• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KELAS X SMA NEGERI 1 VII KOTO SEI. SARIK KABUPATEN PADANG-PARIAMAN JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KELAS X SMA NEGERI 1 VII KOTO SEI. SARIK KABUPATEN PADANG-PARIAMAN JURNAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

DI KELAS X SMA NEGERI 1 VII KOTO SEI. SARIK KABUPATEN

PADANG-PARIAMAN

JURNAL

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Strata 1 (S1)

Rahma Yunita

Nim: 12020010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)

Nama

NPM

Program Studi Instansi : Rahma

Ylmita

:

12020010 : Pendidikan Sejarah

: Sekolah

Tinggi

Keguruan dan

llmu

Pendidikan

(STKIP)PGRI

Sumatera

Barat

Jurnal

ini

telah

disetujui

oleh dosen

pembimbing skripsi, untuk

diserahkan ke Program Studi Pendidikan Sejarah.

Padang Agustus 2016

Disetujui Oleh

: ..i -, I I I j .ff s H ,*# :{l .ii q

I

n l { l ,.{ It.ts'. t?: |l..,_

(3)

1

KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

DI KELAS X SMA NEGERI 1 VII KOTO SEI. SARIK KABUPATEN

PADANG-PARIAMAN

Rahma Yunita¹

Zafri²

Zulfa³

Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated by the problem of students who difficulty in history in terms of both material and non-material in the teaching of history, which ultimately have an impact on student learning outcomes themselves. on the basis of the issue of this research focuses on the class X of learning disability students in history courses . This study aimed to describe the difficulties of students in history courses in grade X SMAN 1 VII Koto Sei. Sarik Padang-Pariaman district. The method used in this research is descriptive qualitative method which is strongly associated with this research. In this descriptive qualitative research which research location in SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik Padang-Pariaman regency. Informants in this study were students of class X and history teachers who teach in class X. Thenthe technique used in this case is the observation, interviews and documentation study. In analyzing the data, this research through three stages : data reduction, data presentatio , and conclusion by Lexy J. Moleong (2008 : 330 ). The results showed that the students' learning difficulties on subjects such as the history of class X : ( 1) describe the picture of the difficulties students on the subjects of history , there are three forms, namely The History difficulties : learning mess, slow learning and inability to learn. ( 2 ) describe the dominant factor causing students' learning difficulties, namely in terms of the type of material tested by the history teacher is trouble on the material fact which is divided into four kinds, namely, the ( time ), the scene, the perpetrator (name of person ), and events ( events ), difficulties in material concept, and difficulties in material principle ( causality ). Based on these results it can be concluded that the learning difficulties of students in history courses in grade X SMAN 1 VII Koto Sei. Sarik Padang-Pariaman Regency namely the forms of students' learning difficulties and because the students still do not understand the material being taught by a teacher of history.

Kata Kunci :Kesulitan, Belajar Siswa, Mata Pelajaran Sejarah.

1

1

Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat.

² Dosen. Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat.

(4)

THE LEARNING DIFFICULTIES OF STUDENTS IN HISTORY

COURSES IN GRADE X SMAN 1 VII KOTO SEI. SARIK

PADANG-PARIAMAN REGENCY

Rahma Yunita¹

Zafri²

Zulfa³

Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah siswa-siswa yang berkesulitan dalam pembelajaran sejarah baik dari segi materi maupun dari non materi dalam pembelajaran sejarah, yang akhirnya berdampak kepada hasil belajar siswa itu sendiri. Atas dasar masalah tersebut penelitian ini difokuskan pada kelas X tentang kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang-Pariaman. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif yang sangat berkaitan dengan penelitian ini. Pada penelitian kualitatif deskriptif ini yang mana lokasi penelitiannya di SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik Kabupaten Padang-Pariaman. Informan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan guru sejarah yang mengajar di kelas X. Kemudian teknik yang digunakan dalam hal ini ialah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Dalam menganalisis data, penelitian ini melalui 3 tahapan yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan menurut Lexy J. Moleong (2008:330). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X seperti : (1) mendeskripsikan gambaran kesulitan siswa pada mata pelajaran sejarah terdapat tiga bentuk-bentuk kesulitan sejaran yaitu : kekacauan belajar, lambat belajar dan ketidakmampuan dalam belajar. (2) mendeskripsikan faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar siswa yaitu dilihat dari jenis materi yang diujikan oleh guru sejarah yaitu kesulitan pada materi fakta yang terbagi atas empat macam yaitu, tahun (waktu), tempat kejadian, pelaku (nama orang), dan peristiwa (kejadian), kesulitan pada materi konsep, dan kesulitan pada materi prinsip (sebab-akibat). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik Kabupaten Padang-Pariaman yaitu adanya bentuk-bentuk kesulitan belajar siswa dan karena siswa masih kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru mata pelajaran sejarah.

