• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2003 TENTANG KETENTUAN IJIN OPERASIONAL KENDARAAN PERALATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2003 TENTANG KETENTUAN IJIN OPERASIONAL KENDARAAN PERALATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

31 JANUARI 2003

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C

02

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK

NOMOR 05 TAHUN 2003

TENTANG

KETENTUAN IJIN OPERASIONAL KENDARAAN PERALATAN PRODUKSI PERTANIAN BERMESIN DAN SEJENISNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGANJUK,

Menimbang : a. bahwa kendaraan Peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya merupakan salah satuteknologi tepat guna hasil kreativitas masyarakat yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan berperanan penting dalam meningkatkan produksi, mutu hasil dan pendapatan petani ;

bahwa kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya yang diproduksi dan digunakan masyarakat harus memenuhi ketentuan mengenai standar dan efektifitas kendaraan bermotor dan untuk mencapai lalu lintas dan angkutan jalan yang lebih aman, selamat, lancar, tertib dan teratur, maka perlu disusun ketentuan persyaratan dan operasional kendaraan dimaksud dalam suatu Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang. undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah. daerah Kabupaten dalam

Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 9) ;

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ;

3. Undang. undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3214);

4. ????Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu - Lintas dan Angkutan Jalan ; 5. Undang. undang No 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685)

6. Undang. undang No 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33) ;

7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor ;

8. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Peruibahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan ;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi ;

(2)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi sebagai Daerah Otonomi ;

13. Peraturan Pemerintah 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2001 tentang Alat dan Mesin Budidaya Pertanian

15. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden ;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah ;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah ;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah.

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK TENTANG KETENTUAN IJIN OPERASIONAL KENDARAAN PERALATAN PRODUKSI PERTANIAN BERMESIN DAN SEJENISNYA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Perda ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah, adalah Kabupaten Nganjuk.

2. Pemerintah Daerah, adalah Pemerintah Kabupaten Nganjuk.

3. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. 4. Bupati, adalah Bupati Nganjuk

5. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Nganjuk.

6. Kepala Dinas Perhubungan adalah Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Nganjuk. 7. Lalulintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan.

8. Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

9. Jalan adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum.

10. Muatan sumbu adalah jumlah tekanan roda-roda dari satu terhadap jalan.

11. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak dijalan, terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor.

12. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.

13. Kendaraan wajib uji adalah kendaraan berupa Mobil Penumpang Umum ( MPU ), mikrobis, mobil, bus, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus yang dioperasikan di jalan.

14. Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan.

15. Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk sepeda motor, mobil penumpang dan mobil Bus.

16. Kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya adalah dan atau alat yang dioperasikan dengan motor penggerak untuk kegiatan penunjang pertanian dan lainnya yang bersifat portable ( berpindah . pindah ) dengan melalui jalan umum.

17. Prototipe adalah model awal atau model asli yang menjadi contoh.

18. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga/laboratorium yang menyatakan bahwa alat dan mesin telah memenuhi standar yang dipersyaratkan.

19. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tatacara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak terkait dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan,

(3)

keselamatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar . besarnya. 20. Pengadaan adalah kegiatan penyediaan alat dan atau mesin baik berasal dari produksi dalam negeri

maupun impor.

21. Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran alat dan atau mesin didalam negeri baik untuk diperdagangkan maupun tidak.

22. Pemeriksaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan pemeriksa terhadap kendaraan bermotor mengenai pemenuhan persyaratan tehnis dan laik jalan, tata cara pemuatan serta kelengkapan persyaratan administrasi.

23. Pemeriksa adalah :

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia

b. PNS yang memiliki kualifikasi tertentu di bidang lalulintas dan angkutan jalan ( LLAJ ). 24. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang. undangan Retribusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 25. ????Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota

jenjang kota ke satu atau kota ke satu dengan kota jenjang ke dua.

26. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan yang menghubungkan pusat kota dengan pusat kota atau pusat kota dengan bagian wilayah kota.

27. Surat Ijin Mengemudi yang selanjutnya disebut SIM khusus adalah surat ijin mengemudi yang dikeluarkan oleh Polres Nganjuk hanya khusus untuk pengemudi kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya.

28. Ijin gangguan yang selanjutnya disebut HO khusus adalah ijin yang diberikan terhadap pergerakan yang dalam melakukan kegiatannya ada dampak gangguan pada lingkungan setempat yang mempunyai bentuk dan cara operasional khusus.

BAB II

JENIS DAN STANDAR Pasal 2

(1) Jenis kendaraan penunjang pertanian dan kegiatan lainnya yang diproduksi di dalam negeri dan atau impor meliputi kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya.

