• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. penelitian konservasi. Dengan evaluasi tersebut akan dapat ditemukan metode yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. penelitian konservasi. Dengan evaluasi tersebut akan dapat ditemukan metode yang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. LATAR BELAKANG

Evaluasi konservasi memegang peranan penting dalam sebuah alur penelitian konservasi. Dengan evaluasi tersebut akan dapat ditemukan metode yang tepat dalam melakukan konservasi benda cagar budaya supaya terjaga atau awet. Konsevasi sendiri didefinisikan sebagai upaya perawatan bahan yang dilakukan dengan cara pembersihan dan pengawetan untuk menanggulangi dan mencegah proses terjadinya pelapukan bahan dalam pemugaran (Ismijono 1998, 4). Dalam suatu konservasi yang dilakukan, pasti ada suatu evaluasi yang dilakukan guna melihat pengelolaan tersebut telah benar dilakukan dan tidak menimbulkan kerusakan di kemudian hari. Beberapa ahli memiliki definisi yang berbeda tentang evaluasi. Menurut Byrn, evaluasi adalah suatu proses pengumpulan informasi sebagai dasar untuk mengambil keputusan, pertimbangan dan penarikan kesimpulan (Abdurrahman 1986, 146, dalam Wahyudi 2008, 8). Menurut Kalsey (1976), evaluasi mempunyai dua definisi. Definisi pertama, evaluasi merupakan suatu proses untuk menetapkan nilai terhadap suatu program atau kegiatan. Definisi kedua, evaluasi bersifat lebih luas yaitu suatu metode untuk mengetahui sejauh mana suatu kegiatan memperoleh kemajuan dan mengarah pada tercapainya tujuan (Abdurrahman 1986, 146, dalam Wahyudi 2008, 9). Evaluasi merupakan suatu himpunan data sistematis yang dapat memberikan informasi mengenai tingkatan atau ukuran tentang pencapaian sasaran yang telah direncanakan sebelumnya (FFJ. Schouten 1992, 77, dalam Winarni 2009). Sebuah museum perlu dilakukan

▸ Baca selengkapnya: tujuan kegiatan evaluasi pemberdayaan dapat ditemukan pada nomor

(2)

evaluasi dalam segala segi baik sarana maupun prasarananya. Dengan sarana dan prasarana yang lebih baik, maka museum dapat hasil yang maksimal bagi pengunjung dan tujuan dari museum dapat terwujud. Dalam mengevaluasi sebuah museum kemungkinan akan ditemukan kekurangan-kekurangan yang nantinya akan diperbaiki. Salah satu perbaikan yang dimaksudkan adalah konservasi untuk setiap objek yang telah mengalami kerusakan.

Museum sebagai sebuah wahana untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan perlu didukung oleh fasilitas yang memadai, antara lain ketersediaan SDM yang kompeten dan perangkat yang tepat. Dalam sarana dan prasarana yang memadai, dibutuhkan pula konservasi guna menjaga keberlangsungan sebuah museum beserta isinya tetap terjaga dengan baik. Salah satu museum di Indonesia yang menuntut diberlakukannya metode konservasi yang tepat adalah Museum Kereta Api Ambarawa. Museum Kereta Api Ambarawa terletak di Jl. Stasiun no.1, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokasi Museum tersebut berada 500 m dari Selatan jalan utama Magelang - Semarang. Museum ini berdiri di atas tanah seluas 127.500 m² yang merupakan

bekas bangunan Stasiun Willem I

(www.indonesianheritagerailway.com.31Agustus2013.05:39). Museum KA Ambarawa merupakan museum yang dikenal sebagai objek wisata kereta uap kuno yang memiliki bermacam-macam jenis lokomotif uap dan atraksi wisata kereta api uap yang masih dijalankan dengan rute Ambarawa - Jambu - Bedono.

Lokomotif yang tersimpan di Museum Kereta Api Ambarawa merupakan kereta uap dari masa kolonial Belanda. Jenis-jenis lokomotif yang terdapat di

(3)

