• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TELAAH PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Intimacy customer theory

customer Intimacy adalah kemampuan perusahaan memberikan nilai terbaik dari produk atau jasanya dengan melakukan penyesuaian produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan khusus konsumen. Dalam Customer Intimacy masing-masing pihak melakukan komunikasi dua arah sehingga tidak terjadi kesalah pahaman, memiliki rasa pengertian, saling memiliki, sehingga mampu memberikan kontribusi yang positif diantara mereka. Hasil yang didapat dari hubungan ini memungkinkan terjadinya bersama yang membuahkan hasil maksimal, sehingga keduanya saling mendapatkan keuntungan. “ Win Together “. Titik berat dari keakraban dengan pelanggan ( Customer Intimacy ) adalah pada penciptaan konsumen yang abadi, bukan hanya sekedar transaksi tunggal saja. Inilah sebabnya mengapa karyawan-karyawan yang akrab dengan pelanggan akan melakukan hampir semuanya dengan hanya sedikit biaya awal, dari meyakinkan perusahaan yang melakukan sistem ini biasanya akan melakukan segmentasi pelayanannya dengan sangat efisien.

Faktor yang paling penting dan dominan dari keakraban dengan pelanggan adalah komunikasi yang baik antara karyawan dengan konsumen. Karena dengan komunikasi perusahaan khususnya karyawan yang berbeda

(2)

pada posisi marketing tahu benar apa yang dibutuhkan oleh konsumen sehingga mereka dapat memberikan solusi dari apa yang mereka hadapi dan inginkan dan diharapkan dapat mereka selesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

2.1.2 Loyalitas

Menurut Tjiptono (2012) Pada dasarnya ada dua perspektif utama menyangkut loyalitas merek : loyalitas merek sebagai perilaku dan loyalitas merek sebagai sikap.

1. Persepektif Behavioral Berdasarkan perspektif ini, loyalitas merek diartikan sebagai pembelian ulang suatu merek secara konsisten oleh pelanggan. Setiap kali seorang konsumen membeli ulang suatu produk (misal : jasa travel, reparasi), bila ia membeli merek produk yang sama, maka ia dikatakan pelanggan yang setia pada merek tersebut dalam kategori produk bersangkutan. Dalam praktek, jarang dijumpai pelanggan yang setia 100 persen hanya pada satu merek. Oleh sebab itu, ada tiga macam ukuran loyalitas merek behavioral yang banyak digunakan :

a. Proporsi pembelian Loyalitas diukur dengan presentase tertentu, yaitu jumlah pembelian merek yang paling sering dibeli dibagi dengan total pembelian. Jadi, bila frekuensi pembelian merek yang paling sering dibeli adalah 8 kali dari 10 kali pembelian total, maka loyalitas mereknya adalah 80 persen.

(3)

b. Urutan / rentetan pembelian Ukuran loyalitas yang lain adalah konsistensi berkaitan dengan urutan pembelian dan frekuensi konsumen beralih atau berganti pemasok.

c. Probabilitas pembelian Dalam ukuran ini, proporsi dan urutan pembelian dikombinasikan untuk menghitung probabilitas pembelian berdasarkan sejarah pembelian pelanggan dalam jangka waktu panjang.

2. Perspektif sikap Kombinasi dua komponen penting yaitu loyalitas sebagai sebagai perilaku dan sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen itu menghasilkan empat situasi kemungkinan loyalitas

a. No loyalty Bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. Ada dua kemungkinan penyebab pertama sikap lemah (mendekati netral) dapat terjadi bila suatu produk/jasa baru diperkenalkan dan atau pemasarnya tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan unik produknya, Dan yang kedua berkaitan dengan dinamika pasar b. Spurious loyalty Bila sikap yang relatif lemah disertai pola

pembelian ulang yang kuat, maka yang terjadi adalah spurious loyalty. Situasi semacam ini ditandai dengan pengaruh faktor non-sikap terhadap perilaku, misal norma subyektif dan faktor situasional. dapat dikatakan pula inertia, dimana konsumen sulit membedakan berbagai merek dalam kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah

(4)

c. Latent loyalty Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini disebabkan pengaruh faktor non-sikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang.

d. Loyalty Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan oleh para pemasar, dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.

