BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.1.1. Latar belakang pendidikan di Yogyakarta
Kota Yogyakarta selain dijuluki sebagai Kota Gudeg, juga dijuluki Kota Pelajar. Di kota ini terdapat universitas negeri tertua di Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM), dan juga berbagai universitas swasta terkenal lainnya seperti UPN "Veteran", AMIKOM, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan (STTKD), STIE SBI, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Universitas Islam Indonesia (UII) yang merupakan universitas swasta tertua di Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Sanata Dharma (USD), Universitas Atmajaya yogyakarta (UAJY) dan lain sebagainya, selain Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yogyakarta) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Bisa dikatakan bahwa di kota ini sebagian besar penduduknya relatif memiliki pendidikan sampai tingkat SMU.1
Tahun Jumlah 2003 171.000 2004 167.000 2005 158.000 2006 143.000 2007 142.000
Tabel 1.1 Data Penerimaan Mahasiswa DI Yogyakarta Sumber: Kopertis Wilayah V DIY
Dalam tabel diatas terlihat bahwa perkembangan jumlah mahasiswa yang diterima di perguruan tinggi D.I Yogyakarta selalu mengalami penurunan tiap tahunnya. Dan pada tahun 2006 mengalami penurunan yang besar mencapai
1
15.000 orang mahasiswa jika dibandingkan dengan tahun 2005. Sehingga kota Yogyakarta sebagai kota yang mempunyai karakteristik sebagai kota pendidikan perlu meningkatkan kembali mutu pendidikannya dengan cara memberikan perbaikan pada sarana dan prasarana untuk pendidikan.
Menurunnya jumlah penerimaan mahasiswa Perguruan Tinggi (PT) di Yogyakarta saat ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya, adanya kabar miring tentang Yogyakarta, khususnya penyalahgunaan narkoba. Sedangkan faktor lainnya, di antaranya minimnya promosi dan sarana pendukung yang memadai.
Berdasarkan Data dari Dit IV Narkoba dan KT Bareskrim Polri tahun 2007 jumlah kasus narkoba secara nasional yang terjadi pada mahasiswa pada tahun 2006 sebesar 678 kasus dan pada tahun 2007 sebesar 721 kasus. Di wilayah D.I Yogyakarta menurut sumber yang sama dikatakan bahwa berdasarkan tingkat kerawanannya daerah ini berada pada peringkat 9 untuk kasus narkotika dan peringkat 27 untuk kasus psikotropika.
"Untuk itu, harus ada sosialisasi soal ini, terutama tentang keamanan dan kualitas PT yang ada. Sehingga, para orang tua tidak ragu lagi untuk mengirimkan putra-putrinya ke Yogyakarta," ungkap Koordinator Wilayah Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) V Yogyakarta Prof Budi Santoso Wignyosukarto, Minggu (24/2/2008).2
Banyaknya PT di Yogyakarta ternyata tidak lantas membuat kota ini makin cerdas dan berbudaya. Jika tidak ada perbaikan terus- menerus (continuous improvement). Buktinya, merebaknya budaya kumpul kebo, tidak adanya ruang publik yang memadai, minimnya ketersediaan buku-buku berkualitas di perpustakaan daerah, banyaknya mal-mal berdiri, meningkatnya angka kriminalitas, semakin memperjelas bahwa Yogya tidak secerdas dan berbudaya seperti dulu. Arah pembangunan kota yang lebih memprioritaskan pada perbaikan ekonomi makin memperkecil peran PT. Padahal, ekonomi akan mudah digoyang jika tidak diisi atau tidak diimbangi oleh SDM pendidikan yang andal dan berbudaya. Peristiwa krisis ekonomi 1997 lalu mengajarkan pada kita akan hal
2
tersebut. Pantas jika kondisi PT pada umumnya kurang mendapat perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta. Karena bukan sektor pendidikan yang jadi prioritas, melainkan sektor ekonomi untuk mengejar ketertinggalan dengan daerah lain.3
