• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE TAMYIZ UNTUK PEMBELAJARAN NAHWU DAN SHARAF PADA AL-QUR AN. Nadia Fatchu Ilmi Universitas Negeri Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE TAMYIZ UNTUK PEMBELAJARAN NAHWU DAN SHARAF PADA AL-QUR AN. Nadia Fatchu Ilmi Universitas Negeri Malang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

542 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

METODE “TAMYIZ” UNTUK PEMBELAJARAN NAHWU

DAN SHARAF PADA AL-QUR’AN

Nadia Fatchu Ilmi Universitas Negeri Malang

nadiafatchu@gmail.com

Abstrak: Mempelajari bahasa Arab dalam Al-Qur’an menggunakan metode tamyiz merupakan salah satu ikhtiar dalam memahami Al-Qur’an. Sebagai umat Islam yang memiliki pedoman hidup berbahasa Arab, kita dituntut memahami tata cara kehidupan yang terkandung didalamnya. Metode tamyiz ini menyuguhkan cara yang unik dalam mempelajari bahasa Arab khususnya mempelajari dua ilmu pokok bahasa Arab yaitu ilmu nahwu dan sharaf. Metode ini akan membawa kita belajar ilmu nahwu dan sharaf menggunakan sebuah nyanyian atau syair yang mudah dipraktekkan.

Kata kunci : Nahwu, sharaf, metode, tamyiz, al-qur’an

Abstract: Learning Arabic in the Al-Qur'an using the tamyiz method is an effort to understand the Al-Qur'an. As Muslims who have a way of life in Arabic, we are required to understand the ways of life contained therein. This tamyiz method presents a unique way of studying Arabic, especially studying the two main sciences of Arabic, namely nahwu and sharaf. This method will take us to learn the science of nahwu and sharaf using a song or verse that is easy to practice.

Keywords: Nahwu, sharaf, method, tamyiz, al-quran

صخللما

:

يلع

غ للا

يب علا

ف

نآ قلا

قي طب

زييمت

ه

ىدحإ

ق ط

هفل

اي تحم

نآ قلا

.

نيملسلماك

انيدل

داشرلإا

شيعلل

ف

اين دلا

و

داشرلإا

غ للاب

يب علا

.

بجي

انيلع

نأ

هفن

اي تحم

ف

نآ قلا

ك

لان

ً ايح

ى ض لاب

الله

ع

لا

.

ف ت

قي طلا

زييمتلا

ً قي ط

ً دي ف

يلعتل

غ للا

يب علا

صاخ

ف

يلع

لع

حنلا

و

لع

ف صلا

ادختساب

ينغأ

طيسب

.

ةملكلا

ةسيئرلا

:

حنلا

ف صلا

قي ط

زييمت

نآ قلا

(2)

543 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Sebagai umat Islam, wajib bagi kita untuk mempercayai sumber utama agama Islam, yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an turun dalam bahasa Arab, jadi sudah sepantasnya umat Islam mengenal dan memahami bahasa Arab terkhusus bahasa Arab dalam Al-Qur’an. Selain mempercayai, umat Islam juga harus mengamalkan kandungan-kandungan yang terdapat dalam Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan hudan lil muttaqin, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Petunjuk disini adalah petunjuk umat Islam dalam menjalankan ibadah, muamalah, dan berkehidupanm sehingga segala sesuatu yang di kerjakan selalu bersumber dari Al-Qur’an.

Untuk mengamalkan kandungan yang terdapat dalam Al-Qur’an, umat Islam harus memahami makna dari setiap kata yang terdapat dalam sebuah ayat Al-Qur’an. Memahami makna ayat tidak cukup hanya berbekal ilmu tajwid saja, melainkan memerlukan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa Arab. Ilmu-ilmu dalam bahasa Arab banyak jenisnya, namun yang paling penting dan paling utama adalah ilmu nahwu dan ilmu sharaf. Menurut Zein Muhammad (1963) dikatakan bahwa sebagian ulama menyatakan bahwa sharaf induknya ilmu dan nahwu sebagai bapaknya (Misbah, 2006). Pernyataan ini menambah bukti bahwa memang ilmu nahwu dan sharaf ini sangatlah penting untuk dipelajari terlebih untuk memahami makna Al-Qur’an.

