Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Informatika
Oleh :
Kristina Novita Dewi
NIM : 035314022
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
A Thesis
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
to Obtain theSarjana TeknikDegree in Department of Informatics Technology
Created by :
Kristina Novita Dewi
NIM : 035314022
DEPARTMENT OF INFORMATICS TECHNOLOGY
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
iv
“Aku telah mengalami banyak pengalaman sulit dalam hidupku, dan hampir-hampir tak sanggup mengatasi rintangan-rintangan yang menghalanngi jalanku. Tapi pengalaman-pengalaman ini membuatku banyak belajar. Kalau aku mesti mengulangi kembali seluruh hidupku, aku takkan mengubah hal sekecil apa pun. Apa-apa yang telah kupelajari amat
sangat berharga.”
Keterwujudan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lupa akan dukungan dan semangat dari berbagai pihak yang telah mendukung saya yaitu
v
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Mei 2008
Penulis
vi
kerusakan terparah pada daerah Bantul, membuat banyak pihak bersimpati.
Pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus bertindak cepat dengan mendirikan
posko bencana alam. Karena kurang terencananya proses pendirian posko
menyebabkan posko-posko yang didirikan kurang menjangkau penduduk pada
suatu wilayah tertentu. Dari peristiwa tersebut penulis ingin membuat sistem
informasi untuk penentuan posko bencana alam. Posko bencana alam ini berupa
posko bantuan konsumsi, dan merupakan posko distribusi langsung satu
kecamatan satu posko.
Untuk menentukan letak posko bencana alam ini digunakan suatu metode
dari disiplin ilmu manajemen operasi yaitu Metode Pusat Gravitasi (Center Of
Gravity Method). Metode Pusat Gravitasi ini merupakan teknik matematis yang
digunakan untuk menemukan lokasi pusat distribusi yang akan meminimalkan
biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi area, jumlah barang
yang akan dikirim ke area tersebut, dan biaya pengiriman untuk menemukan
lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.
Seandainya letak posko hasil Metode Pusat Gravitasi tidak terletak di
pemukiman digunakan ET Tool’s. ET Tool’s merupakan patch/extension
tambahan yang disediakan oleh ArcView selaku software yang digunakan untuk
vii
damage in Bantul region made many side felt sympathy. Region and central
government must react fast by building disaster camp. Because the lack
coordination of building disaster camp make all the disaster camp that has been
built is unreachable by local native. That’s way writer wants to make an
information system that could determine the location of disaster camp. This
disaster camp specified to consumptions and direct distribution single camp in one
district.
To determine the location of disaster camp used Center Of Gravity
Method which is a method from operation management. The Center Of Gravity
Method is mathematics technique that will use to find center distribution location
which will minimize distribution cost. This method concern distance, amount of
things that will be sent to the area and delivery cost to find the most suitable
location for a center distribution.
If the result location from Center Of Gravity Method is not in the
civilization, than will be use ET Tool’s. ET Tool’s is an extra patch/extension that
viii
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sistem Informasi
Geografis Penentuaan Posko Bencana Alam dengan Daerah Studi Kasus
Kabupaten Bantul. Selama proses penulisan skripsi, banyak hal yang penulis
alami, baik suka maupun duka, yang telah membantu penulis lebih berkembang
sebagai pribadi yang utuh.
Tentunya keberhasilan menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran
berbagai pihak yang telah membantu penulis. Oleh sebab itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Gregorius Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Ibu Agnes Maris Polina, S.Kom., M.Sc., selaku Kepala Program Studi
Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Albertus Agung Hadhiatma, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing
Skripsi.
4. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku Dosen Pembimbing
Akademik Program Studi Teknik Informatika Angkatan 2003 Fakultas
Sains Dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Orang tua dan saudara penulis yang selama ini mendukung dan memberi
ix
sepenanggungan Akko, dan Albert ‘Pakde’, dan juga Adri yang telah
banyak membantu.
7. Teman-teman Teknik Informatika angkatan 2003.
8. Teman-teman dari fakultas geografi UGM yang telah banyak mengajari
dan membantu.
9. Teman-teman gereja yang telah memberikan dukungannya melalui doa,
terutama teman-teman dari Komisi Anak yang selalu menanyakan tentang
perkembangan skripsi.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala perhatian, bantuan, dukungan, dan semangat yang
semua pihak berikan kepada penulis mendapat berkah dari Tuhan yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, segala masukan, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan
pengembangan pada masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat
sebagaimana mestinya bagi penulis dan pembaca sekalian.
x
HALAMAN PERSETUJUAN ……….………..ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….………..iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….………...iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….………..v
ABSTRAK ……….………...vi
ABSTRACT……….………...vii
KATA PENGANTAR ……….………...viii
DAFTAR ISI ……….……….x
DAFTAR GAMBAR ..……….……….………...xiii
DAFTAR TABEL .………..……….………...xv
BAB I PENDAHULUAN ………..……….…1
1.1 Latar Belakang Masalah ……..………1
1.2 Rumusan salah.………....3
1.3 Batasan Masalah ..………..……..4
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan ..………..……4
1.5 Metodologi Penulisan ..………..…..5
1.6 Sistematika Penulisan ..………..…..6
BAB II LANDASAN TEORI ..………...8
2.1. Pengertian SIG...8
2.1.1. Konsep Dasar SIG ...8
2.1.2. Pengertian SIG ...8
xi
2.2. Metode Pusat Gravitasi ...14
2.3. Visual Basic ...21
2.3.1. Tipe Data Visual Basic ...22
2.3.2. Variabel ...23
2.3.3. Konstanta ...25
2.3.4. Operator ...25
2.4. ArcView...30
2.4.1. Digitasi...31
2.4.2. Membuat Project...36
2.4.3. Pengenalan Script Avenue ...37
2.4.4. Pemrograman Script Avenue ...38
2.5. Komunikasi ArcView dengan Program Visual Basic ...44
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ………..….…48
3.1. Analisa Sistem ……….………...48
3.1.1. Menentukan Posko Dengan Metode Pusat Gravitasi……...50
3.1.2. Penyesuaian Lokasi Posko Dengan Jalan Terdekat ………53
3.2. Perancangan Sistem .………..55
3.2.1. Use Case .………..…….……..60
3.2.2. Diagram Berjenjang ………..………..………62
3.2.3. Context Diagram ………...….…….…62
3.2.4. Overview Diagram Level 0 .……….…….….…63
xii
3.4. Perancangan Menu Antarmuka ..………67
3.4.1. Perancangan Input ..……….67
3.4.2. Perancangan Output ..………..68
BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM .………..70
4.1. Implementasi Dialog ………..70
4.1.1. Aplikasi Dalam visual Basic……….... ………71
4.1.2. Aplikasi Dalam Arcview ..…….………….……….……….76
4.2. Langkah-Langkah Menjalankan Aplikasi ..………...…….83
4.2.1. Menjalankan Aplikasi SIG dalam VB………..….…….83
4.2.2. Menjalankan Aplikasi SIG dalam ArcView…....………..…84
4.3. Implementasi Program………..………102
4.3.1. Pembuatan Aplikasi Dalam Visual Basic 6.0...102
4.3.2. Pembuatan Aplikasi Peta Dalam ArcView...116
4.3.3. Tahap Mengkoneksikan VB dengan ArcView...137
4.4. Analisa Hasil………..………...141
4.4.1. Kelebihan Sistem ……….………...…..…..…..…..143
4.4.2. Kekurangan Sistem ……….……….144
4.4.3. Analisa Untuk Pengembangan Sistem ……….144
BAB V PENUTUP ………..146
5.1. Kesimpulan ………..……….…...146
5.2. Saran ……….………146
xv
Tabel (2-1) : Tabel Permintaan Quain’s Discount Department Stores...16
Tabel (2-2) : Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak...18
Tabel (2-3) : Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak...18
Tabel (2-4) : Tabel Tipe Data dan Karakter yang dipakai...21
Tabel (2-5) : Tabel Tipe Data Dan Range Nilai...22
Tabel (2-6) : Tabel Operator Aritmatika...25
Tabel (2-7) : Tabel Operator Pembanding...26
Tabel (2-8) : Tabel Operator Logika...26
Tabel (2-9) : Tabel Operator Logika Not...27
Tabel (2-10): Tabel Operator Logika And...27
Tabel (2-11): Tabel Operator Logika Or...28
Tabel (2-12): Tabel Operator Logika Xor...28
Tabel (2-13): Tabel Operator Logika Eqv...28
Tabel (2-14): Tabel Operator Logika Imp...29
Tabel (3-1) : Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak Real...50
Tabel (3-2) : Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak Real...51
Tabel (3-3) : Tabel Kecamatan.dbf...63
Tabel (3-4) : Tabel Kelurahan.dbf...64
Tabel (3-5) : Tabel Posko.dbf...64
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Telah diketahui bahwa telah terjadi bencana alam pada hari Sabtu,
27 Mei 2006 berupa gempa bumi berkekuatan 5,9 skala ritcher yang telah
meluluhlantahkan sebagian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa
Tengah sehingga menghadirkan polemik pasca bencana alam. Terutama bagi
pemerintahan dan masyarakat Kabupaten Bantul, yang sedang dalam posisi
tidak siap menghadapi suatu bencana. Dan ketidaksiapan dalam menghadapi
bencana tersebut membuat segala sesuatu berjalan tanpa perencanaan yang
panjang dan matang, bersifat pasif dan tergesa-gesa. Dan hal ini berlangsung
hingga beberapa hari sampai minggu walaupun telah mendapatkan instruksi
dari Presiden. Sehingga terdapat masalah dalam penanganan pasca bencana.
