertanian dengan menerapkan sistim pertanian modern.

Perusahaan X merupakan sebuah perusahaan yang bersifat unik, meskipun perusahaan ini adalah perusahaan berbadan hukum, akan tetapi pemilik

(38)

menjalankan perusahaan dengan cara yang kekeluargaan. Hal ini tercermin dari tujuan awal pendirian perusahaan yaitu:

1. Menyatukan Keluarga. 2. Mencari Keuntungan.

3. Menyerap Tenaga Kerja yang masih ada hubungan kekerabatan.

4.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan memiliki susunan sebagai berikut : 1. Komisaris

Komisaris bertugas mewakili pemilik dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan memberi persetujuan terhadap arah kebijakan jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk menjalankan tugas dan wewenangnya, komisaris mengangkat seorang direktur.

2. Direktur

Direktur memiliki kewajiban untuk memimpin dan menjalankan perusahaan, mengangkat dan memberhentikan karyawan, melakukan negosiasi dengan institusi pembiayaan serta mewakili perusahaan secara hukum dalam tiap kegiatan perusahaan. Dari struktur dapat diketahui bahwa direktur langsung membawahi manajer dan kepala kebun.

3. Manajer Keuangan

Dalam struktur organisasi perusahaan kedudukan manajer adalah lebih tinggi dibandingkan kepala kebun, namun manajer tidak memiliki wewenang untuk memberikan instruksi kepada kepala kebun. Manajer bertugas untuk mewakili direktur di kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta. Staf administrasi dan delivery merupakan karyawan yang berada di bawah pimpinan manajer keuangan.

4. Kepala Kebun

Kepala kebun bertugas mewakili direktur di kebun produksi yang terletak di Cipanas. Tugas kepala kebun adalah mengatur seluruh kegiatan yang dilaksanakan di kebun, termasuk masalah keamanan kebun dan keserasian karyawan.

(39)

26

5. Supervisor

Secara umum tugas supervisor adalah memimpin area kebun masing-masing, mengatur karyawan kebun, membuat perencanaan tanam dan produksi serta bertanggung jawab dalam perawatan tanam. Untuk supervisor sarana dan prasarana, tugasnya adalah bertanggung jawab terhadap perawatan seluruh green

house serta membuat jalur traktor, irigasi dan drainase sementara supervisor

panen bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas sayuran yang dipesan pelanggan.

6. Staf Administrasi

Staf administrasi bertugas untuk melakukan pencatatan keuangan dan administrasi.

7. Staf Delivery

Staf delivery bertugas untuk menyortir sayuran, mengirimkan produk ke tangan pelanggan dan melakukan penagihan piutang.

(40)

Gambar 3. Struktur Organisasi Perusahaan

4.4 Sumber Daya Manusia

Saat ini jumlah pegawai di perusahaan mencapai 93 orang, 24 orang ditempatkan sebagai staff kantor sedangkan 69 lainnya sebagai staff lapangan. Jumlah pegawai laki-laki di perusahaan lebih banyak dibandingkan pegawai perempuan yaitu 64 orang pegawai laki-laki dan 29 orang pegawai perempuan. Para pegawai memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, yaitu mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Strata dua (S2). Para pegawai yang memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar biasanya ditempatkan sebagai pegawai kebun sedangkan para pegawai yang bekerja sebagai staff administrasi disyaratkan memiliki pendidikan minimal setingkat SMA. Untuk meningkatkan kualitas sayuran yang diproduksi maka perusahaan sering mengirim kepala kebun untuk mengikuti berbagai pelatihan. Setelah mengikuti berbagai pelatihan, kepala kebun kemudian membagikan ilmu yang didapatnya kepada para supervisor dan pegawai kebun.

