i
No : 668 / TA / FT-USD / TM / Februari / 2006
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun Oleh:
ALBERTUS WAHYU WIDYATMOKO
NIM : 015214009
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
FINAL PROJECT
Presented as Partial fulfillment of the Requirements
To Obtain the Sarjana Teknik Degree
In Mechanical Engineering
By
ALBERTUS WAHYU WIDYATMOKO
Student Number : 015214009
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
ENGINEERING FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
v
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 22 Maret 2007
Penulis
vi
bimbingan dalam hidup dan telah memberikan berkat, semangat, rahmat dan cinta
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi
Mahasiswa Teknik Mesin sebelum dinyatakan Lulus sebagai Sarjana Teknik. Dalam
pelaksanaan dan penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
baik berupa material, bimbingan, kerja sama serta dukungan moril. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Ir.Greg Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., MA., M.Sc., selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Sanata DharmaYogyakarta.
2.
Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., selaku Kaprodi Teknik
Mesin dan dosen pembimbing Tugas Akhir.
3.
Bapak Ir. Agus Unggul Santoso selaku dosen pembimbing dua.
4.
Seluruh Dosen dan Karyawan/i Fakultas Teknik, Universitas Sanata
Dharma.
5.
Mas Ronny dan semua Laboran lainnya.
6.
Semua pihak yang membantu dalam penulisan tugas akhir ini.
Yogyakarta, 22 Maret 2007
vii
TITLE...ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii
HALAMAN PENGESAHAN...iv
KATA PENGANTAR...vi
DAFTAR ISI...vii
INTISARI...x
DAFTAR GAMBAR...xi
DAFTAR TABEL...xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...1
1.2 Perumusan masalah...2
1.3 Tujuan penelitian...2
1.4 Manfaat...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar teori...4
2.2 Klasifikasi Motor Bensin...5
2.2.1 Susunan dan jumlah silinder...5
viii
2.2.5 Letak poros Nok...9
2.2.6 Jumlah langkah Tiap Proses...10
2.3 Motor otto Empat Langkah...11
2.3.1 Siklus Ideal Motor Otto Empat Langkah...11
2.3.2 Prinsip Kerja Motor Empat Langkah...13
2.3.3 Siklus sebenarnya Motor Otto Empat Langkah...17
2.4 Sistem Pembukaan katup...19
2.5 Pembakaran...20
.
2.5.1 Proses Pembakaran...22
2.5.2 Bahan Bakar...25
2.5.3 Proses Penyalaan...26
2.6 Sistem Pengisian dan Pembuangan...27
2.6.1 Sistem Pengisian...27
2.6.2 Sistem Pembuangan...28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Diagram alir penelitian...31
.
3.2 Definisi operasional...31
3.3 Lokasi penelitian...32
ix
3.4.3 Jenis bensin...36
3.5 Langkah kerja...37
3.6 Parameter dalam perhitungan motor bakar...40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Perhitungan...52
4.1.1 Perhitungan Premium... 52
4.1.2 Perhitungan Pertamax...59
4.1.3 Perhitungan Pertamax +...66
4.2 Hasil Perhitungan dan Grafik...73
4.2.1 Tabel Hasil Perhitungan...73
.
4.2.2 Grafik...76
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...83
5.2 Saran...83
DAFTAR PUSTAKA
x
empat langkah.Pada penelitian ini bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar
bensin premium, pertamax, dan pertamax + .Peneliti mencoba melihat dampak yang
ditimbulkan apabila sebuah mesin menggunakan bahan bakar dengan nilai oktan yang
berbeda-beda.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan sehari-hari tentang lahirnya
jenis bakar namun pengguna tidak mendapatkan informasi yang jelas tentang
spesifikasi bahan bakar itu sendiri dan pemakaiannya terhadap mesin.
xi
Gambar 2.2 Susunan silinder...7
Gambar 2.3 Sistem Pendinginan...8
Gambar 2.4 Macam-macam Susunan Katup...9
Gambar 2.5 Letak Poros nok Pada blok silinder...10
Gambar 2.6 Letak poros nok pada overhead cam...10
Gambar 2.7 Diagram P vs V Siklus volume konstan...12
Gambar 2.8 Prinsip Kerja Mesin 4 Langkah...14
Gambar 2.9 Isi torak: Torak pada TMB dan pada TMA………..…………15
Gambar 2.10 Hubungan antara diagram katup dengan grafik P vs v...19
Gambar 2.11 Mekanisme buka tutup katup...20
Gambar 2.12 Perjalanan proses pembakaran normal dan dengan sendirinya...22
Gambar 2.13 Intake manifold...28
Gambar 2.14 Exhaust manifold...29
Gambar 2.14 Exhaust Muffer...29
Gambar 3.1 Diagaram alir penelitian...31
Gambar 3.2 Mesin Toyota 5-K...33
Gambar 3.3 Engine testbed...34
Gambar 3.4 Dinamometer...35
xii
Gambar 4.4 Grafik Putaran vs Daya Mekanis...77
Gambar 4.5 Grafik Putaran vs Tekanan Efektif Rata-rata...77
Gambar 4.6 Grafik Putaran vs Tekanan Indikasi...77
Gambar 4.7 Grafik Putaran vs Tekanan Mekanis... 78
Gambar 4.8 Grafik Putaran vs Aliran Udara Masuk...78
Gambar 4.9 Grafik Putaran vs Reynold Number...79
Gambar 4.10 Grafik Putaran vs Efisiensi Pengisian...80
Gambar 4.11 Grafik Putaran vs Efisiensi Bahan Bakar...81
Gambar 4.12 Grafik Putaran vs Perbandingan Udara dan Bahan Bakar...82
Gambar 4.13 Grafik Putaran vs Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Efektif...83
Gambar 4.14 Grafik Putaran vs Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Indikasi...84
Gambar 4.15 Grafik Putaran vs Energi dalam gas buang...85
Gambar 4.16 Grafik Putaran vs Kalor Ekivalen Pemakaian Bahan Bakar...86
Gambar 4.17 Grafik Putaran vs Prosentase Kehilangan energi Melalui
Gas Buang...87
Gambar 4.18 Grafik Putaran vs Kehilangan energi Melalui air Pendingin...87
xiv
Tabel 4.1 Tabel hasil perhitungan mesin menggunakan bahan bakar
Premium...73
Tabel 4.2 Tabel hasil perhitungan mesin menggunakan bahan bakar
Pertamax...74
Tabel 4.3 Tabel hasil perhitungan mesin menggunakan bahan bakar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Motor bensin merupakan salah satu jenis motor pembakaran dalam yang
banyak digunakan untuk menggerakkan atau sebagai sumber tenaga dari sebuah
kendaraan.
Motor bensin menghasilkan tenaga yang diperoleh dari proses pembakaran bahan
bakar di dalam silinder, dimana pembakaran terjadi karena adanya campuran
udara dan bahan bakar. Karena adanya tekanan didalam silinder tersebut maka
menghasilkan tenaga yang akhirnya dapat menggerakkan mobil.
Seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi maka banyak terjadi
penyempurnaan kualitas bahan bakar yang dimaksudkan untuk mendapatkan hasil
pembakaran yang lebih baik dan sempurna dari bahan bakar sebelumnya.
Penyempurnaan kualitas bahan bakar ini antara lain untuk mendapatkan motor
dengan kualitas gas buang yang lebih ramah lingkungan tanpa harus mengurangi
unjuk kerja mesin.
Melihat perkembangan di dunia otomotif yang demikian pesatnya, maka
dalam penelitian ini penulis ingin menunjukkan pengaruh variasi penggunaan
bahan bakar (Premium, Pertamax, dan Pertamax +) dengan cara mengganti
penggunaan bahan bakar pada sebuah mesin.
Penggantian bahan bakar ini bertujuan untuk melihat unjuk kerja dari mesin
penggantian jenis bahan bakar dan juga belum banyaknya informasi yang didapat
dari masyarakat tentang dampak variasi penggunaan bahan bakar pada mesin
empat langkah.
1.2 Perumusan masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis mencoba untuk meneliti pengaruh
yang terjadi pada mesin apabila mengganti-ganti bahan bakar yang dimaksud.