Diantaranya dalam penentuan letak posko yang merupakan bahan penelitian
dari tugas akhir ini.
Dengan adanya peristiwa bencana alam tersebut membuat penulis
ingin membuat sistem yang dapat digunakan untuk menentukan letak posko
seandainya terjadi lagi bencana alam seperti gempa pada kabupaten Bantul
tersebut. Dan sistem yang dibuat nanti diharapkan juga bisa diterapkan untuk
wilayah lain yang mengalami peristiwa bencana alam tersebut.
Untuk menentukan dimana sebaiknya letak posko didirikan dengan
disiplin ilmu Manajemen Operasi yaitu Center-Of-Gravity-Method (Metode
Pusat Gravitasi). Alasan memilih metode ini karena dari literatur Buku
“Operations Management”, Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh Buku Satu,
cetakan tahun 2005 karangan Jay Heizer dan Barry Render dinyatakan
“Metode Pusat Gravitasi merupakan sebuah teknik matematis yang digunakan
untuk menemukan lokasi yang paling baik untuk suatu titik distribusi tunggal
yang melayani beberapa toko atau daerah”. Kondisi ini sangat mirip dengan
studi kasus yang diambil penulis pada daerah Kabupaten Bantul. Yaitu
pendirian posko tunggal pada tiap-tiap kecamatan yang melayani beberapa
kelurahan. Pertimbangan lokasi yang paling baik menurut penulis, yaitu:
Dengan menggunakan Metode Pusat Gravitasi, untuk mencari titik
optimal yang dapat dijangkau semua penduduk dalam suatu area misal
(kelurahan) dengan mempertimbangkan jumlah penduduk pada tiap
kelurahan, dan koordinat titik kelurahan. Yang dimaksudkan dengan titik
lokasi optimal adalah jumlah keseluruhan jarak dari tiap penduduk di
lokasi pemukiman ke posko mempunyai nilai yang minimal.
Mudah diakses, dengan pertimbangan letak posko dekat dengan jalan.
Pertimbangan Peta Tata Guna Lahan, Peta Administrasi, Peta Jalan,
untuk melakukan pengolahan data dengan SIG. Peta Tata Guna Lahan
meliputi : hutan, hutan rakyat, kompleks angkatan udara, pemukiman,
sawah, semak, tanah kosong, tegalan. Peta Tata Guna Lahan digunakan
untuk melihat letak pemukiman pada tiap-tiap area, karena penyebaran
pemukiman yang tidak merata pada tiap-tiap area.
Metode Pusat Gravitasi ini merupakan teknik matematis yang
meminimalkan biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi
area, jumlah barang yang akan dikirim ke area tersebut, dan biaya
pengiriman untuk menemukan lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.
Pendirian posko tunggal pada tiap kecamatan didasarkan pada Surat
Bupati Bantul Nomor 361/2554 Tanggal 29 Mei 2006 perihal Pernyataan
Bencana Alam Gempa Bumi; yang menyatakan “Pada masa tanggap darurat
seluruh bantuan masyarakat yang diterima dan disalurkan melalui SATLAK
sebagian besar didistribusikan melalui kecamatan. Hal ini terkandung
maksud untuk lebih mendekatkan kepada para korban/pengungsi”. Sehingga
penulis juga menggunakan pernyataan tersebut untuk membuat asumsi
bahwa letak posko pada tiap kecamatan sudah mendekatkan bantuan kepada
para korban/pengungsi. Posko dalam pelayanan gempa ini merupakan posko
distribusi tunggal dengan ketentuan satu kecamatan satu posko dan
merupakan posko untuk bantuan konsumsi sehingga penentuan letak posko
menitikberatkan kepada faktor jumlah penduduk, sehingga penulis
menggunakan metode pusat gravitasi yang menggunakan titik berat jumlah
permintaan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: Bagaimana menentukan lokasi posko pada tiap kecamatan dengan
menggunakan: Metode Pusat Gravitasi (Center-Of-Gravity-Method) yang merupakan suatu metode pada disiplin ilmu manajemen operasi. Juga
memperhatikan : Peta Tata Guna Lahan, Peta Jalan, dan Peta Administrasi
1.3. Batasan Masalah
Mengingat ruang lingkup penelitian mengenai penentuan lokasi
posko bencana alam ini cukup luas sehingga penelitian ini hanya dibatasi
pada :
1. Memetakan lokasi-lokasi untuk mendirikan posko pelayanan gempa
bukan dari posko yang telah ada.
2. Menggunakan studi kasus bencana alam yang terjadi pada Wilayah
Kabupaten Bantul.
3. Posko pelayanan gempa yang didirikan merupakan posko distribusi
tunggal dengan ketentuan satu kecamatan satu posko.
4. Posko pelayanan gempa yang didirikan meruapakan posko
pendistribusian bantuan konsumsi, sehingga menitikberatkan pada
jumlah penduduk sebagai faktor pertimbangan pendirian posko.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan manfaat dari penulisan tugas akhir yang berjudul “Sistem
Informasi Geografis Posko Bencana Alam dengan Studi Kasus Wilayah
Kabupaten Bantul” ini adalah :
1. Dapat membantu Pemerintah Daerah dan SATLAK penanggulangan
bencana nasional maupun daerah untuk menentukan letak posko
sendainya terjadi lagi bencana gempa seperti yang dialami di
Kabupaten Bantul. Dan dapat mengimplementasikan teori analisis SIG
yang berfungsi sebagai pendukung pengambilan keputusan dalam
dalam salah satu kasus objek nyata yaitu pada penentuan posko
bencana alam dengan studi kasus wilayah Kabupaten Bantul.
1.5. Metodologi Penulisan
Penulisan sistem ini memerlukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Analisa :
Wawancara dengan pihak instansi atau pemerintah yang terkait.
Pengumpulan data-data yang ada pada instansi atau pemerintah.
Pembuatan data peta analog menjadi data peta digital di dalam
ArcView.
Melakukan proses browsing dan querying, dan menganalisa data
geografis dari data peta digital.
Mengintegrasikan dengan avenue selaku bahasa pemograman yang
digunakan untuk mengcustomizedan mengembangkan aplikasi yang dibuat dengan perangkat ArcView.
PembuatanUse Case, Diagram Berjenjang, danContext Diagram.
b. Disain Sistem :
b.1. Desain sistem untuk aplikasi visual basic :
o Pembuatan disain input / output dan penggunaan ER untuk
membuat disain database aplikasi di visual basic. Database akan
dibuat dalam Microsoft Access 2000.
o Pembuatanform-formuntuk aplikasi Visual Basic
b.2. Desain Sistem untuk aplikasi ArcView :
o Penggunaan ET Tools untuk menentukan lokasi posko agar
berdekatan dengan jalan.
b.3. Menggabungkan aplikasi program di ArcView dengan program
dalam Visual Basic. Dimana program di ArcView akan bertindak
sebagaiserver dan program di visual basic akan bertindak sebagai
client.
c. Implementasi Sistem dan Pengujian Sistem
Pembuatan program berdasarkan data-data yang dikumpulkan serta
metodologi yang digunakan untuk pembuatan sistem dan melakukan
pengujian terhadap program yang dibuat.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini dengan susunan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bagian Pendahuluan ini memuat tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, metodologi,
dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Pada bagian ini berisi tentang pengertian Sistem Informasi Geografis
disertai aplikasi pendukung lain seperti ArcView dan Visual Basic
dan dasar ilmu yang digunakan untuk menentukan lokasi yaitu
Metode Pusat Gravitasi.