2.1.3 Pemasaran

Pemasaran diartikan sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Beberapa ahli mendefinisikan pemasaran dari sudut panjang yang berbeda diantaranya:

Pendapat dari ahli mengenai pengertian pemasaran dari sudut pandang yang berbeda yaitu, menurut Daryanto (2011) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan kegiatan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.

Sedangkan menurut Swastha (2009) Pemasaran adalah keinginan manusia yang diarahkan pada usaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran.

(5)

Maka berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran adalah suatu proses yang saling berhubungan yang meliputi perencanaan, penetapan harga, dan pendistribusian barang oleh produsen kepada konsumen melalui proses pertukaran dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan produsen dan konsumen itu sendiri.

2.1.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran Pemasaran atau Marketing Mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi (Swastha dan Irawan,2008). Menurut Nembah (2011) unsur bauran pemasaran untuk mencapai tujuan pemasaran, maka keempat variabel tersebut harus saling mendukung satu sama lain atau dengan kata lain, manajemen harus berusaha agar variabel-variabel bauran pemasaran atau Marketing Mix dapat terpandu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun keempat variabel bauran pemasaran atau Marketing Mix tersebut: Produk, Harga, Promosi, dan Tempat (Saluran Distribusi), atau sering disebut 4P (Produk, Price, Promotion, Place).

1. Produk (Product)

Adalah kombinasi “barang dan jasa” yang ditawarkan kepada pasar. 2. Harga (Price)

Adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk.

(6)

3. Promosi (Promotion)

Semua kegiatan perusahaan untuk memperkenalkan atau meningkatkan mutu produk dan bertujun agar konsumen tertarik untuk membelinya. 4. Tempat (Place)

a. Saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau industri pemakai. b. Saluran distribusi merupakan struktur unit oranisasi dalam

perusahaan dan luar perusahaan yang berdiri dari agen, perdagangan besar, dan pengecer melalui mana suatu produk atau jasa dipasarkan.

2.1.5 Product (produk/barang)

Produk sering diartikan sebagai kumpulan atribut dan sifat kimia yang secara fisik dapat diraba dalam bentuk yang nyata. Menurut Stanton (1997) produk adalah suatu sifat yang kompleks, dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhanya.

Pengusaha dapat mempengaruhi konsumennya lewat produk yang ditawarkan kepada konsumen. Dalam hal ini dengan membuat produk sedemikian rupanya, sehingga produk tersbut dapat menarik perhatian konsumen. Misalnya dengan membuat produk dengan memberikan warna-warna yang menarik, bungkus yang bagus dan exclusive.

(7)

Menurut Rambat Lupiyoadi (2001) “Produk merupakan keseluruhan konsep obyek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut. Sekarang ini muncul kecenderungan konsumen untuk melihat brand (merk) yang terkenal dibandingkan fungsi utama dari produk tersebut karena mereka beranggapan brand yang terkenal pasti mutunya sudah terjamin.”

Menurut Kotler (2009) produk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Menurut ketahanan dan keberwujudanya

a. Non durable goods (barang habis pakai) yaitu barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali. b. Durable goods (barang tahan lama) yaitu barang berwujud yang

biasanya tidak habis setelah banyak digunakan.

c. Servise (jasa) yaitu kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.

2. Menurut tujuan atau penggunaanya

a. Consumer goods (barang konsumsi) yaitu barang yang dipergunakan oleh konsumen akhir atau rumah tangga dan tidak untuk dikomersialkan.

b. Industrial goods (barang industri) yaitu barang yang dibeli untuk diproses lebih lanjut atau untuk dipergunakan dalam menjalankan bisnis.

(8)

Lebih lanjut Kotler dan Amstrong (2004) mengemukakan bahwa pada dasarnya produk yang dibeli konsumen dapat dibedakan atas tiga tingkatan:

1. Produk inti (core product) yang merupakan inti atau dasar yang sesungguhnya dari produk yang ingin diperoleh atau didapatkan oleh seorang pembeli atau konsumen dari produk tersebut.

