• Tidak ada hasil yang ditemukan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

;

Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan Barat pada bulan Maret 2013 sekitar 369.010 orang (8,24 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2012 yang berjumlah 355.700 0rang (7,96%) berarti meningkat sekitar 13.310 orang (0,28 %). Begitu juga jika dibandingkan pada bulan Maret 2012 yang berjumlah 363.310 orang ((8,17 persen), berarti meningkat sekitar 5.700 orang atau mengalami kenaikan 0,07 persen.

;

Selama periode September 2012 – Maret 2013 terjadi penurunan angka kemiskinan untuk daerah perkotaan sebesar 3,74% dan peningkatan sebesar 3,02% untuk daerah pedesaan. Hal serupa juga terjadi pada periode Maret 2012 – Maret 2013 terjadi penurunan angka kemiskinan untuk daerah perkotaan sebesar 0,68 persen dan peningkatan sebesar 0,40 persen untuk daerah perdesaan.

;

Garis kemiskinan pada Maret 2012, September 2012 dan Maret 2013 terus mengalami peningkatan masing – masing sebesar Rp. 226.175,- perkapita/bulan, Rp. 239.162 dan Rp. 248.592,-perkapita/bulan. Apabila dipilah menurut jenisnya, peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2013, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 77,82 persen dan selebihnya 22,18 persen adalah sumbangan Garis Kemiskinan Bukan Makanan.

;

Pada periode Maret 2012 - Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan adanya kenaikan yaitu dari 1,05 menjadi 1,19. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauh dari garis kemiskinan. Tetapi jika dilihat dari periode September 2012 – Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan adanya penurunan yaitu dari 1,25 menjadi 1,19. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan.

;

Adapun dari sisi Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada periode Maret 2012 – Maret 2013 mengalami kenaikan yaitu dari 0,21 menjadi 0,28. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin besar. Tetapi jika dilihat dari periode September 2012 – Maret 2013, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan dari 0,33 menjadi 0,28 maka dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin cenderung kecil.

No. 39/07/61/Th. XVI, 1 Juli 2012

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2013

(2)

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat Maret 2012- September 2012 - Maret 2013

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2012 ke September 2012 menunjukkan kecenderungan menurun yaitu pada Maret 2012 sebesar 363.310 0rang menjadi 355.700 orang pada September 2012 atau berkurang sebesar 7.610 orang. Pada periode September 2012 ke Maret 2013 jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan cenderung menurun dari 74.230 orang menjadi 71.750 orang, tetapi untuk daerah pedesaan cenderung meningkat yaitu dari 281.470 orang menjadi 297.260 orang atau bertambah sebesar 15.790 orang (Gambar.1).

Untuk menentukan jumlah penduduk miskin BPS menggunakan konsep ”kemampuan memenuhi kebutuhan dasar” jadi kemiskinan yang dimaksud adalah ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar makan dan non makanan (diukur dari sisi pengeluaran) yang di konversi dengan nilai uang yang disebut sebagai garis kemiskinan. Dengan demikian yang disebut penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan.

Garis kemiskinan pada Maret 2012 sebesar Rp. 226.175 perkapita/bulan selanjutnya pada September 2012 meningkat 239.162 perkapita/bulan begitu juga pada bulan Maret 2013 meningkat menjadi Rp. 248.592 perkapita/bulan. Jika dibedakan berdasarkan daerah perkotaan dan perdesaan, garis Kemiskinan perkotaan Maret 2012 sebesar Rp. 243.957,- naik menjadi Rp.254.972,- perkapita/bulan pada bulan September 2012 dan meningkat lagi menjadi Rp.

80390,0 74230,0 71750,0 282920,0 281470,0 297260,0 ,0 50000,0 100000,0 150000,0 200000,0 250000,0 300000,0 350000,0

Maret 2012 September 2012 Maret 2013

Gambar 1 

Jumlah Penduduk Miskin 

Menurut Kota /Desa di Kalimantan Barat Maret 2012 ‐September 2012 ‐Maret 2013

Kota Desa

(3)

Maret 2012 naik menjadi Rp. 232.303,- perkapita/bulan pada kondisi September 2012 dan Rp. 242.321 pada Maret 2013.