Pada bagian ini akan berisi tentang sistem yang akan dibuat serta
langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam pembuatan
sistem tersebut.
Bab IV Implementasi Sistem
Pada bagian ini akan berisi mengenai pembuatan sistem dan cara
kerja sistem serta analisa dari sistem yang telah dibuat.
Bab V Penutup
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian SIG
2.1.1. Konsep Dasar SIG
Data yang merepresentasikan dunia nyata (real world)dapat disimpan, dimanipulasi, diproses, dan direpresentasikan dalam bentuk yang lebih
sederhana dengan layer-layer tematik yang direlasikan dengan
lokasi-lokasi geografi di permukaan bumi. Hasilnya dipergunakan untuk
pemecahan banyak masalah-masalah dunia nyata seperti dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan menyangkut data kebumian.
2.1.2. Pengertian Sistem Informasi Geografis
Merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa,
dan menghasilkan data yang mempunyai referensi geografis atau lazim
disebut data geospatial, yang berfungsi sebagai pendukung pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber
daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum
lainya.
ESRI (Environment System Research Institute), 1990, mendefinisikan SIG sebagai suatu sistem yang terorganisir dan terdiri atas perangkat keras
komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil yang dirancang
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi
yang bereferensi geografi.
2.1.3. Subsistem SIG
Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, maka SIG dapat diuraikan
dalam beberapa sub-sistem, yaitu:
a. Input
Merupakan tahap persiapan dan pengumpulan data spasial, dan
attribute dari berbagai sumber. Dalam tahap ini juga dilakukan konversi data analog ke format digital yang sesuai.
b. Manipulasi
Penyesuaian terhadap data masukkan untuk proses lebih lanjut,
misalnya : penyamaan skala, pengubahan system proyeksi, generalisasi
dan sebagainya.
c. Manajemen Data
Menggunakan Database Management System (DBMS), untuk
membantu menyimpan, mengorganisasi, dan mengolah data.
d. Query
Penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer, berfungsi untuk
memberikan informasi untuk analisis, dan memperoleh data yang
diinginkan.
e. Analisis
Kemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh informasi
analisis yang banyak digunakan adalah analisis tumpang susun peta
(overlay). f. Visualisasi
Penyajian hasil berupa informasi baru atau basis data yang ada baik
dalam bentuksoftcopy maupun dalam bentuk Hardcopy seperti dalam bentuk : peta, tabel, grafik, dan lain-lain.
2.1.4. Komponen SIG
SIG merupakan suatu sistem komputer yang terintegrasi di tingkat
fungsional dan jaringan. Komponen SIG terdiri dari :
a. Perangkat keras(hardware)
Perangkat keras untuk SIG meliputi perangkat keras yang bekerja
sebagai : pemasukan data, pemrosesan data, penyajian hasil, dan
penyimpanan(storage).
b. Perangkat lunak
Software SIG harus memiliki spesifikasi sebagai :
merupakanDatabase Management System (DBMS)
fasilitas untukinputdan manipulasi data geografis
fasilitas untukquery, analisis, dan visualisasi.
Graphical User Interface (GUI) yang baik untuk mempermudah
akses fasilitas yang ada.
c. Data
Data SIG atau disebut data geospatial dibedakan menjadi data grafis
(geometris) dan data attribute (data tematik). Data grafis mempunyai
bentuk bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometri topologi,
ukuran, bentuk, posisi, dan arah. 7(tujuh) fenomena geografis yang
dapat diwakili dalam titik, garis, danpolygon/area, yaitu:
o data kenampakan (feature data)
o unit area(area unit)
o jaringan topologi
o catatan sampel
o data permukaan bumi
o label/tekspada data
o simbol data
d. Sumberdaya Manusia
Teknologi SIG menjadi sangat terbatas kemampuanya jika tidak ada
sumberdaya yang mengelola sistem dan mengembangkan untuk
aplikasi yang sesuai. Pengguna dan pembuat sistem harus saling
bekerja sama untuk mengembangkan teknologi SIG.
2.1.5. Tahapan pekerjaan SIG
Analisis data spasial dalam SIG berdasarkan tahapan yang dimulai dari
desain basisdata sampai pada tahapan output yang menghasilkan suatu
informasi baru hasil penggunaan teknik manipulasi dan analisis SIG
berdasarkan variabel-variabel masukan sesuai dengan metode yang telah
ditentukan dan penelusuran kembali untuk memperoleh informasi baru
dari proses pengolahan data dan penyusunan basis data SIG. Tahapan
pekerjaan SIG meliputi :
input data spasial
memperbaiki/ editing dan membuat topologi
input data attribute
memanagedan memanipulasi data
analisis data
penyajian hasil analisis.
2.1.6. Analisis Data Spasial SIG
Analisis SIG dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi analisis spasial dan
attribute yang dilakukan, serta kemampuan memberi jawaban-jawaban atau solusi yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
a. Kemampuan menjawab pertanyaan konseptual
SIG diharapkan mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut :
What is at…? (pertanyaan lokasional; apa yang terdapat pada lokasi
tertentu)
Where is it…? (pertanyaan kondisional; lokasi apa yang mendukung
untuk kondisi/ fenomena tertentu)
How has it changed…? (pertanyaan kecenderungan;
mengidentifikasi kecenderungan atau peristiwa apa yang terjadi)
What is the pattern…? (pertanyaan hubungan; menganalisa
hubungan keruangan antar objek dalam kenampakan geografis)
What if…? (pertanyaan berbasiskan model; kecocokan lahan, resiko
terhadap bencana, dll, berdasarkan pada model)
Which is the best way…? (pertanyaanroute optimum)
Fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukan secara umum terdapat dua
jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan fungsi analisis
attribute (basis data attribute).
Fungsi analisis spasial meliputi :
pemanggilan data
generalisasi
abstraksi
manipulasi koordinat
buffer
overlaydan dissolve
pengukuran (measurement)
grid
model medan digital (digital elevation model)
Fungsi analisis attribute mencakup :
membuat basis data baru
menghapus basis data
membuat tabel basis data
menghapus tabel basis data
mengisi dan menyisipkan data (record) kedalam tabel (insert)
membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basis data
(retrieve)
mengubah dan mengedit data yang terdapat di dalam tabel basis data
(update,edit)
Fungsi aplikasi
Terdapat 4 kemampuan aplikasi penginderaan jauh dan system informasi
geografis, yaitu:
Pengukuran(measurement)
Pemetaan(mapping)
Pemantauan(monitoring)
Pembuatan Model(modeling)
2.2. Metode Pusat Gravitasi (Center-Of-Gravity Method)
Metode Pusat Gravitasi sebuah teknik matematis yang digunakan untuk
menemukan lokasi yang paling baik untuk suatu titik distribusi tunggal yang
melayani beberapa toko atau daerah. Metode ini merupakan teknik matematis
yang digunakan untuk menemukan lokasi pusat distribusi yang akan
meminimalkan biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi
pasar, jumlah barang yang akan dikirim ke pasar tersebut, dan biaya
pengiriman untuk menemukan lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.
Langkah awal metode pusat gravitasi adalah menempatkan lokasi pada suatu
sistem koordinat. Proses ini akan diilustrasikan pada Contoh 1. Titik asal
sistem koordinat dan skala yang digunakan keduanya memiliki sifat
berubah-ubah, selama jarak relatif(antar lokasi) dinyatakan secara tepat. Hal ini dapat
dikerjakan dengan mudah dengan menempatkan titik-titik pada peta biasa.
