• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN (Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN (Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH

NI’MAH KHOIRIYAH

NIM: 11111046

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

َﺪَﺟَو ﱠﺪَﺟ ْﻦَﻣ

“Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya”

ْﻦَﻣ ْﻢُﻛ ُﺮْـﻴَﺧ

ُﻪَﻤﱠﻠَﻋَو َناْﺮُﻘْﻟا َﻢﱠﻠَﻌَـﺗ

(7)

vii

1. Orang tuaku tercinta H. Suharto Abdul Hamid dan Hj. Sukamti Al-Istiqomah yang senantiasa tiada hentinya memberikan kasih sayangnya, nasihat, semangat dan keikhlasan do’a yang selalu tercurah kepada penulis, hormat dan baktiku kan selalu tertuju untuk mu.

2. Kakakku Mas Arief Zaenuddin dan Mbak Siti Roichatun, Adikku Hidayatur Rohmaniyah, juga keponakan tercinta Naila Faizatur Rosyida terima kasih atasdo’a, cinta, motivasi dan dukungan kalian.

3. Bapak dan Abah yai Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan yang selalu membimbing serta memberikan ilmu dan nasihatnya sehingga mampu memberikan keteduhan dan kedamaian ketika penulis mengaji dan hidup mandiri. Semoga Allah memberikan umur panjang, kesehatan dan ketaqwaan, dalam membimbing generasi penerus agama.

4. Sahabatku tercinta Khuzaimah, Nidhaul Husna, Ema Siti Rohyani yang telah memberikan sebuah makna kebersamaan, kehangatan, semangat, motivasi dan arahan yang berarti bagi penulis.

5. Keluarga besar Pondok Pesantren Salafyah Pulutan terkhusus santri putri. 6. Teman-teman seperjuangan keluarga besar Al-Khidmah Kota Salatiga dan

Alkhidmah Kampus IAIN Salatiga.

(8)

viii

(9)

ix

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Metode Menghafal Al-Qur’an (Studi Komparasi Pondok Pesantren

Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga).

Sholawat dan salam semoga senantiasa tersanjungkan kepada junjungan agung Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari peradaban zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang dengan kesempurnaan agama Islam juga yang dinanti-nantikan syafaatnya kelak di hari akhir.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI.

(10)

x

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.

7. Abah KH. Achmad Mudzakir dan Ibu Nyai Hj. Sayyidah Bashiroh pengasuh Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Abah KH.Munawir Munajad pengasuh Pondok Pesantren Nazzalal Furqon yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan informasi bagi penulis

8. Mbak Ana Faizah beserta keluarga besar Pondok Pesantren Sabilul Huda, dan Mbak Faizah Wahyu Hidayah, Mbak Annifatul Lailia beserta keluarga besar Pondok Pesantren Nazzalal Furqon yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk keperluan penyelesaian skripsi.

9. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendidik, mencurahkan pengorbanan, kasih sayang, nasehat, motivasi, dukungan dan do’a restu yang tiada henti

bagi keberhasilan studi penulis.

10. Teman-teman tercinta dan keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Lor, Salatiga.

11.Teman seperjuangan angakatan 2011 terkhusus PAI B yang telah berjuang dan belajar bersama di IAIN Salatiga.

(11)

xi

mestinya.

(12)

xii

Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Kata Kunci : Metode Menghafal Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Pondok pesantren tahfizhul qur’an, yaitu pondok pesantren yang mengkhususkan diri dalam mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an, pondok pesantren khusus menghafal Al-Qur’an yang mana setiap lembaga pendidikannya mempunyai karakteristik masing-masing dalam proses pembelajarannya dan terkhusus pada metode-metode yang digunakan dalam pendidikan penghafalan untuk menghasilkan para penghafal Al-Qur’an yang berkualitas. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan ke dalam dua pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga? (2) Apakah perbedaan dan persamaan metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga?.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Wawancara peneliti lakukan kepada pengasuh dan beberapa santri yang menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga.

Hasil temuan penelitian menunjukkan: (1) Metode yang digunakan di PP. Sabilul Huda adalah tidak diterapkan metode khusus, metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode wahdah, metodetakrir, metode semaan sesama tahfidz, deresan wajib 1 hari 3 juz, dan metode yang digunakan di PP. Nazzalal Furqon adalah tidak diterapkan metode khusus, metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metodewahdah, metode

takrir, metode semaan sesama tahfidz, metode muroja’ah kelompok, metode

deresan wajib ¼ juz. (2) Persamaan metode yang digunakan santri dalam menghafal Al-Qur’an di PP.Sabilul Huda Banyubiru dan PP Nazzalal Furqon Salatiga adalah metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode wahdah, metode takrir, metode semaan dengan sesama tahdfidz, dan metode deresan wajib 3 juz. (3) Perbedaan metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an antara santri di PP Sabilul Huda Banyubiru, yaitu: metode

deresan wajib 3 juz, sedangkan di PP Nazzalal Furqon Salatiga adalah metode

(13)

xiii

2. Nama-nama Al-Qur’an... 17

(14)

xiv

2. Metode Kitabah. ... 30

3. Metode Sima’i... 31

4. Metode Gabungan... 31

5. Metode Jama’... 32

6. Metode Semaan dengan Sesama Teman Tahfidz. ... 32

7. Metode Takrir. ... 32

8. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an sebelum Menghafal... 33

9. Menyetorkan Hafalan kepada Guru yang Tahfidz Al-Qur’an... 34

BAB III PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. GambaranUmumPondok Pesantren ... 38

1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Sabilul HudaBanyubiru . ... 38

a. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren. ... 38

b. Lokasi Pondok Pesantren. ... 41

c. Tujuan Pondok Pesantren. ... 41

d. Struktur Kepengurusan. ... 42

e. Sarana Dan Prasarana. ... 43

f. Keadaan Santri ... 44

g. Program Kegiatan. ... 44

2. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga . ... 48

a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren. ... 48

b. Lokasi Pondok Pesantren. ... 50

c. Visi dan Misi . ... 51

d. Sarana dan Prasarana . ... 51

e. Keadaan Santri... 52

(15)

xv

a. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an PP. Sabilul huda... 62 b. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an PP. Nazzalal

furqon... 64

BAB IV ANALISIS DATA

A. Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda... 66 B. Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon... 69 C. Persamaan Metode Menghafal Al-Qur’an... 72 D. Perbedaan Metode Menghafal Al-Qur’an... 78 E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok

Pesantren………... 80 1. Kelebihan Metode Menghafal Al-Qur’an………. 80 2. Kekurangan Metode Menghafal Al-Qur’an……….. 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 83 B. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA………. 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(16)

xvi

(17)

xvii

3. Kegiatan Mengaji Al-Qur’an Santri PP.Nazzalal Furqon 4. Kegiatan Muroja’ah Kelompok di PP.Nazzalal Furqon

5. Kegiatan Semaan dengan Sesama Teman Tahfidz di PP. Nazzalal Furqon 6. Kegiatan Mengaji Kitab di PP. Nazzalal Furqon

7. Kegiatan Mengaji Al-Qur’an dengan Abah Yai di PP. Sabilul Huda 8. Kegiatan Mengaji Al-Qur’an dengan Ibu Nyai di PP. Sabilul Huda 9. Kegiatan Deresan Wajib 1 Hari 3 Juz di PP. Sabilul Huda

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar dan mulia yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sangat tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu (Syihab,1999:3)

Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), serta manusia dengan alam sekitarnya (hablum min ‘alam). Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten. (Al Munawar,2002:3)

Dalam Al-Qur’an terdapat berbagai ilmu pengetahuan yang manfaatnya yang sangat besar dan luar biasa bagi manusia untuk dipelajari. Adapun berbagai macam ilmu pengetahuan dan manfaat tersebut tidak mudah dan tidak mungkin untuk diperoleh tanpa adanya proses pendidikan.

(19)

Proses pendidikan adalah suatu usaha yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu dalam kelangsungan sepanjang hidup di lingkup masyarakat.

