BAB II: STUDI
2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja
Latar belakang :
Pembangunan Kawasan Terpadu Stasiun Pasar Senen dengan konsep TOD yang dapat terintegrasi dengan bangunan hunian serta fasilitas lainnya dalam satu kawasan.
Permasalahan
Bagaimana menerapkan tema arsitektur Industrial pada stasiun terpadu yang merupakan bangunan konservasi.
Tujuan
untuk menciptakan sebuah Stasiun Terpadu yang dapat membantu kelancaran transportasi kota tanpa mengesampikan estetika bangunan Judul
Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Pasar Senen dengan pendekatan desain yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Tinjauan Umum
Stasiun Kereta Api berbasis MRT Penerapan Konsep TOD Tema Tinjauan Khusus Arsitektur Industrial
Landasan Teori Studi banding
Survei beberapa stasiun yang ada di dalam negeri dan luar negeri
Analisis Analisa data fisik dan non
fisik Analisa fisik Analisa non fisik Konsep zoning tapak
Konsep Membuat konsep dasar perancangan dan menjabarkan secara skematik Perancangan F E E D B A C K
Berdasarkan uraian KAK yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan kawasan stasiun terpadu Pasar Senen Jakarta Pusat telah membahas secara spesifik mengenai data jumlah penduduk hingga luas wilayah, dengan luas tanah seluas 50.000 m2 dengan luas perencanaan 25.000 m2yang akan dibangun berupa stasiun MRT, hunian apartemen atau hotel, mall, MICE dan fasilitas lainnya seperti terminal bus serta shelter angkutan umum dan transjakarta. Kawasan stasiun terpadu yang diinginkan oleh pemerintah DKI Jakarta adalah sebuah kawasan stasiun tepadu yang berlokasi di Jakarta Pusat yang tidak hanya sekedar mementingkan fungsinya sebagai stasiun juga berintegrasi dengan bangunan lainnya sehingga menciptakan suatu kawasan dengan konsep Transit Oriented Development. Penerapan konsep TOD tersebut diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dengan semakin dekatnya jarak antar hunian dengan alat transportasi dan fasilitas komersil lainnya sehingga menghindarkan jalan dari kemacetan dengan pengurangan penggunana kendaraan mobil pribadi.
Permasalahan yang menjadi fokus utama dalam perencanaan dan perancangan Kawasan stasiun terpadu senen ini adalah permasalahan dalam bangunan eksistingdengan gaya arsitektur Art Deco dimana bangunan tersebut merupakan cagar budaya yang harus di pertahankan.
Oleh karena itu dalam perancangan gaya arsitektur yang akan diambil harus diselaraskan dengan bangunan eksisting yang sudah ada agar membentuk sebuah bangunan stasiun yang selaras dan sama sehingga tidak terjadi perbedaan yang cukup tajam antara bangunan satu dengan lainnya.
Kemudian yang menjadi fokus perhatian ke dua adalah kondisi lingkungan yang sangat minim vegetasi penghijauan dan ramai sehingga selalu mengalami kemacetan pada jalan – jalan yang menuju kawasan stasiun.Maka perencanaan dan perancangan harus memperbanyak ruang terbuka hijau untuk menciptakan kondisi asri dan nyaman dalam stasiun serta memperhatikan dan mengatur akses sirkulasi pencapaian kedalam stasiun agar tidak terjadi antrian dan kemacetan lebih parah.
Gambar 1 Site Stasiun Pasar Senen
2.2. Studi Pustaka
2.2.1 Pengertian Transportasi
Pengertian transportasi menurut Morlok (1978) adalah kegiatan
memindahkan atau mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. Menurut
Bowersox (1981), transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari
suatu tempat ke tempat lain dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan dibutuhkan. Menurut Steenbrink (1974), transportasi didefinisikan sebagai
perpindahan orang dan atau barang dengan menggunakan kendaraan atau alat lain dari/ke tempat-tempat yang terpisah secara geografis. Secara umum dapat diambil kesimpulan transportasi adalah suatu kegiatan memindahkan sesuatu (orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana). Kegiatan transportasi bukan merupakan suatu tujuan melainkan mekanisme
untuk mencapai tujuan. Menurut Setijowarno dan Frazila (2001), pergerakan
orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya mengikuti 3 (tiga) kondisi yaitu : Pelengkap, relatif menarik antara dua atau lebih tujuan.