Dalam permasalahan ini penulis menggunakan mesin kijang yang pada
kesehariannya menggunakan bahan bakar premium yang mempunyai nilai oktan
88. Untuk itu penulis melakukan penggantian bahan bakar premium, pertamax,
dan pertamax + untuk melihat dampak / pengaruh yang terjadi pada mesin tanpa
merubah setingan mesinnya. Karena adanya penggantian bahan bakar ini tentunya
akan berdampak pada mesin tersebut.
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dari penulisan / penelitian ini adalah untuk mengetahui:
• Daya yang dihasilkan dari masing-masing pemakaian bahan bakar
pada berbagai putaran.
• Konsumsi bahan bakar dari masing-masing penggunaan bahan bakar
pada berbagai putaran
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat adalah:
• Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh yang
dihasilkan dari masing-masing pemakaian bahan bakar bensin
dengan angka oktan yang berbeda-beda.
• Agar sasaran dalam pemakaian bahan bakar bensin menjadi tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar teori
Motor merupakan bagian utama dari sebuah alat atau kendaraan yng
menggunakan sumber penggerak berupa mesin. Motor tersebut merubah merubah
suatu jenis tenaga menjadi tenaga mekanik. Karena mmiliki kemampuan ini maka
kendaraan dapat bergerak dan mengatasi segala medan dan lain sebagainya.
Mesin yang ada saat ini dikelompokkan menjadi dua yaitu: mesin panas dan
mesin bukan panas (heat engine and non heat engine). Heat engine adalah mesin yang merubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik, sedangkan non heat engine
mesin yang merubah tenaga bukan panas menjadi tenaga mekanik. Mesin panas
dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu mesin pembakaran luar dan mesin
pembakaran dalam. Sedangkan mesin bukan panas tidak dikelompokkan lagi.
Mesin pembakaran dalam dan mesin pembakaran luar bekerja mengubah
tenaga panas menjadi tenaga mekanik namun dalam hal ini prosesnya berbeda.
Mesin pembakaran dalam bekerja dengan jalan memproduksi panas bertekanan
tinggi didalam mesin itu sendiri. Mesin ini membakar bahan bakar didalammesin
itu sendiri kemudian panas yang dihasilkan dari pembakaran tersebut dirubah
menjadi tenaga mekanik. Sedangkan mesin pembakaran luar bekerja dari
memanfaatkan panas dan tekanan yang dihasilkan oleh mesin lain diluar mesin
pembakaran luar itu sendiri. Mesin yang termasuk dalam kategori mesin
Secara garis besar pengelompokkan mesin penggerak dapat dilihat pada
skema 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1 Skema pengelompokkan motor
Sumber:Drs. Wardan Suyanto MA. 1989.Teori Motor Bensin. Halaman 6
2.2 Klasifikasi Motor Bensin
Motor bakar diklasifikasikan berdasarkan : Susunan dan jumlah silinder,
system pendinginan, system penyalaan, letak katup, letak poros nok dan jumlah
langkah per proses.
2.2.1 Susunan dan Jumlah Silinder
Pada umumnya motor penggerak yang biasa digunakan pada kendaraan
jumlah silinder maka getaran yang dihasilkan akan lebih kecil dibandingkan
dengan jumlah silinder yang sedikit. Hal ini disebabkan karena motor yang
memiliki jumla silinder yang banyak pembagian tenaganya akan lebih merata
dibandingkan dengan jumlah silinder sedikit.
Biasanya susunan silinder tersebut diatur dengan posisi dan bentuk yang
beragam, yaitu:
1. Motor dengan susunan silinder berbentuk V.
2. Motor dengan susunan silinder segaris / inline egine. 3. Motor dengan susunan silinder miring.
4. Motor dengan susunan silinder berlawanan/horizontal.
5. Motor dengan susunan silinder radial.
Motor dengan susunan silinder berbentuk V, susunan silindernya berbentuk
V yang merupakan barisan silinder yang terletak di sebelah kanan dan sebelah kiri
poros engkol yang membentuk sudut antara 60 derajat sampai 90 derajat.
Susunan silinder motor segaris membentuk garis lurus satu arah sejajar
poros engkol. Selanjutnya motor dengan susunan silinder miring mempunyai
susunan silinder motor dengan posisi miring, baik kekiri maupun kekanan.
Jenis posisi silinder yang keempat adalah motor dengan susunan silinder
belawanan dimana susunan silindernya saling berlawanan arah satu dengan yang
lain. Jenis posisi silinder yang terakhir adalah silinder radial, dimana silindernya
Gambar 2.2 Susunan silinder
Sumber:Drs. Wardan Suyanto MA. 1989.Teori Motor Bensin. Halaman 6
2.2.2 Sistem pendinginan
Terdapat dua macam pendinginan yang sering dijumpai yaitu pendinginan
dengan cairan dan pendinginan dengan udara. Sistem pendinginan dengan media
zat cair terutama air mempunyai sifat pendinginan yang lebih baik dibandingkan
udara.
Pendinginan dengan cairan, pada bagian-bagian mesin selalu dikelilingi atau
dilewati cairan pendingin. Cairan ini lalu menyerap sebagian panas yang timbul
akibat proses pembakaran.
Untuk mesin berpendingin udara, bagian-bagian yang didinginkan hanya
dilalui udara dan udara tersebut hanya mengambil sebagian panas. Sistem
pendinginan menggunakan udara biasanya mengandalkan sirip-sirip sebagai
Gambar 2.3 sistem pendinginan
Sumber:Drs. Wardan Suyanto MA. 1989.Teori Motor Bensin. Halaman 12
2.2.3 Sistem Penyalaan
Terdapat dua system penyalaan yang biasa dijumpai dalam menyalakan
bahan bakar didalam ruang bakar, yaitu dengan menggunakan bunga api dan
dengan udara panas (udara yang dikompresikan). Motor dengan penyalaan bunga
api biasanya menggunakan loncatan bunga api yang dihasilkan dari busi untuk
membakar bahan bakar yang terdapat di ruang mesin (ruang bakar). Sedangkan
penyalaan motor dengan menggunakan udara panas dihasilkan dari udara yang
dimampatkan oleh piston pada saat kompresi, udara yang dimampatkan ini cukup
panas sehingga menimbulkan pembakaran dari pencampuran udara panas dan
2.2.4 Letak katup
Letak katup yang sering dijumpai adalah jenis overhead cam dimana mekanisme penggerak katupnya lebih sederhana dan ketepatan pembukaan dan
penutupan menjadi lebih tepat, hal ini disebabkan karena antara poros nok
langsung menyinggung katup. Poros nok pada overheat cam berada persisi pada kepala silinder.
Jenis yang lain adalah jenis I, dimana letak kedua katupnya berada diatas
silinder. Jenis ini biasanya dipakai untuk motor dengan kompresi tinggi dan
digerakkan dengan satu poros nok.
Gambar 2.4 Macam-macam susunan katup
2.2.5 Letak Poros Nok
Klasifikasi motor bakar dengan letak poros nok ada dua macam yaitu poros
nok berada pada blok silinder dan poros nok yang berada pada kepala silinder.
Jenis yang pertama, antara poros nok dan katup dibutuhkan sebuah alat bantu
yang disebut tapet, batang penumbuk dan pelatuk (overhead valve). Dengan adanya beberapa alat diatas maka akan tepat dalam pembukaan maupun
penutupan katup terutama pada putaran mesin yang tinggi. Sedangkan pada jenis
batang penumbuk (overhead cam). Overhead cam sering disebut OHC, dan terdapat dua macam motor dengan susunan overhead cam yaitu Single Overhead Cam (SOHC) dan Double Overhead Cam (DOHC).
Gambar 2.5 Letak poros nok pada blok silinder
Sumber:Drs. Wardan Suyanto MA. 1989.Teori Motor Bensin. Halaman 18
Gambar 2.6 Letak poros nok overhead cam
Sumber:Drs. Wardan Suyanto MA. 1989.Teori Motor Bensin. Halaman 18
2.2.6 Jumlah Langkah Tiap Proses
Jumlah langkah tiap proses motor bakar dikelompokkan menjadi dua, yaitu
motor dua langkah (2 Tak) dan motor empat langkah (4 Tak). Pada motor dua
dengan kata lain setiap dua langkah kerja torak menghasilkan satu kali tenaga.
Sedangkan pada motor empat langkah diperlukan empat langkah torak untuk
menghasilkan satu tenaga. Secara mekanisme motor empat langkah lebih
ekonomis dalam penggunaan bahan bakar dibandingkan dengan motor dua
langkah.