(2) Kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kendaraan bermotor dan atau mesin untuk :

a. perontok, pemipil yang lazim disebut Dos; b. penggilingan yang lazim disebut Huller Keliling.

(3) Selain kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya yang digunakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Bupati dapat menetapkan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya untuk kegiatan dibidang lainnya.

Pasal 3

(1) Kendaraan peralatan mesin produksi pertanian dan sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus memenuhi standar dan terjamin efektifitasnya.

(2) Apabila standar kendaraan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum ada, Bupati menetapkan persyaratan teknis minimalnya dengan memperhatikan pedoman atau standar teknis yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

BAB III

PENGADAAN, PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI Bagian Kesatu

Pengadaan

(4)

(1) Pengadaan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya dilakukan melalui produksi dalam negeri dan atau impor.

(2) Pengadaan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum.

Pasal 5

(1) Perorangan atau badan hukum yang akan mengadakan dan atau memproduksi kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya harus terlebih dahulu mendapat ijin dari Bupati.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 6

Prototipe hasil rekayasa kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya harus memenuhi standar minimal atau persyaratan teknis minimal sebagai kendaraan bermotor yang bergerak di jalan yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).

Pasal 7

(1) Perorangan dan atau Badan Hukum yang memproduksi kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya dari prototipe hasil rekayasa harus bertanggung jawab atas mutu dan suku cadangnya. (2) Setiap kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya yang memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diberikan pengesahan dan sertifikat mutu setelah lulus uji mutu yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan.

Bagian Kedua Pengujian dan Sertifikasi

Pasal 8

(1) Terhadap prototipe hasil rekayasa kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 akan dilakukan pengujian oleh Balai Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan.

(2) Kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya yang telah lulus uji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan sertifikat.

(3) Sertifikat sebagaimana dimaksud ayat (2) berlaku selama 6 (enam) bulan dan setelah itu melakukan uji ulang secara berkala.

Pasal 9

Persyaratan teknis minimal mengacu kepada ketentuan standar minimal Pengujian Kendaraan Bermotor yang meliputi rangka dan body, sistem pengereman, sistem kemudi, sistem penerangan dan sistem isyarat pada kendaraan.

BAB IV PEREDARAN

Pasal 10

(1) Perorangan atau badan hukum yang akan mengedarkan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya baik produksi dalam negeri maupun impor harus memperoleh ijin dari Bupati.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati.

(5)

Pasal 11

Perorangan atau badan hukum yang mengedarkan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya bertanggung jawab atas ketersediaan suku cadang dan atau mesin yang diedarkan.

Pasal 12

(1) Kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya yang diedarkan harus memiliki sertifikat, label dan brosur.

(2) Label sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya memuat keterangan tentang: a. merek dan tipe;

b. daya dan putaran mesin; c. dimensi;

d. kapasitas kerja; dan atau e. nama dan alamat produsen.

(3) Label sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib ditulis dalam bahasa Indonesia dan dicantumkan pada bagian utama kendaraan bermotor dan atau mesin yang penempatannya mudah dilihat dan dibaca dengan jelas.

(4) Brosur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat keterangan mengenai spesifikasi teknis dan cara penggunaannya.

BAB V PENGGUNAAN

Pasal 13

(1) Penggunaan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya dilakukan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja, lokasi spesifik dan kelestarian lingkungan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Bupati dengan memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

BAB VI

PEMBAGIAN BATAS WILAYAH OPERASI Pasal 14

(1) Wilayah operasi kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya dibatasi dalam wilayah Kabupaten Nganjuk yang ditetapkan sesuai domisili pemilik yang bersangkutan sebagai berikut : Wilayah A : Kecamatan Nganjuk, Sukomoro, Bagor, Wilangan.

Wilayah B : Kecamatan Berbek, Sawahan, Ngetos, Loceret. Wilayah C : Kecamatan Tanjunganom , Prambon , Pace.

Wilayah D : Kecamatan Kertosono, Ngronggot, Baron, Patianrowo. Wilayah E : Kecamatan Lengkong, Gondang , Rejoso , Ngluyu, Jatikalen.

(2) Setiap kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya yang telah ditetapkan wilayah operasinya, dilarang beroperasi di luar wilayah yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya yang pemiliknya berdomisili dari luar wilayah Kabupaten Nganjuk dilarang beroperasi di Wilayah Kabupaten Nganjuk.

Pasal 15

(1) Kegiatan operasional kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya dilarang dilakukan dijalan umum dan daerah milik jalan umum.

