• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang-barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang-barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inflasi

2.1.1 Pengertian Inflasi

Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.

Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan index harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain :

 Indeks biaya hidup (consumer price index)

 Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index)

 GNP deflator

Indeks biaya hidup mengukur biaya / pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Banyaknya barang dan jasa yang tercakup dapat bermacam-macam. Di Indonesia dikenal indeks 9 bahan pokok, 62 macam barang serta 162 macam barang. Karena arti penting masing-masing barang dan jasa tersebut bagi seseorang itu tidak sama, maka dalam penghitungan angka indeksnya diberi angka penimbang tertentu. Angka penimbang biasanya didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran

(2)

keseluruhan. Besarnya prosentase ini dapat berubah dari tahun ke tahun. Oleh karena itu perlu direvisi apabila ternyata ada perubahan. Dengan perubahan angka penimbang ini maka indeks harganyapun akan berubah. Laju inflasi dapat dihitung dengan cara menghitung prosentase kenaikan / penurunan indeks harga ini dari tahun ketahun (atau dari bulan ke bulan).

Indeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga barang mentah, bahan baku atau setengah jadi masuk dalam penghitungan indeks harga. Biasanya perubahan indeks harga ini sejalan / searah dengan indeks biaya hidup.

GNP deflator adalah indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam penghitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya dibanding dengan dua indeks di atas. GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GNP rill (atas dasar harga konstan). (Nopirin,1987:25-26)

2.1.2. Teori-teori Inflasi

Ada tiga kelompok yang mengemukakan teori inflasi yaitu:

A. Teori Kuantitas

Teori ini menerangkan penyebab proses terjadinya inflasi yang melanda sebuah perekonomian. Pendapat teori kuantitas (teori kaum klasik) ini menyatakan bahwa proses terjadinya inflasi disebabkan oleh :

(3)

1. Volume uang yang beredar

Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar dalam masyarakat (uang giral dan kartal). Penambahan jumlah uang yang beredar ini merupakan sumber utama penyebab inflasi, karena volume uang yang beredar lebih besar dari kesanggupan output untuk menyerapnya(volume uang lebih besar dari pada pendapan nasional). Bila jumlah uang yang beredar tidak ditambah, maka inflasi akan berhenti secara otomatis apapun penyebab kenaikan harga-harga dalam perekonomian tersebut.

2. Adanya perkiraan masyarakat akan kenaikan harga (Expectation)

Kalau perkiraan masyarakat akan ada perubahan harga walaupun ada penambahan uang (tidak besar) tidak akan menyebabkan inflasi, karena perubahan harga yang terjadi masih kecil. Apabila akan ada perubahan harga yang cukup besar dan penambahan uang yang beredar, maka penambahan uang yang beredar tersebut akan dibelanjakan masyarakat, karena masyarakat ingin menghindari kerugian yang timbul seandainya mereka memegang uang tunai. Hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi dengan meningkatnya harga juga diiringi dengan penambahan uang yang beredar. Bila masyarakat mengharapkan harga-harga naik di masa yang akan datang, maka penambahan uang yang beredar akan sepenuhnya akan diwujudkan dalam permintaan efektif di pasar. Sehingga dengan laju volume uang yang beredar diikuti dengan kenaikan permintaan barang-barang akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga atau inflasi.

(4)

B. Teori Keynes

Keynes menyoroti faktor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi makronya. Menurut teori yang dikeluarkan Keynes, inflasi akan terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan pendapatannya(aktifitas ekonominya). Terjadinya inflasi melalui perebutan bagian rejeki diantara kelompok-kelompok social yang menginginkan bagian yang lebih besar dari pada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang-barang-barang yang tersedia(pendapatan nasional). Hal ini akan menimbulkan inflationary gap, yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional yang lebih besar, secara nyata diwujudkan dalam permintaan di pasar barang-barang. Karena permintaan total melebihi jumlah barang-barang yang tersedia, maka harga-harga naik sehingga timbullah inflasi.