2.3 Motor otto Empat Langkah
2.3.1 Siklus Ideal Motor Otto Empat Langkah
Proses termodinamika dan kimia yang terjadi di dalam motor bakar sangat
kompleks untuk di analisa menurut teori. Untuk memudahkan teori tersebut
diasumsikan suatu keadaan yang ideal. Tetapi makin ideal suatu keadaan maka
akan semakin jauh menyimpang dari keadaan sebenarnya. Pada umumnya untuk
menganalisa motor bakar digunakan siklus udara sebagai siklus yang ideal. Siklus
udara menggunakan beberapa keadaan yang sama dengan siklus sebenarnya
misalnya mengenai:
• Urutan proses
• Perbandingan kompresi
• Pemilihan temperatur dan tekanan pada suatu keadaan dan
• Penambahan kalor yang sama per satuan berat udara.
Pada mesin yang ideal proses pembakaran yang dapat menghasilkan gas
bertekanan dan bertemperatur tinggi itu dimisalkan sebagai proses pemasukan
Siklus udara volume konstan (siklus otto)dapat digambarkan dengan grafik PV
seperti terlihat pada gambar 2.7
Gambar 2.7 Diagram P vs V siklus volume konstan
Sumber : Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Halaman 15
Keterangan:
P = Tekanan Fluida kerja (kg/cm2) V
L= volume langkah torak (m
3ataucm3)
V = Volume spesifik (m3/kg) V
S =Volume sisa (m
3atau cm3)
qm= Jumlah kalor yang masuk (kcal/kg) TMA =Titik mati atas
Sifat ideal yang digunakan serta keterangan mengenai proses siklusnya
adalah sebagai berikut:
1. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik yang
konstan.
2. Langkah hisap (0-1) merupakan proses tekanan konstan
3. Langkah kompresi (1-2) ialah proses isentropic
4. Proses pembakaran pada volume konstan (2-3) dianggap sebagai proses
pemasukan kalor pada volume konstan.
5. Langkah kerja (3-4) ialah proses isentropic
6. Proses pembuangan (4-1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada
volume konstan
7. Langkah buang (1-0) ialah proses tekanan konstan
8. Siklus dianggap tertutup, artinya siklus ini berlangsung dengan fluida kerja
yang sama
2.3.2 Prinsip Kerja Motor Empat Langkah
Motor Otto empat langkah / motor bensin menghisap campuran udara dan
bensin sebagai bahan bakar pada saat terjadi langkah hisap . Terjadi perubahan
tekanan pada proses kerja di dalam ruang di atas piston. Bila piston berada di
TMB, volume ruang ini adalah yang terbesar yaitu VL+ VS dengan :
VL = Volume langkah
Bila piston berada di TMA, volume ruang di atas piston adalah yang terkecil
yaitu VS. Mesin bensin empat langkah menjalani satu siklus yang tersusun atas
empat tahap/langkah seperti Gambar 2.8 berikut:
Gambar 2.8 Prinsip kerja mesin 4 Langkah
Sumber : Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Halaman 8
Keterangan:
KI = Katup isap TMA = Titik mati atas
KB = Katup buang TMB = Titik mati bawah
a) Langkah hisap
Campuran udara dan bahan bakar dihisap ke dalam ruang bakar.
bergerak dari titik mati atas (TMA) menuju titik mati bawah (TMB). Katup isap
terbuka dan katup buang tertutup. Di dalam silinder terjadi kehampaan akibat
gerakanpiston kebawah tersebut. Disebabkan karena adanya tahanan aliran yang
dialam campuran baru yang mengalir melalui system isap, maka isiannya tidak
pernahmencapai 100%. Pada frekuensi putar yang lebih tinggi tekanan tersebut
akan semakin rendah sehingga peningkatan daya yang diberikan tidak dapat
b) Langkah kompresi
Kedua katup tertutup. Piston bergerak menuju TMA. Sesaat sebelum piston
Mencapai TMA, bunga api dipercikan dan bahan bakar mulai terbakar.
Pembakaran
terjadi pada volume hampir tetap (dianggap tetap) sampai tekanan maksimum.
Mesinbensin memerlukan percikan bunga api (spark) untuk mengawali
pembakaran di dalam silinder maka sering disebut spark ignition engine. Bunga
api dipercikan dalam ruang bakar sebelum torak mencapai titik mati atas (TMA),
sehingga terjadi pembakaran yang diikuti oleh naiknya energi kalor gas dalam
ruang bakar. Makin kecil ruang VS terhadap ruang VL akan semakin besar
pemampatannya. Hal ini sangat tergantung pada perbandingan pemampatan
(perbandingan kompresi).
Perbandingan pemampatan adalah perbandingan antara dua macam volume,
yaitu
• Volume di atas piston pada kedudukan TMB
• Volume di atas piston pada kedudukan TMA (Gambar 2.9)
Gambar 2.9 Isi diatas torak ; torak pada TMB, torak pada TMA
Perbandingan Pemampatan dinyatakan dengan symbol r, dalam persamaan
menjadi:
r =
S S L
V V V +
...(2.1)
c) Langkah Usaha
Setelah mencapai TMA, piston akan didorong oleh gas bertekanan tinggi
menuju TMB. Tekanan mekanis ini diteruskan ke poros engkol. Penghentian
pembakaran gas terjadi pada TMA atau sedikit sesudahnya. Ini disebabkan oleh
pengembangan gas terbesar akibat suhu tertinggi terjadi pada volume terkecil
(VC) sehingga piston mendapatkan tekanan terbesar. Sesaat sebelum piston
mencapai TMB, katup terbuka, gas hasil pembakaran mengalir keluar dan tekanan
dalam ruang bakar turun dengan cepat.
d) Langkah buang
Pada saat ini piston bergerak dari TMB menuju TMA serta mendorong gas
di dalam silinder ke saluran buang lewat katup buang. Tidak semua gas bekas
dapat dikeluarkan. Ruang bakar yang kecil (VC) atau perbandingan pemampatan
yang besar akan memperbaiki keadaan tersebut. Periode overlapping adalah
periode dimana katup hisap dan katup buang terbuka secara bersamaan yang
dikarenakan perpanjangan pembukaan katup selama proses pengisapan dan
2.3.3 Siklus Sebenarnya Motor Otto Empat Langkah
Dalam kenyataannya terjadi penyimpangan dari siklus udara (ideal) kerena
terjadi kerugian antara lain disebabkan karena hal berikut:
1. Kebocoran fluida kerja karena penyekatan oleh cincin torak dan katup tidak
sempurna.
2. Pembukaan dan penutupan katup dan kelembaman fluida kerja. Kerugian
tersebut dapat diperkecil bila saat pembukaan dan penutupan katup
disesuaikan dengan besarnya beban dan kecepatan torak.
3. Fluida kerja bukanlah udara yang dianggap sebagai gas ideal dengan kalor
spesifik yang konstan selama proses siklus berlangsung.
4. Pada motor bakar torak yang sebenarnya, pada waktu torak berada di TMA,
tidak terdapat proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara, kenaikan
tekanan dan temperatur fluida kerja disebabkan oleh proses pembakaran
bahan bakar dan udara di dalam silinder.
5. Proses pembakaran memerlukan waktu (tidak berlangsung sekaligus). Hal ini
mengakibatkan proses pembakaran berlangsung pada volume ruang bakar
yang berubah-ubah karena pergerakan torak. Dengan demikian proses
pembakaran dimulai beberapa derajat sudut engkol sesudah torak bergerak
kembali dari TMA ke TMB. Jadi proses pembakaran tidak berlangsung pada
volume konstan. Disamping itu pada kenyataanny tidak pernah terjadi
perbandingan campuran bahan bakar dan udara, kesempurnaan bahan bakar
dan udara tersebut bercampur dan timing penyalaan.
6. Terdapat kerugian kalor yang disebabkan oleh perpindahan kalor dari fluida
kerja ke fluida pendingin, terutama pada langkah kompresi, ekspansi dan
pada waktu gas buang meninggalkan silinder, perpindahan kalor tersebut
karena terdapat perbedaan temperatur antara fluida kerja dengan fluida
pendingin. Fluida pendingin diperlukan untuk mendinginkan bagian-bagian
mesin yang menjadi panas akibat proses pembakaran, untuk mencegah
kerusakan pada bagian-bagian tersebut.
7. Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam
silinder ke udara luar. Energi tersebut tidak bisa dipakai untuk melakukan
kerja mekanik.
8. Terdapat kerugian karena gesekan antara fluida kerja dengan dinding
salurannya.
Berdasarkan hal-hal diatas, bentuk diagram PV dari siklus sebenarnya
tidak sama dengan bentuk diagram siklus ideal. Gambar 2.10 Menunjukkan
Gambar 2.10
Hubungan antara diagram pengatur katup dengan grafik tekanan vs volume untuk motor empat langkah.
Sumber : Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Halaman 8
2.4 Sistem pembukaan katup
Sistem kerja katup dapat dilihat pada gambar 2.11 dimana katup tidak
dibuka dan ditutup pada satu titik matinya. Kerja motor sangat kompleks sehingga
membutuhkan poros cam yang berangsur-angsur membuka dan menutup katup.
Gas pembakran yang dihasilkan dan tidak terpakai lagi secara otomatis akan
keluar selama langkah buang, sedangkan campuran udara dan bahan bakar
diusahakan dapat masuk sebanyak-banyaknya dn setepat mungkin selama langkah
hisap, Jadi pada dasarnya setiap mesin mempunyai saat atau waktu sendiri untuk
kapan katup itu terbuka dan kapan katup tertutup. Tabel 2.11 menunjukkan saat
katup isap dan katup buang tertutup dan terbuka pada motor yang umumnya kita
Gambar 2.11 Mekanisme buka tutup katup
Sumber : Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Halaman 12
Tabel 2.1 Waktu pembukaan dan penutupan katup isap dan buang
Sumber : Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Halaman 35
2.5 Pembakaran
pembakaran terjadi karena adanya loncatan bunga api pada saat akhir
pemampatan udara dan bahan bakar. Pembakaran dikatakan normal apabila dalam
perjalanannya semua gas yang masuk habis terbakar. Namun dalam beberapa
silinder, hal ini disebabkan karena singkatnya pembakaran dimana tekanan dalam
seluruh ruangan tidak sama.
Pembakaran yang tidak teratur mengakibatkan pembebanan yang berat dan
tidak seimbang pada mekanismnya. Gerakan dari gas terhadap logamnya dapat
memberi suara tumbukan yang sering biasa disebut detonasi. Penyebab utama dari
detonasi adalah suhu yang terlalu tinggi dari gas yang masuk dan terkadang juga
disebabkan karena kondisi ruang bakar yang tidak memenuhi syarat.
Terjadinya detonasi yang terus menerus dan dalam waktu yang lama dapat
merusak komponen mesin, terutama ruang bakar bagian tepi kepala torak.
Detonasi juga bisa disebabkan karena penyalaan yang terlalu awal yang
nantinya dapat mengurangi daya dan efisiensi mesin.
Pencegahan terjadinya detonasi antara lain:
• Mengurangi tekanan dan temperatur bahan bakar dan udara yang masuk ke
dalam ruang bakar.
• Menurunkan perbandingan kompresi.
• Mempertinggi angka oktan bahan bakar.
• Membuat atau merancang kontruksi ruang bakar sedemikian rupa sehingga
bagian yang terjauh dari pusat pembakaran dapat memperoleh pendinginan
yang baik.
• Meletakkan pusat pembakarn atau sumber bunga api di antara katup buang
dan katup hisap.
• Memundurkan saat penyalaan (timming pembakaran)
Gambar 2.12 Perjalanan proses pembakaran normal (a-d) dan proses pembakaran yang terjadi dengan sendirinya (e-h)
Sumber : BPM. Arends, H. Berenschot. Motor Bensin. Halaman 60
2.5.1 Proses pembakaran
Proses dikatakan normal apabila pada proses pembakaran di dalam silinder
bunga api ini nantinya proses terbakarnya bahan bakar berlangsung hingga bahan
bakar yang terdapat didalam silinder terbakar habis. Proses pembakaran tidak
terjadi bila tidak ada oksigen didalam silinder. Baik atau buruknya proses
pembakaran ditentukan pula oleh banyak / sedikitnya jumlah oksigen yang ada
didalam silinder. Apabila campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam
silinder sesuai antara jumlah hidrokarbon dengan jumlah oksigen (campuran
homogen) maka dimungkinkan terjadinya pembakaran sempurna.
Bahan bakar yang diambil hidrokarbonnya (C8+H18) dan jika
pembakarannya sempurna maka hasil pembakarannya menjadi CO2 dan H2O.
Jadi kalau ditulis dalam persamaan menjadi:
C8 H18 + O2 + N2 → CO2 + H2O + N2
Pembakaran di dalam ruang bakar pada motor adalah hal yang sangat
mnentukan besarnya tenaga yang dihasilkan oleh mesin dengan disuplainya
sejumlah bahan bakar kedalam silinder. Dengan pembakaran inilah tenaga utama
motor dihasilkan. Dengan adanya pembakaran ini maka temperatur ruang bakar
meningkat yang akhirnya tekanan dalam ruang bakar ikut naik dan
memungkinkan adanya gerakan torak akibat tekanan tersebut.
Pembakaran adalah reaksi kimia yang terjadi secara tepat antara udara dan
bahan bakar yang mudah terbakar yang ditandai dengan timbulnya cahaya dan
menghasilkan panas. Pembakaran dikatakan sempurna apabila semua bagian yang
dapat terbakar didalam campurab tersebut membentuk CO2, H2O serta gas SO2
silinder dapat dibedakan menjadi dua yaitu pembakaran normal dan pembakaran
tidak terkontrol (detonasi)
Proses pembakaran yang sering kita jumpai tidaklah sama untuk kendaraan
satu dengan lainnya, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sistem
pemasukan udara dan bahan bakar mesin tempo dulu dan masa sekarang. Hal ini
disebabkan karena semakin majunya teknologi yang ada sehingga mau tidak mau
kebutuhan akan power yang besar menjadi hal yang bukan lagi hal biasa.
Sistem pemasukan bahan bakar dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Sistem karburatur dan
2. Sistem injeksi
Sistem injeksi lebih banyak dipakai oleh mobil-mobil yang ada sekarang ini,
namun sistem karburator juga masih sering kita jumpai. Namun masing masing
sistem memiliki dan kekurangan dan kelebihan. Sebagai contoh mekanisme
sistem injeksi masih terlalu mahal, hal ini disebabkan karena mekanisme ini
menggunakan (ECU) yang fungsinya mengatur banyaknya bahan bakar yang
masuk kedalam silinder namun mesin yang memiliki sistem ini memiliki power
yang besar karena prosesnya yang cepat saat bahan bakar masuk kesilinder dan
cenderung tepat (tidak lebih juga tidak kurang).
Untuk mesin yang menggunakan sistem karburator tidaklah semahal sistem
injeksi namun terkadang kita kesulitan dalam menyetel keadaan yang pas dan
tepat antara bahan bakar dan udara, dan biasanya mesin dengan menggunakan
sistem karburator harus rutin memeriksa kebersihan dan ketepatan campuran
2.5.2 Bahan bakar
Sampai sekarang ini bahan bakar yang umumya dipakai pada mesin bensin
adalah premium atau sering disebut dengan gasoline, tetapi ada juga mesin yang
menggunakan bahan bakar gas.
Disini hanya menjelaskan bahan bakar bensin secara umum:
a.Sifat utama dari bensin
Bensin mengandung hidrokarbon hasil sulingan minyak mentah. Bensin
mengndung zat yang mudah terbakar. Bahan bakar ini digunakan oleh tipe mesin
dengan pengapian busi. Sifat-sifat utama yang dimiliki oleh bensin adalah:
• Mudah menguap pada temperatur normal
• Mempunyai titik nyala berkisar antara –10 sampai 15 C
• Mempunyai berat jenis rendah (0,60 sampai 0,78)
• Dapat melarutkan oli dan karet
• Sedikit meninggalkan karbon setelah dibakar.
b.Syarat – syarat bensin
Kualitas berikut diperlukan oleh bensin untuk memberikan hasil kerja yang
baik terhadap mesin:
• Mudah terbakar
Pembakaran serentak didalam ruang bakar dengan sedikit knocking.