Berangkat dari pentingnya mempelajari nahwu dan sharaf bagi umat Islam, banyak cara atau metode yang dapat dilakukan untuk membantu kita dalam proses pemahaman nahwu dan sharaf. Salah satu cara tersebut adalah metode “Tamyiz”. Secara garis besar, metode ini menawarkan cara yang unik dalam mempelajari nahwu dan sharaf. Uniknya dapat kita lihat dari cara menghafal kaidah-kaidah nahwu yang diucapkan dengan bernada atau menggunakan lagu. Cara ini memudahkan dan meringankan pembelajar dalam menghafal kaidah nahwu. Selebihnya akan diulas dalam poin-poin berikutnya.

Pengertian Al-Qur’an

Secara etimologi Al Qur’an berasal dari bahasa arab dari akar kata qara’a yang berarti membaca. Al Qur’an adalah isim masdar yang diartikan sebagai isim maf’ul yang berarti sesuatu yang di baca. Namun demikian ada yang berpendapat bahwa kata qara’a tersebut juga memiliki arti jam’u yang artinya mengumpulkan atau menghimpun. Jadi, lafal qur’an dan qira’ah berarti menghimpun dan mengumpulkan sebagian huruf‐huruf dan kata‐kata yang satu dengan yang lain. Mungkin juga berarti menghimpun kitab‐kitab yang terdahulu (zabur, taurat dan injil) (Khalifah, 2010)

(3)

544 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Al Zarqani mendefinisikan Al Qur’an sebagai lafal yang diturunkan kepada nabi Muhammad SWT mulai surat Al-Fatihah sampai akhir surat An‐Nas. Sementara manna al Qattan dalam mababis fi ulum alqur’an mendefinisikan Al Qur’an sebagai kalam Allah yang diturunkan kepaa Nabi Muhammad SAW dan yang membacanya merupakan suatu ibadah. (Mustamar, 2007) dalam (Khalifah, 2010)

Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab yang mana merupakan bahasa penduduk setempat saat Al-Qur’an diturunkan. Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surah, dan 6.236 ayat (menurut Al-Kuffah dan sesuai dengan jumlah ayat Al-Qur’an didalam mushaf yang diterbitkan di Indonesia). Didalam Al-Qur’an telah terkandung segala jenis pengetahuan yang ada di alam semesta. Bahkan pengetahuan yang belum pernah diteliti pada jaman itu, telah ada terlebih dahulu didalam Al-Qur’an. Itulah salah satu kelebihan Al-Qur’an sebagai sumber utama bagi umat Islam.

Penjelasan Nahwu-Sharaf beserta Objek Kajiannya

Dalam mempelajari bahasa Arab, kita tidak akan terlepas dari ilmu-ilmu yang mendukung pembelajaran bahasa Arab tersebut seperti ilmu nahwu dan ilmu sharaf. Telah dijelaskan diatas bahwa menurut Zein Muhammad (1963) dikatakan bahwa sebagian ulama menyatakan bahwa sharaf induknya ilmu dan nahwu sebagai bapaknya. Pernyataan ini menambah bukti bahwa memang ilmu nahwu dan sharaf ini sangatlah penting untuk dipelajari terlebih untuk memahami makna Al-Qur’an. Karena menjadi salah satu ilmu yang penting untuk dipelajari, sebagai pembelajar bahasa Arab kita diwajibkan memahami apa pengertian dari ilmu nahwu dan sharaf dan juga objek kajian apa saja yang dikaji didalamnya (Misbah, 2006)