Gambar 2.1 Q1  Q2  Output 0  D2  D1  P2  P1  P

(5)

Dari kurva diatas terlihat bahwa terjadi kenaikan permintaan yang ditunjukkan melalui kenaikan D1 ke D2, namun dalam keadaan kenaikan permintaan tersebut tidak dibarengi dengan supply barang yang ada. Akibatnya harga mengalami kenaikan dari P1 menjadi P2. Jumlah barang yang tidak bias dipenuhi ini (sebesar Q1 – Q2) menyebabkan terjadinya celah inflasioner (inflationary gap). (Candra haris, 2012)

C. Teori Strukturalis

Teori ini dikembangkan dari struktur perekonomian negara-negara berkembang, khususnya struktur(pengalaman) perekonomian Negara-negara Amerika latin. Ada dua factor yang menjadi masalah utama yang dapat menyebabkan inflasi dalam Negara berkembang berdasarkan teori strukturalis ini yaitu:

1. Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor

Ketidakelastisan penerimaan ekspor yaitu ekspor berkembang secara lamban dibanding sektor lain dalam perekonomian. Hal ini disebabkan naiknya harga barang-barang komoditi Negara-negara berkembang (hasil alam), dalam jangka panjang perkembangannya sangat lamban dibanding harga barang industri. Adanya perkembangan ekspor yang lamban juga merupakan penyebab adanya kelambanan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan(terutama barang modal untuk mengubah struktur perkonomian). Akibatnya Negara tersebut terpaksa mengambil kebijaksanaan yang menekankan pemakaian produksi dalam negeri(untuk memajukan industri dalam negeri) dan sebelumnya diimpor (walaupun hasil produksi dalam negeri lebih mahal harganya karena kurang

(6)

efisien). Biaya produksi yang tinggi menyebabkan harga yang lebih tinggi. Disamping itu, bila proses subsitusi impor ini makin meluas , kenaikan biaya produksi juga akan makin meluas, sehingga makin banyak harga barang yang naik. Dengan demikian terjadi inflasi dalam perekonomian yang berkepanjangan.

2. Ketidakelastisan Dari Supply Atau Produksi Bahan Makanan Dalam Negeri

Akibat pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan, sehingga harga bahan makanan cenderung untuk meningkat melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Kenaikan harga bahan makanan ini mengakibatkan tuntutan kenaikan upah kaum buruh atau pekerja yang dampaknya akan menaikkan biaya produksi. Jika demikian, otomatis harga hasil produksi (pertanian dan industri) akan naik lagi, sehingga kenaikan harga barang menuntut kembali tingkat upah untuk dinaikkan.Begitu seterusnya, proses ini hanya akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak ikut naik kembali. Akan tetapi, faktor struktural perekonomian tidak bisa menghentikan kenaikan harga bahan makanan, sehingga akan terjadi dorong-mendorong antara upah dan kenaikan harga,dan tidak akan berhenti sampai struktur perekonomian dapat diubah.

2.1.3 Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Inflasi yang terjadi didalam suatu perekonomian memiliki beberapa pengaruh sebagai berikut :

a) Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari anggota

(7)

masyarakat, sebab distribusi pendapatan yang terjadi akan menyebabkan pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan riil orang lainnya jatuh. Namun parah atau tidaknya pengaruh inflasi terhadap redistribusi pendapatan dan kekayaan tersebut adalah sangat tergantung pada apakah inflasi itu bersifat dapat diantisipasi ataukah tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Inflasi yang tidak dapat diantisipasi sudah barang tentu mempunyai akibat yang jauh lebih serius terhadap redistribusi pendapatan dan kekayaan, dibandingkan inflasi yang dapat diantisipasi.

b) Inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena inflasi dapat mengalahkan sumberdaya dari investasi yang produktif ke investasi yang tidak produktif sehingga mengurangi kapasitas ekonomi produktif. Ini disebut sebagai “Efficiency Effect of inflation”.

c) Inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan didalam output dan kesempatan kerja, dengan cara lebih langsung dengan memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah dilakukan,dan juga memotivasi orang untuk bekerja lebih atau kurang dari yang telah dilakukan selama ini. Ini disebut “output and employment effect of Inflation”.

d) Inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil bagi keputusan ekonomi. Jika sekiranya konsumen memperkirakan bahwa tingkat inflasi dimasa mendatang akan naik, maka akan mendorong mereka untuk melakukan pembelian barang-barang dan jasa secara besar-besaran pada saat sekarang ketimbang mereka menunggu dimana tingkat harga sudah meningkat lagi. Begitu pula halnya dengan bank atau lembaga peminjaman lainnya, jika

(8)

sekiranya mereka menduga bahwa tingkat inflasi akan menaik dimasa mendatang , maka mereka akan mengenakan tingkat bunga yang tinggi atas pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam menghadapi penurunan pendapatan riil dan kekayaan.

