• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perlu dilakukan identifikasi biaya proyek dengan tahapan perencanaan biaya. bangunan berdasarkan harga per kapasitas tertentu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. perlu dilakukan identifikasi biaya proyek dengan tahapan perencanaan biaya. bangunan berdasarkan harga per kapasitas tertentu."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Biaya Proyek

Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan tertanam dalam kurun waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi biaya proyek dengan tahapan perencanaan biaya proyek sebagai berikut :

1. Tahapan pengembangan konseptual, biaya dihitung secara global berdasarkan informasi desain yang minim. Dipakai perhitungan berdasarkan unit biaya bangunan berdasarkan harga per kapasitas tertentu.

2. Tahapan desain konstruksi, biaya proyek dihitung secara agak detail berdasarkan volume pekerjaan dan informasi harga satuan.

3. Tahapan pelelangan , biaya proyek dihitung oleh beberapa kontraktor agar didapat penawaran terbaik, berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar kerja yang cukup dalam usaha mendapatkan kontrak pekerjaan.

4. Tahapan pelaksanaan, biaya proyek pada tahapan ini dihitung lebih detail berdasarkan kuantitas pekerjaan, gambar shop drawing dan metode pelaksanaan dengan ketelitian yang lebih tinggi.

Untuk menentukan biaya suatu unit pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan proyek, dilakukan estimasi biaya (Husen, 2009).

(2)

2.2 Estimasi Biaya

Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang berdasarkan analisis dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Aspek itu dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan yaitu (Kodoatie, 1995) :

1. Tahapan studi

2. Tahapan perencanaan 3. Tahapan pelaksanaan

4. Tahapan operasi dan pemeliharaan

Pada tahap perencanaan sangat penting untuk memperhatikan perkiraan biaya untuk membangun proyek karena memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas bagi masing-masing organisasi peserta proyek dengan penekanannya yang berbeda-beda. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi. Untuk kontraktor, keuntungan financial yang akan diperoleh tergantung kepada seberapa jauh kecakapannya membuat perkiraan biaya, bila penawaran harga yang diajukan terlalu tinggi kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan, sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu rendah akan mengalami kesulitan di belakang hari. Untuk konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek dan sampai derajat tertentu, kredibilitasnya terkait dengan kebenaran atau ketepatan angka-angka yang diusulkan (Soeharto, 1997).

(3)

Perkiraan biaya atau estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (Soeharto, 1997). Dalam prosesnya, tiap-tiap kategori estimasi harus secara hati-hati dipersiapkan dari tingkat estimasi konseptual sampai pada estimasi detail untuk memperoleh keakuratan estimasi biaya konstruksi. Keakuratan estimasi biaya konstruksi seharusnya meningkat sesuai dengan perubahan proyek, dari perencanaan, desain hingga estimasi akhir pada saat penyelesaian proyek. Hal ini bisa diprediksi dari estimasi konseptual yang akan membentuk batasan, dengan tingkat keakuratannya relatif luas terhadap nilai kontrak proyek konstruksi, karena tidak semua gambaran desain dan detail disebutkan selama perencanaan awal.

Estimasi biaya dibedakan menjadi estimasi biaya konseptual dan estimasi biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep bangunan yang akan dibangun. Estimasi biaya konseptual ini bisa disebut juga sebagai perkiraan biaya pendahuluan. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa perkiraan biaya pendahuluan dikerjakan pada tahap konseptual di mana dalam tahap ini semua aspek yang berkaitan dengan rencana investasi dikembangkan, dikaji dan disaring untuk sampai pada suatu laporan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan untuk tahap berikutnya (Soeharto, 1997). Tuntutan yang harus dipenuhi untuk bisa berlanjutnya rencana investasi adalah kualitas perkiraan biaya yang berkaitan dengan akurasi estimasi biaya tersebut. Kualitas suatu estimasi biaya yang berkaitan dengan akurasi dan kelengkapan unsur-unsurnya tergantung pada hal-hal berikut (Soeharto, 1997) :

(4)

a. Tersedianya data dan informasi b. Teknik atau metode yang digunakan c. Kecakapan dan pengalaman estimator d. Tujuan pemakaian perkiraan biaya

Tersedianya data dan informasi memegang peranan penting dalam hal kualitas perkiraan biaya yang dihasilkan. Hal ini juga memerlukan kecakapan, pengalaman serta judgement dari estimator dan tergantung pula dengan metode perkiraan biaya yang dipakai. Terkait dengan metode yang digunakan, dikenal beberapa metode estimasi biaya yaitu :

1. Metode parametrik

2. Metode dengan memakai daftar indeks harga dan informasi proyek terdahulu 3. Metode menganalisis unsur-unsurnya

4. Menggunakan metode faktor 5. Quantity take off dan harga satuan

6. Unit price

7. Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan

Metode mana yang hendah dipakai tergantung pada keperluan dan tersedianya data serta informasi pada waktu itu (Soeharto, 1997).