Dalam mempelajari ilmu agama, salah satunya adalah ilmu Al-Qur’an, dapat dijumpai di lembaga-lembaga pendidikan seperti pendidikan di lingkup pesantren. Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan ke-agamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren, yang biasa disebut dengan istilah pondok atau pondok pesantren.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dan unik. Sesuatu yang unik pada dunia pesantren ialah begitu banyak variasi antara satu pesantren dengan pesantren yang lain. Namun begitu, dalam berbagai aspek dapat ditemukan kesamaan umum dan variabel struktural seperti dalam bentuk kepemimpinan, organisasi kepengurusan, dewan pengasuh atau kiai juga dewan asatidz atau dewan guru dan bagian lainnya.

(20)

penghafalan untuk menghasilkan para penghafal Al-Qur’an yang berkualitas. Di zaman sekarang ini sudah banyak lembaga-lembaga atau instansi pendidikan umum baik lembaga pendidikan negeri dan lembaga pendidikan swasta yang di dalamnya mengkhususkan untuk mempelajari berbagai ilmu Al-Qur’an seperti contoh sistemtahfizh Al-Qur’anatau dalam menghafal ayat Al-Qur’an dari sebagian surat-surat Al-Qur’an atau surat-surat pendek sebagaimana di kalangan pendidikan SD-sederajat, SMP-sederajat, dan SMA-sederajat bahkan di jenjang perguruan tinggi seperti di Kampus IAIN Salatiga ini dalam proses perkuliahannya terdapat mata kuliah Al-Qur’an, dan ciri khas dalam mata kuliah tersebut adalah identik dengan menghafalkan sebagian dari surat-surat Al-Qur’an yaitusepertisurat pendek atau surat-surat Al-Qur’an pilihan. Hal tersebutlah yang menarik penulis untuk mengadakan penelitian guna mengetahui karakteristik dua pesantren yang mengkhususkan dalam pendidikan Al-Qur’an (menghafal Al-Qur’an) sebagai pendidikan utamanya, tanpa menghilangkan tradisi kitab kuning didalamnya.

Pesantren yang menjadi objek penelitian ini adalah Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah dan Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru yang merupakan pesantrentakhassus Al-Qur’an. Dimana pendidikan utamanya adalah pendidikan Al-Qur’an (menghafal Al-Qur’an), disamping itu diajarkan juga ilmu-ilmu agama lainnya, seperti ilmu nahwu, tajwid, fiqih, akhlak, tarikh dan lain sebagainya.

Pondok Pesantren Sabilul Huda adalah pondok pesantren tahfizhul

(21)

pesantren, melainkan santri diperbolehkan mengikuti pendidikan formal di tingkat sekolah. Sedangkan di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon ini adalah sebuah pondok pesantren takhassus menghafal Al-Qur’an yang notabenenya benar-benar khusus untuk menghafal Al-Qur’an, yang mana di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon ini santri tidak diperbolehkan mengikuti pendidikan formal di luar pesantren karena murni di fokuskan untuk mempelajari Al-Qur’an di lingkup pesantren saja.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, penulis bermaksud mencari karakteristik masing-masing pesantren dalam metode menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan studi komparasi atau perbandingan. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Metode Menghafal Al-Qur’an Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka fokus penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dirumuskan maka, penelitin ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga.

2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Dari tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat: 1. Secara teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan keilmuan dalam bidang pengajaran Al-Qur’an, khususnya mengenai metode dalam menghafalkan Al-Qur’an dengan mengetahui metode tahfizhul qur’an di pondok pesantren yang menjadi obyek peneliti, dapat memberikan manfaat motivasi dan semangat dalam menghafal dan juga bermanfaat di bidang ilmu lainnya.

2. Secara praktis

(23)

wawasan ilmu sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas dalam menghafal Al-Qur’an bagi para generasi qur’ani.

E. Penegasan Istilah

Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti pembahasan, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul di atas antara lain ;

1. Metode

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “metha” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian dapat diartikan

bahwa metode adalah cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. (Munir, 2006: 6)

2. Menghafal Al-Qur’an

Menghafal dalam bahasa Indonesia yang berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan. (Munjahid, 2007: 74). Dalam kamus bahasa Arab kata menghafal berasal dari kata

hafizha-yahfazhu-hifzhan (ﺎﻈﻔﺣ ﻆﻔﺤﯾ ﻆﻔﺣ) yang artinya memelihara, menjagadan menghafal

dengan daya ingatan atau memori.Sedangkan Al-Qur’an juga merupakan bahasa Arab yang artinya bacaan atau yang dibaca.

Menghafal Al-Qur’an yang biasa dijuluki dengan sebutanhifzhi

(24)

memelihara kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan

kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir. (Munjahid, 2007: 73-74)

3. Studi Komparasi

Studi adalah pelajaran, penggunaan waktu dan fikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan, dapat juga berarti penyelidikan. Komparasi atau analisis komparatif menggunakan logika perbandingan.

Menurut Aswarni Sudjud, penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan dan perbedaan pandangan orang, grup, negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide. (Arikunto, 2010: 310)

Jadi, studi komparasi adalah suatu pelajaran atau penyelidikan tentang perbandingan antara benda satu dengan benda yang lain, dapat dilihat dari segi kesamaan benda dan perbedaan benda.

4. Pondok Pesantren

(25)

sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal. (Qomar, tt: 2)

5. Sabilul Huda

Sabilul Huda adalah nama pondok pesantren yang terletak di daerah Krajan Tegaron Banyubiru. Pondok Pesantren Sabilul Huda adalah sebuah asrama pendidikan Islam atau tempat untuk mempelajari agama Islam khususnya untuk menghafal Al-Qur’an.

6. Nazzalal Furqon

Nazzalal Furqon adalah sebuah pondok pesantren yang terletak di Jl.Raya Tingkir Tengah Salatiga. Pondok Pesantren Nazzalal Furqon adalah sebuah asrama pendidikan Islam yang tidak jauh berbeda dengan Pondok Pesantren Sabilul Huda yang mana notabenenya adalah tempat untuk belajar agama Islam khususnya bagi para tahfizhul qur’an atau para penghafal Al-Qur’an.

F. Metode Penelitian

Kedudukan metode penelitian sangat penting dalam suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian merupakan teknik atau cara yang digunakan demi keberhasilan sesuai hasil yang diinginkan. metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

(26)

deskriptif, yaitu dengan membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon.

2. Kehadiran Peneliti

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi dan terlibat secara langsung dalam aktivitas santri, terutama dalam usahanya dalam memperoleh data dan berbagai informasi.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Sabilul Huda terletak di Desa Krajan Tegaron Banyubiru dan di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon di Jl.Raya Tingkir Tengah Salatiga.

4. Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moeleong, 1989:157). Data dalam penelitian adalah semua data yang diperoleh dari informan yang dianggap penting dan juga dihasilkan dari dokumentasi yang menunjang. Data yang penulis peroleh berasal dari unsur-unsur yang terkait dengan judul yang diteliti. Diantaranya pengasuh pondok pesantren, santri, dan ustadz di Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon.