2.2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2.2.1 Pengertian SBI

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan system diskonto. Sertifikat Bank Indonesia pada dasarnya merupakan instrument investasi jangka pendek yang bebas resiko (risk free).

2.2.2 Tujuan Penerbitan SBI

Sertifikat Bank Indonesia diterbitkan berdasarkan atas unjuk, yaitu terakhir membawa sertifikat Bank Indonesia pada saat jatuh tempo maka dialah yang berhak mencairkanya.

Sebagai otoritas oneter, Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam padigma yang dianut, jumlah uang beredar (uang kartal + uang giral di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

Pada dasarnya, dengan digunakanya SBI maka Bank Indonesia mempunyai alat dalam Operasi Pasar Terbuka walaupun tidak ada surat berharga dari pemerintah. Hal seperti ini juga dilakukan oleh beberapa Bank Sentral untuk menyedot kelebihan likuiditas perbankan jika kondisi moneter terlalu ekspansif

(9)

perbankan dapat memanfaatkan kelebihan likuiditas yang dimiliki dengan membeli SBI jika dana tersebut tidak dipinjamkan kepada masyarakat.

Dengan adanya SBI maka pemerintah dapat melakukan pengendalian jumlah uang beredar yang terdapat dimasyarakaty. Jika jumlah uang beredar dapat dikendalikan maka dapat juga mengendalikan inflasi.

2.2.3 Dasar Hukum Penerbitan SBI

Surat keputusan Direksi Bank Indonesia No.316/67/KEP?DIR tanggal 23 juli 1998 tentang penerbitan dan perdagangan sertifikat Bank Indonesia serta intervensi rupiah.

Sejalan dengan ide penerbitan SBI sebagai salah satu operasi pasar terbuka, penjualan SBI diperioritaskan kepada lembaga perbankan. Meskipun demikian tidak retutup kemungkinan masyarakat baik perorangan maupun perusahaan untuk memiliki SBI. Pembelian SBI oleh masyarakat tidak dapat dilakukan secara langsung dengan Bank Indonesia melainkan Bank Umum serta pialang pasar uang dan pasar modal yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

2.2.4 Karakteristik SBI

a. Jangka waktu maksimal 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan.

b. Dominasi dari yang terendah Rp.50 juta sampai dengan tertinggi Rp. 100 milyar.

c. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus berikut ini

Nilai Tunai Nilai Nominal x 360

(10)

d. Pembelian SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar dimuka . Besarnya diskonto adalah nilai nominal dikurangi dengan nilai tunai.

e. Pajak penghasilan (pph) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 %.

2.2.5 Tata Cara Transaksi SBI

a. Penjualan SBI dilakukan melalui lelang.

b. Jumlah SBI yang dilelang diumumkan setiap hari selasa

c. Lelang SBI dilakukan setiap hari rabu dan dapat di ikuti oleh seluruh bank umum

d. Pialang pasar uang dan pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari kamis. e. Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta melakukan penawaran

jumlah SBI yang ingin dibeliserta tingkat diskontonya. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran tingkat diskonto rerendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai. SBI tidak ditentukan oleh Bank Indonesia melainkan para peserta lelang itu sendiri. Semakin rendah tingkat diskonto yang ditawarkan oleh peserta maka semakin besar kemungkinan peserta itu memenangkan lelang.

f. Untuk menjaga keamanan dari kehilangn atau pencurian serta untuk menghindari terjadinya pemalsuan, pihak pembeli SBI memperoleh Bilyet Depot Simpanan (BDS) sebagai bukti penyimpanan fisik warkat SBI pada Bank Indonesia tanpa dipungut biaya penyompanan.