Keinginan untuk mengatasi jarak, dimana sebagai perpindahan yang diukur dalam kerangka waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengatasi jarak danteknologi terbaik untuk mencapainya.
Kesempatan intervensi berkompetisi diantara beberapa lokasi untuk memenuhikebutuhan dan penyediaan.
Untuk mencapai pergerakan yang cepat, aman, nyaman dan sesuai dengankebutuhan akan kapasitas angkut maka diperlukan suatu fasilitas atau prasarana yang mendukung pergerakan tersebut. Penyediaan fasilitas untuk mendukung dari pergerakan tersebut menyesuaikan dengan jenis moda yang digunakan. Jenis moda angkutan umum penumpang yang ada dalam transportasi darat yaitu :
Table 1 Jenis Transportasi
(Sumber : Sistem Transportasi, 1997)
Pemilihan penggunaan moda tergantung dan ditentukan dari beberapa faktor yang ada antara lain :
a. Segi pelayanan g. Keandalan
b. Keandalan dalam bergerak h. Keperluan c. Keselamatan dalam perjalanan i. Fleksibilitas
d. Biaya j. Tingkat Polusi
e. Jarak Tempuh k. Penggunaan bahan bakar
f. Kecepatan gerak l. Dan lain-lain
Masing-masing moda transportasi menurut Setijowarno dan Frazila(2001), memiliki
ciri-ciri operasional yang berlainan yaitu dalam hal :
Kecepatan, menunjukkan beberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bergerak antara dua lokasi.
Tersedianya pelayanan (availability of services), menyangkut kemampuanuntuk
menyelenggarakan hubungan antara dua lokasi.
Pengoperasian yang diandalkan (dependability of operations),
menunjukkanperbedaan-perbedaan yang terjadi antara kenyataan dan jadwal yangditentukan.
Kemampuan (capability), merupakan kemampuan untuk dapat menanganisegala
bentuk dan keperluan akan angkutan.
Frekuensi adalah banyaknya gerakan atau hubungan yang dijadwalkan.
2.2.2. Kereta Api
a. Pengertian Kereta Api
Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. (UU No.23, 2007)
Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. (UU No.23, 2007).
Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. (Keputusan Menteri Perhubungan tentang Jalur Kereta Api No.52, 2000)
Pada awalnya istilah kereta api yang dikenal di Indonesia muncul karena pada masa lalu bahan bakar yang digunakan adalah batu bara atau kayu, sehingga pada saat kareta berjalan mengeluarkan kepulan asap dari cerobong selain itu terbawa pula percikan api yang cukup banyak. (Warpani, 1990)
Perkembangan perkeretaapian terus berjalan termasuk dalam rancang bangun, teknologi komunikasi dan informasi, dan teknologi bahan. Hal ini membawa pula perkembangan sarana dan prasarana kereta api, misalnya kereta api super cepat, kereta api monorail (dengan satu rel), kereta api levitasi magnetik (maglev), kereta
api pengangkut berat. Istilah kereta api hingga saat ini masih tetap digunakan, meskipun kereta api sekarang sudah modern dan tidak lagi menggunakan bahan bakar berupa batu bara atau kayu yang mengeluarkan api dari cerobong asap.
b. Jenis – Jenis Kereta Api Dari Segi Rel
1. Kereta api rel konvensional
Kereta api rel konvensional adalah kereta api yang biasa kita jumpai. Menggunakan rel yang terdiri dari dua batang baja yang diletakkan di bantalan kayu jati yang keras.