(41)

28

Perusahaan memiliki seragam berwarna hijau yang hanya khusus dikenakan oleh para staf delivery, sementara pegawai lainnya bebas mengenakan jenis pakaian apapun dengan syarat masih dalam batas kesopanan dan kerapihan. Keputusan ini dibuat berdasarkan tuntutan dari pelanggan yang meminta kerapihan dari petugas yang mengantarkan pesanan mereka. Hari kerja efektif pegawai dimulai dari hari senin hingga hari sabtu, namun jika ada pemesanan diluar hari kerja maka perusahaan akan tetap memenuhi pesanan pelanggan dengan cara memberlakukan jam lembur bagi pegawainya. Perusahaan menerapkan jam kerja yang berbeda-beda dalam kegiatannya. Jam kerja bagi staf

delivery dimulai dari pukul 06.00 -17.00 WIB, pada pukul 06.00 -13.00 WIB staf

delivery bertugas menyortir dan mengirimkan sayuran kemudian baru melakukan

penagihan piutang pada pukul 16.00-17.00WIB. Untuk staf administrasi/keuangan jam kerja efektif dimulai pada pukul 09.00-17.00 WIB sedangkan pegawai kebun jam kerja dimulai pada pukul 07.00-16.00WIB.

Perusahaan sadar bahwa pegawai merupakan aset penting dalam menjalankan kegiatan usahanya, sehingga perusahaan selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawainya. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh perusahaan diantaranya adalah rumah tinggal bagi pegawai yang berasal dari luar daerah, sebuah sekolah gratis dan jaminan kesehatan. Perusahaan bahkan tidak segan-segan untuk memberikan pinjaman tanpa bunga kepada para pegawai meskipun pembayarannya dilakukan dengan cara diangsur.

4.5 Prosedur Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan di kantor pusat adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan sayur

Para pegawai menerima barang atau sayuran yang datang dari Bandung atau dari kebun dan pasar untuk kemudian ditimbang ulang, disesuaikan dengan bon dan disesuaikan dengan angka dan timbangan.

2. Penyortiran

Setiap pekerja harus menyortir dulu sayuran yang akan dikemas ke dalam plastik. Sayuran yang bagus di tempatkan terlebih dahulu ke dalam keranjang dan sayuran yang rusak dikembalikan ke plastik asal. Sayuran

(42)

tidak boleh langsung diisikan ke plastik berlabel ketika sedang menyortir, sayuran baru dimasukkan ke dalam plastik yang sudah diberi label jika telah disortir.

3. Penimbangan

Berikut adalah ketentuan ketika menimbang sayuran:

a. Jarum harus menunjukkan tepat menempel di garis nol. Posisi kepala penimbang harus lurus dengan bulatan timbangan.

b. Menimbang harus dalam posisi duduk. Posisi kepala penimbang sama tingginya dengan bulatan timbangan.

c. - Sayuran yang belum ditimbang, diletakkan di sebelah kiri pekerja.

- Sayuran yang sudah ditimbang, plastik diikat dan diletakkan di sebelah kanan pekerja.

- Siapkan satu keranjang kosong untuk meletakkan sayuran yang lebih dari timbangan.

4. Memuat sayuran ke mobil.

Ketika memuat sayuran ke dalam mobil, petugas harus betul-betul yakin bahwa sayuran yang tertera dalam invoice hotel betul-betul sudah dinaikkan ke mobil dan tidak boleh ada sayur yang ketinggalan. Jika ada kemasan sayuran yang tertinggal, maka petugas yang bersangkutan akan diberi sanksi. Selain itu pengantar harus menyampaikan secepatnya jenis sayuran dan berat kilogram yang tidak dikirim agar dapat dipenuhi pada hari yang sama.

5. Pengantaran sayuran

Petugas yang mengirimkan sayuran harus berpakaian rapi, bersepatu dan memakai baju dinas perusahaan. Invoice yang sudah diterima harus kembali pada hari yang sama. Invoice hanya boleh tertunda sampai hari terakhir pengiriman, sabtu atau minggu dan terdapat sanksi bagi petugas yang tidak mematuhi ketentuan ini. Petugas yang sayurannya tidak lengkap harus disusulkan segera pada hari yang sama sebelum jam 16.00. Sayuran yang dikembalikan dari pelanggan harus segera dilaporkan dan dimasukkan ke ruang AC.

