• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN POSKO BENCANA ALAM (studi kasus : Daerah Kabupaten Bantul)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN POSKO BENCANA ALAM (studi kasus : Daerah Kabupaten Bantul)"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Informatika

Oleh :

Kristina Novita Dewi

NIM : 035314022

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

A Thesis

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

to Obtain theSarjana TeknikDegree in Department of Informatics Technology

Created by :

Kristina Novita Dewi

NIM : 035314022

DEPARTMENT OF INFORMATICS TECHNOLOGY

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

“Aku telah mengalami banyak pengalaman sulit dalam hidupku, dan hampir-hampir tak sanggup mengatasi rintangan-rintangan yang menghalanngi jalanku. Tapi pengalaman-pengalaman ini membuatku banyak belajar. Kalau aku mesti mengulangi kembali seluruh hidupku, aku takkan mengubah hal sekecil apa pun. Apa-apa yang telah kupelajari amat

sangat berharga.”

Keterwujudan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lupa akan dukungan dan semangat dari berbagai pihak yang telah mendukung saya yaitu

(6)

v

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Mei 2008

Penulis

(7)

vi

kerusakan terparah pada daerah Bantul, membuat banyak pihak bersimpati.

Pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus bertindak cepat dengan mendirikan

posko bencana alam. Karena kurang terencananya proses pendirian posko

menyebabkan posko-posko yang didirikan kurang menjangkau penduduk pada

suatu wilayah tertentu. Dari peristiwa tersebut penulis ingin membuat sistem

informasi untuk penentuan posko bencana alam. Posko bencana alam ini berupa

posko bantuan konsumsi, dan merupakan posko distribusi langsung satu

kecamatan satu posko.

Untuk menentukan letak posko bencana alam ini digunakan suatu metode

dari disiplin ilmu manajemen operasi yaitu Metode Pusat Gravitasi (Center Of

Gravity Method). Metode Pusat Gravitasi ini merupakan teknik matematis yang

digunakan untuk menemukan lokasi pusat distribusi yang akan meminimalkan

biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi area, jumlah barang

yang akan dikirim ke area tersebut, dan biaya pengiriman untuk menemukan

lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.

Seandainya letak posko hasil Metode Pusat Gravitasi tidak terletak di

pemukiman digunakan ET Tool’s. ET Tool’s merupakan patch/extension

tambahan yang disediakan oleh ArcView selaku software yang digunakan untuk

(8)

vii

damage in Bantul region made many side felt sympathy. Region and central

government must react fast by building disaster camp. Because the lack

coordination of building disaster camp make all the disaster camp that has been

built is unreachable by local native. That’s way writer wants to make an

information system that could determine the location of disaster camp. This

disaster camp specified to consumptions and direct distribution single camp in one

district.

To determine the location of disaster camp used Center Of Gravity

Method which is a method from operation management. The Center Of Gravity

Method is mathematics technique that will use to find center distribution location

which will minimize distribution cost. This method concern distance, amount of

things that will be sent to the area and delivery cost to find the most suitable

location for a center distribution.

If the result location from Center Of Gravity Method is not in the

civilization, than will be use ET Tool’s. ET Tool’s is an extra patch/extension that

(9)

viii

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sistem Informasi

Geografis Penentuaan Posko Bencana Alam dengan Daerah Studi Kasus

Kabupaten Bantul. Selama proses penulisan skripsi, banyak hal yang penulis

alami, baik suka maupun duka, yang telah membantu penulis lebih berkembang

sebagai pribadi yang utuh.

Tentunya keberhasilan menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran

berbagai pihak yang telah membantu penulis. Oleh sebab itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. Gregorius Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Ibu Agnes Maris Polina, S.Kom., M.Sc., selaku Kepala Program Studi

Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Albertus Agung Hadhiatma, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing

Skripsi.

4. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku Dosen Pembimbing

Akademik Program Studi Teknik Informatika Angkatan 2003 Fakultas

Sains Dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Orang tua dan saudara penulis yang selama ini mendukung dan memberi

(10)

ix

sepenanggungan Akko, dan Albert ‘Pakde’, dan juga Adri yang telah

banyak membantu.

7. Teman-teman Teknik Informatika angkatan 2003.

8. Teman-teman dari fakultas geografi UGM yang telah banyak mengajari

dan membantu.

9. Teman-teman gereja yang telah memberikan dukungannya melalui doa,

terutama teman-teman dari Komisi Anak yang selalu menanyakan tentang

perkembangan skripsi.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala perhatian, bantuan, dukungan, dan semangat yang

semua pihak berikan kepada penulis mendapat berkah dari Tuhan yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab

itu, segala masukan, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan

pengembangan pada masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat

sebagaimana mestinya bagi penulis dan pembaca sekalian.

(11)
(12)

x

HALAMAN PERSETUJUAN ……….………..ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….………..iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….………...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….………..v

ABSTRAK ……….………...vi

ABSTRACT……….………...vii

KATA PENGANTAR ……….………...viii

DAFTAR ISI ……….……….x

DAFTAR GAMBAR ..……….……….………...xiii

DAFTAR TABEL .………..……….………...xv

BAB I PENDAHULUAN ………..……….…1

1.1 Latar Belakang Masalah ……..………1

1.2 Rumusan salah.………....3

1.3 Batasan Masalah ..………..……..4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan ..………..……4

1.5 Metodologi Penulisan ..………..…..5

1.6 Sistematika Penulisan ..………..…..6

BAB II LANDASAN TEORI ..………...8

2.1. Pengertian SIG...8

2.1.1. Konsep Dasar SIG ...8

2.1.2. Pengertian SIG ...8

(13)

xi

2.2. Metode Pusat Gravitasi ...14

2.3. Visual Basic ...21

2.3.1. Tipe Data Visual Basic ...22

2.3.2. Variabel ...23

2.3.3. Konstanta ...25

2.3.4. Operator ...25

2.4. ArcView...30

2.4.1. Digitasi...31

2.4.2. Membuat Project...36

2.4.3. Pengenalan Script Avenue ...37

2.4.4. Pemrograman Script Avenue ...38

2.5. Komunikasi ArcView dengan Program Visual Basic ...44

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ………..….…48

3.1. Analisa Sistem ……….………...48

3.1.1. Menentukan Posko Dengan Metode Pusat Gravitasi……...50

3.1.2. Penyesuaian Lokasi Posko Dengan Jalan Terdekat ………53

3.2. Perancangan Sistem .………..55

3.2.1. Use Case .………..…….……..60

3.2.2. Diagram Berjenjang ………..………..………62

3.2.3. Context Diagram ………...….…….…62

3.2.4. Overview Diagram Level 0 .……….…….….…63

(14)

xii

3.4. Perancangan Menu Antarmuka ..………67

3.4.1. Perancangan Input ..……….67

3.4.2. Perancangan Output ..………..68

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM .………..70

4.1. Implementasi Dialog ………..70

4.1.1. Aplikasi Dalam visual Basic……….... ………71

4.1.2. Aplikasi Dalam Arcview ..…….………….……….……….76

4.2. Langkah-Langkah Menjalankan Aplikasi ..………...…….83

4.2.1. Menjalankan Aplikasi SIG dalam VB………..….…….83

4.2.2. Menjalankan Aplikasi SIG dalam ArcView…....………..…84

4.3. Implementasi Program………..………102

4.3.1. Pembuatan Aplikasi Dalam Visual Basic 6.0...102

4.3.2. Pembuatan Aplikasi Peta Dalam ArcView...116

4.3.3. Tahap Mengkoneksikan VB dengan ArcView...137

4.4. Analisa Hasil………..………...141

4.4.1. Kelebihan Sistem ……….………...…..…..…..…..143

4.4.2. Kekurangan Sistem ……….……….144

4.4.3. Analisa Untuk Pengembangan Sistem ……….144

BAB V PENUTUP ………..146

5.1. Kesimpulan ………..……….…...146

5.2. Saran ……….………146

(15)

xv

Tabel (2-1) : Tabel Permintaan Quain’s Discount Department Stores...16

Tabel (2-2) : Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak...18

Tabel (2-3) : Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak...18

Tabel (2-4) : Tabel Tipe Data dan Karakter yang dipakai...21

Tabel (2-5) : Tabel Tipe Data Dan Range Nilai...22

Tabel (2-6) : Tabel Operator Aritmatika...25

Tabel (2-7) : Tabel Operator Pembanding...26

Tabel (2-8) : Tabel Operator Logika...26

Tabel (2-9) : Tabel Operator Logika Not...27

Tabel (2-10): Tabel Operator Logika And...27

Tabel (2-11): Tabel Operator Logika Or...28

Tabel (2-12): Tabel Operator Logika Xor...28

Tabel (2-13): Tabel Operator Logika Eqv...28

Tabel (2-14): Tabel Operator Logika Imp...29

Tabel (3-1) : Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak Real...50

Tabel (3-2) : Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak Real...51

Tabel (3-3) : Tabel Kecamatan.dbf...63

Tabel (3-4) : Tabel Kelurahan.dbf...64

Tabel (3-5) : Tabel Posko.dbf...64

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Telah diketahui bahwa telah terjadi bencana alam pada hari Sabtu,