2. Produk formal (formal product) yang merupakan bentuk, model, kualitas/mutu, merek dan kemasan yang menyertai produk tersebut. 3. Produk tambahan (augmented product) adalah tambahan produk formal

dengan berbagai jasa yang menyertainya, seperti pemasangan instalasi pelayanan, pemeliharaan dan pengangkutan secara cuma-cuma.

2.1.6 Price (harga)

Dalam suatu perusahaan harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang belum terpuaskan. Menurut Buchari Alma (2007) Price (harga) adalah nilai suatu barang atau jasa yang dinyatakan dengan uang. Secara sederhana harga adalah nilai yang dinyatakan dalam satuan mata uang. Dalam menentukan harga dasar yang tepat bagi produknya. Manajemen harus menentukan strategi menyangkut potongan harga, harga pembayaran produk, dan berbagai variable yang bersangkutan dengan harga.

Harga merupakan satu-satunya dari unsur bauran pemasaran (marketing mix) yang menghasilkan pendapatan sementara unsur-unsur lainnya

(9)

menimbulkan biaya. Strategi penentuan harga sangat signifikan dalam pemberian value kepada konsumen dan dapat mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk membeli atau tidak. Hal yang paling penting adalah keputusan dalam price harus konsisten dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. Pengusaha dapat mencantumkan harga yang rendah serta pemberian discount/potongan harga, mencantumkan harga obral serta harga cuci gudang dan sebagainya. Dengan cara penetapan harga seperti ini akan dapat menarik perhatian serta mendorong konsumen untuk segera melakukan transaksi pembelian agar tidak terlewatkan kesempatan yang terbatas waktunya bagi berlakunya harga obral tersebut (Indriyo Gitosudarmo, 1994). Harga merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang paling fleksibel karena bisa diubah dengan cepat. Keputusan harga sangat penting ditinjau dari sudut pandang konsumen. Konsumen sering menggunakan harga sebagai kriteria utama dalam menentukan nilainya. Barang dengan harga tinggi biasanya dianggap superior dan barang yang mempunyai harga rendah dianggap inferor (rendah tingkatannya).

Metode yang dapat digunakan dalam menetapkan harga untuk suatu produk barang atau produk menurut Rambat Lupiyoadi (2001) yaitu :

1. Mark Up Pricing

Merupakan metode penetapan harga atas total biaya per unit produk yang ditambah dengan mark-up, supaya keuntungan optimal ada dua cara yang dapat ditempuh yaitu meminimalkan biaya dan memilih

(10)

harga optimum dengan cepat dan akurat supaya mendapatkan keuntungan.

2. Target Return Pricings

Harga ditetapkan berdasarkan atas pencapaian tingkat Return on Investmen yang ingin dicapai perusahaan, sehingga perusahaan tersebut harus meningkatkan Return On Investment yang akan di capai. Penetapan harga berdasarkan persaingan ditetapkan menurut persaingannya dengan perusahaan lain yang sejenis. Harga yang ditetapkan bias sama, lebih rendah, atau lebih tinggi dari harga pesaingnya.

Kotler (2009) mengemukakan bahwa perusahaan umumnya akan memodifikasi harga dasar mereka untuk menghargai pelanggan atas tindakan-tindakannya seperti pembayaran awal, volume pembelian, dan penualan di luar musim. Penyesuaian harga atau disebut diskon, dan potongan harga tersebut yaitu :

a. Cash discounts, merupakan pengurangan harga untuk pembeli yang membayar tagihannya dengan tepat waku (membayar tunai).

b. Quantity discount, merupakan pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah besar. Dalam pelaksanaannya sering bukan berupa potongan harga (uang tunai) melainkan berupa tambahan unit yang diterima untuk jumlah pembayaran yang sama. Tambahan sering disebut bonus atau free goods.

(11)

2.1.7 Promotion (promosi)

Promosi merupakan salah satu alat komunikasi dalam bauran pemasaran. Kegiatan promosi dilakukan untuk memperkenalkan produk tersebut, sehingga konsumen menjadi kenal dan tahu, ataupun bagi yang sudah kenal menjadi lebih menyenangi produk itu, bahkan bagi yang sudah lupa diharapkan agar dapat menjadi ingat kembali akan produk tersebut. Basu Swasta (2001:26) mendefinisikan promosi sebagai arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran.