2. Kereta api monorail
Kereta Api Monorail(kereta api rel tunggal) adalah kereta api yang jalurnya tidak seperti jalur kereta yang biasa dijumpai. Rel kereta ini hanya terdiri dari satu batang besi. Letak kereta api didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena efisien, biasanya digunakan sebagai alat transportasi kota khususnya di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang mirip sepertijalan layang
Dari Segi Letak
1. Kereta api permukaan (surface)
Kereta api permukaan berjalan di atas tanah. Umumnya kereta api yang sering dijumpai adalah kereta api jenis ini. Biaya pembangunannya untuk kereta permukaan adalah yang termurah dibandingkan yang di bawah tanah atau yang layang.Umumnya lintasan permukaan ini di Indonesia dibangun sebelum Perang Dunia II.
Gambar 2 Rel Kereta 2. Kereta api layang (elevated/viaduct)
Kereta api layang berjalan di atas dengan bantuan tiang-tiang, hal ini untuk menghindari persilangan sebidang, agar tidak memerlukan pintu perlintasan kereta api.
Gambar 3 Kereta Api Layang 3. Kereta api bawah tanah (subway)
Kereta api bawah tanah adalah kereta api yang berjalan di bawah permukaan tanah (subway). Kereta jenis ini dibangun dengan membangun terowongan-terowongan di bawah tanah sebagai jalur kereta api.
Gambar 4 Kereta Api Bawah Tanah
c. Jenis – jenis Track Kereta Api
Single track, jalan kereta api yang terdiri dari satu track pada lintasannya.
Double track, jalan kereta api yang terdiri dari dua track pada lintasannya.
Multi track, jalan kereta api yang terdiri dari tiga atau lebih track pada
lintasannya.
d. Pengertian Stasiun
Stasiun kereta api adalah tempat dimana para penumpang dapat naik-turun dalam memakai sarana transportasi kereta api..(Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2009).
Stasiun adalah tempat untuk menaikturunkan penumpang, dimana penumpang dapat membeli karcis, menunggu kereta api dan mengurus bagasinya. Di stasiun itu juga diberikan pelayanan untuk mengirim dan menerima barang kiriman, serta kesempatan untuk bersimpangan dan bersusulan dua kereta api atau lebih. (Subarkah, Imam, 1981)
Stasiun adalah tempat awal dan akhir dari perjalanan kereta api, bukan merupakan ataupun awal yang sebenarnya. Dari stasiun masih dibutuhkan moda angkutan lain untuk sampai ke tujuan akhir. (Warpani, Suwandjoko, 1990)
e. Jenis – jenis Stasiun Kereta Api
Menurut peraturan peraturan Menteri Perhubungan nomor: pm. 33 tahun 2011, stasiun kereta api terdiri atas :
Stasiun penumpang merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naikturun penumpang.
Stasiun barang merupakan stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muatbarang.
stasiun operasi merupakan stasiun kereta api untuk keperluan pengoperasiankereta api.
Stasiun sendiri menurut Imam Subarkah (1981), memiliki jenis snya masing-masing, dengan rincian sebagai berikut:
Menurut jangkauan pelayanan
Stasiun jarak dekat (Commuter Station).
Stasiun jarak sedang (Medium Distance Station).
Stasiun jarak Jauh (Long Distance Station).
Menurut letak
Stasiun akhiran, stasiun tempat kereta api mengakhiri perjalanan. Stasiun antara, stasiun yang terletak pada jalan terusan.
Stasiun pertemuan, stasiun yang menghubungkan tiga jurusan. Stasiun silang, stasiun terdapat pada dua jalur terusan.
Menurut ukuran
Stasiun kecil, disini biasanya kereta api ekspress tidak berhenti, hanya ada dua atau tiga rel kereta api.
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981
Stasiun sedang, disinggahi kereta api ekspress, terdapat gudang barang dan melayani penumpang jarak jauh.
Gambar 6 Stasiun Sedang
Sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Stasiun besar, melayani pemberangkatan dan pemberhentian kereta yang banyak dari berbagai jenis perjalanan, fasilitasnya lengkap dengan sistem pengaturan yang sangat kompleks.