27 Mei 2006 berupa gempa bumi berkekuatan 5,9 skala ritcher yang telah

meluluhlantahkan sebagian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa

Tengah sehingga menghadirkan polemik pasca bencana alam. Terutama bagi

pemerintahan dan masyarakat Kabupaten Bantul, yang sedang dalam posisi

tidak siap menghadapi suatu bencana. Dan ketidaksiapan dalam menghadapi

bencana tersebut membuat segala sesuatu berjalan tanpa perencanaan yang

panjang dan matang, bersifat pasif dan tergesa-gesa. Dan hal ini berlangsung

hingga beberapa hari sampai minggu walaupun telah mendapatkan instruksi

dari Presiden. Sehingga terdapat masalah dalam penanganan pasca bencana.

Diantaranya dalam penentuan letak posko yang merupakan bahan penelitian

dari tugas akhir ini.

Dengan adanya peristiwa bencana alam tersebut membuat penulis

ingin membuat sistem yang dapat digunakan untuk menentukan letak posko

seandainya terjadi lagi bencana alam seperti gempa pada kabupaten Bantul

tersebut. Dan sistem yang dibuat nanti diharapkan juga bisa diterapkan untuk

wilayah lain yang mengalami peristiwa bencana alam tersebut.

Untuk menentukan dimana sebaiknya letak posko didirikan dengan

(17)

disiplin ilmu Manajemen Operasi yaitu Center-Of-Gravity-Method (Metode

Pusat Gravitasi). Alasan memilih metode ini karena dari literatur Buku

Operations Management”, Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh Buku Satu,

cetakan tahun 2005 karangan Jay Heizer dan Barry Render dinyatakan

“Metode Pusat Gravitasi merupakan sebuah teknik matematis yang digunakan

untuk menemukan lokasi yang paling baik untuk suatu titik distribusi tunggal

yang melayani beberapa toko atau daerah”. Kondisi ini sangat mirip dengan

studi kasus yang diambil penulis pada daerah Kabupaten Bantul. Yaitu

pendirian posko tunggal pada tiap-tiap kecamatan yang melayani beberapa

kelurahan. Pertimbangan lokasi yang paling baik menurut penulis, yaitu:

 Dengan menggunakan Metode Pusat Gravitasi, untuk mencari titik

optimal yang dapat dijangkau semua penduduk dalam suatu area misal

(kelurahan) dengan mempertimbangkan jumlah penduduk pada tiap

kelurahan, dan koordinat titik kelurahan. Yang dimaksudkan dengan titik

lokasi optimal adalah jumlah keseluruhan jarak dari tiap penduduk di

lokasi pemukiman ke posko mempunyai nilai yang minimal.

 Mudah diakses, dengan pertimbangan letak posko dekat dengan jalan.

 Pertimbangan Peta Tata Guna Lahan, Peta Administrasi, Peta Jalan,

untuk melakukan pengolahan data dengan SIG. Peta Tata Guna Lahan

meliputi : hutan, hutan rakyat, kompleks angkatan udara, pemukiman,

sawah, semak, tanah kosong, tegalan. Peta Tata Guna Lahan digunakan

untuk melihat letak pemukiman pada tiap-tiap area, karena penyebaran

pemukiman yang tidak merata pada tiap-tiap area.

Metode Pusat Gravitasi ini merupakan teknik matematis yang

(18)

meminimalkan biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi

area, jumlah barang yang akan dikirim ke area tersebut, dan biaya

pengiriman untuk menemukan lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.

Pendirian posko tunggal pada tiap kecamatan didasarkan pada Surat

Bupati Bantul Nomor 361/2554 Tanggal 29 Mei 2006 perihal Pernyataan

Bencana Alam Gempa Bumi; yang menyatakan “Pada masa tanggap darurat

seluruh bantuan masyarakat yang diterima dan disalurkan melalui SATLAK

sebagian besar didistribusikan melalui kecamatan. Hal ini terkandung

maksud untuk lebih mendekatkan kepada para korban/pengungsi”. Sehingga

penulis juga menggunakan pernyataan tersebut untuk membuat asumsi

bahwa letak posko pada tiap kecamatan sudah mendekatkan bantuan kepada

para korban/pengungsi. Posko dalam pelayanan gempa ini merupakan posko

distribusi tunggal dengan ketentuan satu kecamatan satu posko dan

merupakan posko untuk bantuan konsumsi sehingga penentuan letak posko

menitikberatkan kepada faktor jumlah penduduk, sehingga penulis

menggunakan metode pusat gravitasi yang menggunakan titik berat jumlah

permintaan.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: Bagaimana menentukan lokasi posko pada tiap kecamatan dengan

menggunakan: Metode Pusat Gravitasi (Center-Of-Gravity-Method) yang merupakan suatu metode pada disiplin ilmu manajemen operasi. Juga

memperhatikan : Peta Tata Guna Lahan, Peta Jalan, dan Peta Administrasi

(19)

1.3. Batasan Masalah

Mengingat ruang lingkup penelitian mengenai penentuan lokasi

posko bencana alam ini cukup luas sehingga penelitian ini hanya dibatasi

pada :

1. Memetakan lokasi-lokasi untuk mendirikan posko pelayanan gempa

bukan dari posko yang telah ada.

2. Menggunakan studi kasus bencana alam yang terjadi pada Wilayah

Kabupaten Bantul.

3. Posko pelayanan gempa yang didirikan merupakan posko distribusi

tunggal dengan ketentuan satu kecamatan satu posko.

4. Posko pelayanan gempa yang didirikan meruapakan posko

pendistribusian bantuan konsumsi, sehingga menitikberatkan pada

jumlah penduduk sebagai faktor pertimbangan pendirian posko.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dan manfaat dari penulisan tugas akhir yang berjudul “Sistem

Informasi Geografis Posko Bencana Alam dengan Studi Kasus Wilayah

Kabupaten Bantul” ini adalah :

1. Dapat membantu Pemerintah Daerah dan SATLAK penanggulangan

bencana nasional maupun daerah untuk menentukan letak posko

sendainya terjadi lagi bencana gempa seperti yang dialami di

Kabupaten Bantul. Dan dapat mengimplementasikan teori analisis SIG

yang berfungsi sebagai pendukung pengambilan keputusan dalam

(20)

dalam salah satu kasus objek nyata yaitu pada penentuan posko

bencana alam dengan studi kasus wilayah Kabupaten Bantul.

1.5. Metodologi Penulisan

Penulisan sistem ini memerlukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Analisa :

 Wawancara dengan pihak instansi atau pemerintah yang terkait.

 Pengumpulan data-data yang ada pada instansi atau pemerintah.

 Pembuatan data peta analog menjadi data peta digital di dalam

ArcView.

 Melakukan proses browsing dan querying, dan menganalisa data

geografis dari data peta digital.

 Mengintegrasikan dengan avenue selaku bahasa pemograman yang

digunakan untuk mengcustomizedan mengembangkan aplikasi yang dibuat dengan perangkat ArcView.

 PembuatanUse Case, Diagram Berjenjang, danContext Diagram.

b. Disain Sistem :

b.1. Desain sistem untuk aplikasi visual basic :

o Pembuatan disain input / output dan penggunaan ER untuk

membuat disain database aplikasi di visual basic. Database akan

dibuat dalam Microsoft Access 2000.

o Pembuatanform-formuntuk aplikasi Visual Basic

b.2. Desain Sistem untuk aplikasi ArcView :

(21)

o Penggunaan ET Tools untuk menentukan lokasi posko agar

berdekatan dengan jalan.

b.3. Menggabungkan aplikasi program di ArcView dengan program

dalam Visual Basic. Dimana program di ArcView akan bertindak

sebagaiserver dan program di visual basic akan bertindak sebagai

client.

c. Implementasi Sistem dan Pengujian Sistem

 Pembuatan program berdasarkan data-data yang dikumpulkan serta

metodologi yang digunakan untuk pembuatan sistem dan melakukan

pengujian terhadap program yang dibuat.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini dengan susunan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bagian Pendahuluan ini memuat tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, metodologi,

dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Pada bagian ini berisi tentang pengertian Sistem Informasi Geografis

disertai aplikasi pendukung lain seperti ArcView dan Visual Basic

dan dasar ilmu yang digunakan untuk menentukan lokasi yaitu

Metode Pusat Gravitasi.