2.2.6 Hubungan suku bunga SBI dengan pertumbuhan ekonomi

Jika Pemerintah ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menambah jumlah uang beredar, maka Bank Indonesia menarik SBI yang berada

(11)

ditangan masyarakat, dengan cara membelinya. Agar semakin banya SBI yang dijual, maka Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga SBI. Penurunan suku bunga SBi akan mempengaruhi bank-bank umum untuk menurunkan tingkat suku bunga pinjaman. Suku bunga yang rendah akan meningkatkan permintaan pinjaman. Meningkatnya permintaan pinjaman akan meningkatkan investasi, yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2.3 Nilai Tukar Mata Uang

Nilai tukar merupakan jumlah unit suatu mata uang yang dapat diperoleh dari atas pertukaran dengan satu unit mata uang lainnya. Dornbusch dan fisher dalam agung (2005) mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar mempengaruhi daya saing internasional dan posisi neraca perdagangan, dan konsekuensinya juga akan berdampak pada real output dari Negara tersebut yang pada gilirannya akan mempengaruhi cash flow saat ini dan masa yang akan datang.

2.3.1 Teori nilai tukar

Berikut ini adalah beberapa teori yang berkaitan dengan nilai tukar valuta asing (Berlianta , 2004).

a. Balance of payment approach

Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut . adapun alat yang mengukur kekuatan penawaran dan permintaan tersebut adalah balance of payment.

(12)

Apabila balance of payment suatu Negara mengalami deficit dapat diartikan bahwa penghasilan (arus uang masuk)lebih kecil dari pengeluaran (arus uang keluar), maka permintaan akan valuta asing akan bertambah guna membayar deficit tersebut, nilai tukar akan mengalami penurunan dan sebaliknya.

b. Teori purchasing power parity

Teori ini agak berbeda dengan teori sebelumnya. Teori ini berusaha untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut law of one price sebagai dasar. Dalam law of one price disebutkan bahwa dengan asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) harusnya mempunyai harga yang sama.

c. Fisher effect

Teori ini diperkenalkan oleh irving fisher. Fisher effect menyatakan bahwa tingkat suku bunga di satu Negara akan sama dengan tingkat suku bunga rill ditambah tingkat inflasi di Negara itu. Persamaan tersebut dapat digambarkan dengan persamaan berikut:

Suku bunga nominal = suku bunga riil + tingkat inflasi

Dengan kata lain, tingkat suku bunga nominal di dua Negara dapat berbeda karena tingkat inflasi mereka berbeda.

(13)

d. Internasional fisher effect

Pendapat ini didasari oleh fisher effect, bahwa pergerakan nilai mata uang suatu Negara dibanding Negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua Negara tersebut.

Implikasi dari internasional fisher effect adalah bahwa orang tidak bias menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke Negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang Negara yang suku bunga tinggi tersebut akan terdepresiasi (turun nilainya) sebesar selisih bunga nominal dengan Negara yang mempunyai suku bunga nominal yang lebih rendah.

2.3.2 Sistem Nilai Tukar

System nilai tukar dapat dikaregorikan dalam beberapa jenis berdasarkan seberapa kuat tingkat pengawasan pemerintah pada nilai tukar (Madura,2006:220-225). Secara umum, sistem nilai tukar dapat dibagi menjadi:

1. Sistem Tetap (Fixed Exchange Rate)

Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang di inginkan.

(14)

Pada sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa itervensi dari pemerintah. Pada sistem mengambang bebas memperbolehkan adanya fleksibilitas secara penuh, nilai tukar akan disesuaikan terus-menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut.

3. Sistem mengambang terkendali (managed floating exchange rate)

Sistem nilai tukar ini berada diantara sistem tetep dan mengambang bebas. Nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasan - batasan resmi, tetapi pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya.

4. Sistem terikat (pegged exchange rate)

Sistem nilai tukar terikat, di mana mata uang local diikatkan nilainya pada sebuah mata valuta asing atau pada sebuah mata uang asing tertentu. Nilai mata uang local akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut.