Gambar 7 Stasiun Besar
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Menurut peraturan peraturan Menteri Perhubungan nomor: pm. 33 tahun 2011, penetapan jenis stasiun berdasarkan ukuran tersebut, berdasarkan kriteria yang terdiri dari :
fasilitas operasi jumlah jalur
fasilitas penunjang frekuensi /alu lintas jumlah penumpang
jumlah barang. Menurut posisi
Ground level station, bangunan stasiun yang letaknya sejajar dengan platform/ peron diatas tanah.
Gambar 8 Ground Level Station
Sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Over track station, letak bangunan stasiunnya diatas platform/ peron.
Gambar 9 Over Track Station
Sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981
Gambar 10 Under Track Station
Sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Sedangkan menurut PT. Kereta Api, stasiun digolongkan/ diklasifikasikan dalam beberapa kelas yang diputuskan oleh PT. Kereta Api Indonesia dengan mempertimbangkan nilai bobot stasiun. Penilaian bobot stasiun menggunakan rumus
Point Method yang terdiri dari 10 faktor penilaian/ klasifikasi, yaitu :
Jumlah Personel.
Jumlah kereta api yang dilayani. Jumlah kereta api yang berhenti. Jumlah kereta api yang dilangsir. Daerah tingkat kedudukan stasiun. UPT lain disekitarnya.
Potensi angkutan. Volume penumpang. Volume barang. Pendapatan stasiun.
Dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas, stasiun kereta api dikelompokkan menjadi 4 kelas stasiun, yaitu :
Stasiun kelas besar. Stasiun kelas 1. Stasiun kelas 2.
Stasiun kelas 3.
2.2.3 Mass Rapid Transit
MRT (mass rapid transit) secara harfiah dapat diartikan sebagai moda angkutan
yang mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang banyak (massal) dengan frekuensi dan kecepatan yang sangat tinggi (rapid).(Hudalah, 2011)
Menurut Hudalah (2011) MRT dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara lain:
Bus (buslane/busway)
Bus MRT dapat dibedakan dengan bus angkutan biasa dan kendaraan lain
karena biasanya merupakan shuttle bus yang memiliki rute perjalanan tertentu
dan beroperasi pada lajur khusus, sehingga sering disebut buslane/busway.
Busway sendiri biasanya bervariasi ada yang berbentuk ganda (bus gandeng), bus tunggal, dan bus bertingkat.
Subway
MRT dalam bentuk subway pada prinsipnya memiliki kesamaan sistem operasi
dengan kereta api. Namun, konstruksi teknisnya terdapat perbedaan karena subway terletak di bawah tanah (underground) tetapi stasiun-stasiunnya langsung terhubung ke lokasi pusat kegiatan.
Tram
Tram merupakan bentuk MRT dengan moda angkutan mirip dengan kereta api,
tetapi jalur operasinya dapat terintegrasi dengan jalan raya. Monorail.
Monorail merupakan MRT yang memiliki jalur tertentu dan biasanya tidak mengambil ruang kota yang luas. MRT jenis ini biasanya memiliki jalur di atas jalan raya dan yang ditopang dengan tiang-tiang yang sekaligus berfungsi untuk
hanya terdiri atas satu rute dengan sistem lintasan loop dengan beberapa stasiun pemberhentian yang menghubungkan dengan MRT lainnya maupun langsung ke lokasi kegiatan tertentu.
Gambar 11 Jalur MRT
2.2.4 Transit Oriented Development (TOD)
a. Pengertian TOD
Menurut Peter Calthrope dalam Transit-Oriented DevelopmentDesign Guidelinestahun 1992 pengertian dari Transit-Oriented Development (TOD) adalah
"sebuah komunitas bangunan mix-used yang mendorongmasyarakat untuk tinggal dan beraktifitas di area kawasan yang memilikifasilitas transportasi umum dan menurunkan kebiasaan masyarakat mengendarai mobil pribadi". Pengembangan TOD harus berupa bangunanmix-used atau bangunan yang memiliki banyak fungsi. Stasiun kereta,terminal bus, halte bus, atau titik transportasi kota lainnya menjadi pusatkegiatan dengan taraf aktifitas tinggi yang akan semakin berkurang ketikasemakin menjauhi titik transportasi kota yang ada.
b. Jenis Transit Oriented Development
TOD dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
Urban TOD adalah pengem bangan yang berlokasi pada jalur lintas transportasi umum kota seperti terminal bus kota, stasiun kereta, maupunhalte bus kota yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan bias berpotensi menjadi daerah komersil.