(22)

Pada bagian ini akan berisi tentang sistem yang akan dibuat serta

langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam pembuatan

sistem tersebut.

Bab IV Implementasi Sistem

Pada bagian ini akan berisi mengenai pembuatan sistem dan cara

kerja sistem serta analisa dari sistem yang telah dibuat.

Bab V Penutup

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian SIG

2.1.1. Konsep Dasar SIG

Data yang merepresentasikan dunia nyata (real world)dapat disimpan, dimanipulasi, diproses, dan direpresentasikan dalam bentuk yang lebih

sederhana dengan layer-layer tematik yang direlasikan dengan

lokasi-lokasi geografi di permukaan bumi. Hasilnya dipergunakan untuk

pemecahan banyak masalah-masalah dunia nyata seperti dalam

perencanaan dan pengambilan keputusan menyangkut data kebumian.

2.1.2. Pengertian Sistem Informasi Geografis

Merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk

memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa,

dan menghasilkan data yang mempunyai referensi geografis atau lazim

disebut data geospatial, yang berfungsi sebagai pendukung pengambilan

keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber

daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum

lainya.

ESRI (Environment System Research Institute), 1990, mendefinisikan SIG sebagai suatu sistem yang terorganisir dan terdiri atas perangkat keras

komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil yang dirancang

(24)

memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi

yang bereferensi geografi.

2.1.3. Subsistem SIG

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, maka SIG dapat diuraikan

dalam beberapa sub-sistem, yaitu:

a. Input

Merupakan tahap persiapan dan pengumpulan data spasial, dan

attribute dari berbagai sumber. Dalam tahap ini juga dilakukan konversi data analog ke format digital yang sesuai.

b. Manipulasi

Penyesuaian terhadap data masukkan untuk proses lebih lanjut,

misalnya : penyamaan skala, pengubahan system proyeksi, generalisasi

dan sebagainya.

c. Manajemen Data

Menggunakan Database Management System (DBMS), untuk

membantu menyimpan, mengorganisasi, dan mengolah data.

d. Query

Penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer, berfungsi untuk

memberikan informasi untuk analisis, dan memperoleh data yang

diinginkan.

e. Analisis

Kemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh informasi

(25)

analisis yang banyak digunakan adalah analisis tumpang susun peta

(overlay). f. Visualisasi

Penyajian hasil berupa informasi baru atau basis data yang ada baik

dalam bentuksoftcopy maupun dalam bentuk Hardcopy seperti dalam bentuk : peta, tabel, grafik, dan lain-lain.

2.1.4. Komponen SIG

SIG merupakan suatu sistem komputer yang terintegrasi di tingkat

fungsional dan jaringan. Komponen SIG terdiri dari :

a. Perangkat keras(hardware)

Perangkat keras untuk SIG meliputi perangkat keras yang bekerja

sebagai : pemasukan data, pemrosesan data, penyajian hasil, dan

penyimpanan(storage).

b. Perangkat lunak

Software SIG harus memiliki spesifikasi sebagai :

 merupakanDatabase Management System (DBMS)

 fasilitas untukinputdan manipulasi data geografis

 fasilitas untukquery, analisis, dan visualisasi.

Graphical User Interface (GUI) yang baik untuk mempermudah

akses fasilitas yang ada.

c. Data

Data SIG atau disebut data geospatial dibedakan menjadi data grafis

(geometris) dan data attribute (data tematik). Data grafis mempunyai

(26)

bentuk bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometri topologi,

ukuran, bentuk, posisi, dan arah. 7(tujuh) fenomena geografis yang

dapat diwakili dalam titik, garis, danpolygon/area, yaitu:

o data kenampakan (feature data)

o unit area(area unit)

o jaringan topologi

o catatan sampel

o data permukaan bumi

o label/tekspada data

o simbol data

d. Sumberdaya Manusia

Teknologi SIG menjadi sangat terbatas kemampuanya jika tidak ada

sumberdaya yang mengelola sistem dan mengembangkan untuk

aplikasi yang sesuai. Pengguna dan pembuat sistem harus saling

bekerja sama untuk mengembangkan teknologi SIG.

2.1.5. Tahapan pekerjaan SIG

Analisis data spasial dalam SIG berdasarkan tahapan yang dimulai dari

desain basisdata sampai pada tahapan output yang menghasilkan suatu

informasi baru hasil penggunaan teknik manipulasi dan analisis SIG

berdasarkan variabel-variabel masukan sesuai dengan metode yang telah

ditentukan dan penelusuran kembali untuk memperoleh informasi baru

dari proses pengolahan data dan penyusunan basis data SIG. Tahapan

pekerjaan SIG meliputi :

(27)

 input data spasial

 memperbaiki/ editing dan membuat topologi

 input data attribute

memanagedan memanipulasi data

 analisis data

 penyajian hasil analisis.

2.1.6. Analisis Data Spasial SIG

Analisis SIG dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi analisis spasial dan

attribute yang dilakukan, serta kemampuan memberi jawaban-jawaban atau solusi yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

a. Kemampuan menjawab pertanyaan konseptual

SIG diharapkan mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut :

What is at…? (pertanyaan lokasional; apa yang terdapat pada lokasi

tertentu)

Where is it…? (pertanyaan kondisional; lokasi apa yang mendukung

untuk kondisi/ fenomena tertentu)

How has it changed…? (pertanyaan kecenderungan;

mengidentifikasi kecenderungan atau peristiwa apa yang terjadi)

What is the pattern…? (pertanyaan hubungan; menganalisa

hubungan keruangan antar objek dalam kenampakan geografis)

What if…? (pertanyaan berbasiskan model; kecocokan lahan, resiko

terhadap bencana, dll, berdasarkan pada model)

Which is the best way…? (pertanyaanroute optimum)

(28)

Fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukan secara umum terdapat dua

jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan fungsi analisis

attribute (basis data attribute).

Fungsi analisis spasial meliputi :

 pemanggilan data

 generalisasi

 abstraksi

 manipulasi koordinat

buffer

overlaydan dissolve

 pengukuran (measurement)

grid

 model medan digital (digital elevation model)

Fungsi analisis attribute mencakup :

 membuat basis data baru

 menghapus basis data

 membuat tabel basis data

 menghapus tabel basis data

 mengisi dan menyisipkan data (record) kedalam tabel (insert)

 membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basis data

(retrieve)

 mengubah dan mengedit data yang terdapat di dalam tabel basis data

(update,edit)

(29)

Fungsi aplikasi

Terdapat 4 kemampuan aplikasi penginderaan jauh dan system informasi

geografis, yaitu:

 Pengukuran(measurement)

 Pemetaan(mapping)

 Pemantauan(monitoring)

 Pembuatan Model(modeling)

2.2. Metode Pusat Gravitasi (Center-Of-Gravity Method)

Metode Pusat Gravitasi sebuah teknik matematis yang digunakan untuk

menemukan lokasi yang paling baik untuk suatu titik distribusi tunggal yang

melayani beberapa toko atau daerah. Metode ini merupakan teknik matematis

yang digunakan untuk menemukan lokasi pusat distribusi yang akan

meminimalkan biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi

pasar, jumlah barang yang akan dikirim ke pasar tersebut, dan biaya

pengiriman untuk menemukan lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.

Langkah awal metode pusat gravitasi adalah menempatkan lokasi pada suatu

sistem koordinat. Proses ini akan diilustrasikan pada Contoh 1. Titik asal

sistem koordinat dan skala yang digunakan keduanya memiliki sifat

berubah-ubah, selama jarak relatif(antar lokasi) dinyatakan secara tepat. Hal ini dapat

dikerjakan dengan mudah dengan menempatkan titik-titik pada peta biasa.

(30)

Koordinat-x pusat gravitasi = Persamaan (2-1)

dixQi

i

Qi

i

Koordinat-y pusat gravitasi = Persamaan (2-2)

d

iy

Q

i i

Q

i i

Di manadix= koordinat-xlokasii

Di manadiy= koordinat-ylokasii

Qi=kuantitas barang yang dipindahkan ke atau dari lokasi i

Perhatikan bahwa Persamaan (2-1) dan (2-2) mengandung istilah Qi yang

merupakan banyaknya pasokan yang dipindahkan ke atau dari lokasii.