2.3.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi nilai tukar

Kurs nilai tukar akan berubah sepanjang waktu karena perubahan kurva penawaran dan permintaaan. Faktor–faktor yang menyebabkan perubahan kurva permintaan dan penawaran tersebut (Madura, 2006: 128-135) adalah :

a. Perubahan tingkat inflasi relative dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu mata uang dan karenanya mempengaruhi nilai tukar.

(15)

b. Perubahan pada suku bunga relative mempengaruhi investasi pada sekuritas asing, yang akhirnya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang dan karenanya juga akan mempengaruhi kurs nilai tukar.

c. Tingkat pendapatan relative juga mempengaruhi kurs mata uang. Hal ini dikarenakan pendapatan mempengaruhi jumlah permintaan barang impor, maka pendapatan dapat mempengaruhi kurs mata uang.

d. Pengendalian pemerintah. Pemerintah Negara asing dapat mempengaruhi kurs keseimbangan dengan berbagai cara, termasuk mengenakan batasan atas pertukaran mata uang asing, mengenakan batasan atas pertukaran mata uang asing, mengenakan batasan atas perdagangan asing (dengan membeli atau menjual), dan memengaruhi variabel makro seperti inflasi, suku bunga, dan tingkat pendapatan.

e. Faktor kelima yang mempengaruhi kurs mata uang adalah prediksi pasar mengenai kurs mata uang di masa depan. Seperti pasar keuangan lain, pasar mata uang asing juga bereaksi terhadap berita yang memiliki dampak masa depan yang akan memberikan tekanan menurunkan atau meningkatkan nilai tukar mata uang.

f. Faktor yang juga mempengaruhi kurs nilai tukar adalah interaksi faktor. Transaksi dalam pasar mata uang asing memfasilitasi baik arus perdagangan maupun arus keuangan. Seringkali faktor – faktor yang terkait perdagangan maupun keuanan berinteraksi dan mempengaruhi pergerakan mata uang secara simultan.

(16)

2.3.4 Hubungan Nilai Tukar dan Pertumbuhan Ekonomi

Penentuan sistem nilai tukar merupakan suatu hal penting bagi perekonomian suatu Negara karena hal tersebut merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mendorong perekonomian di suatu Negara dari gejolak perekonomian global. Penentuan system nilai tukar didasarkan atas beberapa pertimbangan yakni keterbukaan perekonomian suatu Negara terhadap perekonomian internasional, tingkat kemandirian suatu Negara dalam mengatur kebijakan ekonomi nasionalnya dan aktivitas perekonomian suatu Negara. Selain itu nilai tukar (kurs) memegang peranan dalam memperlancar transaksi ekonomi antar Negara. Sejalan dengan fungsinya tersebut, kebijakan nilai tukar juga digunakan oleh suatu Negara sebagai salah satu kebijakan ekonominya. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa Negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil (Salvatore, 1997: 10)

2.4 Mekanisme Transmisi Kebijaksanaan Moneter

Di antara para pemikir ekonomi, terdapat beberapa perbedaan berkenaan dengan besarnya pengaruh uang terhadap perekonomian (yakni besarnya angka pelipat uang) serta bagaimana jalur pengaruh (mekanisme transmisi) perubahan jumlah uang mempengaruhi kegiatan ekonomi (biasanya kegiatan ekonomi diukur degan pengeluaran total masyarakat) diantaranya :

a. Jalur Biaya Modal (The Cost Of Capital Channel)

Dalam ekonomi Keynes, tingkat bunga merupakan penghubung utama antara sektor moneter dengan sector rill. Perubahan jumlah uang misalnya, akan

(17)

investasi atah bahkan mungkin juga konsumsi. Investasi ini merupakan bagian dari pengeluaran total (aggregate expenditure). Perubahan dalam pengeluaran total pada gilirannya akan mempunyai efek ganda terhadap keseimbangan pendapatan nasional. Dengan demikian, tingkat bunga yang merupakan biaya modal dapat dipandang sebagai indikator pengaruh kebijakan sektor moneter terhadap keseimbangan pendapatan ( sector rill).