Neighborhood TOD adalah pengembangan transit yang terbatasberlokasi pada rute feeder bus dalam sebuah wilayah perumahan yang bisa diakses sekitar 10 menit dari titik transportasi kota. Neighborhood TODmempunyai lingkup yang lebih kecil dari Urban TOD, biasa akan melayanikebutuhan sehari hari dari sebuah perumahan.
Hal yang membedakan dari 2 jenis TOD ini berdasarkan pada ukuran besarnya titik transportasi lokasi pengembangan, Urban TOD memiliki cakupan titik transportasi yang lebih luas karena mencakup satu kota sedangkan Neighborhood terbatas hanya pada transportasi perumahan sekitar.
c. Transit System
Dalam wilayah TOD dapat di masukkan area sekunder yang berfungsi sebagai tempat pemberhentian untuk menunjang kegiatan perpindahan transportasi yang ada (Transit dan transfer).Titik sekunder ini berada pada daerah pengembangan TOD dan tidak jauh dari pusat area komersil yang ada.
sumber : Transit Oriented Development Design Gidelines
Titik transit sekunder ini berada pada area yang harus mudah di akses dari titik transportasi kota maupun dari dalam area pengembangan TOD, seperti taman atau open space. Fasilitas yang harus disediakan pada titik transit sekunder ini harus menyediakan tempat peneduh dari hujan ataupun panas, luasan yang cukup untuk menurunkan penumpang, telefon umum, pencahayaan yang cukup, dan parkir sepeda yang nyaman.
Gambar 13 Suasana titik sekunder
sumber : Transit Oriented Development Design Gidelines
Jalan pedestrian menuju titik sekunder ini juga harus di desain senyaman mungkin untuk di lalui pejalan kaki maupun sepeda.
d. Keuntungan dari Transit Oriented Development
Menurut Robert Cervero dalam reportnya Transit-Oriented Development in the United States: Experiences, Challenges, and Prospects (2006). Terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan system pengembangan TOD yang terbagi menjadi 3 faktor, yaitu faktor lingkungan yang akan mengurangi kemacetan dan intensitas
kedaraan pribadi, mengurangi konsumsi dari bensin untuk kendaraan, memperbaiki kualitas udara, memperbanyak daerah open space kota, faktor fisikyang akan
mengurangi biaya pembuatan jalan dan fasilitas parkir, menaikkan nilai dari sebuah properti, menaikkan pajak dari sebuah properti, dan faktor sosial akan menaikkan
interaksi sosial dalam kawasan, secara tidak langsung membuat pola hidup sehat dalam bermasyarakat karena berjalan kaki dan bersepeda, mengurangi resiko
kecelakaan kendaraan di jalan, transportasi umum kota akan berkembang, mengurangi biaya transportasi, mengembangkan peluang bisnis di kawasan TOD, dan menaikkan kualitas hidup dari lingkungan sekitar.
2.3. Studi Banding
1. Stasiun King’s Cross Station, London Inggris
Gambar 14 Eksterior Bangunan
(sumber :www.archdaily.com) Arsitek : John McAslan + Partners
Lokasi : London , Inggris Proyek Tahun : 2012
Terletak di jantung kota London, Stasiun kereta api King’s Cross sedang berada dalam masa renovasi yang dirancang oleh arsitek John McAslan + Partners. Yang menjadi 3 dasar utama dalam renovasinya adalahre-use, restore,dannew build. Gudang kereta yang ada di seluruh Western Range digunakan kembali, Grade asli stasun dikembalikan ke kemegahan aslinya, dan sebuahconcoursebaru akan disisipkan ke atasLondon Underground Ticketing Hall.Tidak diragukan lagi bahwa yang paling menarik perhatian adalah menara baja yang menjulang tinggi menyambut setiap penumpang kereta. Menjulang 20 meter dari lantai stasiun, struktur logam putih beralur ini membentang sebesar 150 meter di atas stasiun untuk semakin menonjolkan kemegahan arsitektur stasiun yang telah ada sejak tahun 1972 ini. Dengan tenggat waktu hanya 7 bulan lagi, pengerjaan renovasi stasiun ini
benar-benar dikerjakan secara maksimal. 5 bangunan yang membentuk Western Range diperbarui sepenuhnya, sedangkan Northern Wing dibangun kembali sesuai desain aslinya setelah lama hancur akibat perang dunia ke 2.