Dalam kitab Al-Munjid fii al-Lughah secara etimologis kata “nahwu” berasal dari kata اوحن - وحني - احن yang berarti arah (jihat), jalan (thariq), contoh (mitslu), ukuran (miqdar), dan tujuan (qashdu). Sedangkan secara terminologis definisi nahwu disebutkan oleh al-Shibaan yang mendapat kritik dari Dr. Ibrahim Mustafa dalam kitabnya, yaitu suatu ilmu yang mempelajari keadaan-keadaan dari akhir kata, i’rab atau binaa. Lebih lengkap dijelaskan oleh Al-Hasyimi definisi ilmu nahwu adalah kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan akhir kata dalam bahasa Arab yang terbentuk dari tarkib suatu kata dengan kata lainnya dalam hal i’rab dan binaa serta mengikutinya (Hakim, 2013). Sedangkan menurut Ibnu Jinni dalam kitabnya al-Khasash menyebutkan bahwa ilmu nahwu adalah “menuju cara bicara orang Arab, dalam hal perubahan pada i’rab dan lainnya, seperti tastniyah, jama’, tahqir, taksir, idhafah, nasab, tarkib, dan lainnya; agar orang yang bukan berbahasa Arab bisa meniru kefasihan

(4)

545 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

orang Arabm dan jika mereka menyimpang dari bahasa Arab maka dikembalikan berdasarkan kaidah nahwu tersebut. (Hakim, 2013).

Dalam al-Kitab karya Imam Sibaweh terdapat keterkaitan antar prinsip-prinsip yang diklasifikasikan olehnya dan bahkan dijadikan sandaran seperti sebuah kaidah yang mengatakan: Mayoritas prinsip-prinsip nahwu adalah berkaitan langsung dengan fi'il dari isim adalah isim fa'il, dan diperbolehkan dalam pembentukan sighat mubalaghah, dan tidak dalam pembentukan fa'il dari lafal dan maknanya satu, serta bukan pembentukan yang prinsip itu berlangsung pada fi'il. Dan yang menunjukkan term tersebut hanya sedikit sekali (Shalihah, 2018).

Secara bahasa, sharaf berarti perubahan angina dari suatu keadaan menuju keadaan lain. Sedangkan secara istilah adalah perubahan asal suatu kata kepada kata yang berbeda untuk mencapai arti yang dikehendaki yang hanya bisa tercapai dengan perubahan tersebut. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah: 164

… َنو ل قْعَي ٍم ْوَق ل ٍتاَي َلَ ض ْرَ ْلْا َو ءاَمَّسلا َنْيَب رَّخَس مْلا باَحَّسلا َو حاَي رلا في رْصَت َو

Artinya: “….dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.

Pembahasan ilmu sharaf meliputi isim-isim mutamakkin (yang dapat berubah-ubah) dan fi’il-fi’il yang munshorif (dapat ditashrif). Melalui ilmu sharaf, seseorang dapat terlepas dari kesalahan dalam mengucapkan setiap kata atau kalimat berbahasa Arab. Para ulama telah membagi ilmu ini menjadi dua macam, yaitu Tashrif Lughowi dan Tashrif Istilahi (Wisnu Uriawan, 2017)

1. Tashrif Lughowi adalah berubah atau mengubah dari bentuk aslinya kepada bentuk yang lain.

2. Tashrif Istilahi adalah berubahnya bentuk asal pertama (fi’il madhi) menjadi fi’il-fi’il dan isim-isim setelahnya (sampai isim alat).

Jadi, objek kajian ilmu nahwu adalah membahas suatu kata yang telah masuk kedalam susunan kalimat, sedangkan ilmu sharaf adalah membahas suatu kata yang belum masuk dalam susunan kalimat.