Sekarang, ada diantara perguruan tinggi di Indonesia yang sampai 20- 40, bahkan 60 persen dari total populasi mahasiswanya sudah tercover oleh beasiswa. Untuk menghidupkan dan menjamin tetap berjalannya proses belajar dan pengembangan di kampus, mereka mencoba mencari sumber-sumber keuangan dengan cara-cara yang lebih atraktif dengan tidak lagi membebankan mahasiswa. Tapi hal-hal seperti ini jarang sekali diliput oleh media dan diketahui oleh masyarakat. Dirjen mengusulkan untuk merancang sebuah web nasional yang berisi informasi lengkap dan khusus tentang beasiswa saja. Bagi anak-anak (baca mahasiswa) yang layak dan masuk kategori mendapatkan beasiswa, dimasukkan dalam website ini. Di dalamnya ada profile lengkap sang anak dan berikut dengan foto mereka. Tidak ketinggalan juga rekaman prestasi akademik mereka. Di setiap anak akan dijelaskan status beasiswanya. Dia sudah mendapatkan beasiswa dari institusi apa dan dari mana. Mana yang sudah tercover oleh beasiswa dikti dan mana yang sudah tercover oleh beasiswa perguruan tinggi atau perusahaan seperti dana-dana CSR. Dengan format seperti ini, perguruan tinggi tidak merasa sendirian. Mungkin dengan cara seperti ini akan banyak orang yang akan mau membantu. Dirjen mencoba merajutkan tali kerjasama antara perguruan tinggi ini. selama ini antara perguruan tinggi masih dibatasi oleh sekat-sekat Universitas yang menutup bagi kerjasama, saling membantu. Di dalam penutupan sidang ini segenap pimpinan perguruan tinggi menyetujui usulan bapak Dirjen ini. Kita lihat aplikasinya.4
Dunia Taman Pintar, bagi Yogyakarta bisa jadi menjadi keunikan ke-23, setelah sebelumnya Yogyakarta dikenal dengan 22 keunikannya. Sebagai media pusat iptek baru, Taman Pintar menunjukkan ciri yang memperkuat predikat Yogyakarta sebagai kota pendidikan. Konteks itu mengisyaratkan semangat
3
http://www.kompas.com, Kamis 25 Januari 2007 4
bersama pada sektor pendidikan yang sudah dicanangkan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X. Sikap inilah yang melandasi dibangunnya Taman Pintar Yogyakarta dua tahun lalu.5
1.1.2. Latar belakang kegiatan mahasiswa di Yogyakarta
Agus Reza, mahasiswa asal Gresik, serta peneliti dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) Dr Nugroho MPsi menampik kalau tolok ukur ''kota pendidikan'' semata-mata dilihat dari populasi perguruan tinggi. Agus yang menimba ilmu di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menilai ada ''atmosfer belajar'' yang sangat kental diYogyakarta. Budaya membaca dan diskusi menjelma menjadi spirit belajar yang merasuki setiap denyut aktivitas kota. Lihat saja aktivitas membaca, ngobrol, atau berdiskusi gampang ditemui di tempat-tempat publik. Tidak hanya di kampus, tetapi juga di halte, alun-alun, kafe, bahkan angkringan bajigur pun bisa dijadikan ajang berdialektika. Tempat-tempat nongkrong nonformal seperti warung kopi bisa berubah menjadi arena diskusi yang riuh. Pesertanya pun berasal dari semua lapisan, mulai dari tukang becak, seniman, mahasiswa, hingga dosen. Tak ada sekat di antara ''panelis'' yang terdiri atas beragam kasta keilmuan itu. Semua larut dalam obrolan yang bernas. ''Ajang diskusi jalanan merupakan sumbu yang membakar spirit belajar warga Yogyakarta agar terus menyala,'' jelas Nugroho. "Budaya serupa tampaknya tak ditemui di kota lain, termasuk Semarang," lanjut dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes.6
Kegiatan mahasiswa di yogyakarta saat ini sangat beragam seperti kegiatan edukasi, sosial, budaya dan fisik. Dari berbagai kegiatan positif tersebut ada pula kegiatan negatif yang di lakukan mahasiswa sehingga tingkat kasus pidana narkoba di yogyakarta juga meningkat karena mahasiswa di yogyakarta saat ini merupakan salah satu pelaku dari tindakan kejahatan tersebut.
5
http://www.pikiran-rakyat.com, Juli 2007 6
Tabel dibawah menunjukkan kegiatan dan jenis kegiatan yang digemari oleh para muda di Yogyakarta. Dari data tersebut kegiatan belajar dan olahraga yang merupakan jenis kegiatan edukasi dan fisik masih sangat digemari serta menjadi kegiatan yang dominan dikalangan para muda di Yogyakarta.
Kegiatan Pria (%) Wanita (%) Jenis
Belajar 16 18 Edukasi
Ke rumah teman 16 10 Sosial
Jalan – jalan 10 16 Sosial
Olahraga 10 10 Fisik
Nonton 12 8 Budaya
Rekreasi 10 8 Sosial
Kursus 8 12 Edukasi
Lain –lain 18 18 -
Tabel 1.2 Kegiatan informal para muda di Yogyakarta7 Sumber: Bappeda DIY, 2000
Selain itu kegiatan negatif mahasiswa yang juga sangat di khawatirkan di yogyakarta ini karena banyak mahasiswa pendatang dan banyak tempat-tempat pondokan atau kos-kosan sehingga peuang untuk melakukan kegiatan seks bebas pun cukup tinggi.
Segala kegiatan negatif tersebut saat ini juga sudah sangat di dukung oleh berbagai fasilitas yang memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan tersebut dengan sangat bebas.