5. Prosedur Pengumpulan Data

(27)

a. Observasi

Menurut Marshall, menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. (Sugiyono, 2013: 226)

Pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap sumber data. Dalam hal ini peneliti akan langsung melakukan pengamatan terhadap metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon untuk memperoleh gambaran umum tentang metode menghafal Al-Qur’an pada objek yang diteliti.

b. Wawancara

Menurut Esterberg, wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,2013: 231) ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung atau bertatap muka antara peneliti dengan narasumber atau informan untuk mendapatkan sumber-sumber data atau informasi-informasi data yang di-butuhkan oleh peneliti. Wawancara ini dilakukan kepada pengasuh pondok pesantren (kiai), ustadz dan santri yang sedang prosestahfizhul qur’an di pondok pesantren tersebut. c. Dokumen

(28)

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2013: 240) metode ini digunakan untuk memperluas pengamatan dan wawasan juga dalam pengumpulan data dari kedua pondok tersebut. 6. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik analisis diskriptif komparatif.

a. Analisis deskriptif

Metode ini sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/ objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1990: 100) analisis ini di-gunakan untuk mengetahui keadaan atau fakta-fakta yang terdapat pada kedua pondok pesantren yang diteliti dalam metode menghafal Al-Qur’an.

b. Analisis komparatif

(29)

7. Pengecekan keabsahan data

Untuk keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam menggunakan kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Metode yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data yaitu :

a. Triangulasi sumber

Yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu yang berbeda.

b. Triangulasi metode

Yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moeleong, 2008: 330-331)

8. Tahap-tahap penelitian

Tahap ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.

a. Tahap pra-lapangan

(30)

Nazzalal Furqon, maka peneliti menyusun rancangan penelitian berupa rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian, memilih dan menentukan informan, serta menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Dibagi atas tiga bagian, yaitu:

(1) memahami latar penelitian dan persiapan diri (2) memasuki lapangan, dan

(3) berperan serta sambil mengumpulkan data. c. Tahap analisis data

Penulis menganalisis hasil temuan data dari penelitian baik secara lisan ataupun tulisan. (Moeleong, 2008: 127-148)

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan penulis susun dengan sistematika sebagai berikut ; 1. Bagian Awal

Pada bagian awal meliputi ; sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian inti

(31)

Bab I ; Pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II ; Landasan Teori. Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi ; pengertian dan keutamaan Al-Qur’an, adab membaca Al-Qur’an, keutamaan menghafal Al-Qur’an, dan metode menghafal Al-Qur’an.

Bab III ; Paparan data dan hasil penelitian. Berisi tentang gambaran umum dari kedua pondok pesantren yang meliputi : sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, struktur kelembagaan, sarana dan prasarana,keadaan santri, program kegiatan. Hasil wawancara tentang metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga.

Bab IV ; Analisis Data. Bab ini berisikan tentang analisis komparasi metode menghafal Al-Qur’an antar kedua pondok pesantren , dari segi penerapan, persamaan dan perbedaannya.

Bab V ; Penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan, dan saran. 3. Bagian akhir

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’an

Kitab suci kaum muslimin yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya, secara populer dirujuk dengan nama Al-Qur’an(ن ا ﺮ ﻘ ﻟ ا).

Menurut Djalal (2013: 4) secara bahasa kata Al-Qur'an merupakan

mashdar yang maknanya sinonim dengan kata qira'ah (bacaan). Al-Qur'an

dengan artiqira'ahini, sebagaimana dalam firmanAllah SWT :



Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkan-nya (di

dadamu) dan (membuatmu) pandai membacanya. Apabila Kami

telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya itu”. (QS. Al-Qiyamah/75:17-18)

Ada pendapat para ulama' lain yang menerangkan pengertian Al-Qur'an menurut bahasa ini, yakni:

a. Az-Zujaj (wafat 311 H) mengatakan bahwa lafal Al-Qur'an itu berupa

isim sifat, ikutwazanfu'lan yang diambil dari kata:Al-Qar'uyang berarti

(33)

menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan

kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S.

An-Nahl/16: 89 )

b. Al-Farra' (wafat 207 H) mengatakan, bahwa kata Al-Qur'an itu berupa

isim musytaq ikut wazan fu'lan, diambil dari lafal Al-Qara'in, bentuk

jamak dari kata qarinah yang berarti bukti. Kitab Al-Qur'an dinamakan demikian, karena sebagiannya membuktikan kebenaran sebagian yang lain. (Djalal, 2013: 5-6)

Menurut istilah yang dikutip dari Muhammad Ali Ash-Shobuny, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang melemahkan tantangan musuh (mu’jizat)

yang diturunkan kepada Nabi atau Rasul yang terakhir dengan perantara Malaikat Jibril, tertulis dalam beberapa mushaf, dipindahkan (dinukil) kepada kita secara mutawatir, merupakan ibadah dengan membacanya, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas. (Munjahid, 2007: 25-26).

2. Nama-nama Al-Qur'an

Selain memiliki nama Al-Qur'an, menurut Thanthawi (2013: 30-32) wahyu yang diterima oleh Rasulullah saw tersebut juga memiliki nama yang lain, di antaranya yaitu:

a. Al-Furqan, karena kitab suci ini membedakan antara yang benar dan

(34)





Artinya: "Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan

(Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar ia menjadi pemberi

peringatan kepada seluruh alam." (QS. Al-Furqaan/25: 1)

b. Al-kitab, hal ini didasarkan pada firman-Nya



Artinya:"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada

hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak mengadakan

kebengkokan di dalamnya."(QS. Al-Kahfi/18: 1).

c. Adz-Dzikr, di dalam Al-Qur'an disebutkan:



Artinya: "Dan Al-Qur'an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang

mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka,

mengapakah kamu mengingkarinya?" (QS. Al-Anbiyaa'/21:

50)

3. Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an

Sebagaimana kita ketahui Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai pedoman umat manusia, dengan begitu Al-Qur'an sudah pasti mempunyai keutamaan-keutamaan yang luar biasa bagi umat manusia, diantaranya:

a. Al-Qur’an adalah cahaya

(35)







Artinya: " Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al

Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada

jalan yang lurus.”(QS. Asy-Syura/42: 52)

b. Al-Qur'an sebagai rahmat, petunjuk dan obat, Allah swt berfirman:



Artinya: "Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu Al-Qur'an), obat bagi penyakit yang ada dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang

yang beriman."(QS. Yunus/: 57) (http://muslim.or.id)

Al-Qur'an begitu besar kemuliaannya, Menurut Sugianto (2004: 32-34) di dalam Al-Qur'an banyak sekali keutamaan yang di dapat-kan, seperti halnya keutamaan-keutamaan membaca Al-Qur'an sebagai berikut:

1. Membaca Al-Qur’an di dalam ajaran Islam dinilai sebagai ibadah. Dan orang yang membacanya dijanjikan pahala di sisi Allah swt.

(36)

3. Al-Qur’an merupakan sebaik-baik bacaan orang mukmin 4. Al-Qur’an sebagai obat dan penawar

Menurut Syu'aib (2012: 47-49) keutamaan membaca dan mengkaji Al-Qur'an telah disebutkan dalam firman Allah swt:



Artinya:"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt,

dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya.

Sesungguhnya Allah swt Maha Pengampun lagi Maha

Mensyukuri."(QS. Fathir/35:29-30)

Dan juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radhyallahu 'anha:

Artinya:Dari Aisyah radhyallahu ‘anha, dia berkata, “Rasulullah saw telah

bersabda, ‘Orang yang membaca Al-Qur'an dengan fasih dan lancar akan dikelompokkan dengan orang-orang yang mulia.

Orang yang membaca Al-Qur’an dengan tidak lancar, namun ia

berupaya untuk membacanya, maka ia akan mendapat dua

(37)

Apabila di suatu lingkungan ada seorang penghafal Al-Qur’an, ia berhak untuk didahulukan menjadi imam atau pemimpin dalam permasalahan agama, lebih-lebih dalam ibadah sholat. Dan Ibnu Mas'ud Al-Anshari Al-Badri ra., meriwayatkan dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda :

َـﻳ

Artinya: "Orang yang menjadi imam dalam suatu masyarakat adalah orang

yang paling hafal kitab Allah (Al-Qur’an) di antara mereka.

Apabila mereka sama dalam hafalan maka yangmaka yang lebih dahulu masuk Islam. Sungguh, jangan sekali-kali seorang laki-lakimenjadi imam atas laki-laki lain di hadapan orang tersebutdan jangan duduk di rumahnya sebagai bentuk penghormatan kecuali

atas izinnya."{HR. Muslim}(Zawawie, 2011: 77-78)

B. Adab Membaca Al-Qur’an

Dinamakan kitab suci,membaca Al-Qur'an di dalam ajaran Islam di nilai sebagai ibadah. Diwajibkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an. Sebab, membaca Al-Qur’an dapat mengangkat derajat, menghapus segala kejelekan, mendidik akhlak, mencerahkan jiwa,serta orang yang membacanya dijanjikan pahala di sisi Allah. Allah Swt berfirman:



Artinya: “Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan

mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,

mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi ” (QS.