Keywords :

Difficulties

,

Learning of Students, in History Courses

1

1Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat.

²Dosen. Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat.

(5)

3

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu

kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Maju mundurnya suatu bangsa

ditentukan oleh kreatifitas pendidikan

bangsa itu sendiri dan kompleknya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus. Selain itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi.

Pendidikan di sekolah merupakan suatu keharusan dalam menghadapi berbagai

permasalahan dan tantangan, seperti

meningkatkan sumber daya manusia. Oleh sebab itu, sekolah harus berupaya keras untuk meningkatkan kemampuan daya saing sumber daya manusia yang propesional.

Salah satu aspek yang mampu

mempersiapkan tenaga yang propesional

adalah melalui pendidikan formal di

sekolah-sekolah. Sekolah sebagai sarana yang bertujuan menambah pengetahuan kepada siswa-siswa, yang mana salah satu pengetahuan tersebut melalui pelajaran sejarah.

Pelajaran sejarah adalah salah satu

di antara sejumlah pelajaran yang

mengajarkan kepada siswa untuk

memperkenalkan nilai-nilai luhur

bangsanya. Mata pelajaran sejarah mampu menumbuhkan sikap nasionalisme namun banyak dari siswa yang mempelajari sejarah tidak mampu merealisasikan apa yang terkandung di dalam mata pelajaran sejarah itu sendiri.

Selain itu dalam pelaksanaannya, pembelajaran tidak pernah luput dari dampak negatif yang bisa muncul sewaktu-waktu dan menjadi penghambat tercapainya tujuan belajar. Dampak negatif tersebut salah satunya yaitu kesulitan untuk belajar sejarah yang menimbulkan munculnya kejenuhan dalam diri siswa.

Kesulitan yang dialami siswa pada saat mata pelajaran sejarah tentunya akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar yang akan di capai oleh siswa itu sendiri. Selain itu, kesulitan siswa bisa

dilihat dari pemahaman materi, cara belajar siswa yang kurang efektif, dan kesulitan siswa dalam menghafal yang membuat mata pelajaran sejarah menurun. Mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang materinya berisikan sejarah peristiwa masa lampau, sehingga pada saat pelajaran sejarah

sedang berlangsung siswa sering

menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadap materi pembelajaran sejarah yang diajarkan oleh guru sejarah.

SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik merupakan salah satu lembaga pendidikan yang terletak di Kecamatan VII Koto Sei.

Sarik Kabupaten Padang-Pariaman.

Berdaskan observasi awal yang penulis lakukan di SMA Negeri1 VII Koto Sei. Sarik para siswa kelas X di sekolah ini

umumnya mengalami kesulitan dalam

belajar sejarah.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah gambaran kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik Kabupaten Padang-Pariaman dan faktor

apakah yang dominan menyebabkan

kesulitan belajar berdasarkan jenis materi yang diujikan oleh guru sejarah di kelas X SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik Kabupaten Padang-Pariaman.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan gambaran kesulitan siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Negeri 1 VII Koto sei. Sarik Kabupaten

Padang-Pariaman dan Mendeskripsikan

faktor yang paling dominan menyebabkan kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah berdasarkan jenis materi yang di ajarkan oleh guru sejarah di kelas X SMA N 1 VII Koto Sei. Sarik Kabupaten Padang-Pariaman.

Mulyono Abdurrahman (2012:2) kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability, yang artinya learning berarti belajar dan disability artinya ketidakmampuan sehingga

arti yang sebenarnya adalah

ketidakmampuan belajar Kesulitan belajar

merupakan suatu kondisi tertentu yang

ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasinya. Orang yang mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil

(6)

belajar akan mendapatkan hasil yang rendah dan tidak sesuai dengan keinginan.

Mulyono Abdurrahman (2012:10) bentuk kesulitan belajar siswa meliputi: 1. Kekacauan belajar, adalah keadaan

dimana proses belajar seseorang

terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya tertanggu atau terhambat oleh

adanya respons-respons yang

bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.

