Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 27 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Kelurahan Ubud
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 28 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI 2.2 Gambaran Umum Kelurahan Ubud
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 29 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI 2.3 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Kondisi sosial dan ekonmi sangat erat kaitannya dengan jumlah penduduk dan sumber mata pencahariannya. Jumlah penduduk Kelurahan Ubud pada tahun 2014 tercatat sebanyak 12.145 jiwa dengan jumlah usia produktif sebanyak 7.555 jiwa. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 6.098 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 6.047 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.474 KK. Sementara komposisi penduduk berdasarkan sumber mata pencahariannya dapat dijelaskan melalui diagram berikut ini:
Gambar 2.3.1
Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 30 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI lima unit Sekolah Dasar (SD); dua unit Sekolah Menengah Pertama (SMP); satu unit Sekolah Menengah Atas (SMA); dan satu unit Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 31 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI 2.4 Kondisi Pariwisata
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 32 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI
Gambar 2.4.1
Pelbagai Event untuk Pariwisata
Sumber: Profil Kelurahan Ubud
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 33 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dan kebudayaan, sehingga keduanya meningkat secara serasi, selaras dan seimbang.
Dalam pengembangannya, kemajuan sektor pariwisata budaya di Kelurahan Ubud, tidak terlepas dari adanya kerjasama yang baik antara Pemerintah Kelurahan Ubud dengan LPMnya dan Lembaga Adat yang ada, yaitu Desa Pekraman, serta para pengusaha yang ada di Kelurahan Ubud. Kondisi tersebut ditambah dengan potensi alam dan tradisi adat istiadatnya, merupakan modal utama bagi masyarakat Kelurahan Ubud sehingga mampu melaksanakan upaya-upaya pengembangan sektor pariwisata di wilayahnya secara maksimal, yang secara tidak langsung telah memberikan dampak positif bagi perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Gianyar, bahkan di Bali pada umumnya.
Salah satu upaya yang dilaksanakan di bawah koordinasi Lembaga Adat dan sanggar-sanggar kesenian yang ada, yaitu dengan mengadakan secara rutin pagelaran-pagelaran seni budaya yang mengambil tempat di Balai-balai Banjar se Kelurahan Ubud maupun di Lingkungan Puri Ubud sebagai pusat kegiatan seni dan budaya di Kelurahan Ubud. Di samping itu juga melalui melalui media tersebut di atas, upaya untuk menumbuh kembangkanpotensi seni budaya di kalangan generasi muda secara rutin dilaksanakan. Sehingga regenerasi terhadap pelestarian warisan seni budaya yang bernilai tinggi ini dapat berjalan sesuai harapan.
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 34 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI internasional seperti Ubud Festival dan Ubud Writers Readers Festival. Kegiatan
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 35 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI 2.5 Kondisi Pertanian
Hamparan pertanian yang hijau menjadi salah satu icon daerah pariwisata di kelurahan Ubud untuk menarik minat wisatawan asing maupun domestik. Pertanian di Ubud menjadi sangat menarik karena sistem pertanian di Provinsi Dewata ini tidak hanya memiliki keindahan panorama, melainkan juga mengandung esensi nilai adat dan keagamaan yang sangat kuat. Lanskap lahan pertanian yang bertingkat merupakan salah satu bentuk implementasi dari Konsep Tri Hita Karana. Lanskap lahan ini dilengkapi juga dengan sistem irigasi yang biasa disebut subak oleh masyarakat Bali. Tujuan dibentuknya sistem subak ini adalah untuk mengatur dan mengontrol sistem pengairan agar kelestarian air tetap terjaga. Hal ini merupakan perwujudan rasa syukur kepada Syang Hyang Widi dan alam, serta menjaga kerukunan antar petani sehingga tecipta keharmonisan sebagaimana yang terkandung dalam Tri Hita Karana. Selain itu setiap lahan pertanian terdapat pura kecil untuk melakukan sembahyang di sawah. Sembahyang dilakukan di masing-masing lahan yang dimiliki oleh petani. Terdapat sesajen sebagai tanda terimakasih dan memohon agar lahan tetap terjaga baik dari bencana alam maupun hama.
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 36 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI umumnya. Tidak kurang dari delapan belas belas hektar are lahan pertanian yang mengalami perubahan peruntukan. Hingga tahun 2015 kesekertariatan Desa Ubud mencatatat luas areal persawahan seluas tiga ratus enampuluh hektar are. Sedangkan produktivitas pertanian berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukkan pertanian Kelurahan Ubud memiliki produktivitas 60,04.
Seperti yang telah diulas di atas bahwa subak berperan sebagai organisasi sosial religius bagi masyarakat Bali. Ritual keagamaan yang dilakukan oleh para petani pun juga dinaungi oleh organisasi tersebut. Pelbagai ritual pertanian tersebut meliputi upacara mulaimengerjakan sawah (ngendag memacul), upacara
ngurit, upacara saat menanampadi, upacara padi berusia 12 hari, upacara padi berusia 17 hari, upacara padi berusia 27 hari, padi berusia 35 hari, padi berusia 42 hari, padi berusia 70 hari, padi berusia 105 hari, padi pada saat beling (bunting), padi saat meluspusin, upacara ngusaba ring bedugul, upacara mantenin ring
sawah, upacara pecaruan sebelum panen, upacara pada saat panen, upacara
mendak Dewa Nini, upacara menyusun padi, upacara menaikkan padi ke lumbung, upacara menurunkan padi dari lumbung, upacara mralina Dewa Nini, upacara nyimpen beras di pulu, dan upacara ngerasakin. Tiap subak tersebut juga mengadakan ritual yang dilakukan oleh perkumpulan tiap organisasi subak, seperti apabila ada wabah penyakit yang menyerang tanaman petani. Hal ini sesuai dengan Palet 2 Indik Pengaci Ring Subak pawos 17: sajawaning piodalan kewentenang peneduh wiadin nangluk mrana manut wiguna. Di samping itu buku
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 37 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI digunakan, serta mantra yang harus diucapkan, seperti padi dirusak oleh burung, hama wereng, hama tikus, dan hama walang sangit.
Gambar 2.5.1
Lahan Pertanian Kelurahan Ubud
Sumber: Profil Kelurahan Ubud
2.6 Kondisi Perdagangan
Sebagai Kelurahan yang berlokasi di jantung kota Kecamatan sangat logis
Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 38 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI Kelurahan yang berada di jantung ibu kota Kecamatan Ubud, keberadaan Pasar sebagai media pertemuan penjual dengan pembeli juga memberikan andil dari berkembangnya sektor Perdagangan di Kelurahan Ubud. Meskipun keberadaan Pasar Ubud, tidak otomatis didominasi oleh masyarakat Ubud, akan tetapi tetap saja keberadaanya memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi pertumbuhan perekomian masyarakat setempat.