Gambar 15 Interior Bangunan
(sumber :www.archdaily.com)
Inti dari £ 500 juta pembangunan kembali adalah membentuk sebuah kubah dari bangunan ,sebuah bentuk setengah lingkaran baru di sebelah barat stasiun yang ada . Hall kubah naik menjadi 20m dan bentang 150m, menciptakan pintu masuk baru ke stasiun melalui ujung selatan struktur dan di tingkat mezzanine ke ujung utara hall barat .
Hall kubah seluas 7,500 m2telah menjadi terbesar struktur stasiun tunggal rentang Eropa , yang terdiri dari 16 kolom baja bentuk pohon yang memancar dari ekspresif , dengan saluran pusat meruncing . Bentuk bundar hall sebagai tempat berkumpul yangmenggema berdampinganGreat Northern Hotelsehingga membentuk akses dengan lantai dasar hotel yang menyediakan akses ke terminal.
Hall barat duduk berdekatan dengan fasade Range Barat, menjelaskan tembok direnovasi atau diperbaiki dengan tetap mempertahankan batu dari stasiun asli. Dari ruang interior ini dramatis, penumpang mengakses platform baik melalui permukaan tanah gerbang-garis di Aula Tiket melalui gedung Barat Range, atau dengan menggunakan tingkat mezzanine gerbang-line, yang mengarah ke cross-platform jembatan baru.
Gambar 16 Contoh Miniatur Bangunan
(sumber :www.archdaily.com)
Terletak di atas Underground aula tiket utara London baru, dan dengan elemen ritel di tingkat mezzanine, Hall akan mengubah fasilitas penumpang, sementara link juga meningkatkan ke London Underground, dan bus, taksi dan kereta koneksi di St Pancras. Hall diatur untuk menjadi gerbang arsitektur Cross Central dicampur-gunakan perkembangan Raja, pendekatan kunci untuk pintu masuk timur St Pancras International. Hal ini juga akan bertindak sebagai perpanjangan ke Raja Cross Square, plaza baru yang akan dibentuk antara façade selatan stasiun dan jalan Euston.
Gambar 17 Denah Lantai Dasar
Gambar 18 Denah Lantai 2
(sumber :www.archdaily.com)
Gambar 19 Blok plan
(sumber :www.archdaily.com)
Gambar 20 Tampak
Gambar 21 Potongan
(sumber :www.archdaily.com)
Stasiun kereta api utama Shed memiliki panjang 250 m, tinggi 22m dan lebar 65 m, yang mencakup delapan platform. Restorasi termasuk mengungkapkan arsitektur berani façade selatan asli, re-kaca utara dan Gables dan platform perbaikan Kedua atap barel-berkubah saat ini sedang diperbaharui dan dilapisi dengan foto-volta array hemat energi sepanjang lentera atap linear selatan, sementara jembatan kaca baru yang dirancang oleh JMP meluas di Kereta Utama Shed, menggantikan Handyside jembatan pertengahan gudang tua dan memberikan akses ke seluruh platform serta tingkat mezzanine dari concourse.
Desain JMP mengintegrasikan gudang kereta utama dan pinggiran kota untuk pertama kalinya , membuat denah sepenuhnya koheren untuk pergerakan penumpang ke dan melalui stasiun . Perbaikan pada Shed Suburban Kereta yang terletak di sebelah utara bangunan Barat Concourse dan Barat Rentang telah meningkatkan operasi tiga platform yang ( tersibuk di stasiun selama puncak - jam ) .