2.3 Metode Faktor Kapasitas Biaya

Estimasi biaya konseptual dapat dilakukan dengan menggunakan data masa lalu yang diperbarui dengan dasar pemikiran bahwa diantara beberapa proyek sejenis namun besar dan kapasitasnya berbeda terdapat suatu korelasi.

(5)

Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar hubungan matematis yang mengaitkan biaya dengan kapasitas tertentu dari objek (Soeharto, 1997). Metode ini amat praktis untuk melakukan pengujian secara cepat dalam suatu kegiatan analisis biaya. Hal ini tepat digunakan pada waktu belum tersedianya data dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang lebih akurat. Meskipun demikian karena metode ini disusun atas dasar catatan terdahulu maka pemakaiannya harus hati-hati, perlu dikaji apakah kondisi proyek yang sedang disiapkan serupa dengan proyek terdahulu sehingga angka-angka yang diperoleh masih dapat diterapkan (Soeharto, 1997). Rumus matematis yang menunjukkan hubungan antara biaya dengan kapasitas tertentu seperti tersebut di atas adalah berupa kurva pangkat seperti pada Persamaan 2.1. di bawah ini :

m Q Q C C        1 2 1 2 ……… (2.1) dengan;

C1= biaya untuk kapasitas yang diketahui (Rp)

C2= biaya untuk kapasitas yang ingin diketahui (Rp)

Q2= ukuran/kapasitas fasilitas yang ingin diketahui (m2 atau orang)

Q1= ukuran/kapasitas fasilitas yang diketahui (m2 atau orang)

m = faktor kapasitas biaya

Faktor kapasitas biaya (m) yang terdapat dalam Persamaan 2.1. diperoleh dari hasil hubungan biaya dengan kapasitas tertentu suatu objek menggunakan kurva linier seperti Persamaan 2.2. di bawah ini :

(6)

dengan;

y = biaya,

x = kapasitas,

m = faktor kapasitas biaya

q = komponen tetap

2.4 Normalisasi

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa estimasi biaya konseptual dapat dilakukan dengan menggunakan data masa lalu yang diperbarui dengan dasar pemikiran bahwa diantara beberapa proyek sejenis namun besar dan kapasitasnya berbeda terdapat suatu korelasi, maka perihal harga di waktu yang lalu dan korelasinya terhadap tingkat harga saat ini dapat ditemui dalam penerbitan berkala sebagai indeks harga. Indeks harga adalah angka perbandingan antara harga pada suatu waktu ( tahun tertentu) terhadap harga pada waktu (tahun) yang digunakan sebagai dasar (Soeharto, 1997). Dengan memahami dasar teori yang disampaikan di atas maka dapat diartikan bahwa adanya data masa lalu tentunya terkait dengan waktu dan lokasinya masing-masing. Perbedaan lokasi yang ada dapat terkorelasi ke lokasi yang menjadi acuan dan diterjemahkan suatu rumusan seperti persamaan 2.3. berikut :

L B L B I I C C  ... (2.3) dengan;

CB = biaya menurut lokasi acuan (Denpasar)

(7)

IB = indeks harga konsumen menurut lokasi acuan (Denpasar)

IL = indeks harga konsumen dari suatu lokasi yang diketahui

Demikian juga halnya adanya perbedaan waktu di masa lampau dapat terkorelasi pada waktu yang menjadi acuan dasar. Persamaan yang mewakilinya seperti pada Persamaan 2.4.

n lalu sekarang i x Biaya Biaya         100 1 ………... (2.4) dengan; i = angka inflasi

n = selisih waktu (tahun)

Indeks harga konsumen adalah suatu ukuran statistik yang dapat menunjukkan perubahan-perubahan pada harga komoditas dan jumlah barang yang diminta oleh konsumen dari waktu ke waktu. Indeks harga konsumen disusun oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber relevan, seperti pasar konsumen, produsen, lembaga-lembaga konsumen dan sebagainya. Penetapan indeks harga konsumen dilakukan dengan mempergunakan metode tertentu baik dengan indeks angka ditimbang maupun dengan angka indeks tidak ditimbang. Waktu dasar yang dipergunakan adalah tahun dimana ekonomi dianggap dalam keadaan stabil dan tidak berjauhan dengan tahun yang akan datang.