Museum Kereta Api Ambarawa yaitu Lokomotif B2014, B2220, B2502, B2503, B2711, B5112, B5210, BB1012, C1140, C1240, C1603, C1704, C1801, C2001, C2407, C2728, C2821, C5101, C5417, CC5029, D1007, D5106, F1002 (www.internationalsteam.co.uk.10September2013.09:40). Pengumpulan Lokomotif uap di Museum Kereta Api Ambarawa dikarenakan berkaitan dengan dimulainya penggantian lokomotif diesel oleh DKA (Djawatan Kereta Api) pada tahun 1953 karena tenaga yang lebih efisien dan kecepatan yang lebih tinggi dan tentu saja lokomotif uap sudah dianggap sebagai barang kuno/antik seiring dengan tidak lagi diproduksinya lokomotif uap buatan Eropa dan Amerika. Museum Kereta Api Ambarawa dahulu merupakan bekas stasiun yang secara resmi berfungsi sebagai museum pada tanggal 21 April 1978 (www.indonesianheritagerailway.com. 31Agustus2013.05:39). Pemanfaatan lokomotif tersebut telah dilakukan sebagai daya tarik wisata yang terdapat di Museum KA Ambarawa. Dalam penggunaan dan pemanfaatan lokomotif di Museum KA Ambarawa, diperlukan konservasi guna menjaga agar lokomotif tersebut dapat dimanfaatkan.

Pemilihan lokomotif uap sebagai objek penelitian, dikarenakan lokomotif-lokomotif uap yang tersimpan di Museum Ambarawa merupakan lokomotif-lokomotif kuno yang langka dan memiliki keunikan tersendiri. Beberapa di antara lokomotif yang ada ialah lokomotif B2502, B2503 dan C28. Lokomotif B2502 dan B2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen merupakan kerata uap bergerigi yang sangat langka di dunia. Lokomotif C28 buatan Henschel adalah lokomotif penarik gerbong Kepresidenan Republik Indonesia yang pada tahun 1920-an merupakan kereta

(4)

tercepat untuk jenis rel sempit. Adapun lokomotif ini merupakan lokomotif yang berjasa untuk membantu pelarian Ir.Soekarno dari Jakarta ke Yogyakarta.

Berdasarkan karakteristik pada lokomotif di Museum Kereta Api Ambarawa, maka perlu ditinjau ulang konservasi yang dilakukan mengingat adanya indikasi-indikasi kerusakan yang terdapat pada lokomotif yang ada seperti, ditemukan coretan-coretan, pengeroposan pada tungku pembakaran, pengeroposan pada bawah tangki lokomotif dan beberapa bagian lokomotif telah mengalami pengeroposan dan ditumbuhi tanaman (Fauzi 2011, 61). Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU RI no.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa tujuan pelestarian kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya, merupakan upaya untuk mempertahankan cagar budaya dari proses kerusakan dan kemusnahan sehingga tetap terjaga keberadaannya baik secara fisik maupun yang terkandung di dalamnya. Jadi, apabila muncul indikasi yang justru menunjukan bahwa objek tersebut tidak awet berarti telah terjadi kesalahan dalam metode konservasinya. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting demi kelestarian lokomotif tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Beradasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diketahui beberapa permasalahan yang berkaitan dengan lokomotif dan metode konservasi yang dilakukan, yaitu :

1. Bagaimana konservasi yang dilakukan terhadap lokomotif pada Museum Kereta Api Ambarawa?

(5)

2. Apakah konservasi tersebut sudah sesuai dengan kaidah-kaidah standar metode konservasi?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui tujuan dari konservasi lokomotif yang sudah tercapai, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan konservasi lokomotif menghasilkan suatu rumusan alternatif tentang metode standar konservasi lokomotif yang dapat direkomendasikan untuk mengoptimalkan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak museum dalam menerapkan praktik konservasi.

D. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian yang telah dilakukan terhadap Museum Kereta Api Ambarawa telah ada sebelumnya, tetapi belum ada penelitian yang membahas tentang evaluasi konservasi lokomotif di Museum kereta Api Ambarawa. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terhadap Museum Kereta Api Ambarawa di antaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Ferief Hanil Adenansi (t.th) berupa skripsi, yaitu “Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung Pariwisata Terhadap Pengembangan Objek Museum Kereta Api Ambarawa Kabupaten Semarang”. Dalam penelitiannya ini, yang dilakukan adalah dengan melihat ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang tersedia di Museum

(6)

KA Ambarawa serta pengembangannya yang terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana wisata.

Sementara itu, terdapat pula penelitian lainnya yaitu “Perancangan Buku Visual Museum Kereta Api Ambarawa” yang ditulis oleh Gusnun Pangara (2010). Penelitiannya ini guna merancang buku yang berbentuk publisitas pariwisata yang menampung berbagai informasi mengenai Museum KA Ambarawa. Buku tersebut sebagai memorabilia sebuah pengalaman yang menjadi konsep perancangan dengan target audiens yang suka mengabadikan sebuah momen. Wujud dari penelitiannya ini berupa sebuah buku catatan tentang Museum KA Ambarawa yang dikemas dalam scrapbook.