Hubungan Nahwu-Sharaf dengan Al-Qur’an

Al-Qur’an dengan segala keistimewaannya diturunkan menggunakan bahasa Arab dimana pada saat itu bahasa Arab merupakan bahasa penduduk tempat dimana Al-Qur’an diturunkan. Bahasa Arab fushah yang menggunakan dialek Quraisy atau bahasa Arab yang digunakan Al-Qur’an bahkan menjadi bahasa administrasi pada masa

(5)

546 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Dinasti Usmaniyyah. Sebagai umat Islam kita wajib memahami dan mengamalkan kandungan Al-Qur’an. Agar dapat memahami Al-Qur’an yang berbahasa Arab, membutuhkan metode dan cara-cara yang tepat. Salah satu cara tersebut adalah dengan mempelajari ilmu nahwu dan ilmu sharaf. Mengapa harus keduanya? Telah dijelaskan di pembahasan sebelumnya bahwa ilmu nahwu dan sharaf bagaikan sebuah pasangan. Ilmu nahwu sebagai bapaknya dan ilmu sharaf sebagai induknya. Hal ini sangat memperjelas bahwasanya kedua ilmu tersebut tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri, melainkan harus dipelajari secara bersamaan.

Jika kita telah mempelajari ilmu nahwu dan sharaf, kita akan mudah memahami kandungan Al-Qur’an, selain itu kita juga bisa mengetahui alasan disetiap ayat tersebut diturunkan, serta kita bisa memahami kedudukan sebuah kata di dalam ayat tersebut sehingga kita tidak akan salah dalam membaca harokat terakhir kata tersebut. Memahami ilmu nahwu dan sharaf sangat penting terutama untuk seorang penafsir atau penerjemah Al-Qur’an. Bahkan pada abad kedua hijriyah, penduduk saat itu memandang pekerjaan menafsirkan Al-Qur’an adalah pekerjaan menakutkan dan harus dikerjakan dengan rasa tanggungjawab yang tinggi. Dikatakan menakutkan karena untuk menafsirkan Al-Qur’an dibutuhkan pengetahuan mendalam mengenai ilmu nahwu dan sharaf tersebut, sehingga tafsiran yang dihasilkan tidak mengubah makna atau tidak melenceng dari sumber aslinya. Kendati menakutkan, pekerjaan ini dianggap pekerjaan yang sangat mulia pada masa itu. Selain dapat memahami Al-Qur’an, dengan mempelajari bahasa Arab terkhusus kedua ilmu tersebut, kita akan mudah memahami hadits-hadits dan juga sumber pengetahuan lain yang menggunakan bahasa Arab.

Pengertian Metode Pembelajaran

Setelah mengkaji dan mempelajari mengenai Al-Qur’an, ilmu nahwu dan ilmu sharaf, kita akan mulai memahami pengertian metode dan metode pembelajaran. Menurut Effendy, (2005) secara etimologis metode berasal dari kata metha yang berarti balik atau belakang, dan hodos yang berarti melalui atau melewati. Dalam bahasa Arab disebut dengan thariqah yang berarti jalan. Dengan demikian metode berarti jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Ulya, 2016)

Pengertian metode secara terminology banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah Edward Anthony dalam Effendy dalam Ulya, mendefinisikan metode sebagai rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Tu’aimah juga mengartikan metode sebagai cara-cara yang digunakan untuk mencapai

(6)

547 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

tujuan pendidikan tertentu. Sehingga dapat ditarik pengertian dari metode pembelajaran adalah cara-cara yang dilakukan untuk mendapatkan hasil dari pembelajaran yang ingin dicapai (Ulya, 2016)