Al-Faathir/35: 29)

(38)

,ٌﺔَﻨَﺴَﺣ ُﻪَﻠَـﻓ ِﻪﱠﻠﻟا ِبﺎَﺘِﻛ ْﻦِﻣ ﺎًﻓْﺮَﺣ َأَﺮَـﻗ ْﻦَﻣ

mendapatkan sebuah kebaikan. Dan satu kebaikan tersebut dilipat gandakan menjadi sepuluh. Aku tidak pernah berkata alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif itu satu huruf, lam satu huruf, dan mim

satu huruf.”{HR. Bukhori dan Tirmidzi }(Al-Albani, 2013: 236-237)

Di dalam buku Ahsin (2000: 32-34) diterangkan dalam membaca kitab suci Al-Qur’an pun terdapat anjuran-anjuran atau etika yang dianjur-kan bagi orang yang membaca Al-Qur’an untuk dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Membaca Al-Qur’an sesudah berwudhu, karena ia termasuk dzikrullah yang paling utama.

3. Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hikmat. Allah berfirman:

(39)

4. Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca. 5. Membaca ta’awudz sebelum membaca ayat Al-Qur’an.

Allah berfirman:

Artinya: "Apabila kamu membaca Al-Qur'an hendaklah meminta

perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (QS.

An-Nahl/16: 98)

6. Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali permulaan surah At-Taubah.

Artinya: "Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (QS.

Al-Muzamil/73: 4)

8. Tadabur/ memikir terhadap ayat-ayat yang dibacanya. Allah berfirman:

Artinya: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu yang

penuh dengan berkah supaya kamu memperhatikan ayat-ayatnya." (QS. Shaad/38: 29)

(40)

ِﻦْﺑ ِﺪِﻟﺎَﺧ ْﻦَﻋ ,ٍﺪْﻌَﺳ ِﻦْﺑ ِﺮْﻴِﺤَﺑ ْﻦَﻋ , ٍشﺎﱠﻴَﻋ ُﻦْﺑ ُﻞْﻴِﻌَﻤْﺳِإ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ : َﺔَﻓَﺮَﻋ ُﻦْﺑ ُﻦَﺴَﺤْﻟا ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ

Artinya:Al-Hasan bin Arafah menceritakan kepada kami, Ismail bin Ayasy

menceritakan kepada kami, dari Bahir bin Sa’ad, dari Khalid bin

Ma’dan, dari Katsir bin Murrah Al-Hadhrami, dari Uqbah bin Amir, ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

“Orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara keras sama

dengan orang yang bershadaqah secara terang-terangan.

Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara pelan,

maka ia sama dengan orang yang bershadaqah secara

sembunyi-sembunyi.”(Al-Albani, 2013: 240)

10. Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.

ِذَأ ﺎَﻣ : ُلﻮُﻘَـﻳ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا َلﻮُﺳَر َﻊِﻤَﺳ ُﻪﱠﻧَأ ُﻪْﻨَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا َﻲِﺿَر َةَﺮْـﻳَﺮُﻫ ﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ

َن

. ِﻪِﺑُﺮَﻬْﺠَﻳ , ِنَأْﺮُﻘْﻟﺎِﺑ ﻰﱠﻨَﻐَـﺘَـﻳ ِتْﻮﱠﺼﻟا ِﻦَﺴَﺣ ﱟﻲِﺒَﻨِﻟ َنِذَأ ﺎَﻣ ٍءْﻲَﺸِﻟ َﻪﱠﻠﻟا

Artinya:Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya ia pernah mendengar

Rasulullah saw bersabda, “Allah memperbolehkan melagukan

sesuatu menyamai bacaan seorang nabi yang bersuara bagus

dalam melagukan Al-Qur’an dengan suara yang kuat.” {HR.

Muslim 2/192} (Al-Albani, 2012: 806)

C. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

(41)

Secara etimologi, menghafal merupakan bahasa Indonesia yang berarti menerima, mengingat, menyimpan, memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan.

Menghafal dalam bahasa Arab berasal dari kata

hafizha-yahfazhu-hifzhan(

ﺎًﻈْﻔِﺣ_ُﻆَﻔ ْﺤَﯾ_َﻆِﻔَﺣ

) yang artinya : memelihara, menjaga, dan menghafal.

Orang yang hafal seluruh Al-Qur’an,oleh masyarakat dijuluki atau diberi gelar sebagai seorang yang (hafizh).

Pada zaman Rasulullah saw saat menerima wahyu dan mengajarkan Al-Qur’an kepada para sahabat dengan cara hafalan. Karena Nabi Muhammad saw

adalah seorang nabi yang ummi, yakni tidak pandai membaca dan menulis. Setelah suatu ayat diturunkan dan diterima oleh beliau, maka segeralah beliau menghafalnya dan segera pula beliau mengajarkan kepada para sahabatnya, sehingga benar-benar me-nguasainya, serta menyuruhnya agar mereka mereka menghafalnya. (Ahsin, 2000: 5-6)

(42)

Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia

yang Amat besar.” (QS. Al-Faathir/35: 32)

Dan disebutkan dalam hadits, Rasulullah saw bersabda:

َلﺎَﻗ ُﻪْﻨَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا َﻲِﺿَر ٍﺲَﻧَا ْﻦَﻋ

ِسﺎﱠﻨﻟا َﻦِﻣ َﻦْﻴِﻠْﻫَا ﱠﻞَﺟَو ﱠﺰَﻋ ِﻪﱠﻠِﻟا ﱠنِإ : .م.ص ِﻪﱠﻠﻟا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ :

ُﻞْﻫَا : َلﺎَﻗ ؟ ِﻪﱠﻠﻟا َلْﻮُﺳَرﺎَﻳ ْﻢُﻫ ْﻦَﻣ َﻞْﻴِﻗ : َلﺎَﻗ

ُﻪُﺘﱠﺻﺎَﺧَو ِﻪﱠﻠﻟا ُﻞْﻫَا ْﻢُﻫ ِنَاْﺮُﻘْﻟا

( ءﺎﺴﻨﻟاو ﻰﻣراﺪﻟاو ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑاو ﺪﻤﺣا ﻩاور )

Artinya: “Dari Anas r.a. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:

Sesunngguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari para manusia. Kata Anas selanjutnya: Lalu Rasulullah saw ditanya: Siapakah mereka itu wahai Rasulullah? Jawab beliau: Yaitu

Ahlul-Qur’an. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang istimewa

baginya. ” {HR. Ahmad, Ibnu Majah, An-Nasa’i, Ad-Darami}.

(Ahsin, 2000: 26-27)

Ada beberapa keutamaan menghafal Al-Qur’an menurut hadits Rasulullah saw, diantaranya adalah sabda Rasulullah Saw. Sebagai berikut:

ًﻜْﺸِﻣ ﱟﻮُﺸْﺤَﻤِﺑ اَﺮَﺟ ِﻞَﺜَﻤَﻛ ,ُﻩَأَﺮَﻘَـﻓ ُﻪَﻤّﻠَﻌَـﺗ ْﻦَﻤِﻟ ِناْﺮُﻘْﻟا َﻞَﺜَﻣ ﱠنِﺈَﻓ ,ُﻩْوُءَﺮْـﻗاَو َناْﺮُﻘﻟا اْﻮُﻤّﻠَﻌَـﺗ

ُحْﻮُﻔَـﻳ ,ﺎ

ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻴِﻛ ْوَأ ٍباَﺮَﺟ ِﻞَﺜَﻤَﻛ ُﻪُﻠَـﺜَﻤَﻓ ِﻪِﻓْﻮَﺟ ْﻲِﻓ َﻮُﻫَو ُﺪُﻗْﺮَـﻴَـﻓ ُﻪَﻤّﻠَﻌَـﺗ ْﻦَﻣَو ٍنﺎَﻜَﻣ ﱢﻞُﻛ ْﻲِﻓ ُﻪُﺤْﻳِر

ٍﻚْﺴِﻣ

Artinya:“Pelajarilah Al-Qur’an dan bacalah, sesungguhnya perumpama-an

orang yang mempelajari Al-Qur’an dan membacanya adalah seperti

tempat air penuh dengan minyak wangi misik, harumnya menyebar ke mana-mana. Barang siapa yang mempelajarinya kemudian ia tidur

dan di dalam hatinya terdapat hafalan Al-Qur’an adalah seperti

tempat air yang tertutup dan berisi minyak wangi misik”. {HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, serta Ibnu Hibban}.