(43)

30

Pada tahun 2006, perusahaan mendapatkan konsultasi manajemen dari pemerintah Belanda melalui proyek PUM dengan mengirim seorang ahli senior

management yang bekerja selama dua minggu untuk memberikan konsultasi baik

di kebun maupun di bidang pemasaran dalam rangka peningkatan sumber daya manusia dan mutu pelayanan kepada pelanggan. Pada tahun 2009, perusahaan menerapkan SNI dalam memproduksi sayurannya, standar tersebut menerapkan GAP (Good Agriculture Practice) yang terdiri dari tata ruang kebun, manajemen usaha tani, dan standar produksi. Selain itu meskipun perusahaan tidak memiliki sertifikasi sistem manajemen mutu sebagai tanda bahwa proses manajemen mutu yang ada telah sesuai dengan standar mutu internasional, pada kenyataannya semua produk yang dipasarkan oleh perusahaan memenuhi persyaratan ISO 9001 dan ISO 22000.

Partisipasi perusahaan terhadap masyarakat antara lain adalah memberikan sumbangan air bersih untuk perumahan yang ada disekitar kebun produksi, membangun mesjid untuk keperluan ibadah, memperbaiki infrastrukur berupa pengaspalan jalan dengan jarak tempuh sekitar 4-5 km serta membangun sekolah Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang penyelenggaraannya dilakukan secara gratis tanpa memungut bayaran sedikitpun.

(44)

Pada Perusahaan X piutang muncul ketika perusahaan melakukan penjualan secara kredit kepada pelanggan. Piutang dagang merupakan klaim dari penjual kepada pembeli sebesar jumlah transaksi yang terjadi dimana piutang tersebut baru diakui setelah invoice diterima dan disetujui oleh pelanggan. Apabila terjadi kerusakan pada sayuran yang dikirim maka invoice akan diperbaharui terlebih dahulu kemudian invoice baru ini akan dikirim kembali pada pelanggan dan setelah itu piutang baru dapat diakui. Invoice diterbitkan setiap kali melakukan transaksi, invoice tersebut kemudian dikumpulkan di akhir bulan. Dalam satu kali transaksi dapat diterbitkan beberapa invoice.

Untuk melakukan penilaian terhadap piutangnya, perusahaan menerapkan metode langsung yaitu perusahaan tidak melakukan estimasi atas jumlah piutang yang diperkirakan tidak dapat tertagih. Piutang yang tak tertagih akan diakui sebagai kerugian pada tahun dimana piutang pelanggan diputuskan sudah tidak dapat ditagih.

5.2 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Manajemen Piutang

Manajemen piutang merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian melalui klaim yg diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas dalam upaya anggota organisasi dengan menggunakan semua sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Suatu pengelolaan manajemen piutang dapat dikatakan efektif jika ketiga fungsi (perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian) dapat dikoordinasikan dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian ini fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian untuk manajemen piutang diwakili oleh penetapan kebijakan pemberian piutang, kebijakan penagihan piutang dan pemantauan terhadap posisi piutang.

(45)

32

5.2.1 Kebijakan Pemberian Piutang

Piutang dagang memiliki kontribusi terbesar bagi aktiva lancar. Persentase piutang dagang terhadap aktiva lancar mencapai 85 persen pada tahun 2006, 87 persen pada tahun 2007 dan 76 persen pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa piutang dagang merupakan sebuah pos keuangan yang memerlukan perhatian penting dari perusahaan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), bagi perusahaan yang melakukan kebijaksanaan penjualan secara kredit selalu terdapat resiko adanya piutang tidak tertagih akibat pelanggan yang terlambat membayar atau pun yang bangkrut. Dengan membiarkan uang perusahaan terikat pada piutang dagang, perusahaan kehilangan nilai waktu dari uang (kerugian atas bunga) dan mempunyai resiko tidak dibayar oleh pelanggan. Oleh karena itu, pemberian kredit kepada pelanggan umumnya merupakan biaya dalam menjalankan usaha. Pada umumnya, manajer keuangan langsung mengawasi piutang dagang melalui keterlibatannya dalam pengelolaan kebijakan kredit dan kebijakan penagihan.