2. Gejala proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut

tidak menunjukkan adanya

subnormalitas mental, gangguan alat

indra, atau gangguan psikologis

lainnya. Contoh: siswa yang sudah belajar dengan tekun tetapi tidak mampu menguasai bahan pelajaran dengan baik.

3. Mengacu kepada siswa yang

sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

4. Lambat belajar adalah siswa yang lambat

dalam proses belajar, sehingga ia

membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

5. Ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu

belajar atau menghindari belajar,

sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

Aunurrahman (2011:33) belajar

merupukan kegiatan penting setiap orang, termasuk dalamnya bagaimana seharusnya belajar. Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang

belum memiliki pengetahuan tentang

sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memilki sikap, kebiasaan atau tingkah laku

yang belum mencerminkan eksistensi

dirinya sebagai pribadi baik atau positif,

menjadi siswa yang memiliki sikap,

kebiasaan dan tingkah laku yang baik.

Slameto (2010:2)) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Oemar Hamalik (2001:245), materi adalah bahan ajara atau pokok bahasan yang diberikan oleh guru kepada anak didik saat berlangsungnya belajar mengajar di sekolah materi pelajaran merupakan isi bahan yang akan diterangkan kepada siswa untuk menambah pengetahuan di sekolah materi pelajaran adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan intruksional yang mencapai aspek jenis prilaku dan aspek lainnya, materi pelajaran dapat berupa macam-macam bahan seperti buku naskah, persoalan, gambar dan lain sebagainya.

Jenis materi pembelajaran dapat diuraikan satu persatu sebagai berikut :

1. Fakta

Oemar Hamalik

(2013:26) fakta adalah sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat dan

kejadian. Fakta merupakan

berbagai gejala yang dapat

digambarkan oleh panca indra karakteristik fakta bersifat unggul, ada dan pernah terjadi contoh dalam mata pelajaran sejarah, peristiwa sekitar proklamasi 17

Agustus 1945 dan

pembentukannya.

Fakta sebenarnya

bukanlah kenyataan itu sendiri juga merupakan apa yang dilihat seperti dokumen, benda-benda peninggalan sejarah dan lain sebagainya tetapi

fakta adalah kejadian yang

diungkapkan tentang apa yang dilihat wujudnya secara nyata. 2. Konsep

Oemar Hamalik (2013:26) konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi

dari kekhususan-kekhususan.

Konsep adalah defenisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Ratna Wilis Dahar (2011:62)

(7)

5

Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Konsep merupakan konstruk dari berbagai fakta, contohnya pengertian sejarah dan defenisi sejarah.

3. Prinsip

Oemar Hamalik

(2013:26) prinsip adalah ide utama, pola skema yang ada

dalam materi yang

mengembangkan hubungan

antara beberapa konsep. Dengan

kata lain prinsip adalah

hubungan fungsional dari

beberapa konsep. Karakteristik sejarah tidak hanya dibutuhkan deskripsi-deskripsi faktual saja,

tetapi sejarah membutuhkan

suatu penjelasan mengenai hal-hal yang berada dibalik fakta tersebut. Hubungan antara fakta

dengan penjelasan “kausalitas”

sangat erat sekali tanpa adanya deskripsi-deskripsi.

Beberapa pakar pendidikan sejarah maupun sejarawan memberikan pendapat tentang fenomena pembelajaran sejarah yang terjadi di Indonesia diantaranya masalah model pembelajaran sejarah, kurikulum sejarah, masalah materi dan buku ajar atau buku teks, profesionalisme guru sejarah dan lain sebagainya. Menurut Brian Garvey dan Mary Krug (2015:2) bahwa belajar sejarah adalah, (a) memperoleh pengetahuan tentang fakta-fakta, (b) mendapatkan pemahaman

atau penghargaan mengenai peristiwa,

periode atau masyarakat yang hidup masa lalu, (c) memperoleh kemampuan dalam menilai dan mengkritik tulisan tentang

sejarah, (d) mempelajari bagaimana

melakukan penelitian sejarah, (e)

mempelajari cara menuliskan sejarah. Kedua adalah masalah kurikulum sejarah, karena kurikulum adalah salah satu komponen yang menjadi acuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Secara umum dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah rencana tertulis dan dilaksanakan

dalam suatu proses pendidikan guna

mengembangkan potensi peserta didik

menjadi berkualitas. Dalam sebuah

kurikulum termuat berbagai komponen, seperti, tujuan, konten dan organisasi

konten, proses yang menggambarkan posisi peserta didik dalam belajar dan asessmen hasil belajar. Selain komponen tersebut, kurikulum sebagai suatu rencana tertulis dapat pula berisikan sumber belajar dan peralatan belajar dan evaluasi kurikulum atau program.