Penelitian di Museum Ambarawa juga pernah dilakukan oleh Miftah Fauzi (2011) yang menghasilkan sebuah skripsi yang berjudul “Managemen Museum Kereta Api Ambarawa”. Penelitian ini membahas bagaimana jalannya managemen museum yang terdapat pada Museum KA Ambarawa. Isi penelitiannya adalah melihat bagaimana pembagian kerja yang terdapat di sana, artefak-artefak apa saja yang tersimpan di dalam museum tersebut, serta indikasi-indikasi dari hasil penelitian yang memperlihatkan kerusakan artefak yang ada sehingga dapat digunakan untuk melihat pengelolaan yang terdapat di Museum tersebut.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini, tinjauan pustaka yang dipakai oleh penulis adalah “Managemen Museum Kereta Api Ambarawa” yang ditulis oleh Miftah Fauzi sebagai

(7)

skripsi sarjananya yang sudah dijelaskan sebelumnya pada keaslian penelitian. “Evaluasi Pengelolaan Koleksi Museum Wayang Kekayon Yogyakarta (Peninjauan Segi Dokumentasi koleksi)” yang ditulis oleh Tri Winarni (2009) sebagai skripsi sarjananya. Penelitian tersebut dilakukan untuk melihat kelemahan dan kelebihan dari pengelolaan koleksi museum, mengetahui kegiatan pengelolaan tersebut telah memiliki standar tertentu, serta menunjukan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada pengelolaan museum tersebut. Pada penelitiannya ini disertakan rekomendasi dan solusi yang baik guna mengelola koleksi museum Wayang Kekayon.

“Evaluasi Terhadap Managemen Permuseuman di Museum Pusat TNI-AD Dharma Wiratama” yang ditulis oleh Dedy Hendra Wahyudi (2008) sebagai skripsi sarjananya. Penelitian tersebut membahas mengenai mekanisme managemen administrasi, sumber daya manusia dan koleksi yang dilakukan di Museum Pusat TNI-AD Dharma Wiratama. Dengan melihat mekanisme managemen yang terdapat di dalam museum tersebut, maka ditemukan kekurangan dalam managemen permuseuman tersebut, sehingga dapat dievaluasi untuk dapat menghasilkan suatu rekomendasi yang baik dalam memanagemen permuseuman di Museum Pusat TNI-AD Dharma Wiratama.

Beberapa tulisan yang dipakai sebagai sumber bacaan dalam konservasi adalah artikel yang berjudul “Guide To Conservation of Metals” (t.th). Dalam artikel ini dijelaskan tentang bagaimana penanganan konservasi yang tepat untuk artefak berbahan logam. Dalam tulisan ini dijelaskan tentang jenis logam yang ada, kerusakan pada artefak logam baik penyebab dan jenis kerusakannya, serta

(8)

penanganan dan perawatan artefak logam tersebut. Buku karya David A. Scott, Jerry Podany, Brian B Considine (1991) yang berjudul “Ancient & Historic Metals Conservation And Scientific Research”. Dalam tulisan ini mereka mengemukakan tentang penanganan konservasi yang tepat untuk artefak logam. Pada tulisan tersebut, mereka memperlihatkan bagaimana kerusakan yang ada dalam artefak logam baik penyebab dan jenis kerusakan, sehingga dibutuhkan penanganan yang sesuai dalam konservasi artefak logam, serta teknologi yang digunakan dalam konservasi artefak logam yang ada..

Tulisan dari Marsis Sutopo (t.th) yang berjudul “Konservasi Arkeologi”. Artikel ini menjelaskan tentang konservasi secara arkeologis, baik dari definisi konservasi, metode atau langkah-langkah yang tepat digunakan dalam konservasi suatu BCB, penyebab kerusakan dan jenis kerusakan yang perlu mendapat perhatian dalam konservasi arkeologi, serta penanganan yang tepat dalam mengkonservasinya. Penelitian I Ketut Setiawan, I.A Megasuari (t.th) yang berjudul “Konservasi Nekara Perunggu Koleksi Museum Bali” mencoba mengetahui metode dan teknik konservasi yang dilakukan untuk menanggulangi kerusakan dan menjelaskan konservasi yang digunakan dalam konservasi Nekara Perunggu. Selain itu dalam penelitiannya juga disertakan penyebab kerusakan yang terjadi pada nekara koleksi museum Bali dan penanganannya.