• Mudah menguap
Bensin harus mampu membentuk uap dengan mudah untuk memberikan
campuran udara-bahan bakar dengan tepat saat menghidupkan mesin yang masih
• bersifat pembersih dan tidak beroksidasi
Sedikit perubahan kualitas dan perubahan bentuk selama disimpan. Selain itu juga
bensin harus mencegah pengendapan pada sistem intake maupun exchause.
c.Nilai oktan (oktan number)
Nilai oktan atau tingkatan dari bahan bakr adalah mengukur bahan bakar
bensin terhadap anti-knock characteristic. Bensin dengan nilai oktan tinggi akan
tahan terhadap timbulnya engine knocking dibandingkan dengan nilai oktan yang
rendah.
2.5.3 Proses Penyalaan
Untuk memaksimalkan proses pembakaran yang baik diperlukan juga
tegangan yang cukup besar untuk dapat terjadinya pembakaran yang baik. Baik
tidaknya pembakaran yang terjadi dipengaruhi beberapa factor, yaitu:
• Perbandingan campuran bahan bakar dan udara.
• Jarak antara kedua elektroda serta bentuk elektroda.
Pada umumnya disediakan tegangan yang lebih besar agar menjamin selalu
terjadi loncatan bunga api, misalnya antara 10.000 – 20.000 volt. Makin padat
udara bahan bakar maka tegangan yang diperlukan akan semakin tinggi pada
jarak elektroda yang sama. Terutama apabila tekanan campuran yang masuk
kesilinder itu tinggi dan loncatan listrik ditentukan pada waktu berada lebih dekat
Makin besar jarak elektroda maka makin besar pula perbedaan tegangan
yang diperlukan untuk memperoleh intensitas api listrik yang sama. Maka baik
tidaknya proses pembakaran ditentukan oleh jarak elektroda.
Intensitas loncatan bunga api listrik juga ditentukan oleh jarak antara kedua
elektroda. Jarak elektroda yang optimum adalah antara 0,6 – 0,8 mm. Selain itu
penentuan tempat/posisi busi didalam ruang bakar juga penting. Agar selalu
terdapat campuran bahan bakar dan udara yang mudah terbakar diantara kedua
elektroda, tempat yang sangat tepat adalah dekat katup isap. Tetapi jika ditinjau
dari kemungkinan terjadinya detonasi, sebaiknya busi ditempatkan pada bagian
terpanas yaitu pada katup buang. Sebagai contoh untuk system penyalaan
konvensional (penyalaan dengan menggunakan platina), struktur pengapian terdiri
dari baterai sebagai sumber energi listrik, kontak penyalaan (platina), kumparan
penyalaan (koil), tahanan distributor (yang didalamnya terdapat pemutus arus,
kam, rotor), kabel busi tinggi dan rendah, busi. Selain penyalaan secara
konvensional, terdapat pula penyalaan system elektronik.
2.6 Sistem pengisian dan pembuangan
2.6.1 Sistem pengisian
Sistem pengisian adalah system yang berfungsi untuk memungkinkan
mengalirnya campuran udara dan bahan bakar ke dalam silinder.
Bagian dari dari system pengisian sering disebut dengan intake manifold
Gambar 2.13Intake manifold
Sumber: Training Manual, PT. Toyota Astra Motor. Halaman 3-42
Sistem pemasukan bahan bakar ke dalam silinder ada dua macam yaitu
dengan menggunakan karburator atau dengan injeksi pada venturi dan system
injeksi bahan bakar yang menyemprotkan bahan bakar dilakukan pada daerah
yang sangat dekat dengan lubang pemasukan kedalam silinder.
2.6.2 Sistem pembuangan
Sistem pmbungan adalah sistm untuk mengalirkan gas bekas pembakaran
dari dalam silinder ke udara luar tanpa mengurangi tenaga yang dihasilkan mesin
dan diharuskan tidak menggnggu lingkunagan yang berupa polusi udara dan
suara.
Agar system pembuangan tidak mempengaruhi daya mesin, maka
diusahakan tidak ada penghambat yang terlalu besar pada saat terjadi
pembuangan. Karena jika hambatan dalam saluran system pembuangan terlalu
besar maka akan mengurangi ruangan untuk gas baru yang akan masuk kedalam
Sistem pembuangan dengan silinder lebih dari satu umumnya menggunakan
system pembuangan yang terdiri dari:
• Exhaust manifold, Merupakan saluran yang meneruskan gas bekas dari semua silinder yang nantinya gas tersebut akan dikeluarkan dan disalurkan ke pipa
buangan. Exhaust manifold ini dibaut pada bagian kepala silinder.
Gambar 2.14 Exhaust manifold
Sumber: Training Manual, PT. Toyota Astra Motor. Halaman 3-42
• Exhaust pipe depan (pipa pembuangan bag depan), Merupakan pipa baja yang mengalirkan gas bekas dari Exhaust manifold ke udara bekas.
• Exhaust muffler, Merupakan bagian yang berfungsi meredam bunyi, menyaring gas buang sebelum dibuang ke udara luar.
Gambar 2.15Exhaust Muffler
Gas yang dibuang dari silinder mempunyai temperatur yang tinggi, dan
apabila langsung dibuang ke udara luar maka akan menimbulkan banyak
kerugian. Dengan demikian desain dari Muffler sangatlah penting
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.2 Definisi Operasional
Banyak pengaruh yang terjadi pada mesin apabila melakukan penggantian
terhadap kualitas bahan bakar, salah satunya adalah dengan mengganti pemakaian
jenis bahan bakar.
Pada penelitian ini dilakukan tiga cara pengambilan data, yaitu data-data
dari pemakaian jenis bahan bakar premium, pratamax dan pratamax +. Ketiga data
tersebut diambil dari mesin yang yang sama dengan kondisi mesin standar dan
Persiapan penelitian
Pengambilan data
Analisa data
Pembahasan
Kesimpulan
tanpa merubah setingan mesin dari pemakaian masing-masing bahan bakar .
Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap penggunaan bahan
bakar, kemudian diambil rata-rata untuk masing-masing jenis bahan bakar.
Data-data dari masing-masing pemakaian bahan bakar yang diperoleh dari
penelitian kemudian diolah dan dibandingkan. Pembandingan kemudian
dilakukan dengan perhitungan dan grafik menggunakan variabel putaran. Dari
perhitungan-perhitungan dan grafik-grafik tersebut diharapkan dapat diketahui
pengaruh-pengaruh apa saja yang terjadi setelah bahan bakar diganti-ganti serta
hubungan antara parameter-parameter yang satu dengan yang lainnya pada
perhitungan prestasi mesin.
Perlu diketahui bahwa bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar
murni yang dikeluarkan dan diproduksi oleh PT Pertamina, yang umumnya
dipakai oleh semua jenis kendaraan bermotor, jadi penulis tidak membuat /
mencampur bahan bakar tersebut.
3.3 Lokasi Penelitian
Pengambilan data dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Jurusan
Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dengan menggunakan
mesin Toyota 1500 cc, dengan tipe mesin 5K – Over Head Valve (OHV).
3.4 Alat-alat Pengujian
manometer, rotameter, burret, dan tachometer), tak lupa juga keadaan engine pada
keadaan standart (tanpa modifikasi)
3.4.1 Mesin bensin
Dalam penelitian ini, mesin yang dipergunakan adalah mesin bensin
dengan kondisi standar dengan spesifikasi sebagai berikut :
Merek / tipe : Toyota Kijang / 5 K
Perbandingan Kompresi : 9 : 1
Volume Silinder : 1497 cc
Pendingin : Air
Diameter Silinder : 80,5 mm
Panjang langkah piston : 73,5 mm
Jumlah silinder : 4 silinder segaris (in line)
Gambar 3.2 Mesin Toyota 5K
Gambar 3.3 Engine Testbed
Sumber : Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kinerja mesin diuji dengan alat uji yang disebut engine testbed. Dengan
engine testbed ini, daya dan torsi yang dihasilkan oleh mesin serta nilai konsumsi bahan bakar spesifik minimum dapat diketahui.
3.4.2 Dinamometer
Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur daya keluaran mesin.
Prinsip kerja dinamometer ini adalah memberi pengereman pada poros keluaran
Gambar 3.4 Dinamometer
Sumber : Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Alat ukur
Macam-macam alat ukur yang digunakan antara lain :
1. Termokopel, digunakan untuk mengukur :
a. Temperatur air yang masuk ke mesin.
b. Temperatur air yang keluar dari mesin.
c. Temperatur minyak pelumas.
d. Temperatur gas buang (exhaust).