(8)

Dalam penetapan indeks harga konsumen, ada beberapa faktor yang dianggap mempunyai pengaruh cukup besar terhadap pembentukan harga konsumen yaitu :

1. Kebijakan pemerintah berkenaan dengan politik ekonomi dan moneter serta politik perdagangan luar negeri.

2. Kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah. 3. Jumlah permintaan konsumen terhadap komoditas. 4. Kenaikan pendapatan masyarakat.

5. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen. 6. Nilai mata uang jika dibandingkan dengan kurs.

2.5 Regresi Linier Sederhana

Dalam penelitian orang bisa bekerja menggunakan model yang bisa diartikan sebagai suatu hubungan fungsional antara peubah. Dengan model itu kita berusaha memahami, menerangkan, mengendalikan dan kemudian memprediksikan kelakuan sistem yang kita teliti. Model juga menolong dalam menentukan hubungan kausal antara dua atau lebih peubah. Secara umum model merupakan penyederhanaan dan abstraksi dari keadaan alam yang sesungguhnya. Keadaan alam yang ingin diteliti biasanya rumit dan kemampuan kita menelitinya secara keseluruhan amat terbatas, karena itu kita perlu menyederhanakannya sesuai dengan kemampuan akal kita menghadapinya. Dari pengalaman di masa lalu atau dari dugaan mengenai hubungan antara peubah dalam sistem yang

(9)

diteliti, dirumuskan perkiraan kelakuan sistem tersebut dalam berbagai situasi (Sembiring, 2003).

Model yang dibicarakan ini akan selalu berbentuk fungsi dan regresi merupakan alat yang ampuh dalam pembentukannya (Sembiring, 2003). Regresi yang berarti peramalan merupakan alat analisis hubungan yang digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan nilai dari satu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain melalui persamaan garis regresi. Regresi ini dapat berbentuk regresi linier yaitu regresi yang memperlihatkan data yang ada dapat dinyatakan berada pada suatu garis lurus dan regresi non linier yaitu regresi yang memperlihatkan data yang ada tidak dapat dinyatakan pada suatu garis lurus (Hasan, 2008).

Regresi linier dapat berupa regresi linier sederhana, yaitu regresi linier yang hanya melibatkan dua variabel yaitu satu variabel bebas X dan satu variabel terikat Y dan regresi linier berganda yaitu regresi linier yang melibatkan lebih dari dua variabel, satu variabel terikat Y dan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3,

..., Xn) (Hasan, 2008). Apabila model tersebut diterjemahkan secara matematis

maka Persamaan 2.2. sebagai perwakilannya. Dalam persamaan tersebut, m dan q

disebut koefisien regresi yang nilainya ditentukan dari data, sedangkan y

menyatakan prediksi (Sembiring, 2003).

2.6 Linierisasi Kurve Tidak Linier

Dalam praktek sering dijumpai bahwa sebaran titik-titik pada sistem koordinat mempunyai kecenderungan (trend) yang berupa kurve lengkung

(10)

sehingga persamaan 2.2 tidak bisa langsung digunakan. Agar persamaan regresi linier dapat digunakan untuk mempresentasikan kurve lengkung, maka perlu dilakukan transformasi koordinat sedemikian rupa sehingga sebaran titik data bisa dipresentasikan dalam kurve linier. Berikut ini diberikan dua fungsi transformasi data yang bisa digunakan, yaitu fungsi eksponensial dan fungsi berpangkat.

1) Persamaan berpangkat

Persamaan berpangkat diberikan oleh bentuk berikut ini b2

2x

a

y dengan

a2 dan b2 adalah koefisien konstan. Persamaan tersebut dapat dilinierkan dengan menggunakan fungsi logaritmik sehingga didapat log y = b2 log x + log a2 yang merupakan hubungan log-log antara log y dan log x. Persamaan tersebut mempunyai bentuk garis lurus dengan kemiringan b2 dan memotong sumbu log y

pada log a2.

2) Fungsi exponensial

Contoh lain dari kurve tak linier adalah fungsi eksponensial seperti diberikan oleh bentuk berikut ya1eb1x dengan a1 dan b1 adalah konstanta.