Sumber : Ekonomi moneter, Nopirin

Gambar: 2.2

Skematis Jalur Biaya Modal

b. Jalur Kekayaan (Wealth Channel)

Pengaruh perubahan jumlah uang terhadap pendapatan nasional dapat juga melalui jalur kekayaan. Pengertian kekayaan biasanya meliputi :

 Kekayaan yang berupa barang fisik (rumah, tanah, dan sebagainya)

 Surat berharga

 Uang tunai

Hubungan antara kekayaan dengan pengeluaran total (dalam hal ini konsumsi) telah dijelaskan oleh Pigou ( yang sering disebut dengan Pigou effect atau real balance effect). Real balance effect dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kebijaksanaan Moneter (membeli  surat berharga)  Investasi naik Tingkat bunga turun  Jumlah uang  beredar naik  Cadangan bank  umum naik  GNP naik 

(18)

Perubahan nilai uang kas rill (real cash balance) baik disebabkan oleh karena turunnya harga ( dengan jumlah uang tetap) ataupun naiknya jumlah uang (dengan harga tetap) akan mempengaruhi tingkat konsumsi. Konsumsi merupakan bagian dari pengeluaran total. Dengan perubahan pengeluaran total maka keseimbangan pendapatan akan berubah.

Dengan demikian kebijaksanaan moneter akan mempengaruhi jumlah uang (dimana uang merupakan bagian dari kekayaan). Perubahan salah satu komponen kekayaaan ini ( dalam hal ini uang kas rill) akan mempengaruhi konsumsi (melalui real balance / Pigou effect). Konsumsi merupakan bagian dari pengeluaran total. Perubahan pengeluaran total akan mengakibatkan perubahan pendapatan.

Sumber : Ekonomi moneter, Nopirin

Gambar : 2.3

Skematis Mekanisme Jalur Kekayaan

c. Jalur Harga Relatip (Teori Portofolio)

Teori portofolio merupakan dasar yang rasional mengapa seseorang memegang sesuatu (beberapa) kekayaan tertentu, termasuk dalam bentuk uang. Beberapa anggapan teori ini antara lain:

Kebijaksanaan  moneter  ekspansif  Konsumsi naik  (pigou effect)  Jumlah uang beredar naik  Pengeluaran total naik  Kekayaan naik  GNP naik 

(19)

1. Setiap orang kan selalu berusaha untuk menyamakan pendapatan marginal (marginal return) dari masing-masing bentuk kekayaan dalam portofolionya.

2. Bertambahnya salah satu bentuk kekayaan akan menurunkan harga bentuk kekayaan tersebut relatip terhadap bentuk kekayaan lain.

3. Individu tersebut akan menukarkan bentuk kekayaan yang harganya turun tersebut dengan bentuk kekayaan yang lain yang harganya lebih tinggi. 4. Proses pertukaran tersebut (dengan demikian juga berarti proses perubahan

susunan bentuk kekayaan akan berjalan terus) akan dilakukannya sampai pendapatanya marginal dari masing-masing bentuk kekayaanya sama besar.

Perubahan harga relatip sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penyesuaian susunan portofolio seseorang. Misalnya, penambahan jumlah uang sebagai akibat akibat darikebijaksanaan moneter yaitu membeli surat berharga oleh bank sentral, akan menyebabkan individu kelebihan uang kas dalam portofolionya.

Individu akan menukarkan kelebihan uang kas ini dengan bentuk kekayaan yang lain. Harga kekayaan lain akan naik (atau returnnya turun). Produksi (dengan demikian investasi) pada bentuk kekayaan lain akan naik. Investasi naik akan mengakibatkan pendapatan juga bertambah. Dari contoh ini jelas bahwa kenaikan jumlah uang akan menaikkan pendapatan.

(20)

d. Jalur Langsung (Teori Monetarist)

Menurut teori ini pengaruh kebijaksanaan moneter terhadap GNP secara langsung. Jalur mekanisme langsung, ini sifatnya lebih sederhana. Menurut pendapatnya, karena sebenarnya mekanisme transmisi itu begitu kompleks sehingga sukar untuk digambarkan, maka tidak bias dinyatakan secara spesifik. Oleh karena itu tidak bisa digambarkan secara terperinci.