Masalah profesionalisme guru

sejarah juga masih dipertanyakan, sampai saat ini masih berkembang kesan dari para guru, pemegang kebijakan di sekolah bahwa pelajaran sejarah dalam mengajarkannya tidak begitu penting memperhatikan masalah keprofesian, sehingga tidak jarang tugas mengajar sejarah diberikan kepada guru yang bukan profesinya. Sementara itu terlalu banyak sekolah yang memposisikan guru sejarah sebagi orang buangan, dan mata pelajaran sejarah sekedar sebagai pelengkap. Hal yang lainnya yaitu berkaitan dengan adanya kenyataan bahwa institusi resmi yang menjadi tempat pendidikan tambahan bagi guru sejarah hanya terlihat pada substansi historis dan metode pengajaran sejarah yang tertinggal jauh.

METODOLOGI

Berdasarkan masalah yang diteliti, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya pada waktu penelitian dilakukan, sedangkan penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan induktif yang penyusunan pengetahuan yang

menggunakan riset dan menekankan

subjektifitas serta arti pengalaman bagi individu.

Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 1 VII Koto sei. Sarik. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester

genap 2015/2016. Upaya untuk

mendeskripsikan data atau informasi yang relevan dengan masalah, maka dalam penelitian ini yang menjadi informan kuncinya ialah siswa kelas X dan guru sejarah kelas X SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang terbagi atas tiga

macam yaitu observasi, peneliti

(8)

secara langsung terkait tentang siswa yang berkesulitan belajar sejarah, yang kedua yaitu teknik wawancara, karena dalam wawancara ini peneliti memperoleh data mengenai kesulitan belajar sejarah pada mata pelajaran sejarah di kelas X. Teknik

yang ketiga digunakan ialah studi

dokumentasi, data yang diperoleh dalam penelitian ini ialah berupa nilai-nilai siswa yang telah dinilai oleh guru mata pelajaran sejarah.

Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini ialah triangulasi, menurut Moleong (2008:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. . Untuk itu peneliti dapat melakukannya dengan jalan :

1). Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan,

2). Mengeceknya dengan berbagai sumber data,

3). Memanfaatkan berbagai metode

agar pengecekan kepercayaan

data dapat dilakukan.

Dalam penelitian ini, yang digunakan yaitu mengeceknya dengan berbagai sumber data, dan dengan menggunakan penelitian ini juga peneliti bisa mendapatkan data yang valid.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada empat yaitu :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan), wawancara dan studi dokumentasi yang dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari catatan deskriptif yang merupakan catatan tentang apa yang dilihat, diamati, disaksikan, didengar, dan dialami sendiri oleh peneliti.

2. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai pemusatan perhatian

pada penyederhanaan,

pengabstraksian, dan

transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Proses

reduksi data ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung.

3. Penyajian data

Penyajian data merupakan tahapan yang dimaksud untuk memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus di lakukan untuk

selanjutnya, kemudian menganalisis kembali atau mengambil tindakan yang dianggap perlu.

4. Verifikasi/ penarikan kesimpulan

Verifikasi dan penarikan

kesimpulan merupakan langkah penting dalam kegiatan analisis. Dalam penarikan kesimpulan ini dicari arti bagian-bagian yang penting, juga dilakukan peninjauan ulang terhadap catatan lapangan dan tukar pikiran dengan teman sejawat atau orang-orang yang terlibat dalam penelitian untuk menempatkan temuan-temuan yang di hasilkan di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Kesulitan Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas X SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik

a. Kekacauan belajar

Kekacauan belajar yang mana dalam aspek-aspek kekacauan belajar yang sulit dirasakan siswa ialah pada aspek menalar dan berbicara sementara tiga aspek lainnya seperti mendengar, membaca, dan menulis tidak terlalu sulit.

Tabel 4. Bentuk-bentuk kekacauan belajar

No. Aspek bentuk-bentuk

kekacauan belajar Jumlah kesulitan siswa 1. Mendengarkan 1 2. Berbicara 4 3. Membaca 1 4. Menulis 1 5. Menalar 5

Sumber : data olahan sendiri

Dari data di atas, bentuk-bentuk kekacauan belajar yang banyak dirasakan sulit oleh siswa yaitu ada lima aspek. Setiap siswa memiliki perbedaan yang berbeda-beda, yang paling sulit yang dirasakan siswa berdasarkan aspek kekacauan belajar ialah berbicara dan menalar. Sedangkan tiga aspek lainnya tidak terlalu sulit bagi siswa itu sendiri.