Perusahaan tidak menetapkan batas kredit bagi pelanggannya karena perusahaan menerima pesanan sesuai dengan permintaan dan perjanjian yang ada. Untuk pelanggan baru, perusahaan memberikan piutang yang lebih sedikit dibandingkan pelanggan lama dan apabila pelanggan baru tersebut menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka dapat bekerja sama dengan baik, maka perusahaan akan mempertimbangkan untuk memberikan kuota barang yang lebih banyak. Seperti halnya batas kredit, periode kredit untuk tiap pelanggan pun berbeda dan tergantung pada masing-masing kontrak. Biasanya perusahaan menetapkan periode kredit selama 30 hingga 90 hari.

Perusahaan tidak memberikan potongan khusus sebagai salah satu cara agar pelanggan melakukan pembayaran tepat waktu. Namun dalam usahanya untuk tetap menjaga hubungan baik dengan pelanggan, perusahaan selalu menjalin sponsorship dengan pelanggan apabila pelanggan melakukan social gathering untuk para karyawannya.

(46)

5.2.2 Kebijakan Penagihan Piutang

Penagihan piutang merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh Staf

delivery yang juga bertugas untuk menyortir dan mengantar sayuran,

bagian keuangan hanya akan melakukan penagihan apabila staf delivery tidak dapat menagih piutang dari debitur yang sulit untuk di tagih. Perusahaan tidak terlalu khawatir akan terjadi kecurangan jika menyerahkan tugas penagihan pada staf delivery karena pembayaran piutang dilakukan dengan cara yang relative aman yaitu melalui pemindah bukuan (transfer rekening antar bank) ke nomor rekening yang telah ditunjuk. Selain itu keuntungan lain jika menggunakan giro adalah pada saat pelanggan sulit untuk ditagih maka perusahaan dapat melaporkan giro yang tidak terbayar pada Bank Indonesia, dengan adanya pelaporan giro tersebut perusahaan berharap agar kesadaran pelanggan semakin meningkat sehingga para pelanggan yang sulit ditagih akan membayar tepat waktu di transaksi berikutnya.

Teknik serta usaha penagihan yang dilakukan oleh perusahaan adalah melalui telepon, email dan penagihan dengan pendatangan langsung ke perusahaan debitur. Perusahaan tidak menggunakan jasa debt

collector untuk mengumpulkan piutangnya yang sulit ditagih, satu-satunya

sanksi yang diberikan adalah peringatan berupa ancaman tidak akan mengirimkan barang jika pelanggan tidak membayar piutangnya lebih dari dua bulan secara berturut-turut. Perusahaan tidak akan berhenti melakukan penagihan sampai pelanggan tersebut bersedia memenuhi kewajibannya atau hingga ditemukan bukti bahwa pelanggan tersebut memang tidak mampu membayar kewajibannya, misalnya pelanggan tersebut mengalami pailit atau bangkrut.

Perusahaan yang menjalankan kebijakan pengumpulan secara pasif mungkin memiliki biaya penagihan yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang menjalankan kebijakan pengumpulan secara aktif, akan tetapi jika perusahaan tidak melakukan tindakan yang lebih tegas maka dikhawatirkan pelanggan akan menggunakan kesempatan ini

(47)

34

untuk menunda pembayaran hutangnya sehingga piutang perusahaan akan semakin menumpuk.