(43)

yang memakainya memberikan bau wangi kepada orang-orang dan lingkungan di sekelilingnya. Dengan demikian orang yang menghafal Al-Qur’an diharapkan dan hampir dapat dipastikan dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan lingkungan.

Begitulah balasan Allah kepada orang yang menghafal Al-Qur’an. Dalam hadits yang lain juga dijelaskan bahwa cahaya penghafal Al-Qur’an nanti di akhirat akan dapat menyentuh kedua orang tuanya yang hal ini semua disebabkan berkah Al-Qur’an. (Munjahid, 2007: 73-75)

Masyarakat memberikan kedudukan yang tinggi pada orang yang menghafal Al-Qur’an, ini didukung oleh beberapa hadits Rasulullah. Berikut ini adalah keutamaan menghafal Al-Qur’an antara lain, adalah:

a. Allah memberikan kedudukan yang tinggi dan terhormat di antara manusia lain. Dari Umar bin Khaththab ra., bahwa Nabi Muhammad saw telah bersabda:

َﻦْﻳِﺮَﺧﻵا ِﻪِﺑ ُﻊَﻀَﻳَو ﺎًﻣاَﻮْـﻗَأ ِبﺎَﺘِﻜﻟا اَﺬَﻬِﺑ ُﻊَﻓْﺮَـﻳ َﻪﱠﻠﻟا ﱠنِإ

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kamu dengan kitab

ini dan menjatuhkan yang lain.” {HR. Muslim}

b. Termasuk sebaik-baik umat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

ُﻪَﻤﱠﻠَﻋَو َناْﺮُﻘْﻟا َﻢﱠﻠَﻌَـﺗ ْﻦَﻣ ْﻢُﻛ ُﺮْـﻴَﺧ

Artinya: "Sebaik-sebaik orang di antara kamu adalah orang yang

belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya."{HR. Bukhari} (Al-Albani,

2013: 736)

c. Orang yang hafal Al-Qur’an selalu diliput dengan rahmat Allah, dan mendapatkan cahaya Allah.

(44)

ِﻪﱠﻠﻟا ِبﺎَﺘِﻜْﻟا ُﻢُﻫُؤَﺮْـﻗَأ ُمْﻮَﻘﻟا ﱡمَﺆُـﻳ

Artinya:"Yang lebih berhak memimpin suatu kaum adalah yang paling

bagus bacaan Al-Qur'annya."{HR. Muslim}

e. Tergolong manusia yang paling tinggi derajatnya di surga.

f. Orang yang hafal Al-Qur’anmenemani para Nabi kelak di hari akhir dan termasuk golongan yang tidak peduli terhadap hisab, tidak terkejut sewaktu-waktu sangkakala ditiup dan tidak susah pada hari kegelisahan yang sangat besar. (Sugianto, 2004: 37-40)

Untuk mencapai kemuliaan atau keutamaan menghafal di atas, maka perlu diperhatikan dalam hal yang berkaitan dengan menghafal Al-Qur'an, Menurut Sugianto (2004: 52-54) sebelum memulai untuk menghafalkan Al-Qur'an, seorang penghafal hendaknya memenuhi beberapa syarat,yaitu:

1. Persiapan pribadi, yakni niat yang ikhlas dari calon penghafal, keinginan, pandangan dan usaha keras serta tanpa adanya paksaan dari siapa pun. 2. Bacaan Al-Qur'an yang benar dan baik, hal ini diutamakan dalam langkah

menghafalkan Al-Qur'an. Dengan demikian, akan menghasilkan hafalan yang benar dan baik pula.

3. Mendapat izin dari orang tua, wali, dan suami bagi wanita yang sudah menikah. Karena hal ini juga dapat mendukung dalam proses menghafal Al-Qur'an.

4. Memiliki sifat mahmudah (terpuji) yakni, menerapkan dalam hidup yang amar ma'ruf nahi munkar .

(45)

6. Sanggup memelihara hafalan Qur'an dengan baik, seorang penghafal Al-Qur'an haruslah mempunyai tekad kuat untuk selalu menjaga hafalannya dengan baik.

7. Mempunyai mushaf sendiri atau mushaf khusus untuk menghafal dan tidak berganti-ganti mushaf dari mulai menghafal sampai khatam menghafal. Karena dengan ini akan dapat mempermudah penghafal untuk menghafal Al-Qur'an melainkan dapat membantu mengingat tulisan bahkan tata letak ayat hafalan.

D. Metode Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu kegiatan belajar. Di dalam menghafal Al-Qur’an ada beberapa model atau metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur’an, dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam

mengurangi kepayahan dalam menghafal Al-Qur’an. Metode-metode itu di antara lain ialah:

a. MetodeWahdah

(46)

gerak refleks pada lisannya. Demikian selanjutnya, sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan akan semakin representatif.

b. MetodeKitabah

Kitabahartinya menulis. Pada metode ini penghafal menulis terlebih

dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya. Kemudian ayat ter-sebut dibaca hingga lancar dan benar bacaannya. Metode ini cukup praktis dan baik, karena di samping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya.

c. MetodeSima’i

Sima’iartinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini adalah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis dan baca Al-Qur’an.

(47)

d. Metode Gabungan

Menurut Ahsin (2000: 65-66) metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan hafalan. Karena dengan menulis akan memberikan kesan visual yang mantap.

Menurut Munjahid (2007: 120) dari metode-metode di atas dapat dipilih oleh seorang penghafal Al-Qur’an sesuai dengan keinginan dan kecocokan atau kondisi masing-masing.

e. MetodeJama’

Yang dimaksud metode ini, ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Cara ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilang-kan kejenuhan, di samping akan banyak membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.

f. Metode Semaan dengan Sesama Teman Tahfizh

(48)

supaya tetap terjaga, serta bertambah lancar. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan semaan Al-Qur’an bersama seperti halnya kegiatan rutin pondok pesantren di tiap minggunya.

g. Metode Mengulang atauTakrir

Menurut Alawiyah Wahid (2014:75) metode takrir maksudnya adalah mengulangi kembali hafalan yang sudah dihafalkan atau hafalan yang sudah disetorkan kepada guru atau kyai secara terus-menerus dan istiqomah. Ini bertujuan supaya hafalan yang sudah dihafalkan tetap terjaga, berkualitas baik, kuat dan lancar. Mengulang bisa dilakukan dengan sendiri atau didengarkan oleh guru atau yang lain.

h. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an sebelum Menghafal

Selain metode di atas, Alawiyah Wahid (2014:102-103) juga mengemukakan suatu metode untuk mempercepat menghafalkan Al-Qur’an ialah memperbanyak membaca Al-Qur’an sesering mungkin sebelum menghafalkan Al-Qur’an. Yang mana tujuannya untuk mengenal terlebih dahulu ayat-ayat yang hendak dihafalkan dan tidak asing dengan ayat-ayat tersebut, sehingga lebih mudah dalam meng-hafalkannya. Semakin sering membaca Al-Qur’an (bin-nadzri), maka akan semakin mudah menghafalkan. Contohnya, jika seseorang sering membaca surat Al-Faatihah dan Yaasiin atau surat-surat lain yang sering dibaca, maka lama kelamaan menjadi hafal dengan sendirinya karena seringnya dibaca.

(49)

sampai menjadi hafal dengan sendirinya. Dan metode tersebut juga sangat cocok dan dapat membantu bagi orang-orang yang mempunyai daya ingat agak lemah.

i. Menyetorkan Hafalan kepada Guru yang Tahfidz Al-Qur’an

Setiap santri atau murid ataupun seseorang yang menghafalkan Al-Qur’an wajib menyetorkan hafalannya kepada seorang guru, atau kiai. Hal

ini bertujuan agar bisa diketahui letak kesalahan ayat-ayat yang dihafalkan. Dengan menyetorkannya kepada seorang guru, maka kesalahan tersebut dapat diperbaiki.