Berdasarkan tabel di atas tentang bentuk-bentuk kekacauan belajar dengan

(9)

7

siswa kelas X.10 yang menyatakan

kekacauan dalam belajar yaitu 12 siswa, yang paling banyak di rasakan siswa ialah berbicara dan menalar sedangkan tiga aspek lainnya tidak terlalu kacau.

b. Lambat belajar

Lambat belajar yang terdapat lima aspek diantara kelima aspek itu yang paling sulit dirasakan siswa itu ialah kurang mampu menguasai materi yang disampaikan oleh guru, sementara empat aspek lainnya tidak terlalu sulit yang dirasakan siswa.

tabel 6. Tanda-tanda siswa lambat belajar

No. Aspek tanda-tanda

siswa lambat belajar

Jumlah kesulitan siswa 1. Kurang menaruh perhatian terhadap tugas-tugas 1 2. Kurang terbiasa

melakukan tugas belajar sendiri 2 3. Kurang mampu menguasai materi-materi pelajaran 7

4. Butuh waktu yang lama

untuk menyelesaikan

tugas-tugas

2

Sumber : data olahan sendiri

Dari data di atas, tanda-tanda siswa lambat belajar ada lima aspek, setiap siswa itu memiliki lambat belajar yang berbeda-beda dan diantara kelima aspek tersebut yang paling sering dialami siswa ialah aspek nomor tiga, yaitu kurang mampu menguasai materi-materi pelajaran.

Berdasarkan tabel di atas, aspek tentang lambat belajar siswa yang paling dominan ialah aspek kurang mampu menguasai materi-materi pelajaran. Hal ini di karenakan siswa mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam cara belajarnya masing-masing.

c. Ketidakmampuan belajar

Ketidakmampuan belajar yang

terbagi atas tigaaspek yaitu kesulitan

menerima, kesulitan memproses, dan

kesulitan menganalisis. Diantara ketiga aspek ini yang paling banyak dirasakan sulit oleh siswa ialah pada aspek menganalisis. Tabel 8. Bentuk-bentuk ketidakmampuan

belajar No. Aspek ketidakmampuan belajar Jumlah kesulitan siswa 1. Sulit menerima 5 2. Sulit memproses 2 3. Sulit menganalisis 5

Sumber : data olahan sendiri

Tabel di atas terlihat dengan jelas bahwa yang banyak dirasakan sulit oleh siswa tersebut ialah aspek sulit menerima dan aspek sulit menganalisis pelajaran

sejarah, berikut jawaban dari

ketidakmampuan siswa.

2. Faktor yang Dominan

Menyebabkan Kesulitan Belajar Berdasarkan Jenis Materi yang

Diujikan oleh Guri Mata

Pelajaran Sejarah di Kelas X SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik

a. Kesulitan memahami fakta

Kesulitan yang dialami oleh

beberapa siswa terlihat dari materi pelajaran yang berhubungan dengan materi fakta, diantaranya yaitu menghafal tahun/ waktu kejadian yang mana dalam hal ini siswa menyatakan sangat sulit sekali dalam menghafal tahun/ waktu kejadian karena materi yang berhubungan dengan tahun/

waktu kejadian sangat susah untuk

menghafalnya. Sementara itu bagi siswa selain tahun/ waktu kejadian dirasakan susah, ada materi yang dinyatakan susah yaitu pelaku/ nama orang sebagaimana yang dinyatakan siswa melalui wawancara yang intinya menghafal pelaku/ nama orang itu susah karena tulisannya yang tidak sesuai dan nama-nama orang luar, hal ini yang membuat siswa sulit dalam materi sejarah yang berhubungan dengan materi fakta.

Kesimpulannya bahwa kesulitan menghafal peristiswa (kejadian) yang ada dalam pembelajaran sejarah banyak bercerita masa lalu serta kejadian atau ceritanya sangat panjang dan banyak sekali.

b. Kesulitan memahami materi

konsep

Materi konsep jika dilihat dari materi konsepnya dapat dikatakan bahwa

belajar atau menghafal materi yang

berhubungan dengan konsep siswa-siswa banyak yang menyatakan sulit karena istilah-istilah yang berhubungan dengan materi konsep ini meragukan dan bahasanya sulit untuk dimengerti.