(2) Kegiatan operasional kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya dapat dilakukan sekurang-kurangnya berjarak 500 meter dari lokasi huller tetap dan atau berjarak sekurang-kurangnya 200

(6)

meter dari tempat ibadah, pendidikan, perkantoran, pasar dan tempat- tempat fasilitas umum lainnya. BAB VII

PENGEMUDI Pasal 16

(1) Pengemudi kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya wajib memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) khusus dan dikeluarkan oleh Kepolisian Resort (Polres) Nganjuk.

(2) Surat Ijin Mengemudi khusus kendaraan dan sejenisnya mengacu kepada ketentuan peralatan produksi pertanian bermesin peraturan perundangan - undangan yang berlaku tentang kewajiban Pengemudi Angkutan Kendaraan Bermotor di jalan yang diberlakukan khusus untuk kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya.

(3) Pengemudi kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya dilarang mengoperasikan pada jalan arteri primer dan sekunder.

(4) Pengemudi dan pembantunya kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya wajib memakai alat pelindung kepala ( helm ) pada saat beroperasi di jalan.

BAB VIII

PROSEDUR PERIJINAN

Pasal 17

(1) Setiap kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya wajib memiliki surat-surat kelengkapan kendaraan yang meliputi :

1. Rekomendasi uji mutu kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya ; 2. Surat tanda Nomor Pengawasan ;

3. Surat Ijin HO Khusus ; 4. Surat Ijin Usaha ;

5. Surat Tanda uji kendaraan khusus ; 6. Surat Ijin Operasional.

(2) Setiap kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya pemohon yang akan mengajukan operasional harus terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Bupati dan dalam hal ini kepada instansi yang ditunjuk

(3) Prosedur untuk mendapatkan surat-surat kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan rekomendasi uji mutu kendaraan ke Dinas Perhubungan.

2. Mengajukan permohonan untuk mendapatkan Nomer Pengawasan Kendaraan ke Instansi yang berwenang bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

3. Mengajukan ijin HO khusus, kepada Kantor Perijinan Daerah.

4. Mengajukan permohonan ijin usaha jasa produksi ke Dinas Pertanian atau instansi yang berwenang sesuai dengan jenis usahanya.

5. Mengajukan permohonan pengujian kendaraan ke Balai Pengujian Kendaraan Bermotor;

6. Mengajukan ijin operasional kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya ke Dinas Perhubungan.

Pasal 18

Persyaratan dan tata cara pengajuan surat-surat kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (3) ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.

BAB IX

KETENTUAN RETRIBUSI Pasal 19

(7)

(1) Besarnya tarif retribusi untuk setiap surat-surat dan perijinan yang diterbitkan ditetapkan sebagai berikut: 1. Rekomendasi uji mutu kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya

ditetapkan sebesar Rp 15.000,-

2. Surat tanda nomor pengawasan ditetapkan sebesar Rp 50.000,- 3. Ijin HO khusus ditetapkan sebagai berikut :

- Mesin dengan kekuatan 1 PK sampai dengan 12 PK sebesar Rp 15.000,-. - Mesin dengan kekuatan 13 PK sampai dengan 25 PK sebesar Rp 35.000,-. 4. Ijin Jasa Usaha dan Tanda Daftar Usaha (TDU) ditetapkan sebesar Rp 50.000,- 5. Sertifikat uji kendaraan bermotor ditetapkan sebesar Rp 25.000,-.

6. Penerbitan Ijin Operasional ditetapkan sebagai berikut :

- ??Untuk mesin berkekuatan 1 PK sampai dengan 12 PK sebesar Rp 20.000,- - ??Untuk mesin berkekuatan 13 PK atau lebih sebesar Rp 40.000,-

(2) Masa Retribusi untuk setiap surat perijinan yang diterbitkan jangka waktunya berlaku selama 1 tahun, kecuali untuk sertifikat uji kendaraan bermotor berlaku selama 6 bulan.

BAB X

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 20

(1) Perorangan atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 6, Pasal 7 dan atau Pasal 8 ayat (1) dikenakan sanksi pencabutan sertifikat dan atau pencabutan ijin usaha sesuai dengan perundangan . undangan yang berlaku.

(2) Perorangan atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11 dan atau Pasal 12 dikenakan sanksi berupa penarikan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya dan atau pencabutan ijin usaha sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

BAB XI KETENTUAN PIDANA

Pasal 21

(1) Barangsiapa yang memproduksi, merakit, mengedarkan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya serta mengoperasikan tidak sesuai dengan peruntukannya, atau tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan atau tidak sesuai dengan kelas jalan yang dilaluinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah).

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 23

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah

(8)

;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah ;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah ;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah ;

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa indentitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah ;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau sanksi ; j. Menghentikan penyidikan ;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati Nganjuk.