Karena jumlah kontainer yang dikirim setiap bulan mempengaruhi biaya,

maka jarak tidak dapat menjadi satu-satunya kriteria utama. Metode pusat

gravitasi mengasumsikan bahwa biaya secara langsung berimbang pada jarak

dan jumlah yang dikirim. Lokasi yang ideal adalah lokasi yang meminimalkan

jarak berbobot antara gudang dan toko ecerannya, di mana pembobotan jarak

dilakukan sesuai dengan jumlah kontainer yang dikirim.

Contoh 1 :

Perhatikan kasusQuain’s Discount Department Stores, yang merupakan rantai

(31)

Chicago, Pittsburgh, New York dan Atlanta; mereka sekarang dipasok dari

sebuah gudang tua yang tidak lagi memadai di Pittsburgh, tempat toko

pertama yang dibuka dari rantai tersebut. Data tingkat permintaan setiapoutlet

ditunjukkan pada Tabel 2.1

Lokasi Toko Jumlah Kontainer yang Dikirim

Chicago 2.000

Pittsburgh 1.000

New York 1.000

Atalanta 2.000

Tabel 2.1. Permintaan untuk Quain’s Discount Department Stores

Perusahaan telah memutuskan untuk menemukan lokasi “pusat” untuk

membangun sebuah gudang baru. Lokasi toko sekarang diperlihatkan pada

Gambar 2.1. Sebagai contoh, lokasi 1 adalah chicago, dan dari Tabel 2.1 dan

Gambar 2.1, didapatkan:

d1x= 30 d1y= 120

(32)

Gambar 2.1. Lokasi Koordinat dari Empat Quain’s Department Stores dan Pusat

Gravitasi

Dengan menggunakan data pada tabel 2.1 dan Gambar 2.1 untuk setiap kota,

dalam Persamaan (2-1) dan (2-2) didapatkan koordinat pusat gravitasi:

Koordinat-x pusat gravitasi =

(30)(2.000)+(90)(1.000)+(130)(1.000)+(60)(2.000) 400.000

2.000 + 1.000 + 1.000 + 2.000 = 6.000 = 66,7

Koordinat-y pusat gravitasi =

(120)(2.000)+(110)(1.000)+(130)(1.000)+(40)(2.000) 560.000

2.000 + 1.000 + 1.000 + 2.000 = 6.000 = 93,3

30 60 90 120

North - South

30 60 90 120 150

Titik asal yang berubah-ubah

Timur Barat Chicago (30,

120)

Pusat Gravitasi (66,7 . 99,3)

New York (130,130)

PittsBurgh (90, 110)

(33)

Lokasi (66,7 , 93,3) ini ditunjukkan dengan tanda bulat abu-abu dalam Gambar

2.1. Dengan melapisi gambar ini dengan peta Amerika maka ditemukan lokasi ini

di bagian tengah negara bagian Ohio. Perusahaan dapat mempertimbangkan

Columbus, Ohio, atau kota yang berada disekitarnya sebagai lokasi yang tepat

untuk dijadikan sebagai gudang baru.

Penerapannya dalam kasus penentuan letak posko untuk Kabupaten Bantul,

penulis mengambil contoh Kecamatan Pandak.

Lokasi Kelurahan Jumlah Penduduk Kelurahan

Caturharjo 11.542

Triharjo 10.773

Gilangharjo 15.852

Wijirejo 10.654

Tabel 2.2 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak

Kecamatan Lokasi Desa(Kelurahan) Koordinat

Pandak Caturharjo

Wijirejo

Gilangharjo

Triharjo

(420483 , 9.122250)

(423136 , 9.126680)

(422432 , 9.123940)

(421618 , 9.123580)

(34)

Gambar 2.2. Lokasi Koordinat dari empat Kelurahan pada Kecamatan Pandak

Dengan menggunakan data pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 dan gambar 2.2. untuk

setiap kelurahan, dalam Persamaan (2-1) dan (2-2) didapatkan koordinat pusat

gravitasi:

Koordinat-x pusat gravitasi =

(420483)(11.542)+(423136)(10.654)

+(422432)( 15.852)+(421618)( 10.773) 20599788508

11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 421945

Koordinat-y pusat gravitasi =

(9.122250)(11.542)+( 9.126680)(10.654)

+(9.123940)( 15.852)+( 9.123580)( 10.773) 445445682440

(35)

Lokasi (421945 , 9.124060) ini ditunjukkan dengan Plakat Pandak

Gambar 2.3. Letak Posko Kecamatan Metode Pusat Gravitasi

Dengan mengaktifkan theme kelurahan, maka ditemukan lokasi ini di bagian

kelurahan Triharjo.

Gambar 2.4. Letak Posko Kecamatan Pada Kelurahan Triharjo

(36)

Microsoft visual basic menyediakan prasarana yang dapat

dipergunakan secara cepat dan mudah menciptakan aplikasi komputer

dengan antar muka berbasis visual di lingkungan windows, dan telah

menyediakan objek-objek bantu pemrograman yang lengkap dan teruji

untuk mendukung konsep RAD (Rapid Aplication Development).

Alasan memakai VB, karena VB tidak memerlukan pemrograman

khusus untuk menampilkan jendela(windows), dan cara penggunaannya juga berbasis visual seperti aplikasi windows lainnya, misalnya untuk mengatur

besarnya jendela cukup dengan mendrag form yang tersedia dengan mouse

sehingga diperoleh ukuran yang dikehendaki.

2.3.1. Tipe Data Visual Basic

Setiap variabel yang dideklarasikan memiliki tipa data, jika tidak tipe

datanya variant. Tipe data sangat erat hubungannnya dengan variabel, karena tipe data menentukanrangedata yang dapat dilayaninya dan memori yang digunakannya. Dalam perangkat lunak visual basic terdapat tipe data

sebagai berikut:

Tabel 2.4. Tipe Data dan Karakter yang dipakai

Tipe Memori Yang Dipakai Karakter

Integer 2 Byte %

Long 4 Byte &

Single 4 Byte !

Double 8 Byte #

(37)

String 1 Byte per karakter $

Byte 1 Byte

Boolean 2 Byte

Date 8 Byte

Object 4 Byte

Variant 16 Byte + Byte per

karakter

Tabel 2.5. Tipe Data dan Range Nilai (Jangkauan)

Tipe Range

Integer -32768 s/d 32767

Long -2147483648 s/d 2147483647

Single Negatif : -3.402823E38 s/d -1.401298E-45

Positif : 1.401298E-45 s/d 3.402823E38

Double Negatif : -1.79769313486232E308s/d -4.94065645841247E

-324

Positif : 4.94065645841247E-324 s/d

1.79769313486232E-308

Currency -922337203685477.5808 s/d 922337203685477.5807

String 0 s/d 2 Milyar karakter (95/97 & NT) dan

0 s/d sekitar 65535 karakter (versi 3.1)

Byte 0 s/d 255

Boolen True (Benar) atau False (salah)

(38)

Object Referensi objek

2.3.2 Variabel

Variabel adalah tempat menampung data sementara.

a. Deklarasi Variabel

1. Deklarasi secara eksplisit

Deklarasi dengan cara eksplisit menggunakan kata kunci kata DIM, dan

diikuti jenis datanya pada awal prosedur. Sebagai contoh :

Dim Nim As Integer

Dim Nama_Siswa As String + 30

2. Deklarasi secara implisit

Deklarasi dengan cara implisit dapat dilakukan pada waktu memberi

data (assignment operator) dengan tanda sama dengan (=), dan

menggunakan simbol jenis data tertentu. Contoh :

Nama_Siswa$=”Kristina” Uang_Kuliah&=600000

b. Variabel Global dan Variabel Lokal

1. Variabel Global

Variabel Global adalah variabel yang ruang lingkupnya dapat dibaca

pada semua program aplikasi yang mendeklarasikannya. Cara

mendeklarasikan pada bagian declaration modul, tidak dapat

dideklarasikan pada levelprocedure. Contoh :

Public Z As Byte

(39)

Variabel lokal adalah variabel yang ruang lingkupnya hanya dapat

dibaca pada procedure di tempat variabel tersebut dideklarasikan.

Contoh: variabel X, Y dideklarasikan pada procedure

CmdAwal_Click(). Artinya variabel X, Y hanya dikenal padaprocedure

CmdAwal_Click().