Sesungguhnya, menyetorkan hafalan kepada guru yang tahfidz merupakan kaidah baku yang sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Pada dasarnya, Al-Qur’an diambil dengan caratalaqqi (berguru kepada ahlinya), dan sangat di sarankan untuk belajar dari lisan para ulama yang mempunyai keahlian atau pakar mengenai lafal-lafal Al-Qur’an. Sehingga, seorang murid tidak terjerumus dalam kekeliruan ketika membaca atau mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an Al-Karim.

Dengan demikian, menghafal Al-Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan paham mengenai Al-Qur’an sangat diperlukan bagi sang calon penghafal supaya bisa menghafal Al-Qur’an dengan baik dan benar. (Alawiyah Wahid, 2014: 78-80)

(50)

tidak monoton, sehingga dengan demikian dapat menghilangkan kejenuh-an dalam proses menghafal Al-Qur’an.

Menurut Badwilan (2009: 50-55) terdapat beberapa kaidah-kaidah penting yang harus diperhatikan bagi penghafal juga dapat membantu dalam proses menghafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:

1. Ikhlas

Barang siapa yang ingin dimuliakan Allah dengan menghafal Al-Qur’an, maka ia harus niatkan untuk mencari keridhaan Allah.

2. Memperbaiki ucapan dan bacaan

Dasar kebenaran suatu perbuatan dan kesesuaiannya dengan sunnah (syariat). Barang siapa yang ingin menghafal Al-Qur’an maka ia harus mempelajarinya dari guru yang menguasainya dengan baik.

3. Penentuan ukuran hafalan harian

Menghadirkan sejenis komitmen harian bagi orang yang ingin menghafal Al-Qur’an. Dengan mengkhususkan sejumlah ayat untuk dihafal setiap hari, satu atau dua halaman setiap harinya.

4. Memperkuat hafalan yang telah dilakukan sebelum pindah pada halaman lain.

Yaitu dengan cara mengulang hafalan tersebut di setiap ada waktu longgar, di waktu sholat atau kapan pun itu. Semua itu akan membantu memperkuat hafalan yang telah dilakukan.

(51)

Kaidah ini dapat membantu dalam penghafalan Al-Qur’an. Bahwa manusia menghafal dengan melihat sama halnya menghafal dengan mendengar. Posisi-posisi ayat dalam mushaf akan tergambar dalam benak penghafal, sebab seringnya membaca dan melihat pada mushaf. 6. Menyertai hafalan dengan pemahaman

Yaitu dengan memahami ayat-ayat yang dihafalnya serta me-ngetahui keterkaitannya antara sebagian ayat satu dengan ayat lainnya. 7. Mengikat hafalan dengan mengulang dan mengkajinya bersama-sama.

Diutamakan bagi penghafal Al-Qur’an untuk melakukan pe -ngulangan hafalan dengan penghafal lain, karena dalam hal itu terkandung banyak kebaikan, juga untuk memperkuat hafalan.

Dan Munjahid (2007: 113-119) menambahkan paparannya dengan kiat praktis dan efektif dalam menghafal Al-Qur’an, di antaranya:

(a). Memelihara diri dari hadats, karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan dari dzat yang suci, maka untuk dapat melekatkan hafalan pada hati seseorang, dibutuhkan kesucian diri. Di antaranya upaya dengan memelihara diri darihadatskecil dan besar. Terutama pada saat menyentuh dan membaca Al-Qur’an.

(52)

(c). Berkonsentrasi, yang dimaksud konsentrasi di sini adalah terfokusnya pikiran dan ingatan seorang penghafal Al-Qur’an pada ayat-ayat yang sedang dihafal, atau dengan niat menjaga hafalan Al-Qur’annya.

(53)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren

1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru

a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sabilul Huda

(54)

tangan beliau sendiri yang membuat dengan mengolah semacam rupa hingga menjadi batu bata dan beliau me-nyusun langsung batu bata tersebut sampai berdirinya tembok pesantren untuk pertama kalinya.

Pada proses pembangunan pondok pesantren pada waktu itu belum diberi nama. Baru pada tahun 1970 diberi nama "Pondok Pesantren Sabilul Huda". Adapun yang ditunjuk sebagai pengasuh pertama pada waktu itu adalah KH. M.Syaifullah.

Wawasan pertama untuk mendirikan lembaga pendidikan yang murah dan terjangkau oleh seluruh masyarakat, telah mengharuskan pesantren ini untuk membina masyarakat seluas-luasnya, dan berupaya untuk selalu menunjukkan jalan alternatif menuju hidayah Allah dan itu merupakan suatu yang diharapkan dari nama Pondok Pesantren Sabilul Huda ini.

(55)

Dengan semakin bertambahnya jumlah santri, pendidikan di pondok pesantren dituntut pula dengan adanya suatu per-kembangan yang lebih berarti, oleh karena itu sejak tahun 1991 didirikanlah madrasah diniyyah yang kemudian disusul dengan adanya santri huffazh (penghafal Al-Qur'an) dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada tahun 1992 M. Dengan begitu perkembangan pembelajaran di pondok pesantren banyak diminati dengan pembelajaran ilmu-ilmu Al-Qur'an yang di bantu pe-ngasuhannya oleh KH.Achmad Mudzakir al-Hafizh (menantu dari KH. M.Syaifullah) dan juga oleh istrinya Hj. Sayyidah Bashiroh al-Hafizhah (putri KH. M.Syaifullah).Pada saat itulah pondok pesan-tren mengalami perkembangan yang pesat hingga tahun 2000 M.

(56)

Achmad Mudzakir al-Hafizh sampai sekarang, dengan 30 santri putri dan 10 santri putra pada tahun ini.

b. Lokasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru

Alamat Pondok Pesantren:

Alamat lengkap : Krajan I RT/04 RW/02 Dusun : Tegaron

Desa Kelurahan : Tegaron Kecamatan : Banyubiru Kabupaten : Semarang Provinsi : Jawa Tengah Kode Pos : 50664

Nomor Telepon : 0813 2536 6771 Email :salda_am@yahoo.co.id

c. Tujuan Pondok Pesantren Sabilul Huda

Secara umum tujuan pendidikan Pondok Pesantren Sabilul Huda ialah menanamkan dan memantapkan Ruhul Islam dalam kehidupan beragama secara perorangan maupun bermasyarakat, berdasarkan keikhlasan beribadah serta mengamalkan syari'at Islam secara murni.

(57)

a. Memiliki ilmu dasar Al-Qur'an dan syri'at Islam Ahlus Sunnah Waljama'ah.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk merumuskan dan menyampaikan gagasan dakwah Islamiyah.

c. Memiliki ketrampilan dengan dasar pengalaman syari'at Islam Ahlus Sunnah Waljama'ah.

d. Memiliki sifat mandiri dalam kehidupan sehari-hari.

e. Memiliki kecakapan dasar untuk memimpin organisasi atas dasar inisiatif, partisipasi dan swadaya mereka sendiri.

f. Memiliki bekal ilmu dan pengetahuan untuk dapat me-lanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

g. Memiliki akhlaqul karimah dan uswatun hasanah di tengah-tengah lingkungannya baik itu dalam keluarga maupun di masyarakat luas.

d. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Sabilul Huda

Pengasuh Pondok Pesantren : KH. Achmad Mudzakir al-Hafidz Susunan Pengurus Pondok Pesantren Putra :

Ketua : Muchammad Hayat Sekretaris&Bendahara : Darusman

Sie.Keamanan : Miftachurrohman

(58)

Susunan Kepengurusan Pondok Pesantren Putri: Ketua : Ana Faizah

Sektretaris : 1). Khisna Faizatul Muna 2). Arifah Septiana Bendahara : Azizatus Sholikhah Sie.Keamanan : 1). Nurul Wafiyah