Sumber : Ekonomi moneter, Nopirin

Gambar : 2.4

Skematis Mekanisme Transmisi Versi Monetaris

2.4.1 Tenggang Waktu (lag) Efek Dari Kebijaksanaan Moneter

Kebijaksanaan moneter untuk tujuan stabilitas ekonomi tergantung pada , pertama kuat / tidaknya hubungan antara perubahan kebijaksanaan moneter dengan kegiatan ekonomi dan kedua jangka waktu antara perubahan kebijaksanaan moneter dengan efeknya terhadap kegiatan ekonomi.

Kebijaksanaan dengan perubahan kegiatan ekonomi sering disebut tenggang waktu (lag). Ada beberapa komponen (unsur) dalam lag efek kebijaksanaan moneter ini

Kebijaksanaan  monetaris (membeli  surat berharga  GNP naik  Pengeluaran  total naik  Jumlah uang  naik 

(21)

Sumber : Ekonomi moneter, Nopirin

Gambar 2.5 Skematis Total Lag 2.4.2 Implementasi Kebijaksanaan Moneter

a. Masalah dalam Implementasi

Penentuan kebijaksanaan moneter seperti pertumbuhan inflasi serta neraca pembayaranyang sehat hanyalah merupakan salah satu bagian dari kebijaksanaan moneter. Masih banyak masalah yang harus dipecahkan, terutama dalam hal implementasinya. Masalah ini mencakup, pertama bahwa penguasa moneter harus menentukan arah yang hendak dituju untuk mencapai sasaran kebijaksanaan, seperti misalnya output, employment serta harga. Kedua, mereka harus menentukan bagaimana cara mengatur / mengubah instrument kebijaksanaan moneter (seperti cadangan minimum, politik diskonto serta jual beli surat berharga) agar supaya tujuan/ sasaran kebijaksanaan moneter tercapai.

Bagi Bank Sentral akan mengalami kesuitan didalam mengatur kebijaksanaan moneter dikarenakan kurangnyainformasi atau kurangnya kepastian mengenai proses implementasi kebijaksanaan moneter. Oleh karena

Total Lag Inside Lag Outside / Impact  Administrative Lag Recognition Lag  Need for action Changein Economic  Activity Recognition of  Need for Action Change in Policy  instrument waktu t0  t1  t t

(22)

itu untuk mengatasi masalah ini beberapa penelitian telah memberikan dasar teori dan empirik tentang indikator serta target operasional dari implementasi kebijaksanaan moneter.

Penguasa moneter biasanya tertarik pada dua pertanyaan yang berkitan dengan masalah implementasi, yakni pertama bagaimana efek kebijaksanaan terhadap tujuan yang ingin dicapai, apakah sudah mengarah pada sasaran atau belum. Suatu indikator diperlukan untuk mengetahui hal ini. Kedua ingin mengetahui hal ini. Kedua ingin mengetahui bagaimana mereka harus mengubah/memanipulasi instrument kebijaksanaan moneter supaya tujuan/sasaranya tercapai.

b. Indikator Dalam Implementasi Kebijaksanaan Moneter

Indikator kebijaksanaan moneter adalah variabel ekonomi yang memberikan informasi tentang gerakan / perubahan dalam sektor rill apakah sudah bergerak ke arah sasaran yang diinginkan atau belum.

Pemilihan indikator sebenarnya merupakan pemilihan fariabel moneter yang secara konsisten memberi informasi tentang pengaruh kebijaksanaan moneter terhadap perekonomian. Ini memerlukan adanya hubungan yang pasti (dapat diperkirakan) antara indikator tersebut dengan tujuan / sasaran kebijaksanaan moneter. Perubahan sektor rill dapat diperkirakan dari adanya perubahan dalam indikator.

Dengan melihat indikator ini dapat diperkirakan apakah arah kebijaksanaan moneter itu sejalan / menuju ke sasaran yang ingin dicapai atau tidak. Kalau tidak, penguasa moneter dapat mengubah instrument

(23)

kebijaksanaan moneter. Dengan demikian indikator ini memberikan informasi apakah sasaranya akan trcapai atau tidak. Biasanya variabel moneter yang dipakai sebagai indikator adalah tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. c. Target Operasional

Target operasional adalah variabel ekonomi / moneter yang selalu diawasi tiap hari oleh penguasa moneter (Bank Sentral) dalam menjalankankebijaksanaan jual-beli surat berharga (open market operasional). Beberapa syarat harus dipenuhi agar supaya sesuatu variabel dapat dipakai sebagai target operasional, antara lain :

Bank Sentral harus dapat mengukur target operasional ini dalam jangka yang relatif pendek.