Beberapa tugas khusus yang disebut bauran promosi (promotion mix), yaitu mencakup:

1. Periklanan (Advertaising), adalah semua bentuk penyajian nonpersonal, promosi ide-ide promosi barang dan jasa yang dilakukan oleh sponsor yang dibayar.

2. Promosi penjualan (Sales Promotion), adalah variasi insentif jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.

3. Hubungan Masyarakat (Public Relation), adalah suatu usaha (variasi) dari rancangan program guna memperbaiki, mempertahankan, atau melindungi atau citra produk. Problisitas adalah suatu komunikasi promosional tentang perusahaan atau produk yang dihasilkan perusahaan, yang dijasikan melalui media, akan tetapi dibayar oleh sponsor atau

(12)

tujuan untuk melakukan penjualan. Medianya antara lain: presentase penjualan, pertemuan penjualan, pameran dagangan, dan lain-lain.

4. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), adalah penjualan pribadi atau tatap muka adalah penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk melakukan penjualan. Medianya antara lain: persentase penjualan, pertemuan penjualan, pameran dagangan, dan lain-lain.

5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing), adalah komunikasi secara langsung yang digunakan dari mail, telepon, fax, email atau internet untuk mendapatkan tanggapan langsung dari konsumen secara jelas.

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam promosi, antara lain: a. Identifikasi terlebih dahulu target audiencenya, hal ini berhubungan

dengan segmentasi pasar.

b. Tentukan tujuan promosi, apakah untuk menginformasikan, mempengaruhi, atau untuk mengingatkan.

c. Pengembangan pesan yang disampaikan, hal ini berhubungan dengan isi pesan, struktur pesan, gaya pesan dan sumber pesan (Rambat Lupiyoadi, 2001).

2.1.8 Place (tempat)

Place (tempat) adalah menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk menjadikan suatu produk dan menjajakan produk yang dimiliki, yang dimana tempat disini memberikan kenyamanan kepada

(13)

konsumen dalam proses menikmati produk yang disediakan oleh produsen/perusahaan. Menurut rambat Lupiyoadi (2006) tempat dalam jasa merupakan gabungan antara lokasi dan lokasi dan keputasan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dnegan bagiamana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan di mana lokasi yang strategis.

Keputusan mengenai lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan bagaimana jasa akan di kerahkan, sebagaimana dari nilai dan mafaat dari jasa. Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis.

Pemilihan tempat atau lokasi merupakan pertimbangan cermat terhadap beberapa faktor berikut :

1. Akses, misalnya lokasi yang mudang dijangkau sarana transportasi umum.

2. Vasibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.

3. Lalu lintas (traffic), dimana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu karenavbanyak orang yang lalu-lalang dapat memberikan peluang besar terjadinya impulse buying, dan juga kepadatan atau kemacetan lalu-lintas dapat pula menjadi penghambatan.

(14)

4. Tempat parkir yang luas dan aman.

5. Ekspansi, tersedia tempat yang cukup untuk perluasan usaha di kemudian hari.

6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.

7. Persaingan, yaitu lokasi pesaing. 8. Peraturan pemerintah.

2.1.9 Penjualan

Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba. Penjualan merupakan sumber suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik merekaa sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan.

Menurut Winardi (2005) penjualan adalah berkumpulnya seorang pembeli dan penjual dengan tujuan melaksanakan tukar menukar barang dan jasa berdasarkan pertimbangan yang berharga misalnya pertimbangan uang.

2.1.10 Distribusi

Menurut Tjiptono (2000) secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan

(15)

mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Pengertian Distribusi menurut Kotler dan Amstrong (2004) adalah aktifitas Perusahaan agar produk / jasa mudah didapatkan oleh konsumen sasarannya.

Pendapat-pendapat di atas menggambarkan makna distribusi sebagai suatu kegiatan menghantarkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen untuk dimanfaatkan sebagai alat pemenuhan kebutuhan mereka.