Tidak berbeda dengan kondisi Maret 2012, pada bulan Maret 2013 Garis Kemiskinan Makanan juga mempunyai peranan yang sangat dominan terhadap Garis Kemiskinan yaitu sebesar 77,82 dan selebihnya 22,18 persen adalah Garis Kemiskinan Bukan Makanan.

Komoditi makanan yang berpengaruh terhadap kenaikan garis kemiskinan Maret 2013 antar lain beras, Gula pasir, telur, minyak goreng, mie instan, tahu dan tempe. Sedangkan komoditi non makanannya antara lain perumahan, sandang dan Angkutan.

Tabel 1.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kalimantan Barat Maret 2012 – Maret 2013

Daerah/Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk miskin (000 orang) Persentase penduduk miskin Makanan Bukan Makanan Total Perkotaan Maret 2012 183.267 60.690 243.957 80,39 5,98 Maret 2013 193.314 69.598 262.912 71,75 5,30 Perdesaan Maret 2012 176.966 41.510 218.476 282,92 9,11 Maret 2013 195.314 47.008 242.322 297,26 9,51 Kota+Desa Maret 2012 178.870 47.305 226.175 363,31 8,17 Maret 2013 194.314 58.303 252.617 369,01 8,24

(4)

Tabel 2.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kalimantan Barat September 2012 – Maret 2013

Daerah/Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk miskin (000 orang) Persentase penduduk miskin Makanan Makanan Bukan Total

Perkotaan September 2012 191.299 63.672 254.971 74.230 5,49 Maret 2013 193.314 69.598 262.912 71,75 5,30 Perdesaan September 2012 188.025 44.278 232.303 281.470 9,04 Maret 2013 195.314 47.008 242.322 297,26 9,51 Kota+Desa September 2012 189.662 53.975 243.637 355.700 7,96 Maret 2013 194.314 58.303 252.617 369,01 8,24

Sumber: Pengolahan Susenas Triwulanan 2013

2. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya menyangkut berapa jumlah dan persentase penduduk miskin tetapi ada dimensi lain yang harus juga menjadi perhatian yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Jadi kebijakan dalam penanganan masalah kemiskinan seharusnya tidak hanya memperkecil jumlah penduduk miskin, tetapi juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri.

Indek Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sedangkan Indek Keparahan Kemiskinan merupakan ukuran ketimpangan penduduk miskin.

Pada bulan Maret 2012, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan dan

(5)

masing sebesar 0,60 dan 1,45. Demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk

daerah perkotaan dan pedesaan pada bulan Maret 2012 sebesar 0,11 dan 0,25. Pada bulan September 2012 dapat dilihat Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk daerah perkotaan dan

pedesaan masing masing sebesar 0,39 dan 0,30 begitu juga pada bulan Maret 2013 untuk perkotaan turun menjadi 0,12 dan untuk perdesaan juga naik menjadi 0,34.

Pada periode Maret 2012 – Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan

adanya peningkatan yaitu dari 1,05 pada keadaan Maret 2012 menjadi 1,25 pada September 2012 dan mengalami penurunan menjadi 1,19 pada Maret 2013 (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan pada periode September 2012 – Maretb 2013. Adapun dari sisi Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari 0,21 pada Maret 2012 menjadi

0,33 pada September 2012 namun mengalami penurunan menjadi 0,28 pada Maret 2013 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin mengalami penurunan untuk periode September 2012 sampai Maret 2013.

Tabel 3

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

Kalimantan Barat Menurut Daerah, Maret 2012 – September 2012 -Maret 2013

Tahun Perkotaan Perdesaan Kota + Desa

IndeksKedalamanKemiskinan (P1) Maret 2012 0,63 1,23 1,05 September 2012 1,11 1,30 1,25 Maret 2013 0,60 1,45 1,19 IndeksKeparahanKemiskinan (P2) Maret 2012 0,11 0,25 0,21 September 2012 0,39 0,30 0,33 Maret 2013 0,12 0,34 0,28

Apabila disimak menurut daerah untuk Maret 2012, September 2012 berbanding lurus dibandingkan kondisi Maret 2013, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perkotaan lebih rendah dibanding daerah perdesaan.