Koordinat-x pusat gravitasi = Persamaan (2-1)
∑
dixQi
i∑
Qi
iKoordinat-y pusat gravitasi = Persamaan (2-2)
∑
d
iyQ
i i∑
Q
i iDi manadix= koordinat-xlokasii
Di manadiy= koordinat-ylokasii
Qi=kuantitas barang yang dipindahkan ke atau dari lokasi i
Perhatikan bahwa Persamaan (2-1) dan (2-2) mengandung istilah Qi yang
merupakan banyaknya pasokan yang dipindahkan ke atau dari lokasii.
Karena jumlah kontainer yang dikirim setiap bulan mempengaruhi biaya,
maka jarak tidak dapat menjadi satu-satunya kriteria utama. Metode pusat
gravitasi mengasumsikan bahwa biaya secara langsung berimbang pada jarak
dan jumlah yang dikirim. Lokasi yang ideal adalah lokasi yang meminimalkan
jarak berbobot antara gudang dan toko ecerannya, di mana pembobotan jarak
dilakukan sesuai dengan jumlah kontainer yang dikirim.
Contoh 1 :
Perhatikan kasusQuain’s Discount Department Stores, yang merupakan rantai
Chicago, Pittsburgh, New York dan Atlanta; mereka sekarang dipasok dari
sebuah gudang tua yang tidak lagi memadai di Pittsburgh, tempat toko
pertama yang dibuka dari rantai tersebut. Data tingkat permintaan setiapoutlet
ditunjukkan pada Tabel 2.1
Lokasi Toko Jumlah Kontainer yang Dikirim
Chicago 2.000
Pittsburgh 1.000
New York 1.000
Atalanta 2.000
Tabel 2.1. Permintaan untuk Quain’s Discount Department Stores
Perusahaan telah memutuskan untuk menemukan lokasi “pusat” untuk
membangun sebuah gudang baru. Lokasi toko sekarang diperlihatkan pada
Gambar 2.1. Sebagai contoh, lokasi 1 adalah chicago, dan dari Tabel 2.1 dan
Gambar 2.1, didapatkan:
d1x= 30 d1y= 120
Gambar 2.1. Lokasi Koordinat dari Empat Quain’s Department Stores dan Pusat
Gravitasi
Dengan menggunakan data pada tabel 2.1 dan Gambar 2.1 untuk setiap kota,
dalam Persamaan (2-1) dan (2-2) didapatkan koordinat pusat gravitasi:
Koordinat-x pusat gravitasi =
(30)(2.000)+(90)(1.000)+(130)(1.000)+(60)(2.000) 400.000
2.000 + 1.000 + 1.000 + 2.000 = 6.000 = 66,7
Koordinat-y pusat gravitasi =
(120)(2.000)+(110)(1.000)+(130)(1.000)+(40)(2.000) 560.000
2.000 + 1.000 + 1.000 + 2.000 = 6.000 = 93,3
30 60 90 120
North - South
30 60 90 120 150
Titik asal yang berubah-ubah
Timur Barat Chicago (30,
120)
Pusat Gravitasi (66,7 . 99,3)
New York (130,130)
PittsBurgh (90, 110)
Lokasi (66,7 , 93,3) ini ditunjukkan dengan tanda bulat abu-abu dalam Gambar
2.1. Dengan melapisi gambar ini dengan peta Amerika maka ditemukan lokasi ini
di bagian tengah negara bagian Ohio. Perusahaan dapat mempertimbangkan
Columbus, Ohio, atau kota yang berada disekitarnya sebagai lokasi yang tepat
untuk dijadikan sebagai gudang baru.
Penerapannya dalam kasus penentuan letak posko untuk Kabupaten Bantul,
penulis mengambil contoh Kecamatan Pandak.
Lokasi Kelurahan Jumlah Penduduk Kelurahan
Caturharjo 11.542
Triharjo 10.773
Gilangharjo 15.852
Wijirejo 10.654
Tabel 2.2 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak
Kecamatan Lokasi Desa(Kelurahan) Koordinat
Pandak Caturharjo
Wijirejo
Gilangharjo
Triharjo
(420483 , 9.122250)
(423136 , 9.126680)
(422432 , 9.123940)
(421618 , 9.123580)
Gambar 2.2. Lokasi Koordinat dari empat Kelurahan pada Kecamatan Pandak
Dengan menggunakan data pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 dan gambar 2.2. untuk
setiap kelurahan, dalam Persamaan (2-1) dan (2-2) didapatkan koordinat pusat
gravitasi:
Koordinat-x pusat gravitasi =
(420483)(11.542)+(423136)(10.654)
+(422432)( 15.852)+(421618)( 10.773) 20599788508
11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 421945
Koordinat-y pusat gravitasi =
(9.122250)(11.542)+( 9.126680)(10.654)
+(9.123940)( 15.852)+( 9.123580)( 10.773) 445445682440
Lokasi (421945 , 9.124060) ini ditunjukkan dengan Plakat Pandak
Gambar 2.3. Letak Posko Kecamatan Metode Pusat Gravitasi
Dengan mengaktifkan theme kelurahan, maka ditemukan lokasi ini di bagian
kelurahan Triharjo.
Gambar 2.4. Letak Posko Kecamatan Pada Kelurahan Triharjo
Microsoft visual basic menyediakan prasarana yang dapat
dipergunakan secara cepat dan mudah menciptakan aplikasi komputer
dengan antar muka berbasis visual di lingkungan windows, dan telah
menyediakan objek-objek bantu pemrograman yang lengkap dan teruji
untuk mendukung konsep RAD (Rapid Aplication Development).
Alasan memakai VB, karena VB tidak memerlukan pemrograman
khusus untuk menampilkan jendela(windows), dan cara penggunaannya juga berbasis visual seperti aplikasi windows lainnya, misalnya untuk mengatur
besarnya jendela cukup dengan mendrag form yang tersedia dengan mouse
sehingga diperoleh ukuran yang dikehendaki.
2.3.1. Tipe Data Visual Basic
Setiap variabel yang dideklarasikan memiliki tipa data, jika tidak tipe
datanya variant. Tipe data sangat erat hubungannnya dengan variabel, karena tipe data menentukanrangedata yang dapat dilayaninya dan memori yang digunakannya. Dalam perangkat lunak visual basic terdapat tipe data
sebagai berikut:
Tabel 2.4. Tipe Data dan Karakter yang dipakai
Tipe Memori Yang Dipakai Karakter
Integer 2 Byte %
Long 4 Byte &
Single 4 Byte !
Double 8 Byte #
String 1 Byte per karakter $
Byte 1 Byte
Boolean 2 Byte
Date 8 Byte
Object 4 Byte
Variant 16 Byte + Byte per
karakter
Tabel 2.5. Tipe Data dan Range Nilai (Jangkauan)
Tipe Range
Integer -32768 s/d 32767
Long -2147483648 s/d 2147483647
Single Negatif : -3.402823E38 s/d -1.401298E-45
Positif : 1.401298E-45 s/d 3.402823E38
Double Negatif : -1.79769313486232E308s/d -4.94065645841247E
-324
Positif : 4.94065645841247E-324 s/d
1.79769313486232E-308
Currency -922337203685477.5808 s/d 922337203685477.5807
String 0 s/d 2 Milyar karakter (95/97 & NT) dan
0 s/d sekitar 65535 karakter (versi 3.1)
Byte 0 s/d 255
Boolen True (Benar) atau False (salah)
Object Referensi objek
2.3.2 Variabel
Variabel adalah tempat menampung data sementara.
a. Deklarasi Variabel
1. Deklarasi secara eksplisit
Deklarasi dengan cara eksplisit menggunakan kata kunci kata DIM, dan
diikuti jenis datanya pada awal prosedur. Sebagai contoh :
Dim Nim As Integer
Dim Nama_Siswa As String + 30
2. Deklarasi secara implisit
Deklarasi dengan cara implisit dapat dilakukan pada waktu memberi
data (assignment operator) dengan tanda sama dengan (=), dan
menggunakan simbol jenis data tertentu. Contoh :
Nama_Siswa$=”Kristina” Uang_Kuliah&=600000
b. Variabel Global dan Variabel Lokal
1. Variabel Global
Variabel Global adalah variabel yang ruang lingkupnya dapat dibaca
pada semua program aplikasi yang mendeklarasikannya. Cara
mendeklarasikan pada bagian declaration modul, tidak dapat
dideklarasikan pada levelprocedure. Contoh :
Public Z As Byte
Variabel lokal adalah variabel yang ruang lingkupnya hanya dapat
dibaca pada procedure di tempat variabel tersebut dideklarasikan.