2). Dwi Windarti Sie.Kebersihan : 1). Kuni Masrochah

2). Ikhwatun Hasanah

e. Sarana Dan Prasarana Pondok Pesantren Sabilul Huda

Tabel. 3.1

Data Sarana Dan Prasarana PP Sabilul Huda

No. Fasilitas Jumlah

1 Kamar Santri Putri 6

2 Kamar Mandi Putri 3

3 Ruang Kantor Pondok Putri 1

4 Mushola 1

5 Ruang Dapur 2

6 Kamar Tamu 1

7 Kamar Santri Putra 4

8 Kamar Mandi Putra 1

9 Kantor Pondok Putra 1

(59)

f. Keadaan Santri Pondok Pesantren Sabilul Huda

Pondok Pesantren Sabilul Huda memiliki 30 santriwati. Yang terdiri dari 13 santriyang menghafal Al-Qur'an, dan 17 santri yang tidak/ belum menghafal Al-Qur'an. Dan 10 santriwan yang terdiri dari 4 santriwan penghafal Al-Qur'an dan 6 santriwan yang tidak/ belum menghafal Al-Qur'an.

g. Program Kegiatan Pondok Pesantren Sabilul Huda

1. Pendidikan atau Pengajian Al-Qur'an

Pengajian di Pondok Pesantren Sabilul Huda di bagi menjadi lima tingkatan:

a) Memakai metode qiro'ati, iqro' atau metode lainnya, dilanjutkan ghorib dan tajwid praktis, metode ini untuk santri atau anak-anak atau pemula (santri dewasa yang sama sekali belum pernah belajar membaca Al-Qur'an).

b) Menghafal Juz 'Amma, yaitu menghafal juz 30 Al-Qur'an (Surat An-Naba’ sampai Surat An-Nas) secara fasih dan benar.

c) Bin-Nazhar, yaitu belajar membaca Al-Qur'an 30 juz secara

(60)

sorogan (santri menghadap ke pak.yai/ bu.nyai secara bergantian)

d) Bil-Ghaib, yaitu menghafal Al-Qur'an 30 juz secara fasih dan

benar dengan syarat harus sudah khatam belajar membaca Al-Qur'an 30 juz (Bin-Nazhar), dan diharuskan mengikuti pengajian tafsir Al-Qur'an/ Al-Qur'an dengan artinya serta kitab yang berkaitan dengan ilmu Al-Qur'an (Ulumul Qur'an). Begitu juga dengan pengajian Al-Qur’an yang bil-ghaib ini pelaksanaannya juga bersamaan dengan pengajian Al-Qur’an bin-nadzar, dan waktunya di jadikan satu majelis.

e) Qiro'ah Sab'ah, yaitu belajar mengetahui bacaan imam yang

tujuh serta rowinya dengan syarat harus sudah khatam

bil-ghaibdengan sempurna.

2. Dirosatul Kutub/ Pengajian Kitab-kitab Kuning

Pengajian kitab-kitab kuning adalah merupakan pendidikan yang paling awal di ajarkan di Pondok Pesantren Sabilul Huda dengan cara sorogan/ prifat dan bandongan/ klasikal sejak berdirinya pondok pesantren sampai sekarang. Dan telah di tetapkan target bagi santri sebagai berikut:

(61)

Badi'ah, Ta'limul Muta'alim, Sullamut Taufiq, Tashrif/ Shorof, menarqib Kitab Taqrib.

b. Target Bandongan/ klasikal meliputi Tafsir Al-Qur'an, Ulumul Qur'an, Fiqih dan Tasawuf.

Pengajian kitab dibaca pada waktu ba'da Maghrib dan Subuh setelah pengajian Al-Qur'an dan waktu pagi sekitar jam 09.00-10.30.

Adapun setiap kegiatan di bulan Ramadhan adalah waktu yang terbanyak untuk mengkaji kitab-kitab kuning.

Tabel. 3.2

Jadwal Kegiatan Harian Santri

No Waktu Jenis Kegiatan

1 03.00 Bangun tidur, sholat malam 2 04.45 Sholat subuh berjamaa'ah 3 05.00 Pengajian Al-Qur'an 4 06.00 Pengajian kitab

5 07.00 Istirahat dan sholat dhuha 6 08.00 Pengajian kitab

(62)
(63)

19.30-20.30 Khulashoh Mudzakir 4 Kamis 06.00-07.00 At-Tibyan

19.30-20.30 Muhtarul Hadits 5 Sabtu 06.00-07.00 Tafsir Al-Qur'an 19.30-20.30 Fiqih (Safinah) 6. Minggu 19.30-20.30 Belajar menulis

pegon

2. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir

Tengah Salatiga.

a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nazzalal Furqon

Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga didirikan sendiri oleh Bapak KH.Munawir Munajad al-Hafizh bersama dengan istri tercinta beliau Ibu Nyai Hj.Robithoh al-Hafizhah (Almh) pada tahun 1981. Sejarah berdirinya pondok pesantren ini sangat unik karena berbeda dengan sejarah berdirinya pondok pesantren pada umumnya, dan tidak bisa lepas dari sejarah hidup pendirinya sendiri.

(64)

memutuskan untuk menyempurnakan pengembaraan tholabul 'ilmi-nya dengan menghafalkan Al-Qur'an di Pondok Pesantren Yambu'a Kudus yang diasuh oleh seorang kyai Khos Simbah KH. Arwani Amin (Alm.). Di pondok tersebut Bapak KH.Munawir Munajad al-Hafizh ngalap barokah kepada sang guru selama tujuh tahun. Tidak cukup sampai di situ, pengembaraan Bapak KH.Munawir Munajad al-Hafizh berlanjut dengan nyantri di Pondok Pesantren Langitan Tuban yang diasuh oleh Simbah KH. Abdullah Faqih selama dua tahun. Yang membuat istimewa adalah ternyata Bapak KH. Munawir Munajad al-Hafizh adalah satu-satunya santri yang pertama hafal Al-Qur'an yang nyantri di pondok pesantren tersebut. Pada saat yang bersamaan, istri Bapak KH. Munawir Munajad al-Hafizh yaitu Ibu Nyai Hj.Robithoh al-Hafizhah juga merupakan santriwati yang telah banyak menimba ilmu agama dengan nyantri di Pondok Pesantren Yambu'a Kudus selama tiga tahun dan berulang kali nyantri selama puasa (kilatan atau posonan) di beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok Pesantren daerah Payaman Magelang, Pondok Pesantren Al-Muayyad Solo, dan di Pondok Pesantren Langitan Tuban.

(65)

yang lain, yaitu kado pernikahan yang berwujud "seorang santri". Santri yang dimaksud adalah anak dari seorang petani yang berasal dari daerah Grabag yang kagum dengan kedalaman ilmu Bapak KH. Munawir Munajad al-Hafizh dan akhirnya menitipkan anaknya tersebut untuk ikut belajar dengan beliau.

Dari cikal satu "santri kado" itulah Pondok pesantren Nazzalal Furqan berdiri dan berkembang pesat hingga sekarang. Dari awal tahun berdirinya 1981 sampai tahun 1988 pondok pesantren ini baru ada santri putri sebanyak 5 orang, hingga pada tahun 1990 baru bertambahnya 1 santri putra yang belajar Al-Qur'an dengan beliau. (Hariri, 2011: 44-45)

Dari tahun 1981 pondok pesantren ini telah mencetak hafizh

dan hafizhah yaitu kurang lebih dari 1000-an santri. Pada tahun ini

jumlah santri yang ada sebanyak 100 santriwan dan 200 santriwati.

b. Lokasi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan

Alamat Pondok Pesantren: Jalan : Gang Saroja

Dusun : Ngepos

Desa/Kelurahan : Tingkir Tengah Kecamatan : Tingkir

Kodya : Salatiga Kode Pos : 50745

(66)

c. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan

1) Visi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan Tingkir "Menjaga Al-Qur'an sampai mati"

2) Misi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan

a) Mencetak hafizh dan hafizhah yang fasih dalam membaca dan menghafal Al-Qur'an

b) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan santriwan dan santriwati.

c) Membentuk perilaku Islami dalam kehidupan sehari-hari.

d. Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Nazzalal Furqan

Untuk menunjang kegiatan belajar di Pondok Pesantren ini, beberapa sarana dan prasarana pendukung telah tersedia. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu apa saja yang ada di pondok pesantren tersebut serta berupa fisik, baik benda bergerak maupun tidak bergerak dan berfungsi membantu semua aktifitas kegiatan belajar.