2. Pressure gauge, digunakan untuk mengukur tekanan minyak pelumas.
3. Manometer, digunakan untuk mengukur penurunan tekanan udara yang
melewati orifice.
4. Rotameter, digunakan untuk mengukur sirkulasi aliran air di dalam mesin.
5. Burret, digunakan untuk mengukur volume bahan bakar. 6. Tachometer, digunakan untuk mengukur putaran poros mesin.
Gambar 3.5 Alat Ukur
Sumber : Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.4.3 Jenis bensin
Pada penelitian ini digunakan bermacam-macam jenis bensin yaitu:
a. Bahan bakar premium
Bahan bakar premium adalah bahan bakar yang sering kita jumpai. Pada
pemakaian sehari-hari bahan bakar premium tergolong banyak dipakai untuk
kendaraan-kendaraan bermotor, khususnya motor dan mobil.
Bahan bakar premium mempunyai angka oktan 88 dan masih memiliki
kadar timbal yang bisa membahayakan bagi mahluk hidup.
b. Bahan bakar pertamax
Bahan bakar pertamax adalah bahan bakar sekelas premium yang sudah
tidak memiliki kadar timbal. Bahan bakar ini memiliki angka oktan lebih tinggi
c. Bahan bakar pertamax +
Bahan bakar pertamax + memiliki angka oktan 95, dimana bahan bakar ini
adalah bahan bakar terbaik dikelasnya, hal ini disebabkan karena bahan bakar ini
tidak memiliki kadar timbal dan lebih banyak digunakan pada
kendaraan-kendaraan mewah yang memiliki spesifikasi mesin yang sangat baik yang
memerlukan bahan bakar berkualitas baik pula.
3.5 Langkah Kerja
Pengambilan data yang pertama dalam penelitian ini (premium) adalah
sebagai berikut:
a. Memasukkan bahan bakar premium kedalam tangki bahan bakar dan membuka
katup bahan bakar agar dapat mengalir ke mesin.
b. Memeriksa air pendingin di dalam tangki air. Membuka kran air, agar air dapat
bersikulasi di dalam mesin, membuka kran air tambahan agar air dapat
mengalir ke tangki pendingin.
c. Memeriksa oli pelumas mesin agar tetap pada batas yang diijinkan.
d. Menghidupkan mesin dengan memutar kunci kontak.
e. Setelah mesin menyala, putaran mesin diatur sehingga diperoleh kondisi stasioner,
yaitu pada putaran sekitar 600-700 rpm, kemudian membiarkannya selama + 5
menit untuk pemanasan.
f. Menaikkan putaran mesin, dari kondisi stasioner menjadi 1500 rpm dengan
g. Pada kondisi 1500 rpm dan mesin dibebani, didiamkan dahulu beberapa saat
hingga mesin sampai pada suhu ideal dan air pendingin yang keluar dari mesin
sekitar 600 C.
h. Selanjutnya beban ditambah dengan memutar hand wheel dinamometer
kekanan, sambil menjaga putaran tetap pada 5000 rpm, denagn membuka katup
trottle, sampai tachometer menunjukkan 5000 rpm.
Pengujian ini dilaksanakan pada saat trottle terbuka penuh. Setelah mesin
dijalankan pada langkah diatas, kemudian dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mengurangi/menambah beban mesin secara perlahan dengan memutar
Handwhwel dynamometer sampai putaran yang diinginkan pada pengu-
kuran pertama yaitu 5000 rpm.
Setelah dynamometer disetimbangkan (mensesajarkan water pas), kemudian
membaca dan mencatat:
• Moment pada dynamo
• Waktu untuk mengkonsumsi bahan bakar tiap 100 cc
• Sikap manometer
• Suhu air masuk dan keluar mesin
• Debit air pendingin
• Kelembaban udara pada suhu sekitar (kelembaban kamar)
• Suhu pada lingkungan sekitar (suhu kamar)
2. Selanjutnya menurunkan putaran mesin sesuai rpm yang dikehendaki dengan
menambah pembebanannya, dalam pengujian ini dari 5000, 4500, 4000, 3500,
3000, 2500, 2000 dan 1500 rpm, pada setiap putaran data-data dicatat secara
bersamaan.
3. Untuk mengakiri pengujian ini, putaran mesin diturunkan dengan memutar
throttle kekiri dan diikuti dengan mengurangi beban secara perlahan-lahan, hingga
putaran tidak lebih dari 2000 rpm dan beban sampai 0 kg. Kemudian menurunkan
lagi putaran mesin hingga mencapai idle 700 rpm. Lalu mesin dapat dimatikan.
Karena pada penelitian Tugas Akhir ini dilakukan pengambilan data
sebanyak 2 kali untuk setiap bahan bakar, maka setelah pengambilan data yang
pertama selesai, mesin dimatikan terlebih dahulu dengan tujuan untuk
mendinginkan mesin selama 15 menit. Selanjutnya penngambilan data selanjutnya
dilakukan sama seperti pengambilan data yang pertama (dengan mengulangi
langkah kerja d) . Pendinginan mesin tidak terlalu diperlukan, karena mesin harus
pada suhu ideal.
Setelah pengambilan data mesin dengan bahan bakar premium selesai,
selanjutnya bahan bakar tersebut diganti dengan pertamax dan yang terakhir
adalah pertamax +. Pengambilan data untuk setiap pemakaian bahan bakar
dilakukan sebanyak 2 kali dengan langkah kerja yang sama dengan pengambilan
3.6 Parameter Dalam Perhitungan Motor Bakar
Data yang diambil pada penelitian Tugas Akhir ini meliputi :
• Putaran mesin.
• Beban pada dinamometer.
• Temperatur air yang masuk ke mesin.
• Temperatur air yang keluar dari mesin.
• Temperatur minyak pelumas.
• Temperatur gas buang.
• Tekanan udara atmosfir.
• Temperatur udara ruang.
• Kelembaban relatif udara selama pengujian.
• Perbedaan tekanan udara yang masuk melalui orifice. • Debit aliran air pendingin.
• Waktu konsumsi bahan bakar tiap 100 cc.
Dari penelitian Tugas Akhir ini hal-hal yang perlu diketahui meliputi:
• Daya yang dihasilkan dari bensin standar dan setelah menggunakan bahan
bakar campuran.
• Tekanan-tekanan yang terjadi pada mesin sebagai fungsi putaran.
• Konsumsi bahan bakar spesifik sebagai fungsi putaran.
• Efisiensi mesin sebagai fungsi putaran.
• Perbandingan campuran udara dan bahan bakar sebagai fungsi putaran.
Hal-hal tersebut diatas sangat mempengaruhi kinerja dari mesin, dan dapat
1. Torsi (T)
Torsi atau momen putar adalah gaya untuk memutar poros engkol.
Besarnya torsi dapat dicari dengan mengalikan gaya yang bekerja (beban pada
dinamometer) dengan panjang lengan pada dinamometer. (Sumber : Ir. Y.B.