Dengan semakin menjamurnya kegiatan mahasiswa yang negatif tersebut justru akan memrusak citra kota yogyakarta sebagai kota pendidikan. Pandangan orang terhadap kota ini justru akan berubah dan mahasiswa yang akan menuntut ilmu di yogyakarta akan berpikir beribu kali untuk memilih salah satu Perguruan Tinggi yang ada di yogyakarta sebagai tempat mereka untuk menuntut ilmu.
7
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana merancang Pusat Kegiatan Mahasiswa yang bisa mewadahi kegiatan mahasiswa dalam suatu kompleks bangunan dengan mengaplikasikan konsep arsitektur modern sebagai acuan desain.
1.3. TUJUAN
Merancang gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa di Yogyakarta yang dapat mewadahi kegiatan mahasiswa secara terpusat dan mengaplikasikan konsep arsitektur modern pada desain bangunan.
1.4. SASARAN
- Melakukan studi tentang kegiatan mahasiswa.
- Melakukan studi tentang gedung kegiatan mahasiswa. - Melakukan studi tentang Perguruan Tinggi di Yogyakarta. - Melakukan studi tentang Yogyakarta.
- Melakukan studi tentang Arsitektur modern.
1.5. LINGKUP
- Kegiatan mahasiswa dibatasi pada kegiatan yg bersifat tidak formal. - Yogyakarta dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site
untuk bangunan.
- Arsitektur modern dibatasi pada fasad bangunan.
1.6. METODE 1.6.1. Mencari data
- Wawancara
Ditujukan pada para mahasiswa dan mahasiswi di yogyakarta, kantor kopertis wilayah V propinsi DIY, kantor departemen pendidikan dan kebudayaan DIY, pengurus unit kegiatan mahasiswa Perguruan Tinggi di DIY.
Diberikan pada mahasiswa dan mahasiswi yang aktif dan yang tidak aktif dalam keanggotaan UKM Perguruan Tinggi di DIY.
- Observasi
Pengamatan langsung pada UKM dan aktivitas mahasiswa Perguruan Tinggi di DIY.
- Studi pustaka dan literatur
Mempelajari buku-buku tentang perpustakaan ilmiah, ruang olahraga, auditorium dan arsitektur modern.
- Studi banding
Melihat langsung bangunan sejenis yang ada di Yogyakarta.
1.6.2. Menganalisis data - Kuantitatif :
Temuan-temuan dikomunikasikan dengan angka-angka (numerik). Misalnya :
1. Jumlah pergurun tinggi di DIY.
2. Jumlah statistik peneriman mahasiswa di DIY. - Kuanlitatif :
Temuan-temuan dikomunikasikan secara naratif (menggunakan kata-kata).
Misalnya :
1. Beberapa jenis kegiatan mahasiswa yang sangat digemari.
1.7. METODE PERANCANGAN
Menggunakan prinsip-prinsip perancangan dari, misalnya :
- Prinsip-prinsip perpustakaan ilmiah, aula/ruangolahraga dan auditorium.
- Prinsip-prinsip konsep arsitektur modern dari Le Corbuseir. - Prinsip-prinsip komposisi arsitektur.
1.8. SISTEMATIKA PENULISAN Bab 1. PENDAHULUAN
- Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, sasaran, lingkup, metode dan sistematika penulisan.
Bab 2. TINJAUAN PUSAT INFORMASI DAN KEGIATAN MAHASISWA DI YOGYAKARTA
- Mengungkapkan potensi dan jenis kegiatan mahasiswa di Yogyakarta deserta segala fasilitas yang menyertainya atau yang ada.
- Mengungkapkan desain requirement gedung pusat informasi dan kegiatan mahasiswa, aula/ruang olahraga, perpustakaan ilmiah dan auditorium.
Bab 3. TINJAUAN ARSITEKTUR MODEN
- Mengungkap teori-teori arsitektur modern yang dapat diterapkan pada pusat kegiatan mahasiswa.
Bab 4. ANALISIS MENUJU KONSEP PERANCANGAN DAN
PERENCANAAN GEDUNG PUSAT INFORMASI DAN KEGIATAN MAHASISWA
- Mengungkapkan proses untuk menemukan ide–ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode–metode psikologi yang diaplikasikan pada lokasi pantai di Pidie. Contohnya sebuah Pusat Kegiatan Mahasiswa membutuhkan tempat yang bisa mendukung kegiatan di dalamnya. Letak site yang tidak jauh dari Universitas-universitas yang ada di DIY.
Bab 5. KONSEP PERENCANAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PUSAT INFORMASI DAN KEGIATAN MAHASISWA
- Mengungkapkan konsep-konsep yang akan di Transformasikan ke dalam rancangan fisik arsitektural.