(6)

perdesaan masing-masing sebesar 0,63 dan 1,23 sedangkan keadaan September 2012 di daerah perkotaan naik menjadi 1,11 dan perdesaan naik menjadi 1,30 namun pada bulan Maret 2013 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan mengalami penurunan menjadi 0,60

dan mengalami peningkatan untuk daerah pedesaan menjadi 1,45. Demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk daerah perkotaan dan pedesaan pada Maret 2012

sebesar 0,11 dan 0,25. Pada September 2012 untuk perkotaan naik menjadi 0,39 dan untuk perdesaan juga naik menjadi 0,30. Tetapi pada Maret 2013 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

untuk daerah perkotaan mengalami penurunan menjadi 0,12 dan keadaan sebaliknya untuk daerah pedesaan mengalami kenaikan menjadi 0,34.

Perbandingan Tingkat Kemiskinan Regional Kalimantan dan Nasional

Untuk Garis Kemiskinan Maret 2013, Kalimantan Barat masih terendah di regional Kalimantan yaitu sebesar Rp. 248.592,- dan tertinggi di Kalimantan Timur sebesar Rp. 381.706,-. Adapun dalam hal jumlah dan persentase penduduk miskin, Kalimantan Barat merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 369,01 ribu orang (8,24 persen) sedangkan jumlah penduduk miskin yang terendah di Kalimantan Timur sebesar 136,950 ribu orang dan persentase penduduk miskin terkecil di Kalimantan Selatan sebesar 4,77 persen.

Tabel 4

Perbandingan Beberapa Indikator Kemiskinan Untuk Regional Kalimantan dan Nasional Maret 2013

Provinsi Garis Kemisikinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah (000 orang) Persentase PendudukMiskin (P0) Kalimantan Barat 248.592 369,01 8,24 Kalimantan Tengah 294.543 136,95 5,93 Kalimantan Selatan 283.515 181,74 4,77 KalimantanTimur 381.706 237,96 6,06 NASIONAL 271.626 28.066,55 11,37

(7)

Penjelasan Teknis dan Sumber Data

• Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

• Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

• Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

• Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

• Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2012 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi Triwulanan Tahun 2012.

(8)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Duaksa Aritonang, SE, MM Kepala Bidang Statistik Sosial

Telepon: 0561-735345 E-mail : distribusi 6100@bps,go,id

Website : http://kalbar,bps,go,id

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh data yang akurat dalam suatu penelitian, maka alat ukur yang digunakanpun harus valid, artinya alat ukur tersebut harus dapat mengukur secara tepat..

Pada jurnal yang berjudul dampak perubahan struktur keluarga bagi lanjut usia, yang ditulis oleh Ayu Diah Amalia, menjelaskan perubahan sosial tingkat mikro terjadi di

Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa perlakuan jenis ekstrak antara konsentrasi biji dan daun nimba sama-sama memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase

Mi yang diperoleh dilakukan pengujian mutu mi kering meliputi nilai gizi yaitu kadar air, protein dan kadar abu tidak larut dalam asam sesuai SNI 8217:2015 [12]; pengujian

Dengan dibuatnya mesin penggiling biji jarak ini, maka dapat mengurangi penggunaan tenaga manusia, guna meningkatkan kefektifan kerja agar tercapai produktifitas yang tinggi

lembaran lepas yang diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempel, dilekatkan, dipasang, digantung

Secara keseluruhan untuk jumlah siswa dalam kategori baik telah mencapai indikator keberhasilan yaitu  15 siswa, dengan demikian kemampuan berpikir kritis matematis

Java adalah turunan dari C, sehingga Java memiliki sifat C yaitu Case sensitive, yaitu membedakan antara huruf besar dan kecil Dalam sebuah file program di