Private Sub Cmdwal_Click() Dim X As Byte

Dim YAs Byte

X = InputBox(“Nilai X?”) Y = InputBox(“Nilai Y?”) Z = X + Y

Text1.Text = Z End Sub

2.3.3. Konstanta

Pada waktu mendeklarasikan kontanta, dapat digunakan karakter tipe data

atau tidak menggunakan. Konstanta tidak dapat diubah nilainya. Contoh

konstanta :

Const p=5

Const Logo$=”Cv. Noornet”

Berikut ini adalah aturan dalam pemberian nama variabel dan konstanta.

 Karakter pertama berupa huruf

 Tidak boleh menggunakan spasi (blank)

 Panjang nama maksimal 40 karakter

 Tidak menggunakan kunci kata (keyword/reserved words) yang dipakai

oleh visual basic

2.3.4. Operator

Operator adalah simbol yang sering dipakai dalam ekspresi yang berguna

(40)

a. Operator Penugasan

Operator penugasan dipakai untuk memasukkan nilai ke variabel.

Bagian kiri (Left value) adalah yang menerima nilai, sedangkan bagian

kanan (Right Value) dapat berupa nilai data, variabel atau ekspresi. Bentuk umum operator penugasan sebagai berikut :

<Left Value>=<Right Value>

Contoh: X=10

b. Operator Aritmetika

Operator aritmetika adalah operator yang dipakai untuk operasi aritmetika.

Hal yang perlu diperhatikan dari operator ini adalah hirarki (tanda operator

mana yang lebih dahulu dikerjakan). Operator ini memiliki hirarki lebih

tinggi dibandingkan operator pembanding dan operator logika. Berikut ini

tabel operator aritmetika yang disusun sesuai dengan hirarkinya.

Operator Operasi

^ Pemangkatan

- Tanda Negatif

* , / Kali dan Bagi

\ Bagi Integer (pembagian bilangan bulat)

Mod Modulus (Sisa Bagi)

+ , - Tambah dan Kurang

+ , & Penggabungan tipe data karakter

Tabel 2.6. Operator Aritmatika

c. Operator Pembanding

Operator pembanding adalah operator yang dipakai untuk

(41)

nilai data, variabel, atau ekspresi. Dari pembandingan menghasilkan nilai

logika (boolean). Nilai logika berupa True (benar) atau False (salah). Berikut ini tabel operator pembanding.

Operator Operasi

= Sama dengan

<> Tidak sama dengan

< Lebih kecil

> Lebih besar

<= Lebih kecil atau sama dengan

>= Lebih besar atau sama dengan

Like Mempunyai ciri yang sama

Is Sama referensi Objek

Tabel 2.7. Operator Pembanding

d. Operator Logika

Operator logika adalah operator yang berisi ekspresi logika yang

menghasilkan nilai logika (boolean). Nilai logika berupaTrue(benar) atau

False(salah). Berikut ini tabel operator logika.

Operator Keterangan

Not Kebalikan /Tidak (nagasi)

And Dan

Or Atau

Xor Exclusive Or

Eqv Equivalen

(42)

Tabel 2.8. Operator Logika

Operator Logika Not

Operator logika Not dipakai untuk membalik (nagasi) nilai logika.

Ekspresi Hasil

Not True False

Not False True

Tabel 2.9. Operator Logika Not

Operator Logika And

Operator logika And akan menghailkan true, jika semua kondisi ekspresi

bernilai true, akan tetapi jika sebaliknya, akan menghasilkanfalse.

Ekspresi Hasil

False And False False

False And True False

True And False False

True And True True

Tabel 2.10. Operator Logika And

Operator Logika Or

Menghasilkantrueapabila salah satu dari kondisi ekspresi bernilaitrue.

Ekspresi Hasil

False Or False False

False Or True True

(43)

True Or True True

Tabel 2.11. Operator Logika Or

Operator Logika Xor

Operator logika Xor akan menghasilkantrue apabila sebelah kiri operator berbeda dengan sebelah kanan operator dalam ekspresi.

Ekspresi Hasil

False Xor False False

False Xor True True

True Xor False True

True Xor True False

Tabel 2.12. Operator Logika Xor

Operator Logika Eqv

Operator logika Eqv akan menghasilkantrueapabila sebelah kiri operator sama dengan sebelah kanan operator dalam ekspresi.

Ekspresi Hasil

False Eqv False True

False Eqv True False

True Eqv False False

True Eqv True True

Tabel 2.13. Opearator Logika Eqv

Operator Logika Imp

Operator Logika Imp akan menghasilkan false apabila sebelah kiri operator bernilaitruedan sebelah kanan operator bernilaifalse.

(44)

False Imp False True

False Imp True True

True Imp False False

True Imp True True

Tabel 2.14. Operator Logika Imp

2.4. ArcView

ArcView merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI.

Dengan ArcView, pengguna dapat memiliki kemampuan-kemampuan untuk

melakukan visualisasi, meng-explore, menjawab query (baik basisdata spasial maupun non-spasial), menganalisis data secara geogafis, dan

sebagainya.

ArcView dalam operasi rutinnya secara default membaca, menggunakan, dan mengolah data spasial dengan format yang disebut

sebagaishapefile. Format yang dikembangkan dan dipublikasikan oleh ESRI ini digunakan untuk menyimpan informasi-informasi atribut dan geometri

non topologi features spasial di dalam sebuah kumpulan data. Geometri

feature ini disimpan sebagai shape yang terdiri dari sekumpulan koordinat-koordinat vektor.Shapefile dapat mendukung representasi berbagai features

baik titik (point), garis (line), maupun area(poligon). Data atribut disimpan dalam format perangkat lunak DBMS Dbase. Setiap record, memiliki relasi

one to oneterhadapfeaturedata spasial yang bersangkutan.

Shapefile ESRI terdiri dari beberapa file : file utama, file indeks,

dan sebuah tabel Dbase. File utama merupakan direct-access, file dengan

(45)

sebuah shape (feature) dengan sebuah list (daftar) verteks-verteksnya. Pada

file indeks, setiap record mengandung offset record file utama yang bersesuaian dari awal file utama. Tabel Dbase berisiatribut-atribut feature,

satu record per feature. Relasione to one antara feature (geometri) dengan atributnya didasarkan pada nomor recordnya. Records atribut urutannya, harus sama sebagaimana di dalamfileutama.

2.4.1. Digitasi

Digitasi adalah proses merubah data analog (peta kertas) ke dalam format

digital (peta digital). Ada beberapa tahapan dalam proses digitasi, antara

lain:

1. Menampilkan peta hasil scan dengan klik tombol add theme dan

merubah format data darifeature data source menjadiimage data source. Lalu memilih peta hasil scan yang dimaksud.

2. Setelah peta hasil scan (citra) berhasil ditampilkan, tahapan berikutnya

adalah mengrektifikasi/ meregister citra. Tujuannya adalah untuk memberikan skala yang benar pada citra dengan jalan memberikan

koordinat bumi (koordinat geografi atau UTM) kepada citra. Hal ini

(46)

Caranya adalah dengan mengaktifkan extention register and transform

dari menu File-> extention -> register and transform tool

Aktifkan fasilitas Register and Transform Tool dari menu View untuk

memberi koordinat sesuai dengan koordinat lapangan pada citra.

Kemudian mulailah meletakan titik ikat dengan mengaktifkan icon S

(Source)sebagai sumber titik ikat yang akan diregister. Isikan koordinat X pada kolomDestination X,dan koordinat Y pada kolomDestination Y.

(47)

Isikan sampai 4 titik ikat, lalu simpan koordinat tersebut dengan menekan

Write World File, simpan dengan nama yang sama dengan citra (file gambar), maka citra telah diregister terhadap nilai koordinat masukan tadi.

3. Gambar (image) dapat digunakan sebagai background untuk mendigitasi layer atauthemesesuai thema daribackground.

4. Untuk meregister file gambar (image) yang lain dengan menggunakan

tekhnikregister image (padaview in) to image (padaview out). Dengan catatan bahwa duaimagetersebut mencakup daerah yang sama.

(48)

Dengan meletakan Source pada image yang akan diregister dan Destination

padaimageyang telah memiliki koordinat, dengan syarat bahwa titik ikat yang

digunakan merupakan objek yang tampak pada keduaimagetersebut.