Contoh: variabel X, Y dideklarasikan pada procedure
CmdAwal_Click(). Artinya variabel X, Y hanya dikenal padaprocedure
CmdAwal_Click().
Private Sub Cmdwal_Click() Dim X As Byte
Dim YAs Byte
X = InputBox(“Nilai X?”) Y = InputBox(“Nilai Y?”) Z = X + Y
Text1.Text = Z End Sub
2.3.3. Konstanta
Pada waktu mendeklarasikan kontanta, dapat digunakan karakter tipe data
atau tidak menggunakan. Konstanta tidak dapat diubah nilainya. Contoh
konstanta :
Const p=5
Const Logo$=”Cv. Noornet”
Berikut ini adalah aturan dalam pemberian nama variabel dan konstanta.
Karakter pertama berupa huruf
Tidak boleh menggunakan spasi (blank)
Panjang nama maksimal 40 karakter
Tidak menggunakan kunci kata (keyword/reserved words) yang dipakai
oleh visual basic
2.3.4. Operator
Operator adalah simbol yang sering dipakai dalam ekspresi yang berguna
a. Operator Penugasan
Operator penugasan dipakai untuk memasukkan nilai ke variabel.
Bagian kiri (Left value) adalah yang menerima nilai, sedangkan bagian
kanan (Right Value) dapat berupa nilai data, variabel atau ekspresi. Bentuk umum operator penugasan sebagai berikut :
<Left Value>=<Right Value>
Contoh: X=10
b. Operator Aritmetika
Operator aritmetika adalah operator yang dipakai untuk operasi aritmetika.
Hal yang perlu diperhatikan dari operator ini adalah hirarki (tanda operator
mana yang lebih dahulu dikerjakan). Operator ini memiliki hirarki lebih
tinggi dibandingkan operator pembanding dan operator logika. Berikut ini
tabel operator aritmetika yang disusun sesuai dengan hirarkinya.
Operator Operasi
^ Pemangkatan
- Tanda Negatif
* , / Kali dan Bagi
\ Bagi Integer (pembagian bilangan bulat)
Mod Modulus (Sisa Bagi)
+ , - Tambah dan Kurang
+ , & Penggabungan tipe data karakter
Tabel 2.6. Operator Aritmatika
c. Operator Pembanding
Operator pembanding adalah operator yang dipakai untuk
nilai data, variabel, atau ekspresi. Dari pembandingan menghasilkan nilai
logika (boolean). Nilai logika berupa True (benar) atau False (salah). Berikut ini tabel operator pembanding.
Operator Operasi
= Sama dengan
<> Tidak sama dengan
< Lebih kecil
> Lebih besar
<= Lebih kecil atau sama dengan
>= Lebih besar atau sama dengan
Like Mempunyai ciri yang sama
Is Sama referensi Objek
Tabel 2.7. Operator Pembanding
d. Operator Logika
Operator logika adalah operator yang berisi ekspresi logika yang
menghasilkan nilai logika (boolean). Nilai logika berupaTrue(benar) atau
False(salah). Berikut ini tabel operator logika.
Operator Keterangan
Not Kebalikan /Tidak (nagasi)
And Dan
Or Atau
Xor Exclusive Or
Eqv Equivalen
Tabel 2.8. Operator Logika
Operator Logika Not
Operator logika Not dipakai untuk membalik (nagasi) nilai logika.
Ekspresi Hasil
Not True False
Not False True
Tabel 2.9. Operator Logika Not
Operator Logika And
Operator logika And akan menghailkan true, jika semua kondisi ekspresi
bernilai true, akan tetapi jika sebaliknya, akan menghasilkanfalse.
Ekspresi Hasil
False And False False
False And True False
True And False False
True And True True
Tabel 2.10. Operator Logika And
Operator Logika Or
Menghasilkantrueapabila salah satu dari kondisi ekspresi bernilaitrue.
Ekspresi Hasil
False Or False False
False Or True True
True Or True True
Tabel 2.11. Operator Logika Or
Operator Logika Xor
Operator logika Xor akan menghasilkantrue apabila sebelah kiri operator berbeda dengan sebelah kanan operator dalam ekspresi.
Ekspresi Hasil
False Xor False False
False Xor True True
True Xor False True
True Xor True False
Tabel 2.12. Operator Logika Xor
Operator Logika Eqv
Operator logika Eqv akan menghasilkantrueapabila sebelah kiri operator sama dengan sebelah kanan operator dalam ekspresi.
Ekspresi Hasil
False Eqv False True
False Eqv True False
True Eqv False False
True Eqv True True
Tabel 2.13. Opearator Logika Eqv
Operator Logika Imp
Operator Logika Imp akan menghasilkan false apabila sebelah kiri operator bernilaitruedan sebelah kanan operator bernilaifalse.
False Imp False True
False Imp True True
True Imp False False
True Imp True True
Tabel 2.14. Operator Logika Imp
2.4. ArcView
ArcView merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI.
Dengan ArcView, pengguna dapat memiliki kemampuan-kemampuan untuk
melakukan visualisasi, meng-explore, menjawab query (baik basisdata spasial maupun non-spasial), menganalisis data secara geogafis, dan
sebagainya.
ArcView dalam operasi rutinnya secara default membaca, menggunakan, dan mengolah data spasial dengan format yang disebut
sebagaishapefile. Format yang dikembangkan dan dipublikasikan oleh ESRI ini digunakan untuk menyimpan informasi-informasi atribut dan geometri
non topologi features spasial di dalam sebuah kumpulan data. Geometri
feature ini disimpan sebagai shape yang terdiri dari sekumpulan koordinat-koordinat vektor.Shapefile dapat mendukung representasi berbagai features
baik titik (point), garis (line), maupun area(poligon). Data atribut disimpan dalam format perangkat lunak DBMS Dbase. Setiap record, memiliki relasi
one to oneterhadapfeaturedata spasial yang bersangkutan.
Shapefile ESRI terdiri dari beberapa file : file utama, file indeks,
dan sebuah tabel Dbase. File utama merupakan direct-access, file dengan
sebuah shape (feature) dengan sebuah list (daftar) verteks-verteksnya. Pada
file indeks, setiap record mengandung offset record file utama yang bersesuaian dari awal file utama. Tabel Dbase berisiatribut-atribut feature,
satu record per feature. Relasione to one antara feature (geometri) dengan atributnya didasarkan pada nomor recordnya. Records atribut urutannya, harus sama sebagaimana di dalamfileutama.
2.4.1. Digitasi
Digitasi adalah proses merubah data analog (peta kertas) ke dalam format
digital (peta digital). Ada beberapa tahapan dalam proses digitasi, antara
lain:
1. Menampilkan peta hasil scan dengan klik tombol add theme dan
merubah format data darifeature data source menjadiimage data source. Lalu memilih peta hasil scan yang dimaksud.
2. Setelah peta hasil scan (citra) berhasil ditampilkan, tahapan berikutnya
adalah mengrektifikasi/ meregister citra. Tujuannya adalah untuk memberikan skala yang benar pada citra dengan jalan memberikan
koordinat bumi (koordinat geografi atau UTM) kepada citra. Hal ini
Caranya adalah dengan mengaktifkan extention register and transform
dari menu File-> extention -> register and transform tool
Aktifkan fasilitas Register and Transform Tool dari menu View untuk
memberi koordinat sesuai dengan koordinat lapangan pada citra.
Kemudian mulailah meletakan titik ikat dengan mengaktifkan icon S
(Source)sebagai sumber titik ikat yang akan diregister. Isikan koordinat X pada kolomDestination X,dan koordinat Y pada kolomDestination Y.
Isikan sampai 4 titik ikat, lalu simpan koordinat tersebut dengan menekan
Write World File, simpan dengan nama yang sama dengan citra (file gambar), maka citra telah diregister terhadap nilai koordinat masukan tadi.
