• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan temuan penelitian ini sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan temuan penelitian ini sebagai berikut:"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

P E N U T U P

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan temuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepribadian tipe A (X1) dengan kepuasan kerja (Y)

guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi.

2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepribadian tipe B (X2) dengan kepuasan kerja (Y)

guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi;

3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara etos kerja (X3) guru dengan kepuasan kerja (Y)

guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi.

5.2 Implikasi

5.2.1 Implikasi Teoritik

1. Penelitian Owaied (2003) menemukan bahwa ada korelasi yang positif dan signifikan antara kepriba-dian tipe A dengan kepuasan kerja guru. Sedang-kan Lim dan Koh (1996) menemuSedang-kan hasil pene-litian bahwa kepribadian tipe A memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan kepuasan kerja. Penelitian Rita (2002) menemukan hasil bahwa

(2)

110

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepribadian tipe A, kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Friedman dan Rosenman (1974) bahwa baik individu tipe A maupun tipe B masing-masing mempunyai ambisi untuk mencapai kepuasan. Hanya saja, bagi tipe B, karakter ini hanya sebagai sesuatu yang mem-buat mereka tenang, sesuatu yang memberikan rasa aman dan nyaman. Tidak seperti tipe A yang menjadikannya sebagai dorongan untuk bersaing. 2. Hasil penelitian Soleimani (2011) menemukan

bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara etos kerja dengan kepuasan kerja staf. Hudspeth (2003) menemukan hasil hasil yang sama namun etos kerja berkorelasi kuat dengan kepuasan kerja. Hasil penelitian penulis menemu-kan bahwa ada hubungan yang positif antara etos kerja dengan kepuasan kerja. Dengan demikian, temuan ini mendukung teori yang dikatakan oleh Hudspeth (2003) bahwa etos kerja sangat berhu-bungan dalam meningkatkan kepuasan kerja. 5.2.2 Implikasi Terapan

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepriba-dian tipe A memiliki hubungan yang positif dan

(3)

signifikan dengan kepuasan kerja guru. Artinya peningkatan skor kepribadian tipe A akan mening-katkan pula skor kepuasan kerja guru. Tabel 4.5, deskripsi subjek penelitian berdasarkan kategori kepuasan kerja menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja guru berada pada kategori sedang. Saran penulis kepada guru-guru sekolah dasar di UPTD Kulawi adalah kepuasan kerja ini masih bisa ditingkatkan dengan cara menaikkan skor tipe kepribadian A. Hasil analisis item dari tiap-tiap indikator menunjukkan bahwa untuk indikator seperti : “bekerja dengan cepat dan energik”, ”benci menyerah sebelum benar-benar yakin dikalahkan”, “pencapaian-pencapaian dianggap lebih tinggi”, ”berhasil pada situasi-situasi menantang. Makin banyak tantangan, makin baik” dan “mempunyai standar-standar tinggi untuk diri dan orang lain” (lihat Tabel 3.3) menghasilkan skor rata-rata yang bernilai negatif (lihat lampiran 4). Untuk menaik-kan skor kepribadian tipe A, maka masing-masing skor yang bernilai negatif tersebut harus dinaikkan menjadi positif. Peningkatan skor kepribadian tipe A akan meningkatkan pula skor kepuasan kerja guru.

2. Kepribadian tipe B memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kepuasan kerja guru. Artinya peningkatan skor kepribadian tipe B akan meningkatkan pula skor kepuasan kerja guru.

(4)

112

Hasil analisis item dari tiap-tiap indikator me-nunjukkan bahwa untuk indikator: “dibandingkan dengan kebanyakan orang, sangat tidak terlibat dalam pekerjaan saya”, “rileks dan santai dengan pekerjaan”, “jarang mengendarai mobil/motor ter-lalu cepat”, “dianggap agak pendiam”, “berbicara lebih lembut daripada kebanyakan orang”, “bekerja perlahan dan tidak tergesa-gesa”, “lebih menyukai untuk berlambat-lambat makan siang dan menik-matinya, “suka pekerjaan yang tidak terlalu me-nantang”, “berbicara lebih lambat ketimbang orang lain”, “membiarkan satu masalah selesai dengan sendirinya tanpa harus berusaha”, ”berjalan lebih perlahan ketimbang kebanyakan orang”, ”menik-mati berada di sekitar anak-anak”, ”lebih suka ber-jalan daripada berlari-lari”, ”menikmati membaca untuk bersenang-senang”, ”suka berkeliaran me-ngobrol dengan teman-teman”, ”tidak keberatan membiarkan orang berjalan di depan jika tergesa-gesa” (lihat Tabel 3.3) menghasilkan skor rata-rata yang bernilai positif (lihat lampiran 4). Untuk me-naikkan skor kepribadian tipe B, maka masing-masing skor yang bernilai positif tersebut harus diturunkan menjadi negatif. Peningkatan skor ke-pribadian tipe B akan meningkatkan pula skor kepuasan kerja guru;

3. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ada hu-bungan yang positif dan signifikan antara etos kerja guru dan kepuasan kerja guru. Artinya

(5)

bahwa peningkatan skor etos kerja guru akan meningkatkan pula skor kepuasan kerja guru. Berdasarkan tabel 4.8, analisis deskriptif penelitian menunjukkan bahwa variabel etos kerja guru berada pada kategori sedang. Saran penulis kepada guru-guru sekolah dasar di UPTD Kulawi adalah etos kerja ini masih bisa ditingkatkan sehingga meningkatkan pula skor kepuasan kerja guru. Hasil analisis item dari tiap-tiap indikator menun-jukkan bahwa indikator: “setiap orang akan lebih baik jika bergantung pada diri sendiri”, ”tidak suka bergantung pada orang lain”, ”mengontrol nasib dengan tidak tergantung pada orang lain”, ”ber-gantung pada diri sendiri bisa maju dalam ke-hidupan”, ”tidak boleh sampai menilai sebelum mendengar semua fakta”, ”hidup akan lebih ber-makna jika memiliki lebih banyak waktu luang”, ”lebih suka pekerjaan yang memungkinkan untuk memiliki lebih banyak waktu luang”, ”semakin banyak waktu yang bisa dihabiskan dalam kegiat-an lukegiat-ang, merasa lebih baik”, ”pekerjakegiat-an ykegiat-ang me-nyediakan waktu luang paling banyak”, ”merasa tidak enak ketika ada sedikit pekerjaan untuk di-kerjakan”, ”walau telah pensiun, masih akan terus bekerja”, ”menghabiskan waktu sama pentingnya dengan menghabiskan uang”, ”hal-hal yang di-inginkan namun harus menunggu untuk menda-patkannya adalah yang paling berharga”, ”lebih

(6)

me-114

milih untuk menabung sampai mampu dan tidak membeli dengan menggunakan kredit”, ”hal-hal ter-baik dalam hidup adalah hal-hal yang harus ditunggu”, ”satu-satunya cara untuk mendapatkan sesuatu yang berguna adalah dengan menabung”, ”jika ingin membeli sesuatu, selalu menunggu sampai mampu membelinya”, ”mendapatkan pe-menuhan diri lebih dari barang-barang yang sudah ditunggu”, ”hadiah-hadiah yang tidak diberikan pada saat itu juga, biasanya jauh lebih memuas-kan daripada yang hadiah yang diberimemuas-kan seke-tika”, ”memiliki banyak kebebasan dari orang lain sangat penting”, ”membuang-buang waktu sama halnya dengan membuang-buang pembenaran”, ”sebuah kerja keras seharian memberikan kesan sebuah pencapaian”, ”mengambil barang dari pe-kerjaan jika merasa tidak dibayar dengan cukup”, ”semakin sedikit waktu bekerja dan lebih banyak waktu luang yang dimiliki seseorang, lebih baik”, ”menyisakan sedikit waktu untuk bersantai”, ”lebih banyak waktu luang baik untuk tiap orang (Lihat Tabel 3.4) menghasilkan skor rata-rata pada kategori sedang (Lihat lampiran 4). Jika skor dari item-item tersebut dinaikkan, maka skor etos kerja guru akan meningkat sehingga meningkat pula skor kepuasan kerja guru;

4. Untuk variabel kepuasan kerja guru, kepuasan kerja dapat ditingkatkan dengan cara menaikkan skor dari tiap-tiap indikator. Hasil analisis item