Lukiyanto,M.T., Panduan Praktikum Prestasi Mesin, Laboratorium Konversi
Energi, Teknik mesin, Universitas Sanata Dharma, 2003)
l g m
T= ⋅ ⋅ (kg.m)
Keterangan :
m = Massa yang terukur pada dinamometer (kg)
l = Panjang lengan dinamometer (0,35 m)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
2. Daya Efektif
(
N e)
Menyatakan daya yang diberikan ke poros penggerak oleh motor. (Sumber
: Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Hal 32)
716,2 n . T
Ne = (PS)
Keterangan :
n = Putaran poros mesin (rpm)
3. Tekanan Efektif
( )
P eMenyatakan tenaga output mesin tiap satuan volume silinder. Pada proses
pembakaran, campuran bahan bakar dan udara menghasilkan tekanan yang
bekerja pada piston, sehingga menghasilkan langkah kerja. Besaran tekanan yang
tekanan konstan yang bekerja pada piston dan menghasilkan kerja yang sama,
maka tekanan tersebut disebut dengan tekanan efektif rata-rata, yang didefinisikan
sebagai kerja per siklus per volume langkah torak. (Sumber : Wiranto
Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Hal 24)
.z.n.a V
N . 450000 P
L e
e = (kg/cm
2
)
Keterangan:
L
V = Volume langkah torak per silinder (cm3)
L D 4
V 2
L =
D = Diameter silinder (cm)
L = Panjang langkah piston (cm)
z = Jumlah silinder
n = Putaran poros engkol (rpm)
a = Jumlah siklus per putaran,
putaran siklus
= 1 untuk motor 2 langkah
= 2 1
untuk motor 4 langkah
4. Tekanan Indikasi
( )
P iTekanan indikasi adalah tekanan rata-rata indikasi yang bekerja pada
piston selama langkah kerja. (Sumber : Wiranto Arismunandar, Motor Diesel
Putaran Tinggi, Hal 25)
m e i
P
m= Efisiensi mekanis untuk motor bensin = 0,7 – 0,85 (Sumber :
Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Hal 36)
i e m
P P =
5. Daya Indikasi
( )
N iDaya indikasi adalah daya yang dihasilkan didalam silinder. (Sumber :
Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Hal 28)
450000 a . n . z . V . P
N i L
i= (PS)
6. Daya Mekanis
(
Nm)
Daya mekanis disebut juga daya gesek, yaitu selisih antara daya indikasi
dengan daya efektif. (Sumber : Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran
Tinggi, Hal 25)
e i
m N N
N = − (PS)
7. Tekanan Mekanis
( )
PmTekanan mekanis adalah selisih antara tekanan indikasi dengan tekanan
efektif. (Sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion, Hal 57)
e i
m P P
P = − (kg/cm2)
8. Massa aliran udara masuk, ma (kg/s)
(Sumber : Ir. Y.B. Lukiyanto,M.T., Panduan Praktikum Prestasi Mesin,
Laboratorium Konversi Energi, Teknik mesin, Universitas Sanata Dharma,
2003)
⋅ ⋅ ⋅
⋅ ⋅ =
s kg p 2g d 4
Keterangan :
α = Koefisien aliran melalui orifice (α = 0,6)
ε = Faktor kompresibilitas udara
d = Diameter orifice (0,055m)
∆p = Perbedaan tekanan udara pada orifice (mm H2O)
ρa = Massa jenis udara basah pada suhu ruang (kg/m3)
w a s a n a 273 273 760 p p ⋅ + + ⋅ ⋅ − ⋅ = ϕ ϕ
ρn = Massa jenis udara kering pada suhu kamar 0 ºC dan tekanan absolut
760 mm Hg (1,293 kg/m3)
Pa = Tekanan atmosfer pada suhu pengujian (mm Hg)
Ps = Tekanan uap jenuh pada suhu pengujian (mm Hg)
( dapat dilihat pada Tabel 3.1 Hubungan antara θ- Ps, θ - ρw )
ρw = Massa jenis uap pada suhu pengujian (kg/m3)
( dapat dilihat pada Tabel 3.1 Hubungan antara θ- Ps, θ - ρw )
θa = Suhu udara ruang (ºC)
ϕ = Kelembaban relatif udara selama pengujian
k = Perbandingan kalor spesifik udara (1,4)
Faktor kompressibilitas udara
⋅ − ⋅ − ⋅ − ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ − = + k 1 k a a a a a p 13,59 p p 13,59 p 13,59 p p 13,59 p p 13,59 1 k k k 2
d m 4 R
a a e
⋅ ⋅ ⋅
⋅ =
v = viskositas kinematik udara yang dihisap melalui orifice (m2/s) ( dapat dilihat pada Tabel 3.2 Hubungan antara θ - v , θ - w )
( ºC ) Ps(mmHg)
w( kg/m³
)
(ºC) Ps(mmHg) w(kg/m³)
0,0 4,581 0,00485 20,0 17,530 0,01730
1,0 4,925 0,00520 21,0 18,650 0,01834
2,0 5,292 0,00556 22,0 19,820 0,01943
3,0 5,682 0,00595 23,0 21,070 0,02058
4,0 6,098 0,00636 24,0 22,380 0,02179
5,0 6,540 0,00680 25,0 23,750 0,02306
6,0 7,010 0,00726 26,0 25,210 0,02438
7,0 7,511 0,00775 27,0 26,740 0,02578
8,0 8,042 0,00827 28,0 28,350 0,02725
9,0 8,606 0,00882 29,0 30,040 0,0278
10,0 9,205 0,00940 30,0 31,830 0,03039
11,0 9,840 0,01001 31,0 33,700 0,03207
12,0 10,514 0,01066 32,0 35,670 0,03384
13,0 11,230 0,01135 33,0 37,730 0,03569
14,0 11,980 0,01207 34,0 39,900 0,03762
15,0 12,780 0,01283 35,0 42,180 0,03964
17,0 14,530 0,01448 37,0 47,080 0,04396
18,0 15,470 0,01537 38,0 49,700 0,04627
19,0 16,470 0,01631 39,0 52,450 0,04869
20,0 17,530 0,01730 40,0 55,340 0,05120
Tabel 3.1 Hubungan Antara – Ps, – w
Sumber : Ir. Y.B. Lukiyanto,M.T., Panduan Praktikum Prestasi Mesin, Laboratorium Konversi Energi, Teknik mesin, Universitas Sanata Dharma, 2003
( ºC )
0 10 20 30 40
/s) (m 10
× 5 2 1,33 1,42 1,51 1,60 1,7
w ( kg/m³ ) 0,0048 0,0094 0,0173 0,0304 0,0512
Tabel 3.2 Hubungan Antara – , – w
Sumber : Ir. Y.B. Lukiyanto,M.T., Panduan Praktikum Prestasi Mesin, Laboratorium Konversi Energi, Teknik mesin, Universitas Sanata Dharma, 2003
9. Effisiensi pengisian, (charging efficiency, ηc)
(Sumber : Ir. Y.B. Lukiyanto,M.T., Panduan Praktikum Prestasi Mesin,
Laboratorium Konversi Energi, Teknik mesin, Universitas Sanata Dharma,
2003)
n V
60 Z m
a a c
⋅ ⋅
⋅ ⋅ =
Keterangan :
= 2 untuk mesin 4 langkah
= 1 untuk mesin 2 langkah
V = Volume langkah total silinder (m3)
= 0,001497 m3
10. Perbandingan udara dan bahan bakar (Air to Fuel Ratio-AFR)
(Sumber : Ir. Y.B. Lukiyanto,M.T., Panduan Praktikum Prestasi Mesin,
Laboratorium Konversi Energi, Teknik mesin, Universitas Sanata Dharma,
2003)
f a
m 3600 × m = AFR
Keterangan :
f
m = Konsumsi bahan bakar
1000 t
3600 b
mf × f
⋅ ⋅
= (kg/jam)
b = Volume buret pada pengujian (cc)
t = Waktu yang diperlukan untuk mengosongkan buret
ρf = Berat jenis bahan bakar (Bensin = 0,74 kg/l)
11. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Efektif
( )
B eMenyatakan ukuran penggunaan bahan bakar oleh motor, pada umumnya
dinyatakan dalam satuan massa bahan bakar per satuan keluaran daya. Atau dapat
juga didefinisikan dengan jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh motor untuk
menghasilkan tenaga 1 HP dalam waktu 1 jam. Besarnya konsumsi bahan bakar
spesifik dinyatakan dengan : (Sumber : Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula
e f e
N m
B = (kg/HP jam)
12. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Indikasi
( )
B iUntuk mengukur banyaknya bahan bakar yang terpakai per jam untuk
setiap daya yang dihasilkan. (Sumber : Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula
Motor Bakar Torak, Hal 34)
i f i
N m
B = (kg/HP jam)
13. Laju massa gas buang
(Sumber : Ir. Y.B. Lukiyanto,M.T., Panduan Praktikum Prestasi Mesin,
Laboratorium Konversi Energi, Teknik mesin, Universitas Sanata Dharma,
2003)
3600
m m
m f
a
g = + (kg/s)
14. Rugi energi pada gas buang (%)
Jumlah energi panas yang hilang bersamaan dengan keluarnya sisa gas
buang dari dalam silinder. (Sumber : Ir. Y.B. Lukiyanto,M.T., Panduan
Praktikum Prestasi Mesin, Laboratorium Konversi Energi, Teknik mesin,
Universitas Sanata Dharma, 2003)
100% Q
Q
f g
g = ×
Keterangan :
Qg = Energi dalam gas buang
(
)
4,184(
kW)
C m
Cp(gas) = Panas jenis tekanan konstan (kkal/kg C), dapat dilihat pada Gambar
3.9
θg-in = Suhu udara masuk (°C)
θg-out = Suhu gas buang (°C)
Qf = Kalor ekivalen dalam konsumsi bahan bakar
⋅
⋅ =
3600 4,184 m
LHV
Qf f
LHV = Untuk bensin = 10500 kkal/kg
LHV = Untuk avgas = 10600 kkal/kg
Gambar 3.9 Hubungan Antara Specific Heat Constant Pressure of Combustion Exhaust Gas (C ) Dengan pg Temperature Combustion Exhaust Gas ( gz)
Sumber : Ir. Y.B. Lukiyanto,M.T., Panduan Praktikum Prestasi Mesin, Laboratorium Konversi Energi, Teknik mesin, Universitas Sanata Dharma, 2003
Jumlah energi panas yang hilang melalui air pendingin yang dialirkan ke
dalam mesin. (Sumber : Ir. Y.B. Lukiyanto,M.T., Panduan Praktikum Prestasi
Mesin, Laboratorium Konversi Energi, Teknik mesin, Universitas Sanata
Dharma, 2003).