Pendapat dari beberapa siswa dan guru sejarah dapat di simpulkan bahwa, kesulitan dalam pembelajaran sejarah yang berhubungan dengan materi istilah-istilah (konsep) siswa-siswa tersebut banyak yang

(10)

kurang mengerti dengan kata-kata yang menggunakan istilah-istilah, hal ini jugalah yang membuat siswa-siswa tersebut sering lupa dan malas jika dihadapkan dengan materi yang berisikan konsep-konsep. Akan tetapi setiap siswa yang diwawancara memiliki kesulitan materi konsep yang

berbeda-beda seperti meragukan dan

bahasanya yang sulit untuk dimengerti.

c. Kesulitan memahami materi

prinsip (sebab-akibat)

Materi pada prinsip (sebab-akibat) kenyataan yang didapat dilapangan yaitu ada yang menyatakan sulit dan ada juga yang tidak terlalu sulit, hal ini ditandai oleh masing-masing siswa itu sendiri. Bagi yang mengatakan sulit, karena banyak materinya yang meragukan apalagi ketika diadakan ujian dengan pilihan essay. Sementara itu bagi siswa yang tidak merasa sulit, siswa dengan mudahnya menjawab pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang berhubungan dengan materi prinsip (sebab-akibat).

Berdasarkan wawancara

siswa-siswa kelas X, diketahui bahwa pada materi

prinsip atau sebab-akibat ada yang

mengatakan lumayan susah, dan ada juga yang mengatakan sangat sulit sekali,

sedangkan kesulitannya terlihat dari

kalimatnya yang banyak bahasanya juga sulit untuk di mengerti dan materinya meragukan. Untuk lebih jelasnya lagi akan dipermudah dengan tabel di bawah ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan, yaitu kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Negeri 1 VII Koto Sei. Sarik Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang-Pariaman yaitu, dilihat dari bentuk-bentuk kesulitan belajar siswa ada tiga faktor yaitu kekacauan belajar, Lambat belajar, dan ketidakmampuan belajar. Diantara ketiga bentuk-bentuk kesulitan belajar tersebut berbeda kesulitan yang dirasakan oleh masing-masing siswa.

Berdasarkan hal di atas jika dilihat dari materi yang paling dominan dirasakan sulit oleh siswa kelas X.10 itu ialah pada materi fakta dan materi konsep hal ini berhubungan dengan salah satunya yaitu kurangnya siswa memahami pada materi dan

siswa-siswa kurang aktif dalam

pembelajaran sejarah.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2010. Belajar Dan

Pembelajaran. Bandung :

Alfabeta.

Brian Garvey dan Mary Krug. 2015.

Model-Model Pembelajaran

Sejarah. Yogyakarta : Ombak. Mohammad Asrori. 2007. Psikologi

Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyono Abdurrahman. 2012. Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Oemar Hamalik. 2013. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Rudy Gunawan. 2013. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta.

Slameto. 2012. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung :

Gambar

Tabel 4. Bentuk-bentuk kekacauan belajar
tabel 6. Tanda-tanda siswa lambat belajar

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pendukung keputusan adalah suatu system yang berbasis computer yang mengkombinasikan data dan model dengan tujuan membantu para pengambil keputusan untuk

Puji dan syukur penul is panjatkan kehadirat Allah SubhanahuWaTa’ala atas rahmat, karunia, bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini yang

Pengkajian terhadap nilai upaya penang- kapan (E msy ) dan nilai hasil tangkapan (C msy ) saat berada pada keadaan MSY merupakan faktor pembatas dalam pemanfaatan sumber

Seperti terlihat pada gambar, ujung bawah salah satu kaki Folded Dipole harus diisolir dari kaki matching stub, dan sebagai bahan untuk isolator ini bisa dipakai acrylic, pertinax,

Dengan demikian, ada pengaruh positif yang signifikan antara intensitas membaca Asmaul Husna terhadap kecerdasan spiritual siswa kelas VII di MTs Uswatun Hasanah

Ketentuan yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dikaitkan dengan ketentuan pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang

Semakin tinggi Price Earnings Ratio (PER) menunjukkan prospek harga saham suatu perusahaan dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya,

Pembuatan padang rumput campuran dapat dilakukan dengan menyebar biji rumput yang dicampur dengan biji leguminosa (Mc Ilroy, 1976) atau seperti yang dinyatakan