6. Simpan koordinat tersebut dengan menekan Write World File. Simpan dengan nama yang sama denganimageyang diregister.

7. Setelah peta hasil scan sudah direktifikasi kemudian mulai mendigit dengan

membedakan tiap jenis data yang akan didigit (data titik/point, data garis/line

dan data area/polygon). Caranya adalah dengan memilih menu ViewNew

(49)

kemudian memilih jenis data yang akan didigit (POINT, LINE atau

POLYGON)

digitasi titik

digitasi persegi panjang

digitasi lingkaran

digitasi bentuk polygon tak teratur

digitasi garis untuk memotongg polygon menjadi dua polygon

digitasi menambah sebuah polygon ke polygon yang telah

ada

8. Khusus untuk mendigitLINEdanPOLYGON sebelum mulai menggambar

terlebih dahulu diatur Snap Distance-nya, hal ini berguna untuk menyambung garis secara otomatis dalam radius Snap yang dibuat.

Caranya yaitu mengaktifkan tombolSnap Distance(di dalam kanvas putih klik kanan tahan kemudian posisikan pada Enable General Snapping),

setelah itu akan muncul tombol klik tombol tersebut untuk membuat jarak

radius.

9. Setelah itu mulai mendigit kenampakan satu persatu sesuaitheme/temanya.

(50)

Beberapa fungsi lain seperti pan, zoom out, zoom in, undo, delete last

pointdsb. Dapat diperoleh dengan jalan klik kananmousedi dalam kanvas obyek.

10. Menggunakan fasilitas menu Edit pada saat mendigitasi peta terutama pada digitasi duapolygon.

2.4.2. Membuat Project

File -> New Projet

Akan didapat proyek baru dengan namaUntitled.apr

1. Click Newpada dokumenView

2. Clck tombol add atau dari menu pilih View -> add Theme atau

Ctrl-T

(51)

4. Buat On thema yang baru dan aktifkan

5. Dari menuView ->Properties, untuk menyatakanmap unitspeta.

6.

2.4.3. Pengenalan Script Avenue

Dengan perangkat SIG ArcView, pengguna dapat menampilkan,

melakukan browsing dan querying, dan menganalisa data geografis. Dan untuk mengoptimalkan (mengotomisasi, meng-customize-kan, mensistematikkan, dan sebagainya) aplikasi-aplikasi SIG yang

dikembangkan dengan menggunakan ArcView, ESRI Inc. Mengintegrasikan

Avenue yang sangat mudah untuk digunakan di dalamnya. Avenue

merupakan bahasa pemrogaman yang hadir bersama dengan (terintegrasi

dengan paket standart) ArcView. Bahasa pemograman scriptini merupakan sarana atau tool yang efektif dan efisien yang dapat digunakan untuk

mengcustomize dan mengembangkan aplikasi-aplikasi yang dibuat dengan

Map unitsadalah satuan koordinat ketika peta dibangun, apabila tidak diisi maka skala peta tidak diketahui

Distance units

(52)

perangkat SIG ArcView. Dengan Avenue, secara umum, para pengguna

dapat melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

 Meng-customize tampilan ArcView (menyembunyikan dan tahu

memunculkan control dari para penggunanya)

 Memodifikasi menu dantools standartArcView

 Membuat menu dan tools baru (untuk memenuhi kebutuhan pengguna).

 Mengotomisasi proses integrasi aplikasi-aplikasi ArcView dengan

aplikasi-aplikasi yang lain

 Mengembangkan ‘fungsi’ dan ‘prosedur’ (baris-baris kode yang

membentuk suatu proses yang lebih besar) yang diperlukan di dalam

aplikasi.

 Mengembangkan dan mendistribusikan keseluruhan aplikasi-aplikasi

(custom) pengguna.

2.4.4. Pemograman Script Avenue

a. Objek dan Kelas

Pemrograman berorientasi objek telah digunakan untuk

mengembangkan sistem-sistem perangkat lunak di berbagai bidang,

termasuk bidang-bidang kesehatan, avionik, perdagangan, otomotif,

telekomunikasi, animasi, dan lain sebagainya. Demikian pula dengan

perangkat lunak ArcView dengan bidang aplikasi SIG-nya, script avenue merupakan bahasa pemrograman yang berorientasi objek; sementara itu,

antar-muka grafis antara pengguna dengan ArcView (GUI) dikembangkan

(53)

platform komputer yang ada pada saat ini. ArcView tersusun dalam

beberapa objek atau kelas. Setiap kelas ini memiliki functions dan data

member tersendiri yang dapat digunakan untuk mengendalikan objek-objeknya. Dengan demikian, di dalam pemrograman script avenue, pengguna dapat mengatur objek-objeknya dengan cara mengirimkan

requests. Sebagai contoh, di dalam ArcView terdapat objek-objekproject, view, theme, table, chart, layout, script, MsgBox (kotak dialog), dan sebagainya.

Gambar 2.5. Tampilan Template Kelas View & Objek-objeknya

Gambar 2.6. Tampilan Template Kelas Table & Objek-objeknya

Setiap objek atau instance of class view memiliki sebuah map

(54)

dapat mengirimkan sebuah request terhadap objek view ini untuk

menambahkan sebuahthemeke dalam objek view yang bersangkutan dan kemudian ditampilkan di dalam properti map display-nya. Untuk

kebutuhan ini pengguna menggunakanrequest “AddTheme”. Contoh lain dari request yang dimiliki oleh kelas view adalah “Open”. “Close”, “Print”, “FindTheme”, dan lain sebagainya. Sementara itu, objek-objek

table memiliki properties dan request yang berbeda dengan objek-objek kelas view. Sebagai contoh, request “AddTheme”, “ZoomIn”, dan

“FindTheme” tidak dapat dikirimkan atau digunakan terhadap objektable. Objektablememilikipropertiesjumlah baris, kolom, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, objek ini dapat dikenakan requests “Open”, “Close”,

“Print”, “Sort”,”Promote”, dan lain sebagainya (sehubungan dengan

operasi tabel).

b. Hirarki Kelas dan Turunannya

Di dalam paradigma berorientasi objek (khususnya ArcView), kelas-kelas

turunan/derived ini (misalnya Doc, View, Table, dan sebagainya) juga

dapat diturunkan dari kelas yang sudah ada sebelumnya (parents). Dengan demikian, di dalam terminologi ini juga dikenal relasi-relasi hirarki (class

hierarchy) di antara kelas-kelas yang ada. Kelas-kelas turunan ini juga mendapatkan, menerima, atau mewarisi sejumlah properties dan request

(55)

Gambar 2.7. Tampilan Kelas ArcView dan Turunannya (Sumber[ESRI94])

Dengan adanya hirarki kelas, kelas-kelas diorganisasikan mulai dari yang

bersifat umum (superclass) hingga yang khusus (subclass). Hirarki kelas (gambar ) di dalam ArcView yang paling umum (atas). Semua objek atau

kelas lainnya merupakan turunan (langsung atau tidak langsung) dari kelas

tersebut. Semua kelas ini memiliki sifat dasar Obj. Sebagai contoh,

objek-objek view “Canada” (pada Gambar ) memiliki beberapa karakterisaasi

yang diwarisi darisuperclass-nya, Obj. Dengan demikian, Doc merupakan jenis objek tertentu dari Obj, danviewjuga merupakan jenis objek tertentu

dari Doc. Jika gambar diperhatikan, maka akan nampak bahwa Obj dan

Doc tidak memiliki objek atau instances of class yang nyata. Kelas ini hanya diimplementasikan dengan tujuan untuk mengorganisasikan

(56)

yang akan diberlakukan ( secara umum ) kepada kelas-kelas yang berada

di bawahnya (kelas turunan). Sebagai contoh, kelas Obj hanya dibuat

untuk kemudian diturunkan sehingga menghasilkan kelas Doc. Sementara

itu, kelas Doc juga hanya diimplementasikan dengan tujuan untuk

menurunkannya sehingga menghasilkan kelas-kelas View, Table, Chart,

Layout, dan lain sebagainya. Kelas-kelas yang memiliki karakteristik seperti ini disebut sebagai kelas abstrak. Berbeda dengan Obj dan Doc,

kelas-kelasView, Table, Chart, danLayout, misalnya, memiliki objek atau

instance of class secara langsung dan nyata (yaitu “Canada” dan lain sebagainya seperti terlihat pada gambar ). Oleh karena itu, kelas-kelas

ViewdanTableseperti di atas disebut sebagai kelas konkrit.

c. Pernyataan & Notasi Penulisan Script Avenue

Pernyataan yang terdapat di dalam baris-baris kode script avenue mengandung (terdiri dari) objects dan request. Pernyataan tersebut dapat

dituliskan dengan notasi sebagai berikut “NamaObjek.NamaRequest”. dan

sebagai contoh nyata di dalamscriptavenue adalah:

objView.Print

ObjTable.Copy

Dari contoh di atas, terlihat bahwa requests yang dikirimkan terhadap suatu objek, di dalam baris-baris kode script avenue, dituliskan tepat

setelah penulisan nama objek yang bersangkutan beserta titik di depannya.