3. Gambar (image) dapat digunakan sebagai background untuk mendigitasi layer atauthemesesuai thema daribackground.
4. Untuk meregister file gambar (image) yang lain dengan menggunakan
tekhnikregister image (padaview in) to image (padaview out). Dengan catatan bahwa duaimagetersebut mencakup daerah yang sama.
Dengan meletakan Source pada image yang akan diregister dan Destination
padaimageyang telah memiliki koordinat, dengan syarat bahwa titik ikat yang
digunakan merupakan objek yang tampak pada keduaimagetersebut.
6. Simpan koordinat tersebut dengan menekan Write World File. Simpan dengan nama yang sama denganimageyang diregister.
7. Setelah peta hasil scan sudah direktifikasi kemudian mulai mendigit dengan
membedakan tiap jenis data yang akan didigit (data titik/point, data garis/line
dan data area/polygon). Caranya adalah dengan memilih menu View New
kemudian memilih jenis data yang akan didigit (POINT, LINE atau
POLYGON)
digitasi titik
digitasi persegi panjang
digitasi lingkaran
digitasi bentuk polygon tak teratur
digitasi garis untuk memotongg polygon menjadi dua polygon
digitasi menambah sebuah polygon ke polygon yang telah
ada
8. Khusus untuk mendigitLINEdanPOLYGON sebelum mulai menggambar
terlebih dahulu diatur Snap Distance-nya, hal ini berguna untuk menyambung garis secara otomatis dalam radius Snap yang dibuat.
Caranya yaitu mengaktifkan tombolSnap Distance(di dalam kanvas putih klik kanan tahan kemudian posisikan pada Enable General Snapping),
setelah itu akan muncul tombol klik tombol tersebut untuk membuat jarak
radius.
9. Setelah itu mulai mendigit kenampakan satu persatu sesuaitheme/temanya.
Beberapa fungsi lain seperti pan, zoom out, zoom in, undo, delete last
pointdsb. Dapat diperoleh dengan jalan klik kananmousedi dalam kanvas obyek.
10. Menggunakan fasilitas menu Edit pada saat mendigitasi peta terutama pada digitasi duapolygon.
2.4.2. Membuat Project
File -> New Projet
Akan didapat proyek baru dengan namaUntitled.apr
1. Click Newpada dokumenView
2. Clck tombol add atau dari menu pilih View -> add Theme atau
Ctrl-T
4. Buat On thema yang baru dan aktifkan
5. Dari menuView ->Properties, untuk menyatakanmap unitspeta.
6.
2.4.3. Pengenalan Script Avenue
Dengan perangkat SIG ArcView, pengguna dapat menampilkan,
melakukan browsing dan querying, dan menganalisa data geografis. Dan untuk mengoptimalkan (mengotomisasi, meng-customize-kan, mensistematikkan, dan sebagainya) aplikasi-aplikasi SIG yang
dikembangkan dengan menggunakan ArcView, ESRI Inc. Mengintegrasikan
Avenue yang sangat mudah untuk digunakan di dalamnya. Avenue
merupakan bahasa pemrogaman yang hadir bersama dengan (terintegrasi
dengan paket standart) ArcView. Bahasa pemograman scriptini merupakan sarana atau tool yang efektif dan efisien yang dapat digunakan untuk
mengcustomize dan mengembangkan aplikasi-aplikasi yang dibuat dengan
Map unitsadalah satuan koordinat ketika peta dibangun, apabila tidak diisi maka skala peta tidak diketahui
Distance units
perangkat SIG ArcView. Dengan Avenue, secara umum, para pengguna
dapat melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
Meng-customize tampilan ArcView (menyembunyikan dan tahu
memunculkan control dari para penggunanya)
Memodifikasi menu dantools standartArcView
Membuat menu dan tools baru (untuk memenuhi kebutuhan pengguna).
Mengotomisasi proses integrasi aplikasi-aplikasi ArcView dengan
aplikasi-aplikasi yang lain
Mengembangkan ‘fungsi’ dan ‘prosedur’ (baris-baris kode yang
membentuk suatu proses yang lebih besar) yang diperlukan di dalam
aplikasi.
Mengembangkan dan mendistribusikan keseluruhan aplikasi-aplikasi
(custom) pengguna.
2.4.4. Pemograman Script Avenue
a. Objek dan Kelas
Pemrograman berorientasi objek telah digunakan untuk
mengembangkan sistem-sistem perangkat lunak di berbagai bidang,
termasuk bidang-bidang kesehatan, avionik, perdagangan, otomotif,
telekomunikasi, animasi, dan lain sebagainya. Demikian pula dengan
perangkat lunak ArcView dengan bidang aplikasi SIG-nya, script avenue merupakan bahasa pemrograman yang berorientasi objek; sementara itu,
antar-muka grafis antara pengguna dengan ArcView (GUI) dikembangkan
platform komputer yang ada pada saat ini. ArcView tersusun dalam
beberapa objek atau kelas. Setiap kelas ini memiliki functions dan data
member tersendiri yang dapat digunakan untuk mengendalikan objek-objeknya. Dengan demikian, di dalam pemrograman script avenue, pengguna dapat mengatur objek-objeknya dengan cara mengirimkan
requests. Sebagai contoh, di dalam ArcView terdapat objek-objekproject, view, theme, table, chart, layout, script, MsgBox (kotak dialog), dan sebagainya.
Gambar 2.5. Tampilan Template Kelas View & Objek-objeknya
Gambar 2.6. Tampilan Template Kelas Table & Objek-objeknya
Setiap objek atau instance of class view memiliki sebuah map
dapat mengirimkan sebuah request terhadap objek view ini untuk
menambahkan sebuahthemeke dalam objek view yang bersangkutan dan kemudian ditampilkan di dalam properti map display-nya. Untuk
kebutuhan ini pengguna menggunakanrequest “AddTheme”. Contoh lain dari request yang dimiliki oleh kelas view adalah “Open”. “Close”, “Print”, “FindTheme”, dan lain sebagainya. Sementara itu, objek-objek
table memiliki properties dan request yang berbeda dengan objek-objek kelas view. Sebagai contoh, request “AddTheme”, “ZoomIn”, dan
“FindTheme” tidak dapat dikirimkan atau digunakan terhadap objektable. Objektablememilikipropertiesjumlah baris, kolom, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, objek ini dapat dikenakan requests “Open”, “Close”,
“Print”, “Sort”,”Promote”, dan lain sebagainya (sehubungan dengan
operasi tabel).
b. Hirarki Kelas dan Turunannya
Di dalam paradigma berorientasi objek (khususnya ArcView), kelas-kelas
turunan/derived ini (misalnya Doc, View, Table, dan sebagainya) juga
dapat diturunkan dari kelas yang sudah ada sebelumnya (parents). Dengan demikian, di dalam terminologi ini juga dikenal relasi-relasi hirarki (class
hierarchy) di antara kelas-kelas yang ada. Kelas-kelas turunan ini juga mendapatkan, menerima, atau mewarisi sejumlah properties dan request
Gambar 2.7. Tampilan Kelas ArcView dan Turunannya (Sumber[ESRI94])
Dengan adanya hirarki kelas, kelas-kelas diorganisasikan mulai dari yang
bersifat umum (superclass) hingga yang khusus (subclass). Hirarki kelas (gambar ) di dalam ArcView yang paling umum (atas). Semua objek atau
kelas lainnya merupakan turunan (langsung atau tidak langsung) dari kelas
tersebut. Semua kelas ini memiliki sifat dasar Obj. Sebagai contoh,
objek-objek view “Canada” (pada Gambar ) memiliki beberapa karakterisaasi
yang diwarisi darisuperclass-nya, Obj. Dengan demikian, Doc merupakan jenis objek tertentu dari Obj, danviewjuga merupakan jenis objek tertentu
dari Doc. Jika gambar diperhatikan, maka akan nampak bahwa Obj dan
Doc tidak memiliki objek atau instances of class yang nyata. Kelas ini hanya diimplementasikan dengan tujuan untuk mengorganisasikan
yang akan diberlakukan ( secara umum ) kepada kelas-kelas yang berada
di bawahnya (kelas turunan). Sebagai contoh, kelas Obj hanya dibuat
untuk kemudian diturunkan sehingga menghasilkan kelas Doc. Sementara
itu, kelas Doc juga hanya diimplementasikan dengan tujuan untuk
menurunkannya sehingga menghasilkan kelas-kelas View, Table, Chart,
Layout, dan lain sebagainya. Kelas-kelas yang memiliki karakteristik seperti ini disebut sebagai kelas abstrak. Berbeda dengan Obj dan Doc,
kelas-kelasView, Table, Chart, danLayout, misalnya, memiliki objek atau
instance of class secara langsung dan nyata (yaitu “Canada” dan lain sebagainya seperti terlihat pada gambar ). Oleh karena itu, kelas-kelas
ViewdanTableseperti di atas disebut sebagai kelas konkrit.