Beberapa artikel yang mengusung tentang Museum Kereta Api Ambarawa dan lokomotifnya yaitu artikel-artikel yang dikeluarkan oleh PT. Kereta Api Indonesia dalam www.indonesianheritagerailway.com, yang membahas tentang sejarah berdirinya Museum Kereta Api Ambarawa dan museum KA Ambarawa itu sendiri,

(9)

baik dari koleksi maupun yang lainnya. Artikel-artikel yang ditulis oleh Rob Dickinson dalam www.internationalsteam.co.uk, yang di dalamnya mengangkat tentang Museum KA Ambarawa beserta jenis-jenis lokomotif yang ada di dalamnya.

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Untuk membatasi penelitian agar permasalahan yang dibahas tidak meluas dan sesuai dengan topik yang ada, maka penelitian ini dibatasi dengan objek dan metode konservasi yang diterapkan di museum KA Ambarawa.

 Objek

Salah satu ruang lingkup dari penelitian ini adalah lokomotif Museum KA Ambarawa. Objek tersebut sendiri berjumlah 23 buah lokomotif dan tersimpan di Museum KA Ambarawa.

 Konservasi yang diterapkan di Museum KA Ambarawa

Selain objek sebagai pembatas dalam penelitian tersebut agar tidak meluas, maka konservasi yang diterapkan di Museum KA Ambarawa juga merupakan ruang lingkup yang digunakan, karena konservasi tersebut merupakan cara yang digunakan dalam mengkonservasi koleksi di Museum KA Ambarawa. Tentu saja bukan hanya objek secara fisik yang akan menjadi perhatian dari penelitian ini, tetapi cara yang mereka terapkan dalam konservasi yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat dilakukan penelitian evaluasi konservasi ini.

(10)

 Waktu

Pembatasan waktu digunakan sebagai ruang lingkup penelitian. Waktu pembatasan ruang lingkup penelitian dilakukan dari mulai tahun 1996 sampai dengan tahun 2013. Hal tersebut digunakan sebagai batasan karena pada waktu tersebut ditemukan indikasi dari kerusakan yang ada.

G. METODE PENELITIAN

Langkah-langkah penelitian kali ini menggunakan metode penelitian evaluasi. Pada tahapan metode penelitian yang akan dilakukan adalah menggabungkan penelitian evaluasi dan konservasi, sehingga memunculkan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan awal dalam melakukan penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan secara langsung di lapangan. Dalam observasi dilakukan pencatatan hal-hal yang terkait dengan tujuan penelitian yang ada. Observasi ini dilakukan dengan melihat langsung kondisi lokomotif yang ada di Museum KA Ambarawa untuk memperoleh data berupa komponen fisik lokomotif dengan cara mendokumentasikannya. Pendokumentasian ini dilakukan dengan perekaman data sebagai bukti visual terhadap

(11)

penelitian yang dilakukan untuk melihat data secara fisik saat ini dan nantinya untuk di analisis.

Kemudian, pengumpulan data juga dapat dilakukan dengan mencari sumber-sumber pustaka seperti buku, artikel, laporan penelitian, arsip dan sumber-sumber lain yang dapat mendukung penelitian tersebut, seperti laporan penelitian di Museum Kereta Api Ambarawa dan arsip atau dokumen dari konservasi lokomotif di museum tersebut. Selain itu, dilakukan wawancara kepada narasumber yang dipandang mengetahui dan dapat memberikan informasi yang berguna dalam penelitian ini, seperti Kepala Museum Kereta Api Ambarawa dan anggota yang mengikuti proses dari konservasi lokomotif tersebut.

Hasil dari proses di atas digunakan untuk menentukan tujuan evaluasi. Dengan menentukan tujuan dari evaluasi ini maka dapat digunakan dalam menganalisis penggunaan konservasi lokomotif yang tepat. Dalam hal ini penggunaan konservasi yang tepat berdasarkan standar konservasi lokomotif.

2. Deskripsi dan Klasifikasi Kerusakan.

Dalam klasifikasi kerusakan ini dimaksudkan pada kerusakan lokomotif Museum KA Ambarawa. Dalam setiap kerusakan pastilah terdapat faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan tersebut terjadi. Kerusakan tersebut akan dideskripsikan dengan memilah-milah sesuai dengan jenis kerusakan yang terdapat di lokomotif.