(57)

penulisan baris-baris kode “NamaObjek.NamaRequest (NamaArgumen)”.

Dan sebagai contoh nyata di dalamscriptavenue adalah:

objProject.FindDoc(“Bandung”)

objView.FindTheme(“Jalan”)

Hasil dari sebuah request yang dilakukan terhadap suatu objek adalah

sebuah objek lain (returned object). Dan, di dalam baris-baris kode pernyataan penugasan (assignment) script avenue, digunakan sebuah variabel untuk menyimpan returned object ini. Berikut ini adalah contoh

notasinya:

“NamaReturnedObjek=NamaObjek.NamaRequest(NamaArgumen)”.

Sementara itu, contoh baris-baris kode script avenuenya adalah sebagai

berikut:

objProject=av.GetProject

objView=objProject.FindDoc(“Bandung”)

2.5. Komunikasi ArcView dengan Program Visual Basic

ArcView memiliki beberapa kemampuan dalam berkomunikasi dan

berinteraksi dengan program-program aplikasi lainnya. Pada sistem operasi

Unix, ArcView menyediakan fasilitas RPC (Remote Procedure Call) untuk mengiimplemtasikan konsep-konsep arsitektur client-server antar-aplikasi.

Sedangkan untuk platform sistem operasi Ms.Windows, ArcView menyediakan fasilitas DDE untuk mengimplementasikan mekanisme atau

(58)

DDE merupakan salah satu protokol yang dimiliki sistem operasi Ms.

Windows yang memungkinkan dua atau lebih program aplikasi berjalan

secara simultan dan melakukan pertukaran data (sebuah bentuk komunikasi

antar-proses yang menggunakanshared memoryuntuk pertukaran data antar program aplikasi). Program-program aplikasi yang berjalan pada platform

sistem operasi Windows, selain melakukan pertukaran data, juga dapat

menggunakan DDE untuk mengirimkan perintah-perintah. Pada umumnya,

sebuah aplikasi akan mengirimkan request (melakukan tindakan inisiatif)

untuk melakukan transfer data sementara yang lain akan memberikan

respons atasrequesttersebut. Aplikasi yang mengirimkan requestini sering disebut sebagai aplikasi client, sementara aplikasi yanng memberikan

respons terhadap request di atas disebut sebagai aplikasi server. Data atau informasi yang dikirimkan dan diterima oleh aplikasi-aplikasi client-server

yang saling berinteraksi ini disebut sebagai conversation (yang secara unik diidentifikasi berdasarkan nama aplikasi dantopic-nya).

Untuk menentukan program aplikasi server mana yang dapat

dihubungi, dan subject apa yang dapat dipertukarkan, DDE menggunakan tiga elemen: 1). Service, 2). Topic, dan 3). Item. Pada dasarnya, service

merupakan nama program aplikasi (tanpa extension) yang berperan sebagai

server atau nama lain yang ditentukan oleh servernya. Topic merupakan tema global dari conversation yang dapat berupa file data, window server,

(59)

sebagainya. Di dalam suatuconversation, program aplikasiclientdanserver

dapat melakukan pertukaran data yang melibatkan beberapaitem.

Aplikasi client dapat menggunakan DDE untuk membuat suatu link

terhadap suatu item yang terdapat di dalam aplikasi server. Setelah link ini dibuat, aplikasi server secara periodik akan mengupdate item terkait terhadap aplikasi client (terutama jikaitem tersebut telah berubah). Dengan

demikian, pertukaran data antar-aplikasi ini (client-server) akan terjalin secara permanen hingga akhirnya secara eksplisit diputuskan (disconnect).

Untuk melakukan pertukaran data (atau message), aplikasi yang

berperan sebagaiclientbiasanya melakukan prosedur seperti berikut :

 Mengalokasikanshared memoryuntukobjekDDE.

 Menentukan format data yang akan dipertukarkan.

 Memilih tipe pertukaran informasi.

 Mengirimkan data DDE.

 Menghapus alokasishared memory objekDDE

DDE mendukung tiga tipe link: automatic, notify, dan manual. Pada

automatic link, aplikasi yang berperan sebagai server secara otomatis akanmengupdatedata yang dikirimkan (ke aplikasi yang berperan sebagai

client) setiap kali datanya (yang terdapat di dalam aplikasi yang bertindak sebagaiserver) berubah. Pada notify link, aplikasi yang berperan sebagai

server akan ‘memberitahukan’ kepada clientnya ketika datanya berubah. Tetapi, untuk memperoleh hasil perubahan (data yang aktual ini), aplikasi

(60)

pada manual link, pertukaran data tidak terjadi secara otomatis; program

aplikasi yang berperan sebagai client harus mengirimkan request untuk memperoleh data yang baru dari servernya. Sayangnya, ArcView hanya

mendukung tipe link yang terakhir ini. Dengan demikian pengguna harus mendefinisikan tipe link (secara eksplisit) ini di dalam aplikasinya (sebagai contoh, jika menggunakan Ms. Visual Basic, pengguna akan

menentukan property LinkMode-nya menjadi “MANUAL” sementara

LinkTopic-nya menjadi “ArcView|System”). Untuk berinteraksi antar-aplikasi dengan menggunakan DDE, pengguna dapat menempuh tiga cara:

execute, request, atau poke. Dengan menggunakan requestExecute”, program aplikasi yang berperan sebagai client akan meminta program

aplikasi server untuk menjalankan atau melakukan suatu fungsi atau prosedur yang dimilikinya (mengeksekusi perintah). Jadi, string yang

dikirimkan oleh aplikasi client terhadap servernya adalah instruksi dalam ‘bahasa’server. Dalam kaitan ini, jika program aplikasi servernya adalah ArcView, makastringdi atas adalah baris-baris kodescriptavenue. Untuk

operasi “Request”, program aplikasi clientakan meminta servernyauntuk mengirimkan suatu nilai dari item yang diminta. Untuk menentukan item

ini, setiap server atau topic memiliki metode yang berbeda. Dengan operasi “Poke”, program aplikasiclientakan mengirimkan data untukitem

(61)

BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1. Analisa Sistem

Sistem yang dibuat pada tugas akhir ini merupakan suatu sistem untuk

menentukan lokasi pendirian posko bencana alam dengan daerah studi kasus

Kabupaten Bantul dan merupakan posko distribusi tunggal satu kecamatan

satu posko.. Posko bencana alam ini merupakan posko bantuan konsumsi.

Sebelum memulai proses perancangan penulis perlu mengumpulkan data-data

yang diperlukan untuk pembuatan sistem. Diantaranya peta administrasi

Kabupaten Bantul, peta tata guna lahan, dan peta jalan. Peta-peta ini berbentuk

peta analog yang discan. Selain data peta juga diperlukan data-data lain yang

berhubungan dengan daerah studi kasus yang diambil penulis, yaitu di wilayah

Kabupaten Bantul yang didapat dari BPS (Badan Pusat Statistik).

Kegunaan dari peta administrasi untuk melihat pembagian administrasi

dari Kabupaten Bantul diantaranya : area kecamatan, area kelurahan, batas

administrasi. Karena penyebaran pemukiman yang tidak merata pada tiap area

maka diperlukan peta tata guna lahan untuk melihat penyebaran pemukiman di

tiap-tiap area. Peta tata guna lahan terdiri : hutan, hutan rakyat, kompleks

Angkatan Udara, pemukiman, sawah, semak, tanah kosong, tegalan. Peta jalan

digunakan untuk melihat jalan-jalan yang ada pada daerah studi kasus. Peta

jalan terdiri : jalan KA (1 jalur), (jalan layang, jalan nasional), (jalan layang,

jalan utama), jalan lokal, jalan nasional, jalan utama, (jembatan, jalan utama),

(62)

Semua data dasar geografi diubah dulu menjadi data digital, sebelum

dimasukkan ke komputer. Data digital memiliki kelebihan dibandingkan

dengan peta (garis, area) karena jumlah data yang disimpan lebih banyak dan

pengambilan kembali lebih cepat. Agar data peta yang berbentuk data analog

tadi dapat dibuat menjadi suatu sistem informasi, diperlukan proses digitasi

untuk merubah data peta analog menjadi data peta digital.

Setelah semua data peta analog berubah menjadi data peta digital, maka

peta-peta digital tadi dapat diolah menjadi suatu sistem informasi geografi.