Tabel. 3.4

Data Sarana dan Prasarana Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir

Salatiga Tahun 2015

No Jenis Jumlah Ket

1 Kamar Santri Putri 18 Baik 2 Kamar Mandi Putri 11 Baik

(67)

4 Ruang Dapur Putri 2 Baik 5 Kamar Santri Putra 8 Baik

6 Kamar Mandi Putra 6 Baik

7 Ruang Dapur Putra 3 Baik

8 Mushola Putra 1 Baik

9 Puskestren 1 Baik

10 Kamar Tamu 3 Baik

11 Kantin 1 Baik

12 Koperasi 1 Baik

13 Mobil Inventaris 2 Baik

14 Alat Rebana 2 set Baik

15 Sound System 2 set Baik

16 Telepon 3 Baik

e. Keadaan Santri

Secara global jumlah santri di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon di tahun ini adalah 100 santriwan dan 215 santriwati. Mereka semua berasal dari berbagai daerah.

f. Program Kegiatan

Tabel. 3.5

Jadwal Kegiatan Harian

No. Waktu Kegiatan Keterangan

(68)

2 04.30 Jama’ah Sholat Subuh Semua santri 3 05.00-06.00 Muroja’ah Santri bin-nadzar 4 06.00-07.00 Piket harian pondok Semua santri 5 07.00-07.30 Istirahat (mandi dan

makan)

Semua santri

6 07.30-09.00 Sholat dhuha Semua santri 7 09.00-10.00 Pengajian Al-Qur’an Santri bin-nadzar 8 10.00-10.30 Deresan Semua santri 9 10.30-12.00 Istirahat

10 12.00-12.30 Persiapan dan jamaah sholat dzuhur

Semua santri

11 12.30-13.30 Ayatan bin-nadzar Semua santri bin-nadzar

12 13.30-14.30 Deresan Semua santri 13 14.30-15.00 Istirahat mandi

14 15.00-15.30 Persiapan dan jamaah sholat ashar

Semua santri

15 15.30-17.15 Pengajian Al-Qur’an Santri bin-nadzar dan bil-ghaib 16 17.15-17.45 Istirahat makan

17 17.45-18.15 Persiapan dan jamaah sholat maghrib

(69)

18 18.15-19.00 Yasinan Semuasantri 19 19.00-19.15 Jamaah sholat isya Semua santri 20 19.15-20.30 Pengajian Al-Qur’an Santri bil-ghaib 21 20.30-21.00 Deresan kelompok Santri bil-ghaib 22 21.00-22.00 Deresan

(70)

21.00 Sullamut Taufiq

B. Temuan Penelitian

1. Metode Menghafal Al-Qur’an di PP Sabilul Huda

Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda adalah sebagai berikut:

a. Hj.Sayyidah

Hj.Sayyidah adalah pengasuh dari PP Sabilul Huda atau orang yang bertanggung jawab atas segala aktivitas di PP Sabilul Huda. Metode menghafal Al-Qur’an di PP Sabilul Huda tidak terdapat metode khusus, namun terdapat metode dengan test hafalan disetiap tahunnya. Seperti ungkapan dari Hj. Sayyidah berikut ini:

“Untuk tata cara santri menghafal Al-Qur’an di sini santri

tersebut harus mengawali dengan mengkhatamkan hafalan juz

30 (juz ‘amma) dan menyelesaikan membaca Al-Qur’an 30 juz

(bin-nadzar) secara baik dan benar. Meski santri tersebut

sudah pernah menghafalkan Al-Qur’an di pondok pesantren

lain, tetap ia harus mengulang dari awal. Dan ditekankan kepada santri baru untuk diutamakan dalam belajar makharijul huruf dengan baik dan benar.Di pondok pesantren ini tidak diterapkan metode khusus, karena dalam proses

menghafal ini sesuai kemampuan masing-masing

santri.Namunmetode yang digunakan untuk mempermudah

dalam menghafal Al-Qur’an, santri diwajibkan menggunakan

Al-Qur’an pojok cetakan Kudus.”(Hj. Sayyidah, 03-09-2015)

b. Windar

(71)

Huda sejak tahun 2014. Sekarang sudah mampu menghafal Al-Qur’an 6 juz. Dia menghafal Al-Qur’an karena keinginan dari diri sendiri dan dukungan dari orang tua. Cara Windar dalam menghafal Al-Qur’an yaitu dengan dibaca dan dihafalkan ayat per ayat. Dia menghafal setiap hari 1 halaman sampai 1 lembar. Seperti yang diungkapkan Windar berikut ini:

“Cara saya menghafal ketika menambah hafalan baru yaitu

dengan saya baca terlebih dahulu 1 halaman, baru saya meng-hafalnya ayat per ayat sampai lancar, setelah itu baru saya ulangi lagi atau tikrar sampai saya benar-benar hafal 1 pojok/halaman itu. Dan biasanya saya dapat menambah hafalan sebanyak satu pojok/ halaman sampai satu lembar

dalam satu hari.”(Windar, 06-09-2015)

c. Azihah

Azihah adalah santriwati PP Sabilul Huda sejak tahun 2011, dia berusia 19 tahun, dan mulai menghafal di PP Sabilul Huda sejak tahun 2013 sampai sekarang sudah mampu menghafal Al-Qur’an 22 juz. Dia menghafal Al-Qur’an karena kemauan ia sendiri, dukungan orang tua juga dorongan dari sang guru. Cara Azihah dalam menghafal Al-Qur’an yaitu dengan menghafal Al-Qur’an ayat per ayat. Dia menambah hafalan 3 halaman sampai 5 halaman per hari. Seperti ungkapan Azihah berikut ini:

“Cara saya dalam menghafal, seperti saya menambah hafalan

1 pojok/halaman, awalnya saya baca dahulu berulang-ulang kemudian saya angan-angan dan sambil menghafal ayat per ayat sampai lancar, setelah lancar satu ayat baru saya lanjutkan ke ayat yang lain. Setelah itu baru saya ulangi lagi dari ayat pertama sampai ayat terakhir (tikrar). Kemudian

Gambar

Tabel. 3.1
Tabel. 3.2
Tabel. 3.3
Tabel. 3.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) Untuk mengetahui proses menghafal Al-Qur’an santri putri di pondok pesantren Daar Al-Furqon Janggalan Kota Kudus. 2) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi

Konsep menghafal Al-Qur‟an dengan menggunakan metode khifdhul jadid dan metode khifdhul qodim yang diterapkan di pondok pesantren Muhammadiyah Boarding School

Lembaga dakwah terdapat majlis ta’lim laki- laki dan perempuan selanjutnya juga ada solidaritas santri alumni Pondok Pesantren Al-Furqon (SIMPATIQ). Respon masyarakat akan

Kedua, faktor penunjang pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yaitu adanya metode menghafal Al- Qur‟an yang mudah, bimbingan khusus santri kecil dalam menghafal Al- Qur‟an,

Implementasi Metode Rabbani dalam Meningkatkan Daya Ingat Santri dalam Menghafal Al Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidz Al Qur’an Al Madinah Banjarnegara “Kegiatan menghafal Al-Qur’an

Di Pondok Pesantren Hidayatul Qur’an ditemukan metode-metode yang digunakan santri dalam proses menghafal al-Qur’an adalah: metode memperbanyak membaca al-Qur’an sebelum menghafal,

IMPLEMENTASI MODEL MENGHAFAL QUANTUM TAHFIDZ AL-QUR’AN DALAM MEMPERMUDAH HAFALAN SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL-ASY’ARIYYAH 6 KALIERANG SELOMERTO WONOSOBO Aghisna

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan tentang Strategi Menghafal Al-Qur‟an pada Santri Mahasiswa Pondok Pesantren Tahfizul Qur‟an