(7)

dari tiap-tiap indikator menunjukkan bahwa indi-kator: “pendapatan yang tidak mencukupi tidak bisa hidup seperti yang diinginkan”, “pengawas mengadu domba seorang guru dengan guru yang lainnya”, ”kondisi mengajar di sekolah bisa diting-katkan”, ”tidak mendapatkan kebebasan untuk membuat keputusan sendiri”, ”mendapatkan peng-akuan penuh untuk kesuksesan mengajar”, ”dapat bergaul secara baik dengan semua rekan kerja”, ”pengelola sekolah tidak menjelaskan aturan-aturan dengan jelas”, “pengawas selalu memberi-kan bantuan”, ”kondisi kerja sekolah memberimemberi-kan kenyamanan”, “mengajar memberi kesempatan untuk membantu para siswa dalam belajar”, “mengajar memberi kesempatan yang terbatas untuk lebih maju”, “semua siswa menghargai guru”, “puas karena mendapat dukungan kenaikan jabatan dari rekan sekerja”, “kondisi kerja sekolah sangat buruk”, ”pengelola sekolah selalu menyam-paikan dan menjelaskan aturan-aturan dengan baik”, “tidak pernah merasa terjamin dengan pe-kerjaan mengajar”, “pengawas memperlakuan semua orang secara adil”, “pengawas memperla-kuan semua orang secara adil”, “rekan-rekan kerja memberi motivasi untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik”, “mengajar memberi sebuah ke-sempatan untuk kenaikan jabatan”, “ruang lingkup fisik sekolah tidak menyenangkan”, “gaji dibayar

(8)

116

dengan layak sesuai dengan kemampuan”, “rekan-rekan kerja sangat kritis terhadap satu dengan yang lainnya”, ”mengemban tanggung jawab untuk melakukan tugas mengajar”, “rekan-rekan kerja selalu memberi saran atau masukan”, “pengawas menyediakan bantuan untuk peningkatan kemam-puan mengajar guru”, “tidak merasakan adanya kerjasama dengan rekan kerja”, “mengajar men-dorong seseorang menjadi kreatif”, “pendapatan se-orang guru hanya pas-pasan untuk hidup”, “pe-kerjaan seorang guru sangatlah menyenangkan”, “menerima terlalu banyak instruksi yang tidak berarti dari pengawas”, “tidak menyenangi rekan kerja”, “mendapatkan pengakuan yang terlalu se-dikit”, “mengajar memberi sebuah peluang yang bagus untuk lebih maju” (Lihat tabel 3.1) meng-hasilkan skor rata-rata pada kategori kurang puas dan sedang (Lihat lampiran 4). Jika skor rata-rata dari tiap-tiap indikator tersebut dinaikkan, maka skor kepuasan kerja akan meningkat.

5.2.3 Implikasi Penelitian Lanjutan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terda-pat korelasi yang positif dan signifikan antara variabel X1, variabel X2, dan variabel X3 dengan variabel Y.

Adanya batasan dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, penulis mengusulkan agar peneliti beri-kutnya menggunakan teknik multiple correlation dalam melakukan penelitian lanjutan, dengan alasan bahwa

(9)

penggabungan koefisien korelasi variabel bebas akan meningkatkan derajat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Usman (2006) menge-mukakan bahwa multiple correlation digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel bebas atau lebih yang secara bersama-sama dihubungkan dengan variabel terikatnya, sehingga akhirnya dapat diketahui besarnya sumbangan seluruh variabel bebas yang menjadi objek penelitian terhadap variabel terikatnya. Hal ini sejalan pula dengan Wibisono (2005) yang mengatakan bahwa penambahan variabel-variabel dari korelasi sederhana menjadi korelasi ganda akan me-nambah besar koefisien korelasi variabel bebas terha-dap variabel terikat.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyutujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (NonExclusive Royalty-Free

Imam Gampong berpendapat tentang perkawinan di bawah umur di Desa Kute Lot Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah lebih baiknya tidak dilakukan karena

Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan data primer dan sekunder yang berupa hasil survei geometrik serta LHR (Lintas Harian Rata-rata) pada jalan

Akan tetapi mengingat perkembangan kebutuhan komoditas tertentu seperti zirkon dan pasir besi yang terkandung juga sebagai mineral/ bahan ikutan pada cebakan emas aluvial,

Setelah semua aspek diukur kemudian dilakukan penghitungan skor pada keseluruhan aspek dan didapatkan skor sebesar 4.34 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dimensi

Sedangkan, Investor yang dimaksud dalam skripsi ini adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal pada produk investasi atau efek Reksa dana

Kepercayaan yang berkembang sampai saat ini dengan banyaknya masyarakat yang memiliki perbedaan latar belakang baik sosial, budaya bahkan ekonomi membuat Desa

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan pernikahan dengan spiritualitas pada istri bekerja yang berada dalam tahap