Persamaan tersebut dapat dilinierkan dengan menggunakan logaritma natural sehingga menjadi ln y = ln a1 + b1x ln e, karena ln e = 1, maka ln y = ln a1 + b1x. Persamaan log y = b2 log x + log a2 merupakan hubungan semi logaritmik antara ln y dan x. Persamaan tersebut mempunyai bentuk garis lurus dengan kemiringan

(11)

2.7 Bangunan Gedung di Indonesia

Definisi tentang bangunan gedung dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2002 adalah "wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus".

Untuk memudahkan pengaturan menurut kelompok kegunaan gedung dalam hal teknis dan administrasi, UUBG No. 28/2002 mengklasifikasikan bangunan gedung fungsinyaseperti pada Gambar 2.1 dibawah ini :

Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007, bangunan gedung negara menurut tingkat kompleksitasnya diklasifikasikan menjadi 3 yaitu bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus.

 Perkantoran  Perdagangan  Penginapan  Industri  Terminal  Penyimpanan  Pariwisata  Masjid  Gereja  Pura  Wihara  Kelenten g  Pendidikan  Layanan Kesehatan  Pelayanan Umum  Kebudayaan  Kemiliteran  Reaktor  Dll  R. Tinggal Tunggal  R. Tinggal Deret  R. Tinggal Susun  R. Tinggal Sementara Bangunan Gedung Usaha Keagamaan Sosial Budaya Khusus Hunian

(12)

a. Klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:

1. Gedung yang sudah ada desain prototipenya, atau bangunan gedung dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2;

2. Bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat; 3. Gedung pelayanan kesehatan: puskesmas; dan

4. Gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai.

b. Klasifikasi Bangunan tidak Sederhana, antara lain:

1. Gedung yang belum ada desain prototipenya, atau gedung dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung bertingkat di atas 2 lantai;

2. Bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun; 3. Gedung Rumah Sakit Klas A, B,C, dan D; dan

4. Gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan dasar/lanjutan bertingkat di atas 2 lantai.

c. Klasifikasi Bangunan Khusus, merupakan bangunan gedung negara yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Bangunan tersebut antara lain:

1. Istana negara dan rumah jabatan presiden & wakil presiden, 2. Wisma negara,

(13)

4. Gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan dan persyaratan khusus,

5. Gedung laboratorium,

6. Gedung terminal udara/laut/darat, 7. Stasiun kereta api,

8. Stadion olah raga, 9. Rumah tahanan,

10. Gudang benda berbahaya, 11. Gedung bersifat monumental,

12. Gedung kantor perwakilan negara R.I. di luar negeri.

Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan, dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 45/PRT/M/2007 dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per personil;

2. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per personil;

3. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi kebutuhan ruang) diluar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung.

Desain awal sebuah bangunan harus memperhatikan kapasitas bangunan yang akan didesain. Sebagai dasar penentuan kapasitas atau daya tampung yang

(14)

akan direncanakan adalah mengikuti standar perencanaan bangunan menurut jenis bangunan yang akan dibangun (Neufert,1989). Asrama dengan kamar tidur terpisah, luas kamarnya lebih besar dari 6 m2, sebaiknya 9 m2. Tempat tidur sebaiknya tidak disusun berderet dan sebaiknya setiap tempat tidur dilengkapi lemari pakaian dan barang pribadi yang diletakkan di sisi tempat tidur, aliran udara harus cukup baik. Tingkat pengawasan penghuni asrama tergantung pada system yang dianut. Pengawas asrama membutuhkan ruang keluarga dan kamar tidur masing-masing dengan luas 18 m2 (Neufert,1989).

Daya tampung bangunan perkantoran dapat ditelusuri melalui jenis/bentuk organisasinya. Berdasarkan bentuk organisasi ini, diketahui jumlah orang menurut tingkatan jabatannya secara fuugsional. Hal ini, nanti akan mempengaruhi jenis ruang yang harus tersedia dalam kantor tersebut. Jumlah orang yang terdeskripsikan melalui struktur organisasi kantor akan menentukan ukuran luas ruang yang dibutuhkan. Kebutuhan ruang kantor dapat dihitung melalui 2 cara bersamaan (Neufert,1989), yaitu :

a. Ruang gerak orang (standar ruang perorangan dikalikan jumlah orang) ditambahkan dengan ruang tambahan untuk sarana penunjang dan faktor untuk sirkulasi utama,

b. Ruang bebas untuk bukan orang, misal ruang mesin.