c. Pernyataan & Notasi Penulisan Script Avenue
Pernyataan yang terdapat di dalam baris-baris kode script avenue mengandung (terdiri dari) objects dan request. Pernyataan tersebut dapat
dituliskan dengan notasi sebagai berikut “NamaObjek.NamaRequest”. dan
sebagai contoh nyata di dalamscriptavenue adalah:
objView.Print
ObjTable.Copy
Dari contoh di atas, terlihat bahwa requests yang dikirimkan terhadap suatu objek, di dalam baris-baris kode script avenue, dituliskan tepat
setelah penulisan nama objek yang bersangkutan beserta titik di depannya.
penulisan baris-baris kode “NamaObjek.NamaRequest (NamaArgumen)”.
Dan sebagai contoh nyata di dalamscriptavenue adalah:
objProject.FindDoc(“Bandung”)
objView.FindTheme(“Jalan”)
Hasil dari sebuah request yang dilakukan terhadap suatu objek adalah
sebuah objek lain (returned object). Dan, di dalam baris-baris kode pernyataan penugasan (assignment) script avenue, digunakan sebuah variabel untuk menyimpan returned object ini. Berikut ini adalah contoh
notasinya:
“NamaReturnedObjek=NamaObjek.NamaRequest(NamaArgumen)”.
Sementara itu, contoh baris-baris kode script avenuenya adalah sebagai
berikut:
objProject=av.GetProject
objView=objProject.FindDoc(“Bandung”)
2.5. Komunikasi ArcView dengan Program Visual Basic
ArcView memiliki beberapa kemampuan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan program-program aplikasi lainnya. Pada sistem operasi
Unix, ArcView menyediakan fasilitas RPC (Remote Procedure Call) untuk mengiimplemtasikan konsep-konsep arsitektur client-server antar-aplikasi.
Sedangkan untuk platform sistem operasi Ms.Windows, ArcView menyediakan fasilitas DDE untuk mengimplementasikan mekanisme atau
DDE merupakan salah satu protokol yang dimiliki sistem operasi Ms.
Windows yang memungkinkan dua atau lebih program aplikasi berjalan
secara simultan dan melakukan pertukaran data (sebuah bentuk komunikasi
antar-proses yang menggunakanshared memoryuntuk pertukaran data antar program aplikasi). Program-program aplikasi yang berjalan pada platform
sistem operasi Windows, selain melakukan pertukaran data, juga dapat
menggunakan DDE untuk mengirimkan perintah-perintah. Pada umumnya,
sebuah aplikasi akan mengirimkan request (melakukan tindakan inisiatif)
untuk melakukan transfer data sementara yang lain akan memberikan
respons atasrequesttersebut. Aplikasi yang mengirimkan requestini sering disebut sebagai aplikasi client, sementara aplikasi yanng memberikan
respons terhadap request di atas disebut sebagai aplikasi server. Data atau informasi yang dikirimkan dan diterima oleh aplikasi-aplikasi client-server
yang saling berinteraksi ini disebut sebagai conversation (yang secara unik diidentifikasi berdasarkan nama aplikasi dantopic-nya).
Untuk menentukan program aplikasi server mana yang dapat
dihubungi, dan subject apa yang dapat dipertukarkan, DDE menggunakan tiga elemen: 1). Service, 2). Topic, dan 3). Item. Pada dasarnya, service
merupakan nama program aplikasi (tanpa extension) yang berperan sebagai
server atau nama lain yang ditentukan oleh servernya. Topic merupakan tema global dari conversation yang dapat berupa file data, window server,
sebagainya. Di dalam suatuconversation, program aplikasiclientdanserver
dapat melakukan pertukaran data yang melibatkan beberapaitem.
Aplikasi client dapat menggunakan DDE untuk membuat suatu link
terhadap suatu item yang terdapat di dalam aplikasi server. Setelah link ini dibuat, aplikasi server secara periodik akan mengupdate item terkait terhadap aplikasi client (terutama jikaitem tersebut telah berubah). Dengan
demikian, pertukaran data antar-aplikasi ini (client-server) akan terjalin secara permanen hingga akhirnya secara eksplisit diputuskan (disconnect).
Untuk melakukan pertukaran data (atau message), aplikasi yang
berperan sebagaiclientbiasanya melakukan prosedur seperti berikut :
Mengalokasikanshared memoryuntukobjekDDE.
Menentukan format data yang akan dipertukarkan.
Memilih tipe pertukaran informasi.
Mengirimkan data DDE.
Menghapus alokasishared memory objekDDE
DDE mendukung tiga tipe link: automatic, notify, dan manual. Pada
automatic link, aplikasi yang berperan sebagai server secara otomatis akanmengupdatedata yang dikirimkan (ke aplikasi yang berperan sebagai
client) setiap kali datanya (yang terdapat di dalam aplikasi yang bertindak sebagaiserver) berubah. Pada notify link, aplikasi yang berperan sebagai
server akan ‘memberitahukan’ kepada clientnya ketika datanya berubah. Tetapi, untuk memperoleh hasil perubahan (data yang aktual ini), aplikasi
pada manual link, pertukaran data tidak terjadi secara otomatis; program
aplikasi yang berperan sebagai client harus mengirimkan request untuk memperoleh data yang baru dari servernya. Sayangnya, ArcView hanya
mendukung tipe link yang terakhir ini. Dengan demikian pengguna harus mendefinisikan tipe link (secara eksplisit) ini di dalam aplikasinya (sebagai contoh, jika menggunakan Ms. Visual Basic, pengguna akan
menentukan property LinkMode-nya menjadi “MANUAL” sementara
LinkTopic-nya menjadi “ArcView|System”). Untuk berinteraksi antar-aplikasi dengan menggunakan DDE, pengguna dapat menempuh tiga cara:
execute, request, atau poke. Dengan menggunakan request “Execute”, program aplikasi yang berperan sebagai client akan meminta program
aplikasi server untuk menjalankan atau melakukan suatu fungsi atau prosedur yang dimilikinya (mengeksekusi perintah). Jadi, string yang
dikirimkan oleh aplikasi client terhadap servernya adalah instruksi dalam ‘bahasa’server. Dalam kaitan ini, jika program aplikasi servernya adalah ArcView, makastringdi atas adalah baris-baris kodescriptavenue. Untuk
operasi “Request”, program aplikasi clientakan meminta servernyauntuk mengirimkan suatu nilai dari item yang diminta. Untuk menentukan item
ini, setiap server atau topic memiliki metode yang berbeda. Dengan operasi “Poke”, program aplikasiclientakan mengirimkan data untukitem
BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1. Analisa Sistem
Sistem yang dibuat pada tugas akhir ini merupakan suatu sistem untuk
menentukan lokasi pendirian posko bencana alam dengan daerah studi kasus
Kabupaten Bantul dan merupakan posko distribusi tunggal satu kecamatan
satu posko.. Posko bencana alam ini merupakan posko bantuan konsumsi.
Sebelum memulai proses perancangan penulis perlu mengumpulkan data-data
yang diperlukan untuk pembuatan sistem. Diantaranya peta administrasi
Kabupaten Bantul, peta tata guna lahan, dan peta jalan. Peta-peta ini berbentuk
peta analog yang discan. Selain data peta juga diperlukan data-data lain yang
berhubungan dengan daerah studi kasus yang diambil penulis, yaitu di wilayah
Kabupaten Bantul yang didapat dari BPS (Badan Pusat Statistik).