(12)

3. Evaluasi Konservasi

Analisis berupa pengolahan data di lapangan akibat perlakuan konservasi yang sudah diterapkan, kemudian dilakukan upaya evaluasi konservasi yang sesuai standar berdasarkan hasil perumusan antara kerusakan objek yang ada, metode konservasi yang diterapkan dan standar atau tolok ukur metode konservasi. Standar atau tolok ukur metode konservasi yang digunakan yaitu metode konservasi yang telah dirumuskan oleh National Railway Museum (NRM).

NRM merupakan museum yang memamerkan berbagai jenis lokomotif dan segala perangkatnya sebagai benda koleksi. Selain memamerkan benda koleksinya, NRM juga melakukan konservasi terhadap benda koleksinya agar tetap terjaga dengan baik. Tindakan-tindakan konservasi yang telah mengalami pengujian telah dirumuskan menjadi sebuah metode atau tolok ukur dalam mengkonservasi lokomotif, sehingga penanganan tersebut berdampak positif bagi kelangsungan lokomotif tersebut. Pengujian yang dilakukan untuk melihat dampak positif dari lokomotif tersebut setelah dilakukan konservasi. Selain itu juga digunakan untuk melihat ketahanan lokomotif dari berbagai gangguan yang ada, seperti cuaca, suhu, kerusakan yang diakibatkan dari dalam maupun dari luar dan lain-lain. Pengujian ini akan mempertahankan lokomotif dari segala gangguan bahkan menghadapi cuaca yang ekstrim atau cuaca yang berbeda dari setiap daerah. Metode konservasi yang digunakan oleh NRM ini merupakan metode yang telah dirumuskan

(13)

dengan baik dan telah menjadi acuan dari 39 organisasi di berbagai Negara, seperti Deutsche Bahn Museum (German Railway Museum), Lucerne Transport Museum (Switzerland), French National Railway Museum, Museum of American History dan California State Railroad Museum. Selain itu, metode yang digunakan oleh NRM ini juga menjadi acuan dalam riset tentang konservasi lokomotif yang ditulis oleh Edmond dari Churchill Trust, Australia (Edmond, 2007). Tindakan konservasi yang dilakukan oleh NRM juga diharapkan mampu menghidupkan lokomotif kembali sehingga dapat digunakan sebagai wahana dari museum dan sebagai contoh bahwa metode konservasi yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.

Penggunaan metode konservasi NRM sebagai acuan dalam penelitian ini dikarenakan kesamaan jenis yang merupakan museum kereta api dan permasalahan yang dihadapi hampir sama seperti korosi, pelumutan serta kerusakan-kerusakan lainnya. Selain itu penanganan dari NRM dalam mengkonservasi lokomotif tepat dan detail, sehingga metode konservasi NRM tersebut layak dijadikan acuan sebagai metode konservasi.

4. Penarikan Kesimpulan dan Rekomendasi

Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan. Tahap ini diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada melalui proses-proses di atas, sehingga dapat menghasilkan rekomendasi langkah konservasi lokomotif yang tepat.

(14)

H. BAGAN PENELITIAN Pengumpulan Data  Observasi  Wawancara  Dokumentasi  Studi Pustaka  Observasi  Wawancara  Dokumentasi  Studi Pustaka

Identifikasi Kerusakan Metode Konservasi

Museum KA Ambarawa

Klasifikasi Kerusakan

Tolok Ukur Metode Konservasi Lokomotif Penyebab Kerusakan Jenis Kerusakan Evaluasi Konservasi Kesimpulan dan Rekomendasi Studi Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan uji diagnos- tik untuk menentukan validitas foto polos sinus paranasal 3 posisi dan CT scan potongan koronal sebagai alat diagnosis pada pasien dengan

Berdasarkan pengolahan hasil dan pembahasan, secara umum disimpulkan bahwa penggunaan strategi inquiring minds what to know pada mata kuliah Sejarah Indonesia Masa

Untuk setiap pertanyaan, pilihlah jawaban benar atau salah dengan memberi tanda pada kotak yang tersedia sesuai pilihan anda.. Benar Salah 32- Obat-obatan saya

Pengujian korelasi yang digunakan adalah korelasi produk moment, digunakan untuk mengetahui sejauh mana dan kuat tidaknya hubungan antara variabel (X) yaitu

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Alih Fungsi Sanggar Kegiatan Belajar Menjadi

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGAJUAN SURAT IZIN

5(3) Akta tersebut, Pengawal sebelum meluluskan pemohonan pemaju tersebut, akan dapat mengetahui mengenai kedudukan pemaju perumahan tersebut sama ada sesuai dan wajar