Bank Sentral harus dapat mengatur volume targer operasional ini dengan cara merubah insterumen kebijaksanaan moneter.

Perubahan volume target operasional dari waktu ke waktu mempuanyai pengaruh yang besar terhadap perubahan dalam variabel indikator.Target ini diperlukan oleh penguasa moneter dikarenakan adanya informasi yang kurang lengkap. Informasi mengenai pengaruh politik pasar terbuka terhadap output, harga serta employment misalnya, sangat tidak pasti, dan penguasa moneter sering tidak mempunyai informasi yang lengkap.

Kurangnya informasi tentang jalur pengaruh (mekanisme transmisi) kebijaksanaan moneter terhadap kegiatan ekonomi (yang tercermin dengan output, harga dan employment) menyebabkan timbunya beberapa dugaan / hipotesa yang mencoba menjelaskan jalur pengaruh ini.

(24)

Dua hipotesa yang utama adalah jalur tingkat bunga dan jalur jumlah uang yang beredar.

1. Jalur Tingkat Bunga

Menurut hipotesa ini variabel indikatornya adalah tingkat bunga sedangkan dana perbankan sebagai target operasionalnya. Pada prinsipnya hipotesa ini mengatakan bahwa pengaruh kebijaksanaan moneter ditransfer melalui perubahan dana perbankan, yang kemudian akan mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan agregat (melalui pengeluaran investasi dan atau konsumsi)

2. Jalur Jumlah Uang Beredar

Menurut hipotesa ini variabel indikatornya adalah pertumbuhan jumlah uang beredar, sedangkan uang inti (monetari base) sebagai target operasionalnya. Pengaruh kebijaksanaan moneter pertama mempengarui uang inti, kemudian jumlah uang beredar. Perubahan jumlah uang beredar langsung mempengarui permintaan agregat.

(25)

Sumber : Ekonomi Moneter,Nopirin

Gambar : 2.6

Skematis Kedua Hipotesa Tersebut Target operasional Tingkat bunga Hipotesa tingkat bunga  Hipotesa Jumlah uang  Instrumen kebijaksanaan moneter - Politik pasar terbuka

-politik cadangan minimum -politik diskonto  Uang inti (monetary base)  Dana Perbankan Jumlah uang beredar Sasaran kebijaksanaan moneter - kestabilan harga - full employment - pertumbuhan - neraca pembaayaran Variabel indikator Target operasional

Gambar

Gambar 2.1 Q1 Q2  Output0  D 2 D1 P2 P1 P
Gambar 2.5  Skematis Total Lag  2.4.2 Implementasi Kebijaksanaan Moneter

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok tikus yang diberikan minuman kopi dengan dosis 446 mg/hari dalam 2 ml pelarut air selama 30 hari (kelompok C) dan kelompok tikus yang diberikan kopi dengan dosis

Sebagai seorang ketua Sekretariat kongres Maria Ullfah dengan tegas mengatakan kepada organisasi perempuan yang masuk ke dalam Gerakan Massa untuk memilih Kongres

istilah proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar hendaklah diartikan bahwa proses belajar dalam diri siswa terjadi baik karena ada yang secara

1. Gagal berfokus pada hal-hal detail atau membuat kecerobohan dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan atau kegiatan lainnya. Kesullitan dalam mempertahankan perhatian pada tugas

Oari data analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk limbah mentah diolah dengan cara evaporasi dan perlu dinetralkan dulu sebelum diproses, untuk limbah semi cair, resin bekas

Hasil penelitian Team work budaya organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi kerja di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang, Team work budaya

Faktor lain yang berpengaruh pada penelitian ini adalah proporsi perempuan yang lebih besar pada kelompok obes yang mengalami resistensi insulin, sehingga tidak

Pengungkapan mengenai kontrak asuransi jiwa menurut PSAK No 36 diungkapkan dalam laporan keuangan melalui Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) termasuk kebijakan