2.1.11 Distribusi Fisik

Menurut Kotler (2007) Distribusi fisik terdiri dari seperangkat yang melibatkan perencanaan, penerapan dan pengendalian arus bahan dan produk akhir dari titik asal ke titik penggunaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan menciptakan laba. Pengertian distribusi fisik menurut Kotler dan Armstrong (2004) Disribusi fisik tugasnya melibatkan perencanaan, pengimplementasian, dengan pengendalian arus fisik bahan mentah, barang jadi dan informasi-informasi yang terkait mulai dari titik asal barang hingga titik konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan memperoleh laba. Stanton (2005), mengemukakan bahwa distribusi fisik adalah Distribusi fisik terdiri dari semua kegiatan yang berhubungan dengan pemindahan produk-produk yang tepat, dalam jumlah yang tepat dan waktu yang tepat pula.

(16)

Berdasarkan definisi di atas, faktor ketepatan merupakan hal yang penting didalam proses penyampaian produk ke tangan konsumen. Tidak jarang perusahaan mengalami kerugian yang disebabkan oleh terlambatnya penyampaian pengiriman produk ke tangan konsumen, kerugian yang dialami perusahaan antara lain biaya operasi, kepercayaan pelanggan, juga kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan dari hasil penjualan. Apabila hal tersebut terjadi maka nama baik perusahaan di mata konsumen akan rusak. Dengan kejadian tersebut konsumen akan mencari perusahaan lain yang dianggap dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.

Alasan-alasan mengapa distribusi fisik dianggap penting dalam suatu kegiatan usaha menurut Kotler dan Armstrong (2004) adalah :

1. Pelayanan dan kepuasan pelanggan merupakan hal yang penting harus diperhatikan dalam menetapkan strategi pemasaran perusahaan dan pendistribusian produk merupakan salah satu elemen penting dalam pelayanan kepada pelanggan. Kegiatan distribusi yang efektif memungkinkan perusahaan menarik dan mempertahankan pelanggannya dengan memberikan pelayanan yang lebih melalui distribusi fisik yang baik.

2. Distribusi fisik memiliki unsur biaya terbesar dari banyak perusahaan sekitar 15% dari harga produk rata-rata dihasilkan pada biaya pengiriman dan transportasi saja. Akibatnya sistem distribusi yang baik akan meningkatkan efisiensi dan meminimalkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan.

(17)

3. Berkembangnya jumlah variasi produk, sehingga perhatian bagi kegiatan pemrosesan pesanan, pengendalian persediaan, dan pengawasan telah meningkatkan kebutuhan akan distribusi yang lebih baik.

4. Penemuan-penemuan baru dalam teknologi informasi telah membuka peluang untuk meningkatkan efisiensi dalam distribusi.

2.1.12 Transportasi

Pengangkutan menciptakan kegunaan tempat dan waktu, memainkan peranan penting dalam aktivitas distribusi fisik karena pemilihan alat transportasi yang akan digunakan akan mempengaruhi harga produk. Waktu pengiriman dan kondisi barang bila sudah sampai yang keseluruhannya itu pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Bowersox (2000) mengemukakan 6 faktor pemilihan alat transportasi yaitu sebagai berikut :

a. Speed : lamanya waktu yang diperlukan untuk pengangkutan. b. Frequency : menunjukan jumlah pengangkutan yang dijadwalkan. c. Dependability : potensi jadwal penyerahan yang telah ditentukan. d. Availability : kesanggupan suatu mode transport untuk melayani

berbagai lokasi tertentu.

e. Capability : kemampuan melayani berbagai produk. f. Cost : biaya angkutan perton kilometer ton mil.

(18)

2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.2.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Hasil

Nella Syaifah Rahman (2018) Analisis Bauran Pemasaran Dalam Meningkatkan Penjualan Mebel Pada UD. Cahaya Kandilo Di Kelurahan Tanah Paser Kabupaten Paser

UD. Cahaya Kandilo dalam melakukan strategi pemasasaran untuk meningkatkan penjualannya hanya menggunakan bauran pemasaran 4P, dalam melakukan promosi menggunakan metode personal selling. Dengan pengembangan produk dari segi kualitas dan bentuk yang berbeda dengan mebel lainnya menjadi ciri dari UD. Cahaya Kandilo sehingga menarik minat konsumen. Dari segi harga termasuk variatif tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitannya. Saluan distribusi yang mudah menunjang keberhasilan dalam meningkatkan layanan kepada pelanggan. Rina Rachmawati (2011) Peranan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) terhadap Peningkatan Penjualan (Sebuah Kajian terhadap Bisnis

Salah satu strategi pemasaran yang mendukung dalam memasarkan produk makanan untuk menciptakan loyalitas pelanggan adalah bauran pemasaran. Namun dengan adanya tambahan loyalitas pelanggan dan dukungan manajemen yang bagus maka bisnis akan mampu bertahan dan eksis.