Dalam dunia pendidikan saat ini terkhusus di Indonesia, mutu pendidikan masih menjadi pokok permasalahan di setiap tahunnya. Output yang dihasilkan dari sebuah pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya dinilai masih dibawah kualitas rata-rata, hal ini bisa disebabkan beberapa faktor dan salah satunya adalah metode pembelajaran yang kurang tepat. Sebagai pendidik, penentuan metode pembelajaran yang akan digunakan sangatlah berpengaruh pada keantusiasan peserta didik dalam mengikuti pembelajaram, terkhusus pembelajaran bahasa Arab yang dinilai sebagian orang lebih sulit daripada pembelajaran bahasa-bahasa lainnya. Jika metode yang digunakan sudah tepat dan sesuai dengan kondisi peserta didik, maka kenyamanan dan keantusiasan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menjadi maksimal sehingga output yang dihasilkan pun maksimal dan memiliki kualitas. Dalam artikel ini penulis akan memaparkan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran ilmu nahwu dan sharaf, dimana kedua ilmu tersebut merupakan pokok dari pembelajaran bahasa Arab.

Sejarah Singkat Metode Tamyiz

Salah satu cara mempelajari ilmu nahwu dan sharaf adalah dengan menerapkan metode Tamyiz. Sedikit kita akan mengulas sejarah terbentuknya metode ini sehingga dapat berkembang dan dikenal di seluruh pelosok negeri. Dilansir dari buku sang penulis sendiri (Abaya, 2013), buku Tamyiz ini pertama kali disusun atas permintaan ustadz DR. HMS Kaban sepulang beliau dari ziarah ke maqbaroh Imam Syafi‟i di Mesir kepada penulis (Abaza, MM) untuk melakukan riset, agar anak-anak Indonesia dapat meniru Imam Syafi‟i yang sejak kecil di usia 10 tahun sudah pintar mengajarkan Qur’an, Hadits dan Tafsir di majlis ilmu (Mukroji, 2014).

Hipotesis penulis (Abaza) dalam penelitian ini adalah : Bila ada anak-anak sampai usia 10 tahun yang hebat dan istimewa sehingga mampu menghafal, memahami dan mengajarkan Qur‟an, Hadits dan tafsir Kitab Kuning di majlis Ilmu, pasti ada orang hebat di belakangnya yang berperan besar mendidiknya dengan “ metode “ yang hebat juga (orang tua dan guru- gurunya). Buku Tamyiz ini, dimaksudkan untuk menjadi sebuah “ metode “ yang dapat digunakan untuk mengajari anak kecil usia SD/MI– dan yang pernah kecil (siapa saja yang sudah bisa membaca Qur’an) sehingga mereka dapat membaca, menterjemahkan, menuliskan (imla) dan

(7)

548 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

mengajarkan Qur’an dan Kitab Kuning, sebagaimana Imam Syafi‟i kecil dahulu bisa, atau sesuai harapan HMS Kaban untuk mencetak “ Imam Syafi‟i “ di negara mayoritas muslim ini (Mukroji, 2014).

Dengan target anak kecil, maka Abaza melakukan sedikit “ bongkar pasang puzzle “ terhadap teori nahwu-shorof yang selama ini dianggap sudah baku, supaya dapat diajarkan dan dipahami dengan mudah dan meyenangkan oleh anak dengan hasil akhir anak kecil tersebut dapat membaca , menterjemahkan, menulis (imla) dan mengajarkan Qur’an dan Kitab Kuning sesuai dengan kaidah nahwu-shorof yang baku. (Mukroji, 2014)

Metode Tamyiz Sebuah Formulasi Teori Nahwu-Sharaf Quantum

Metode Tamyiz adalah metode pembelajaran yang mudah dan menyenangkan untuk dipraktekkan (quantum). Tujuannya agar pembelajar dapat memahami tarjamah dari Al-Qur’an dan membaca kitab kuning. Kendala yang dihadapi santri atau pembelajar bahasa Arab selama ini adalah sulitnya memformulasikan teori nahwu- sharaf dengan cara pembelajaran yang mudah, karena nahwu-sharaf terlanjur dipersepsikan sebagai pelajaran yang sulit (Kafin Jaladri, 2016).