5.2.3 Pemantauan Posisi Piutang Perusahaan

Pemantauan terhadap piutang merupakan hal yang sangat penting untuk menghindari atau paling tidak memperkecil resiko-resiko yang mungkin terjadi seperti kemungkinan terjadinya keterlambatan dalam penerimaan piutang, kemungkinan piutang tidak dapat dibayar sekaligus ataupun kemungkinan piutang tidak dapat dibayar seluruhnya. Meskipun pemantauan posisi piutang sangat penting untuk dilakukan, nyatanya perusahaan tidak melakukan pemantauan khusus terhadap jumlah piutang pelanggannya. Kegiatan pemantauan yang tidak memadai dikhawatirkan akan membuat piutang perusahaan akan menumpuk dan berakibat pada kerugian yang ditimbulkan akibat piutang yang tidak dapat tertagih.

5.3 Analisis Kinerja Piutang

Analisis kinerja piutang digunakan untuk mengetahui dan menilai tingkat kinerja dari faktor-faktor yang menentukan tingkat efektivitas manajemen piutang. Dari hasil analisa ini akan diperoleh informasi mengenai seberapa efektif kondisi pengelolaan piutang dan bagaimana perkembangannya selama periode analisa, yaitu tahun 2007-2009. Analisis kinerja piutang ini terdiri dari analisis 5C, analisis investasi piutang, analisis rasio keuangan, analisis vertikal (struktural), analisis horisontal (perkembangan) dan analisis umur piutang.

5.3.1 Analisis Kinerja Kebijakan Pemberian Kredit.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari kebijakan pemberian kredit adalah:

5.3.1.1 Analisis 5C

Ada dua kriteria utama yang menjadi bahan pertimbangan oleh perusahaan dalam memilih pelanggannya, yaitu lokasi dan citra yang dimiliki oleh calon pelanggan. Lokasi merupakan faktor yang paling penting dalam memilih pelanggan, jika lokasi calon pelanggan terletak di jalur distribusi perusahaan maka selanjutnya akan dilakukan penilaian

(48)

terhadap image atau citra yang dimiliki calon pelanggan. Untuk mengetahui karakter calon pelanggan, perusahaan hanya melakukan pengamatan langsung terhadap kebiasaan sehari-hari dari yang bersangkutan melalui rekan bisnis yang dimiliki calon pelanggan. Perusahaan tidak melakukan penelitian terhadap kondisi politik yang memiliki pengaruh langsung terhadap kemampuan membayar dari calon pelanggannya namun berdasarkan pengalaman perusahaan, kerusuhan dan pemilu adalah dua kondisi yang menyebabkan penurunan penjualan sayur dan peristiwa penurunan penjualan ini dapat dijadikan indikasi bahwa kemampuan membayar dari pelanggan tengah menurun. Setelah melakukan tahap penilaian seperti di atas barulah perusahaan memutuskan apakah akan melakukan kerja sama atau tidak.

Dalam prakteknya perusahaan tidak melakukan analisis 5C secara mendetail, hal ini disebabkan karena:

1. Perusahaan adalah perusahaan yang melakukan penjualan barang dan bukanlah perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal sehingga pada dasarnya perjanjian dilakukan atas dasar kepercayaan. Bagi perusahaan, semakin banyak pelanggan artinya semakin banyak pembelian yang akan terjadi dan hal ini dapat berakibat pada peningkatan volume penjualan.

2. Perusahaan hanya memiliki jumlah karyawan kantor sebanyak 24 orang, sehingga tidak ada tim khusus yang di bentuk oleh perusahaan untuk melakukan analisis mendalam terhadap calon pelanggan.

Penilaian melalui analisis 5C dapat membantu perusahaan dalam menyaring dan menyeleksi pelanggannya, akan tetapi karena perusahaan tidak melakukan analisis ini secara mendetail maka dikhawatirkan bahwa pelanggan yang ada adalah pelanggan yang berada di atas batas resiko yang dapat diterima perusahaan.