100% Q
Q
f w
w = ×
Qw = Energi dalam air pendingin
(
)
4,184(
kW)
C m
Qw = w⋅ p(w)⋅ wg−out− w−in ⋅
Keterangan :
mw = Laju air pendingin (kg/jam)
Cp(w) = Panas jenis tekanan konstan air (1 kkal/kg C);
θw-in = Suhu air pendingin masuk (°C)
θw-out = Suhu air pendingin keluar (°C)
16. Efisiensi Termal Efektif
( )
eEfisiensi termal efektif adalah daya efektif dibagi dengan hasil kali total
pemakaian bahan bakar per satuan waktu dan nilai kalor bawah bahan bakar.
(Sumber : Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Hal 33)
LHV . m
632 . N
f e e =
17. Efisiensi Termal Indikasi
( )
iEfisiensi termal indikasi adalah daya indikasi dibagi dengan hasil kali total
pemakaian bahan bakar per satuan waktu dan nilai kalor bawah bahan bakar.
LHV . m
632 . N
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data perhitungan
4.1.1 Perhitungan Premium
Berdasarkan data yang diperoleh, maka kinerja mesin dapat dicari. Berikut
ini adalah perhitungan untuk mesin dengan menggunakan premium pada putaran
1500 rpm :
1. Torsi (T)
T = m . g. l (Nm)
T = 60 kg . 9,81 m/s2 . 0,35 m
= 206,01 Nm
= 21 kg.m
2. Daya Efektif
( )
N e
2 , 716
n T
Ne = ⋅ (PS)
2 , 716
1500 21⋅ =
e
N
= 43,98 PS
= 43,36 HP (1Ps = 0,986 hp)
3. Tekanan Efektif
( )
Pea n z V
N P
L
e e
⋅ ⋅ ⋅
⋅
L D VL 2
4
π
= (cm3)
(
cm) (
cm)
VL 8,05 7,35 4
2
⋅ ⋅
=π
= 374,0839 cm3
5 , 0 1500 4 0839 , 374 366 , 43 450000 ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ = e P
= 17,636 kg/cm2
4. Tekanan Indikasi
( )
Pim e i P P η
= (kg/cm2)
m= Efisiensi mekanis untuk motor bensin = 0,7 – 0,85. (Sumber : Wiranto
Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Hal 36)
Diambil 0,85 85 , 0 636 , 17 = i P
= 20,748 kg/cm2
5. Daya Indikasi
( )
Ni450000 a n z V P N i L
i
⋅ ⋅ ⋅ ⋅
= (PS)
450000 5 , 0 1500 4 0839 , 374 748 ,
20 ⋅ ⋅ ⋅ ⋅
=
i
N
= 51,744 PS
6. Daya Mekanis
(
Nm)
e i
m N N
N = − (PS)
366 , 43 019 , 51 − = m N
= 7,762 PS
= 7,6529 HP
7. Tekanan Mekanis
( )
Pme i
m P P
P = − (kg/cm2)
Pm =20,748−17,636
= 3,112 kg/cm2
8. Massa aliran udara masuk
(
ma)
p g
d
ma =α⋅ε⋅π ⋅ ⋅ 2 ⋅ρa⋅∆ 4
2
(kg/s)
Massa jenis udara basah pada suhu ruang
w a s a n a P P ρ ϕ θ ϕ ρ ρ + ⋅ + ⋅ ⋅ − ⋅ = 273 273
760 (kg/m
3 ) 3 3 / 02878 , 0 89 , 0 29 273 273 760 040 , 30 89 , 0 725 / 293 , 1 m kg mmHg mmHg m kg a ⋅ + + ⋅ ⋅ − ⋅ = ρ
= 1,1354 kg/m3
Faktor kompressibilitas udara
⋅ − ⋅ − ⋅ − ⋅ ⋅ ⋅ − = + 4 , 1 1 4 , 1 4 , 1 2 725 59 , 13 7 725 59 , 13 725 59 , 13 75 , 6 725 59 , 13 7 725 59 , 13 1 4 , 1 4 , 1 ε = 0,9996
(
0,055)
2 9,81 / 1,1354 7 4 9996 , 0 6 ,0 2 2
⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅
= m kg s
ma π
= 0,0178 kg/s
ma berlaku jika Re > 7400
ν π ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ = d p m R a a e 4
(
m s)
m m kg Re / 10 582 , 1 055 , 0 14 , 3 / 1354 , 1 0178 , 0 4 2 5
3⋅ ⋅ ⋅ ⋅ −
⋅ =
= 22922,58986
9. Effisiensi pengisian, (charging efficiency, ηc)
n V p Z m a a c ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ = 60 η rpm m m kg s kg c 1500 001497 , 0 / 1354 , 1 60 2 / 018 , 0 3
3⋅ ⋅
⋅ ⋅ =
η
= 0,837
10. Perbandingan udara dan bahan bakar (Air to Fuel Ratio-AFR) Konsumsi bahan bakar :
l kg s
cm
mf 0,74 /
1000 12 , 77 3600 100 2 ⋅ ⋅ ⋅ =
= 3,454 kg/jam
f a
m m
AFR= ⋅3600
jam kg s kg AFR / 454 , 3 3600 / 0178 , 0 ⋅ =
= 18,535 kg/jam
11. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Efektif
( )
Bee f e
N m
B = (kg/HP.jam)
HP jam kg Be 366 , 43 / 454 , 3 =
= 0,08 kg/HP.jam
12. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Indikasi
( )
Bii f i
N m
B = (kg/HP.jam)
HP jam kg Bi 019 , 51 / 1501 , 3 =
= 0,068 kg/HP.jam
13. Laju massa gas buang
( )
Gg3600 f a g m m
3600 1501 , 3 0172 , 0 + = g m
= 0,019 kg/s
14. Rugi energi pada gas buang
f g g Q Q = η
Kalor ekivalen dalam konsumsi bahan bakar
= ⋅ ⋅ 3600 184 , 4 f
f LHV m
Q (kW)
⋅ ⋅ = 3600 184 , 4 454 , 3 10500 f Q
= 42,155 kW
Energi dalam gas buang
( )⋅
(
−)
⋅4,184⋅
= g pgas g−out g−in
g m C
Q θ θ (kW)
(
475 29,3)
4,184 / 263 , 0 / 019 ,0 ⋅ ° ⋅ ° − ° ⋅
= kg s kkal kg C C C
Qg
= 10,1021 kW
155 , 42 1021 , 10 = g η = 0,24
15. Rugi energi pada air pendingin
f w w Q Q = η ( )
(
)
3600 184 , 4 ⋅ − ⋅ ⋅= w pw w−out w−in
w m C
Q θ θ (kW)
(
)
3600 184 , 4 6 , 29 05 , 65 / 1 /120 ⋅ ° ⋅ ° − ° ⋅
= kg jam kkal kg C C C
= 7,981 kW 155 , 42 981 , 7 = w η = 0,189
16. Efisiensi Termal Efektif
( )
ηeLHV m N f e e ⋅ ⋅ = 632 η 10500 / 454 , 3 632 366 , 43 ⋅ ⋅ = jam kg HP e η = 0,756
17. Efisiensi Termal Indikasi
( )
ηi4.1.2 Perhitungan Pertamax
Berdasarkan data yang dipero