Diantaranya untuk menampilkan, melakukan browsing dan querying, dan menganalisa data geografis, serta melakukan perhitungan matematis. Proses

perhitungan matematis ini diterapkan dalam metode pusat gravitasi untuk

menentukan letak posko pada tiap kecamatan. Letak posko hasil dari metode

pusat gravitasi dapat jatuh di tempat yang tidak sesuai, misalnya di sawah, di

hutan dan sebagainya. Selain itu letak posko harus dalam posisi yang mudah

diakses pencari bantuan. Untuk itu lokasi posko hasil metode pusat gravitasi

masih perlu diolah atau dimodifikasi untuk diletakkan di pinggir jalan dengan

menggunakanpatch dan extension tambahan yaitu ET Tool’s. Jadi penentuan lokasi posko merupakan penggabungan dari metode pusat gravitasi dan

extensiontambahan ArcView yaituET Tool’s.

Dan untuk mengoptimalkan aplikasi SIG, perlu diintegrasikan dengan

avenue yang merupakan bahasa pemrograman. Bahasa pemogramanscript ini

merupakan sarana atau tool yang efektif dan efisien yang dapat digunakan untuk mengcustomize dan mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Geografis Posko Bencana Alam dengan Daerah Studi Kasus Kabupaten

(63)

Karena program yang dibuat dengan menggunakan ArcView hanya

digunakan untuk menyimpan data yang berhubungan dengan peta, maka

diperlukan pembuatan program dengan menggunakan aplikasi Microsoft

Visual Basic, yang berfungsi sebagai database eksternal. Sehingga sistem akan terbagi ke dua program yaitu program di Visual Basic dan program di

ArcView. Nantinya kedua program akan dihubungkan melalui koneksi DDE

(Dynamic Data Exchange) dimana program di Visual Basic akan bertindak sebagaiclientdan program di ArcView akan bertindak sebagaiserver.

3.1.1 Menentukan Letak Posko Dengan Metode Pusat Gravitasi

Penentuan lokasi pada tiap kecamatan dengan Metode Pusat gravitasi

ditentukan dengan persamaan :

Koordinat-x pusat gravitasi =

dixQi iQi i

Koordinat-y pusat gravitasi =

diyQi iQi i

Di manadix= koordinat-xlokasii

Di manadiy= koordinat-ylokasii

(64)

Untuk koordinat-x lokasi i dan koordinat-y lokasi i pada metode pusat

gravitasi diwakili oleh letak kantor kelurahan pada masing-masing

kelurahan seperti yang tergambarkan pada peta berikut ini:

Letak kantor kelurahan tersebut diasumsikan sebagai pusat kepadatan pada

masing-masing kelurahan. Setelah didapatkan nilai koordinat dari titik

kelurahan, titik kelurahan tadi digunakan untuk menerapkan metode pusat

gravitasi seperti yang digambarkan melalui contoh Kecamatan Pandak,

sebagai berikut:

Kecamatan Lokasi Desa(Kelurahan) Koordinat

Pandak Caturharjo

Wijirejo

Gilangharjo

Triharjo

(420483 , 9.122250)

(423136 , 9.126680)

(422432 , 9.123940)

(421618 , 9.123580)

Tabel 3.1. Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak Real Titik kelurahan yang

terdapat pada pemukiman

(65)

Lokasi Kelurahan Jumlah Penduduk Kelurahan

Caturharjo 11.542

Triharjo 10.773

Gilangharjo 15.852

Wijirejo 10.654

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak Real

Gambar 3.1. Lokasi Koordinat dari empat Kelurahan pada Kecamatan Pandak

Dengan menggunakan data pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 didapatkan

koordinat pusat gravitasi :

koordinat –x pusat gravitasi =

(420483)(11.542)+(423136)(10.654)

+(422432)( 15.852)+(421618)( 10.773) 20599788508

11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 421945

koordinat –y pusat gravitasi =

(9.122250)(11.542)+( 9.126680)(10.654)

+(9.123940)( 15.852)+( 9.123580)( 10.773) 445445682440

(66)

Sehingga di dapat koordinat pusat gravitasi bagi pendirian posko pada

kecamatan Pandak sbb:

Lokasi (421945 , 9.124060) ini ditunjukkan dengan Plakat Pandak

Gambar 3.2. Letak Posko Pada Kecamatan Pandak

Pusat gravitasi ini akan menjadi tempat posko didirikan pada Kecamatan

Pandak. Metode yang digunakan pada Kecamatan Pandak tersebut juga

akan digunakan pada Kecamatan yang lain.

3.1.2. Penyesuaian Lokasi Posko Dengan Jalan Yang Terdekat

Setelah diketahui titik lokasi posko pada tiap kecamatan, terlihat

bahwa beberapa letak posko hasil metode pusat gravitasi ketika

ditampilkan dengan peta tata guna lahan ternyata terletak bukan di area

pemukiman, tapi ada beberapa yang terletak di tegalan, dan sawah atau di

hutan rakyat. Untuk mengatasi permasalahan posko hasil metode pusat

gravitasi tidak terletak di area pemukiman maka diambil cara dengan

(67)

posko hasil metode pusat gravitasi ini tidak berada di area pemukiman tapi

tetap memudahkan pendistribusian bantuan karena terletak di jalan. Agar

letak posko hasil metode pusat gravitasi dekat dengan jalan digunakan

patchdanextensiondari ESRI yaituET TOOls. Sebelum menggunakanET Tool’s, penulis harus menconvert theme jalan yang berbentuk polyline

(garis) menjadithemeberbentukpoint, sehingga menjadi jenisthemeyang

sama dengan theme letak posko kecamatan hasil metode pusat gravitasi yaitupoint, seperti terlihat pada gambar berikut :

Setelah theme jalan dan theme posko hasil metode pusat gravitasi sama samapoint baru dihitung jalan yang paling dekat dengan titik letak posko

hasil metode pusat gravitasi dengan menggunakan fungsi point distance

dari ET TOOL’s. Dan didapatkan letak posko yang dekat jalan dengan gambaran sebagai berikut :

Hasil convert polyline thema jalan menjadi point Letak Titik Posko

(68)

3.2. Perancangan Sistem

Tahap-tahap yang dilakukan dalam perancangan sistem sebagai berikut:

a.Mengumpulkan data :

- Data statistik mengenai daerah studi kasus (Kabupaten Bantul),

diantaranya data penduduk tiap-tiap kelurahan, data klasifikasi

kerusakan gempa, dsb.

- Data peta untuk keperluan membuat peta. Dari data peta RBI (Rupa

Bumi Imdonesia) kabupaten Bantul dapat dibuat menjadi beberapa

peta digital sesuai kebutuhan sistem diantaranya: peta administrasi,

peta jalan, peta tata guna lahan.

b.Penggunaan data :

- Data statistik akan digunakan dalam aplikasi Ms. Visual basic dan Ms.

Access.

- Data peta akan digunakan dalam aplikasi ArcView untuk membuat

peta.

c.Proses perancangan sistem diantaranya:

- Pembuatanuse case userdan admin.

Letak Posko Metode Pusat Gravitasi

Jalan Letak Posko

Gambar

Gambar 2.1. Lokasi Koordinat dari Empat Quain’s Department Stores dan Pusat
Gambar 2.2. Lokasi Koordinat dari empat Kelurahan pada Kecamatan Pandak
Tabel 2.6. Operator Aritmatika
Tabel 2.9. Operator Logika Not
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bab III tentang Tindak Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi Pasal 22 menyatakan, “Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29,

Beras untuk keluarga miskin atau sering disebut dengan RASKIN adalah salah satu program Pemerintah untuk membantu masyarakat yang termiskin dan rawan pangan agar mereka

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian guna mengetahui pengaruh vaksinasi BCG terhadap kadar IgE total dan terhadap gejala klinik rinitis alergi dalam

Pada penelitian yang dilakukan nilai efektivitas yang tergolong dalam kategori mampu dalam menekan serangan patogen hanya pada perlakuan dengan bahan pembawa kaolin dan waktu

13 Tenaga Standar Dokter spesialis, dokter umum / residen kulit, perawat yang terlatih 14 Lama Perawatan 5 – 7 hari.. 15 Masa Pemulihan 6 –

Karena itu feminisme liberal berkeyakinan bahwa (1) semua manusia mempunyai ciri esensial tertentu-kapasitas sebagai agen moral dan nalar dan aktualisasi diri; (2)

terjadi adalah penilai seringkali tidak memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang memadai untuk melakukan penilaian, serta tidak memiliki komitmen untuk

Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan, nilai investasi yang disetujui oleh pemerintah yang bersumber baik