(49)

36

5.3.1.2 Analisis Investasi Piutang

Analisis investasi piutang digunakan untuk menunjukkan besarnya dana yang tertanam dalam satu kali perputaran dan besar kecilnya tergantung jumlah penjualan yang dilakukan dan lamanya periode kredit. Semakin lama periode kredit berlangsung, semakin besar dana yang tertanam dalam piutang untuk setiap kali perputaran. Tabel di bawah ini menyajikan hasil perhitungan analisis investasi piutang sebagai berikut:

Tabel 2 . Analisis Investasi Piutang (Dalam Milyar Rupiah )

Analisis Investasi Piutang Tahun

2006 2007 2008 1. Rasio Investasi Piutang 0,86 1,23 1,34

0 0.5 1 1.5 Rupiah (dalam milyar) 2006 2007 2008 Tahun

Rasio Investasi Piutang

Rasio Investasi Piutang

Gambar 4. Rasio Investasi Piutang Tahun 2006-2008.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa biaya investasi piutang mencapai angka milyaran rupiah, angka investasi ini terus meningkat tiap tahunnya dan ini menandakan bahwa piutang baru dapat dikumpulkan dalam waktu yang lama.

5.3.1.3 Analisis Rasio Solvabilitas

Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Analisis ini disebut juga analisis pengungkit, yang dapat mengukur kemampuan perusahaan menggunakan utang untuk meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham. Tabel di bawah ini menyajikan hasil perhitungan analisis rasio sebagai berikut:

(50)

Tabel 3. Rasio Solvabilitas Tahun 2006-2008 (Dalam Persentase)

Rasio Solvabilitas Tahun

2006 2007 2008 1. Rasio Kewajiban 4,69 3.25 5.35 2. Rasio Modal Sendiri 95,31 96.75 94.65

0 20 40 60 80 100 Persentase 2006 2007 2008 Tahun Rasio Solvabilitas Rasio Kewajian Rasio Modal Sendiri

Gambar 5. Rasio Solvabilitas Tahun 2006-2008.

Rasio kewajiban adalah rasio yang mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan. Dari standar maksimal sebesar 100 persen, perusahaan hanya memiliki nilai dengan kisaran tiga hingga enam persen. Hal ini berarti aktiva perusahaan telah dibiayai sebesar tiga hingga enam persen oleh hutang sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan memiliki kemampun yang besar untuk melunasi seluruh kewajibannya. Angka rasio modal sendiri dari tahun 2006 hingga 2008 selalu berada diatas angka 90 persen artinya jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva hanya sedikit dan angka ini juga mencerminkan margin of safety yang tinggi bagi perusahaan yaitu 9:1. 5.3.2 Analisis Kinerja Kebijakan Penagihan Piutang

Analisis yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari kebijakan penagihan piutang adalah:

5.3.2.1 Analisis Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur kinerja

Gambar

Gambar 1. Kerangka Penelitian
Gambar 2. Denah kebun dan luas tiap blok
Gambar 3. Struktur Organisasi Perusahaan
Tabel 3. Rasio Solvabilitas Tahun 2006-2008 (Dalam Persentase)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dibangunnya Aplikasi Teknologi AJAX pada E-Commerce On-Line Promosi Batik Tulis Jawa Timur diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para pengusaha UKM sehingga

Ryandono, SE., M.Si., selaku Ketua Departemen Ekonomi Syariah dan Kepala Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya

(1) Selain pejabat Umum dapat juga dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 23 responden, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang kuat antara variabel sikap konsumen terhadap

Bagi pegawai tidak berpencen yang bersara/ meninggal dunia pada tahun 2014, Imbuhan Tahunan atau Bayaran Khas Prestasi Tahun 2014 sebanyak setengah bulan gaji atau minimum

Brand Trust Saya percaya Produk starbucks mampu memenuhi ekspetasi kosumen di masa covid 19 (Arslan, 2013) Produk starbucks mampu memberikan rasa aman dari segi

Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah bagaimana responden memberikan respon terhadap informasi politik partai NasDem yang diterimanya melalui media