Kegunaan dari peta administrasi untuk melihat pembagian administrasi
dari Kabupaten Bantul diantaranya : area kecamatan, area kelurahan, batas
administrasi. Karena penyebaran pemukiman yang tidak merata pada tiap area
maka diperlukan peta tata guna lahan untuk melihat penyebaran pemukiman di
tiap-tiap area. Peta tata guna lahan terdiri : hutan, hutan rakyat, kompleks
Angkatan Udara, pemukiman, sawah, semak, tanah kosong, tegalan. Peta jalan
digunakan untuk melihat jalan-jalan yang ada pada daerah studi kasus. Peta
jalan terdiri : jalan KA (1 jalur), (jalan layang, jalan nasional), (jalan layang,
jalan utama), jalan lokal, jalan nasional, jalan utama, (jembatan, jalan utama),
Semua data dasar geografi diubah dulu menjadi data digital, sebelum
dimasukkan ke komputer. Data digital memiliki kelebihan dibandingkan
dengan peta (garis, area) karena jumlah data yang disimpan lebih banyak dan
pengambilan kembali lebih cepat. Agar data peta yang berbentuk data analog
tadi dapat dibuat menjadi suatu sistem informasi, diperlukan proses digitasi
untuk merubah data peta analog menjadi data peta digital.
Setelah semua data peta analog berubah menjadi data peta digital, maka
peta-peta digital tadi dapat diolah menjadi suatu sistem informasi geografi.
Diantaranya untuk menampilkan, melakukan browsing dan querying, dan menganalisa data geografis, serta melakukan perhitungan matematis. Proses
perhitungan matematis ini diterapkan dalam metode pusat gravitasi untuk
menentukan letak posko pada tiap kecamatan. Letak posko hasil dari metode
pusat gravitasi dapat jatuh di tempat yang tidak sesuai, misalnya di sawah, di
hutan dan sebagainya. Selain itu letak posko harus dalam posisi yang mudah
diakses pencari bantuan. Untuk itu lokasi posko hasil metode pusat gravitasi
masih perlu diolah atau dimodifikasi untuk diletakkan di pinggir jalan dengan
menggunakanpatch dan extension tambahan yaitu ET Tool’s. Jadi penentuan lokasi posko merupakan penggabungan dari metode pusat gravitasi dan
extensiontambahan ArcView yaituET Tool’s.
Dan untuk mengoptimalkan aplikasi SIG, perlu diintegrasikan dengan
avenue yang merupakan bahasa pemrograman. Bahasa pemogramanscript ini
merupakan sarana atau tool yang efektif dan efisien yang dapat digunakan untuk mengcustomize dan mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Geografis Posko Bencana Alam dengan Daerah Studi Kasus Kabupaten
Karena program yang dibuat dengan menggunakan ArcView hanya
digunakan untuk menyimpan data yang berhubungan dengan peta, maka
diperlukan pembuatan program dengan menggunakan aplikasi Microsoft
Visual Basic, yang berfungsi sebagai database eksternal. Sehingga sistem akan terbagi ke dua program yaitu program di Visual Basic dan program di
ArcView. Nantinya kedua program akan dihubungkan melalui koneksi DDE
(Dynamic Data Exchange) dimana program di Visual Basic akan bertindak sebagaiclientdan program di ArcView akan bertindak sebagaiserver.
3.1.1 Menentukan Letak Posko Dengan Metode Pusat Gravitasi
Penentuan lokasi pada tiap kecamatan dengan Metode Pusat gravitasi
ditentukan dengan persamaan :
Koordinat-x pusat gravitasi =
∑ dixQi i ∑ Qi i
Koordinat-y pusat gravitasi =
∑ diyQi i ∑ Qi i
Di manadix= koordinat-xlokasii
Di manadiy= koordinat-ylokasii
Untuk koordinat-x lokasi i dan koordinat-y lokasi i pada metode pusat
gravitasi diwakili oleh letak kantor kelurahan pada masing-masing
kelurahan seperti yang tergambarkan pada peta berikut ini:
Letak kantor kelurahan tersebut diasumsikan sebagai pusat kepadatan pada
masing-masing kelurahan. Setelah didapatkan nilai koordinat dari titik
kelurahan, titik kelurahan tadi digunakan untuk menerapkan metode pusat
gravitasi seperti yang digambarkan melalui contoh Kecamatan Pandak,
sebagai berikut:
Kecamatan Lokasi Desa(Kelurahan) Koordinat
Pandak Caturharjo
Wijirejo
Gilangharjo
Triharjo
(420483 , 9.122250)
(423136 , 9.126680)
(422432 , 9.123940)
(421618 , 9.123580)
Tabel 3.1. Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak Real Titik kelurahan yang
terdapat pada pemukiman
Lokasi Kelurahan Jumlah Penduduk Kelurahan
Caturharjo 11.542
Triharjo 10.773
Gilangharjo 15.852
Wijirejo 10.654
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak Real
Gambar 3.1. Lokasi Koordinat dari empat Kelurahan pada Kecamatan Pandak
Dengan menggunakan data pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 didapatkan
koordinat pusat gravitasi :
koordinat –x pusat gravitasi =
(420483)(11.542)+(423136)(10.654)
+(422432)( 15.852)+(421618)( 10.773) 20599788508
11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 421945
koordinat –y pusat gravitasi =
(9.122250)(11.542)+( 9.126680)(10.654)
+(9.123940)( 15.852)+( 9.123580)( 10.773) 445445682440
Sehingga di dapat koordinat pusat gravitasi bagi pendirian posko pada
kecamatan Pandak sbb:
Lokasi (421945 , 9.124060) ini ditunjukkan dengan Plakat Pandak
Gambar 3.2. Letak Posko Pada Kecamatan Pandak
Pusat gravitasi ini akan menjadi tempat posko didirikan pada Kecamatan
Pandak. Metode yang digunakan pada Kecamatan Pandak tersebut juga
akan digunakan pada Kecamatan yang lain.
3.1.2. Penyesuaian Lokasi Posko Dengan Jalan Yang Terdekat
Setelah diketahui titik lokasi posko pada tiap kecamatan, terlihat
bahwa beberapa letak posko hasil metode pusat gravitasi ketika
ditampilkan dengan peta tata guna lahan ternyata terletak bukan di area
pemukiman, tapi ada beberapa yang terletak di tegalan, dan sawah atau di
hutan rakyat. Untuk mengatasi permasalahan posko hasil metode pusat
gravitasi tidak terletak di area pemukiman maka diambil cara dengan
posko hasil metode pusat gravitasi ini tidak berada di area pemukiman tapi
tetap memudahkan pendistribusian bantuan karena terletak di jalan. Agar
letak posko hasil metode pusat gravitasi dekat dengan jalan digunakan
patchdanextensiondari ESRI yaituET TOOls. Sebelum menggunakanET Tool’s, penulis harus menconvert theme jalan yang berbentuk polyline
(garis) menjadithemeberbentukpoint, sehingga menjadi jenisthemeyang
sama dengan theme letak posko kecamatan hasil metode pusat gravitasi yaitupoint, seperti terlihat pada gambar berikut :
Setelah theme jalan dan theme posko hasil metode pusat gravitasi sama samapoint baru dihitung jalan yang paling dekat dengan titik letak posko
hasil metode pusat gravitasi dengan menggunakan fungsi point distance
dari ET TOOL’s. Dan didapatkan letak posko yang dekat jalan dengan gambaran sebagai berikut :
Hasil convert polyline thema jalan menjadi point Letak Titik Posko
3.2. Perancangan Sistem
Tahap-tahap yang dilakukan dalam perancangan sistem sebagai berikut:
a.Mengumpulkan data :
- Data statistik mengenai daerah studi kasus (Kabupaten Bantul),
diantaranya data penduduk tiap-tiap kelurahan, data klasifikasi
kerusakan gempa, dsb.
- Data peta untuk keperluan membuat peta. Dari data peta RBI (Rupa
Bumi Imdonesia) kabupaten Bantul dapat dibuat menjadi beberapa
peta digital sesuai kebutuhan sistem diantaranya: peta administrasi,
peta jalan, peta tata guna lahan.
b.Penggunaan data :
- Data statistik akan digunakan dalam aplikasi Ms. Visual basic dan Ms.
Access.
- Data peta akan digunakan dalam aplikasi ArcView untuk membuat
peta.
c.Proses perancangan sistem diantaranya:
- Pembuatanuse case userdan admin.
Letak Posko Metode Pusat Gravitasi
Jalan Letak Posko