(19)

Restoran) Willy Pratama Widharta dan Sugiono Sugiharto, S.E., M.M (2013) Penyusunan Strategi dan Sistem Penjualan Dalam Rangka Meningkatkan Penjualan Toko Damai

Strategi penjualan yang diterapkan Toko Damai adalah mampu mengidentifikasi pelanggan dan potensi pasar. Dalam melakukan sistem penjualan yang belum maksimal, sehinggan harus melakukan penambahan strategi dalam sistem penjualan.

Herlin Ie, Sem

G. Oroh, Silcyljeova Moniharapon (2015) Penerapan Strategi Promosi Pada Pemasaran Produk Federal Parts CV Kanaka Jaya Manado

Promosi yang dilakukan CV Kanaka Jaya dalam memasarkan produk Federal Parts meliputi promosi penjualan yang dilakukan secara bulanan, promosi tahunan atau melalui acara gathering untuk memperat hubungan dengan konsumen. Melalui penerapan strategi promosi pada pemasaran produk yang dilakukan secara bulanan, CV Kanaka Jaya mampu memperoleh laba dalam penjualan produkya. Dadang Munandar (2005) Pengaruh Customer Relationship Management Terhadap Loyalitas Pelanggan Bisnis PT Frisian Flag Indonesia Bandung

Customer Relationship Management berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan bisnis, sebesar 23,25% dengan perubahan yang terjadi pada customer loyalty. Hal ini menunjukka bahwa untuk meningkatkan loyalitas pelanggan perlu terlebih dahulu melaksanakan Customer Relationship Management.

(20)

Berdasarkan telaah pustaka dan beberapa jurnal penelitian terdahulu, peneliti melakukan penelitian yang sama tentang bauran pemasaran dengan metode kualitatif.

2.3 Alur Penelitian

Gambar 2.1 Alur Penelitian Meningkatnya Penjualan Suku Cadang

PT. Astra International Tbk-Daihatsu Semarang

Implementasi Strategi Pemasaran

Faktor Pendorong Faktor Penghambat

Kesuksesan Penerapan Strategi Pemasaran

Gambar

Tabel 2.2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Alur Penelitian  Meningkatnya Penjualan Suku Cadang

Referensi

Dokumen terkait

a) 3 kes merupakan individu yang disaring melalui pengesanan kes secara aktif kontak kepada kes positif COVID-19. c) 1 kes saringan COVID-19 melibatkan individu bergejala di

Penyediaan protein dalam ransum sangat penting untuk memenuhi protein hidup pokok dan produksi (bulu, pertumbuhan, reproduksi dan laktasi) yang memerlukan kualitas

Ekstrak air buah jambu batu memiliki efektivitas yang sama dengan asam sitrat 2% b/v dalam menghambat browning buah apel malang, demikian pula ekstrak air buah

Bapak Zulkarnain, M.Ag selaku PA (Penasehat Akademis) penulis selama berada di bangku perkuliahan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Bapak para dewan

Berdasarkan Tabel 1, nilai rata-rata validitas LKS IPA Berorientasi Model PBI adalah sebesar 86,25% dengan kriteria valid. Hal ini menunjukkan bahwa LKS IPA

Kecanduan dalam bermain game juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, contohnya masalah keluarga, pekerjaan, dan lainnya yang membuat seseorang menjadi tertekan

8.640.000,- (Delapan Juta Enam Ratus Empat Puluh Ribu rupiah).. Panitera

Dalam pemilihan judul “Perkembangan Lembaga Pengajaran dan Pengembangan Al-Qur’an (LPPQ) Al-Karim Sidoarjo Jawa Timur (1992- 2014)” penulis menemukan kesamaan pada lembaga