Berangkat dari permasalahan diatas, maka disusunlah metode Tamyiz ini untuk menjadi solusi atas kesulitan membaca kitab kuning dan memahami tarjamah Al-Qur’an bagi santri atau pembelajar bahasa Arab. Visi, misi, dan tujuan metode Tamyiz adalah (Esi Hairani, Nadjematul Faizah, Muzayyanah, 2018):

a) Visi : sedari kecil pintar tarjamah Al-Qur’an dan Kitab Kuning

b) Misi : menjadi media belajar yang mudah untuk membentuk keluarga muslim yang sejak usia kanak- kanak tidak saja dapat membaca Al-Qur’an, tetapi juga dapat mentarjamah dan menulis (imla‟) Al-Qur’an ketika membaca dan mendengarnya serta mampu mengajarkannya.

c) Tujuan : 24 jam belajar, pintar tarjamah Al-Qur’an (Tamyiz 1) 100 Jam belajar, pintar kitab kuning (Tamyiz 2) Pintar tarjamah dan kitabah (imla‟) Al-Qur’an dan Kitab Kuning (Tamyiz 3).

Prinsip cara belajar metode Tamyiz dibagi menjadi dua, yang pertama adalah LADUNI (ilate kudu muni) dan yang kedua adalah SENTOT (santri TOT), yang dimaksuda dengan prinsip LADUNI adalah santri belajar dengan teknik mengeraskan suaranya (sebagai salah satu cara untuk mengoptimalkan penggunaan potensi otak kiri dan otak kanan

(8)

549 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

secara seimbang), ditambah dengan teknik pengulangan yang energratif (sebagai salah satu mengoptimalkan potensi otak bawah sadar atau qolbun/shudur) sehinnga hasil belajar lebih optimal. Sedangkan SENTOT adalah model belajar santri adalah model ustadz yang sedang mengajar/menjelaskan kepada santri; insyaAllah, santri otomatis bisa mengajarkan Tamyiz kepada orang lain (anak kecil pun sudah bisa mengajarkan tarjamah Al-Qur’an dan kitab kuning sebagaimana ustadz/kiyai mengajar santri) (Kafin Jaladri, 2016). Prinsip cara mengajar metode Tamyiz juga dibagi menjadi dua prinsip, yaitu mengajar dengan bahasa hati dan mengajar dengan mematuhi tahapan. (Mukroji, 2014)

Kurikulum metode Tamyiz dibagi menjadi tiga jenjang, yaitu Tamyiz 1, Tamyiz 2, dan Tamyiz 3. Setiap jenjang memiliki tupoksi masing-masing dalam mempelajari ilmu nahwu-sharaf. Jika kita ingin belajar menggunakan metode ini kita harus mengikuti ketiga jenjang ini dengan runtut, agar materi yang kita terima dapat maksimal seperti tujuan awal. Tamyiz 1: santri pintar menterjemahkan al-Qur’an dengan bantuan kamus Kawkaban. Dalam Tamyiz 1 ini diharapkan santri berha- sil; 1) Pintar membaca al-Qur’an putus-putus. 2) Pintar tasrif dan dhomir. 3) Pintar mujarrod (membuka kamus). Tamyiz 2: santri pintar membaca I’rab kitab kuning (Tahsinul Qodir) tampa tarjamahnya. Dalam Tamyiz 2 ini diharapkan santri berhasil; 1) Pintar membaca kitab kuning putus-putus, 2) Pintar i’rob, 3) Pintar awamil, 4) Pintar sibhjumlah, 5) Pintar jumlah fi’liyah, 6) Pintar jumlah ibtidaiyah. Tamyiz 3: santri pintar tarkib dan mengajarkan Al-Qur’an dan kitab kuning (Tahsinul Qodir). Dalam Tamyiz 3 ini diharapka santri pintar teori Nahwu-Sharof., d. Kitab Kuning Digital (Maktabah Syamilah dll) diharapkan santri mengoperasionalkan komputer dan Maktabah Syamilah yang berisi minimal ribuan kitab yang dapat diakses secara gratis (Kafin Jaladri, 2016).