Pasal 24

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kabupaten Nganjuk.

Ditetapkan di ???????Nganjuk Pada Tanggal ???????29 Januari 2003 Bupati Nganjuk Dto SOETRISNO R Diundangkan di Nganjuk Pada tanggal 31 Januari 2003

SEKRETARIS DAERAH Dto

(9)

SUMARLAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2003 SERI C

Disalin sesuai dengan aslinya ASISTEN TATA PRAJA

Dto

AGUS SUSANTO, SH, M.Si Pembina Tingkat I

NIP 010 164 752

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2003

TENTANG

KETENTUAN IJIN OPERASIONAL KENDARAAN PERALATAN PRODUKSI PERTANIAN BERMESIN DAN SEJENISNYA

I. PENJELASAN UMUM

Dengan semakin meningkatnya perkembangan masyarakat disemua bidang maka dituntut untuk lebih efisien dan efektif dalam menjalankan kehidupanya. Masyarakat Kabupaten Nganjuk yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani selalu berusaha untuk meningkatkan produksi pertanian dalam meningkatkan pendapatannya, karena itu diperlukan sarana yang berupa mesin dan alat yang memadai untuk mencapai tujuan tersebut. Terlebih lagi dengan semakin langkanya sumber daya manusia di bidang pertanian, maka keberadaan kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya yang merupakan salah satu teknologi tepat guna hasil kreativitas masyarakat sangat besar manfaatnya bagi para petani pada umumnya.

Kendaraan peralatan produksi pertanian bermesin dan sejenisnya yang banyak beroperasi di jalan umum baik merupakan rekayasa dengan prototipe yang belum memenuhi ketentuan standar kendaraan yang beroperasi di jalan umum. Oleh karena kendaraan tersebut juga berpengaruh negatif terutama masalah keselamatanya maka perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian baik peredaran maupun penggunaannya yang dituangkan dalam Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s/d Pasal 2 ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 2 ayat (3) Yang dimaksud untuk kegiatan dibidang lainnya adalah kendaraan sejenis termasuk diantaranya dos dapat dialih fungsikan sebagai penumbuk bata merah. kecuali kendaraan sejenis yang berbentuk truk, pick up dan penggergajian. Pasal 3 ayat (1) Yang dimaksud memenuhi standar artinya harus memenuhi spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai

(10)

Yang dimaksud terjamin efektifitasnya adalah adalah layak pakai secara teknis dan sesuai dengan kondisi lokal spesifik.

Pasal 3 ayat (2) s/d Pasal 14 ayat (1)

Cukup jelas

Pasal 14 ayat (2) Pada saat panen raya khususnya untuk kendaraan jenis dos dapat diberikan ijin insidentil ( berkala ) untuk memasuki diluar wilayah operasional yang sudah ditentukan.dalam surat ijin operasional.

Pasal 14 ayat (3) Cukup jelas

Pasal 15 ayat (1) Waktu operasional kendaraan jenis dos dan huller keliling dijalan umum ditentukan antara pukul 05.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB.

Pasal 15 ayat (2) Khusus untuk jenis kendaraan huller keliling kegiatan operasionalnya dilakukan sekurang-kurangnya berjarak 500 meter dari lokasi huller tetap.

Pasal 16 s/d Pasal 24

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu intervensi keperawatan yang dapat mengurangi nyeri yaitu tindakan relaksasi autogenik yangdilakukan sebanyak tiga kali latihan setiap kali latihan

Kemampuan analisis data kuantitatif yang peneliti maksud di dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kapasitas kognitif, afektif, dan psikomotorik mahasiswa S1

Lupiyoadi (2003) menyebutkan lima faktor utama yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kepuasan pelanggan, antara lain:.. Produk dikatakan berkualitas bagi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa patahan dengan mengetahui arah aliran input resin sintetis dengan metode vacuum infusion resin yang menggunakan serat

Berdasarkan hasil penelitian tentang pematangan buah pisang dengan menggunakan karbit (calcium carbida) di Pasar Punggur Kabupaten Lampung Tengah tinjauan etika

 Digunakan untuk mendefinisikan navigasi yang menghubungkan suatu halaman dengan halaman lainnya, atau bagian tertentu dari suatu halaman.  Pada umumnya kumpulan link yang

Unit Asam Asetat dan Ethyl Asetat adalah merupakan pabrik pertama yang didirikan di Indonesia, sehingga produk-produk yang dihasilkan telah dapat memenuhi kebutuhan di dalam

Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa kompensasi dan lingkungan kerja berpengaruh langsung positif dan dan signifikan terhadap produktivitas karyawan maupun tidak langsung