Secara ideal ukuran ruang laboratorium ditentukan oleh ukuran anthropometric, misalnya lebar daun meja diukur berdasarkan daya jangkau maksimum, menurut teori sekitar 600 tetapi dalam prakteknya berkisar 610 hingga 840. Panjang daun meja bagi siswa yang sedang melakukan penelitian biasanya

(15)

berkisar antara 2.100 dan 4.600 tergantung pada disiplin ilmu dan persyaratan khusus dari penelitian yang dikerjakan. Bila peneliti membentuk kelompok dengan menggunakan alat bersama maka panjang daun meja bias dikurangi menjadi sekitar 1.500 per orang. Tinggi meja diukur dari permukaan lantai berkisar antara 450 untuk pekerjaan kimia hingga 90 untuk pekerjaan yang harus dilakukan sambil berdiri (Neufert,1989).

Puskesmas sebagai tempat untuk pasien berobat jalan terdiri dari ruang konsultasi, ruang penyelidikan, ruang pemeriksaan dan ruang pengobatan. Pemeriksaan berkala memakan waktu sekitar 3 jam (kira-kira 10 jam per minggu) dan dilakukan antara pukul 09.00 – 18.00. Setiap dokter dapat menggunakan sekaligus 2 kegiatan masing-masing dalam satu ruangan. Penggunaan ruang diperkirakan 9 kali kunjungan per minggu, dimana rumusan perhitungan kebutuhan ruang adalah jumlah ruang yang dibutuhkan dibagi 9 sama dengan kegiatan dalam ruang per minggu. Untuk bangunan rumah sakit secara umum pembangunannya didasarkan pada 2 unsur utama yakni dasar pelayanan dan konfigurasi tempat tidur. Dalam perhitungan memakai konfigurasi tempat tidur perbandingan tempat tidur per tim petugas rumah sakit adalah 20 – 30 pasien. Selain itu perbandingan tempat tidur untuk suatu rumah sakit lingkungan didapat angka kira-kira 37 – 46 m2 per tempat tidur untuk bagian perawatan dan 46 – 53

m2 per tempat tidur untuk bagian-bagian utama lainnya (Neufert,1989).

Batasan pengertian ruang untuk tahun-tahun awal pada sekolah yang menjalankan program wajib belajar lebih banyak mengandalkan pada perencanaan arsitektural yang dapat dikelompokkan atas 3 kategori (Neufert,1989) yakni :

(16)

1. Unsur fasilitas dari ruang kelas utama setempat

2. Unsur fasilitas ruang tertutup yang yang dipakai bersama 3. Unsur fasilitas ruang luar yang dipakai bersama

Perubahan acuan perencanaan dari ruang kelas yang baku menjadi pusat-pusat ruang menurut acuan baru telah dicoba dengan mengubah beberapa sekolah tua.

Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana bangunan SD/MI dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1. Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana SD/MI Uraian

Tipe SD/MI Satuan

A B C

Jumlah Murid orang Ideal 480 Ideal 240 Min. 90

Jumlah Ruang Kelas buah 12 6 3

Jumlah murid/kelas orang 40 40 30

Jumlah Luas Ruang Kelas m2 672 336 168

Kebutuhan ruang/murid m2

/murid

1,4 1,4 1,87

Kebutuhan Ruang Belajar m2 840 504 168

Kebutuhan Ruang Kantor m2 56 42 -

Kebutuhan Ruang Penunjang (kecuali Kantin, parkir, rumah kepsek, mess guru)

m2 67 52 17

Jumlah Luas Ruang Total m2 963 598 185

Lokasi Kab./ kota Kec. /kel. Desa/daerah

terpencil Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Gedung SD/MI No. CT/TB/PELT/TC/SD/001/99

2.8 Validasi

Salah satu tahap penting dalam pengembangan model adalah melakukan uji validitasnya. Proses ini meliputi tes dan evaluasi dari model yang dikembangkan dengan beberapa validasi data. Uji validasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat kesalahan estimasi yang menggunakan faktor kapasitas biaya

(17)

terhadap data aktual. Koreksi ini juga melihat seberapa besar penyimpangan dari estimasi biaya konseptual dengan metode faktor kapasitas biaya. Melalui nilai koreksi yang dilakukan, diharapkan dapat melihat faktor kapasitas biaya untuk setiap fungsi bangunan yang lebih mendekati kenyataan atau tingkat kesalahan yang lebih kecil. Tahapan validasi yang dilakukan meliputi:

1. Menentukan data-data bangunan yang memiliki karakteristik sama pada setiap fungsi bangunan yang nantinya akan menjadi nilai Q1, Q2, C1dan C2,

2. Menentukan nilai m, Q1, Q2, C1 dan C2 dari data yang terdapat pada setiap klasifikasi,

3. Input nilai Q1, Q2 dan C1 pada persamaan faktor kapasitas

m Q Q C C        1 2 1 2 , menjadi nilai C2,

4. Menentukan prosentase kesalahan antara C2 dan C2 aktual melalui Persamaan 2.4, dan % 100 cos cos mod cos x actual t actual t el t estimate Error         ………... (2.5)

5. Nilai kesalahan ini kemudian dapat dirata-rata untuk setiap kelasnya sehingga dapat diketahui berapa persentase kesalahan pada suatu klasifikasi.

2.9 Koefisien Korelasi dan Koefisien Penentu

Koefisien korelasi (KK) adalah indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara -1

(18)

dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-) atau (-1 ≤ KK ≤ +1) (Hasan, 2008).

Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variable-variabel berkorelasi positif, artinya jika variable yang satu naik/turun maka variable yang lain juga naik/turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1 semakin kuat positifnya. Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variable-variabel berkorelasi negatif, artinya jika variable yang satu naik/turun maka variable yang lain juga naik/turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke -1 semakin kuat negatifnya. Jika koefisien korelasi bernilai 0 (nol) maka variable tidak menunjukkan korelasi. Jika koefisien korelasi bernilai +1 atau -1 maka variable-variabel menunjukkan korelasi positif atau negative sempurna (Hasan, 2008).

Koefisien penentu (KP) atau koefisien determinasi (KD) adalah angka atau indeks yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel atau lebih (variabel bebas X) terhadap variasi (naik/turunnya) variabel yang lain (variabel terikat Y). Nilai koefisien penentu berada antara 0 sampai 1 (0 ≤ KP ≤ 1). Jika nilai koefisien penentu (KP) = 0, berarti tidak pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai koefisien penentu (KP) = 1 berarti variasi (naik/turunnya) variabel dependen adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen. Jika nilai koefisien penentu (KP) berada di antara 0 dan 1 (0 < KP < 1) maka besarnya pengaruh variabel independen terhadap variasi (naik/turunnya) variabel dependen adalah sesuai dengan nilai KP itu sendiri, dan selebihnya berasal dari faktor-faktor lain (Hasan, 2008).

(19)

Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antar variabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai KK sebagai patokan (Hasan, 2008).

Table 2.2 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No. Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KK = 0,00 0,00 < KK ≤ 0,20 0,20 < KK ≤ 0,40 0,40 < KK ≤ 0,70 0,70 < KK ≤ 0,90 0,90 < KK ≤ 1,00 KK = 1,00 Tidak ada

Sangat rendah atau lemah sekali Rendah atau lemah tapi pasti Cukup berarti atau sedang Tinggi atau kuat

Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan Sempurna

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Klasifikasi Bangunan Gedung menurut UUBG No. 28/2002
Tabel 2.1. Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana SD/MI  Uraian
Table 2.2 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan

Referensi

Dokumen terkait

Studio e-Learning sendiri merupakan LAYANAN UTAMA nya adalah pengembangan dan produksi VIDEO (e-Learning) yang menawarkan studio rekaman multimedia mutakhir untuk

Pada saat alarm aktif, jika pintu dibuka atau mobil bergetar atau aki diputuskan maka sistem pada alarm secara otomatis akan menghubungi 2 nomor telepon panggil alarm. Sistem

Dengan di tandatangani surat persetujuan ini, maka saya menyatakan bersedia / tidak bersedia untuk berperan serta menjadi responden dalam penelitian dengan judul “Gambaran

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner A yang terdiri dari pernyataan yang berhubungan dengan karakteristik perawat terdiri

Relasi yang baik juga mendorong kita untuk menjadi lebih baik secara individu atau dalam komunitas, karena kita akan semakin memahami kehendak Tuhan dalam hidup

Pada Tahun 2013, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan beberapa kegiatan utama dan pendukungantara lain, melaksanakan Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang

Pendahuluan Pengertian TI; Sejarah komputer; Produk-produk TI: komputer dan berbagai peralatan lainnya; Pemanfaatan TI dalam kehidupan sehari-hari dan pengaruhnya terhadap