Pembelajaran Metode Tamyiz

Materi disampaikan dengan santai dan menyenangkan dengan menggunakan lagu-lagu yang sudah diketahui oleh santri, seperti dalam penerapan materi berikut ini :

1. Al Kalimah (Isim, Fi’il dan Huruf)

2. Al I’rab ( Al I’robu al Ismi, I’robu al Mudhari’) 3. Al-Awamil

4. Syibhu al Jumlah

5. Al Jumlah (Al Fi’liyah dan Al Ibtidaiyah) 6. Tashrifu al Ismi

(9)

550 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang 8. Wazanu al Fi’li 9. Mujarrod 10. Tabel Mujarrod 11. Imla 12. Tarjamah

Cara pembelajaran nahwu-sharaf menggunakan metode Tamyiz :

يضاملا لعفلا باب ▪ Lihat halaman 26

▪ Peserta diinformasikan ciri-ciri Madi ( peserta mengikuti ) dan dibaca berulang

▪ Tutor menjelakan ciri-ciri Madhi disertai contohnya

▪ Tutor menyebutkan Tasrif Madhi (peserta mengikutinya) disertai dengan nyanyian

▪ Latihan praktek mencari Madhi, Huruf, Isim, Mudori’ dan Amr di Al Baqorah ayat 14 – 17 (misal)

▪ Tutor membacakan Qur’an secara putus-putus ( peserta mengikutinya ) ▪ Peserta memberi Tanda Garis Bawah Tiga ketika menemukan Madhi ▪ Peserta memberi Lingkaran ketika menemukan Huruf

▪ Peserta memberi contreng pada kolom Huruf

▪ Peserta memberi tanda Garis Atas ketika menemukan Isim

▪ Peserta memberi tanda Garis Bawah Satu ketika menemukan Mudori’ ▪ Peserta memberi tanda Garis Bawah Dua ketika menemukan Amr Cara pembelajaran tarjamah Al-Qur’an menggunakan metode Tamyiz :

▪ Mencari Mujarod (akar kata/kata dasar) di Kamus

▪ Menggaris bawahi akar kata yang sudah ketemu di Kamus ▪ Menuliskan tarjamah di lembar Latihan Surah Al-Baqarah ▪ Praktek dari ayat 2 – 25 (misal)

▪ Untuk tarjamah “HURUF “ tidak boleh dituliskan di lembar latihan Praktek menerapkan metode Tamyiz dalam al Qur'an:

▪ Peserta memberi contreng pada Lembaran Kolom Huruf ▪ Peserta memberi tanda garis Atas ketika menemukan Isim

▪ Peserta memberi tanda garis bawah tiga ketika menemukan fi'il madhi ▪ Peserta memberi tanda garis bawah satu ketika menemukan fi'il

mudhari’

▪ Peserta memberi tanda garis bawah dua ketika menemukan fi'il amr (Mukroji, 2014)

(10)

551 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Sebagai umat Islam kita harus memahami kandungan pedoman utama kehidupan kita yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan dengan banyak keistimewaan salah satunya adalah berbahasa Arab. Untuk memahami kandungan tersebut, mau tidak mau kita harus memahami bahasa Arab dengan baik agar apa yang kita pahami dari kandungan Al-Qur’an tersebut tidak melenceng dari syari’at dan tuntunan Allah SWT. Dalam mempelajari bahasa Arab terdapat banyak ilmu yang harus dikuasai, dua diantaranya merupakan ilmu pokok yaitu ilmu nahwu dan ilmu sharaf. Kedua ilmu tersebut merupakan ilmu terpenting dalam pembelajaran bahasa Arab. Sebagian ulama’ bahkan mengatakan bahwa ilmu sharaf adalah sebagai induknya dan ilmu nahwu bapaknya. Melihat begitu penting kedua ilmu tersebut, maka kita harus mempelajari keduanya dengan baik agar tujuan kita memahami Al-Qur’an dapat terlaksana secara maksimal.

Dalam mempelajari sebuah ilmu, dibutuhkan metode dan cara yang tepat agar pembelajar mudah dalam memahami ilmu tersebut lebih-lebih jika ilmu tersebut merupakan ilmu yang baru bagi dirinya agar tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Selain tepat, metode yang digunakan juga harus sesuai dengan kondisi pembelajar, seperti jika pembelajar adalah siswa SD/MI maka metode yang digunakan haruslah menyenangkan dan tidak monoton. Dalam mempelajari bahasa Arab juga memerlukan metode yang tepat, salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Tamyiz.

Metode Tamyiz adalah metode pembelajaran yang mudah dan menyenangkan untuk dipraktekkan. Tujuannya agar pembelajar dapat memahami tarjamah dari Al-Qur’an dan membaca kitab kuning. Metode ini menggunakan lagu-lagu yang ringan dan sudah sangat umum didengar oleh pembelajar untuk menghafal kaidah-kaidah atau tashrif. Materi yang disampaikan dalam metode ini sama saja seperti materi ilmu nahwu dan sharaf pada umumnya, yang membedakan hanyalah cara penyampainnya yang lebih ringan dan menyenangkan sehingga anak-anak di usia muda menjadi gemar mempelajari ilmu nahwu dan sharaf. Metode ini sangat tepat diterapkan untuk orang yang ingin mahir dalam ilmu nahwu dan sharaf terutama ilmu nahwu-sharaf dalam Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Ramadan, A.R.P. (2017). Peran Ilmu Nahwu Shorof dalam Meningkatkan Belajar Aur’an Hadits (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Al-Amin Gersik Kediri Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017). (Skripsi, Universitas Islam Negeri Mataram, 2017)

(11)

552 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa V Tahun 2021 HMJ Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Esi Hairani, Nadjematul Faizah, Muzayyanah, N. I. (2018). Kohesi metode tamyiz dalam pelajaran bahasa arab di pesantren takhassus bayt tamyiz indramayu. 03, 99–124.

Fauziah, Hapsah dkk. (2019). Peran Ilmu Sharf dan Nahwu Terhadap Pemahaman Al-Qur'an Santri Salafiyyyah Pondok Pesantren Miftahul Mubtadiin Garut. Jurnal NARATAS, 10, 8-9.

Hakim, A. R. (2013). Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu pada Abad 20. Al-Maqoyis, 1(1).

Kafin Jaladri, I. S. (2016). Penerapan Metode Tamyiz Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Di Pptq-Td Tarbiyatul Ummah Sukoharjo 2015-2016. 51– 57.

Khalifah, S. N. (2010). RELIGIOPSIKONEUROIMUNOLOGI AL QUR ’ AN ( Studi Kolaborasi Terapi Al Qur ’ an dan Fungsi Otak dalam

Menghadapi Stres ). 18(1), 19–28.

Misbah, M. (2006). Taufiqul Hakim “Amtsilati” dan Pengajaran Nahwu-sharaf. 11(3), 1–13.

Mukroji. (2014). Metode Tamyiz (Sebuah Formulasi Teori Nahwu Sharaf Quantum). II(1), 161–184.

Shalihah, S. (2018). AL-ISTISHAB ( Sebuah Teori dan Praktik Prinsip-Prinsip Nahwu Arab ). 10, 53–66.

Maesaroh, Siti. (2013). Peranan Metode Pembelajaran Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam. Jurnal Kependidikan, 1(No.1 November).

Ulya, N. M. (2016). Pengaruh Metode Pembelajaran dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab ( Studi Eksperimen Pada MAN 1 Semarang ). 10(April), 1–25.

Wisnu Uriawan, H. H. (2017). RANCANG BANGUN APLIKASI

PEMBELAJARAN ILMU SHARAF DALAM TATA BAHASA ARAB BERBASIS ANDROID. X(2), 107–122.

Referensi

Dokumen terkait