BAB IV PROGRAM ARSITEKTUR
4.1. Konsep Program
4.1.1. Aspek Citra Arsitektural
Dalam perancangan desain rumah sakit hal yang paling
menonjol yang dilihat oleh masyarakata awam adalah citra
arsitektural. Hal ini mencakup banyak hal yaitu citra arsitektural yang
ditimbulkan oleh penataan bangunan, citra arsitektural yang
ditunjukan oleh sirkulasi bangunan, citra arsitektural pada ruang
terbuka, dan citra arsitektural dari bentuk bangunan
Citra arsitektural ini tentunya juga memperhatikan sirkulasi antar
bangunan, jarak lokasi bangunan yang menerapkan konsep
kedekatan fungsi dll
4.1.2 Aspek Fungsi
Rumah sakit umum kelas b adalah rumah sakit yang
memiliki pelayanan menyeluruh yang pelayanannya mencakup satu
provinsi. Karena hal tersebut rumah sakit ini harus bisa memberikan
pelayanan terhadap semua jenis penyakit sesuai standard
pelayanan rumah sakit kelas B seperti yang disebutkan dalam
222 Dengan keunggulan di bidang penyakit jantung dan
pembuluh darah maka rumah sakit ini mempunyai fungsi untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pasien yang menderita
penyakti jantung dan pembuluh darah.
4.1.3 Aspek Teknologi
Penggunaan teknologi pada bangunan ini adalah untuk
memaksimalkan kinerja bangunan dan menghemat konsumsi
energy.Penggunaan teknologi untuk bangunan ini adalah :
1. Earth Air Tunnel
Merupakan sistem yang memanfaatkan kapasitas bumi
menyimpan panas dan fakta bahwa sepanjang tahun suhu pada
empat meter di bawah permukaan tanah hampir konstan
sepanjang tahun. Sistem ini berpotensi sebagai pendingin udara
pada bangunan.
2. Solar Photovoltaic System
Adalah panel panel surya yang dapat merubah energy panas
matahari menjadi energi listrik.
3. Pencahyaan Alami dengan Sistem Periskop
Aspek ramah lingkungan yang dimaksud adalah penggunaan
bahan bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan pasien seperti
bahan bahan beracun dan lainnya.
4.2. TUJUAN PERANCANGAN, FAKTOR PENENTU PERANCANGAN, FACTOR PERSYARATAN PERANCANGAN.
4.2.1 Tujuan Perancangan (Design Objective)
o Terjadinya pemerataan fasilitas rumah sakit tipe B di semarang untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat.
o Menciptakan bangunan rumah sakit kelas b yang sesuai dengan standard pemerintah
o Memberikan kenyamanan bagi pasein dalammenjalani tindakan medis pengobatan maupun perawatan
o Menciptakan rumah sakit kelas B yang unggul dalam pelayanan penyakit jantung dan pembuluh darah.
o Menjadi unggulan dan pilihan dalam penyakit jantung dan pembuluh darah.
4.2.2 Faktor Penentu Perancangan (Design Determinant)
o Fasade Bangunan : fasad bangunan ( tampak depan bangunan) harus bisa menunjukan bahwa itu adalah
bangunan rumah sakit. Selain harus menunjukan bahwa
bangunan tersebut adalah bangunan rumah sakit, bahan
224 dirawat dan tidak menimbulkan pencemaran udara melalui
bahan kimia yang terkandung di material tersebut.
o Failitas dalam kompleks Bangunan : harus sesuai dengan peraturan kementrian kesehatan tahun 2012 mengenai
pedoman teknik bangunan rumah sakit kelas B. sehingga
pasien yang dating merasa nyaman dan mendapatkan
pelayanan maksimal dalam berobat.
o Fasilitas dan pelayanan unggulan di bidang penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu berupa letak yang berada di luar
fasilitas pelayanan lain.
o Ruangan Bangunan : ruangan bangunan yang didesain harus memenuhi standard dari kementrian kesehatan,
misalnya ruang perawatan, ruang operasi, IGD.
o Lokasi Pemilihan Tapak merupakan faktor utama
perancangan karena pembangunan rumah sakit ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan agar meratanya
fasilitas kesehatan yang ada di kota semarang, karena saat
ini ada wilayah yang tidak terdapat rumah sakit sehingga
baik warga semarang maupun warga luar semarang yang
dekat dengan lokasi tersebut kesulitan untuk mencapai
sarana kesehatan yang disediakan pemerintah.
mungkin sehingga pasien dapat mendapat tindakan medis
secara maksimal. Letak ruang khusus seperti ruang operasi
hendaknya tidak berada di alur sirkulasi umum
4.2.3 Faktor Persyaratan Perancangan a. Persyaratan Arsitektur
o Bentuk bangunan dapat mencirikan / menunjukan identitas bangunan.
o Perletakan ruang dan fasilitas yang baik sehingga memudahkan sirkulasi dari pasien, perawat, dokter,
pengelola dan pengnjung.
o Menciptakan kondisi dan situasi yang nyaman bagi pasien dalam perawatan.
o Pengaturan ruang yang sesuai dengan jarak hubungan ruang
o Pengaturan ruang yang sesuai dengan tingkat/jenis ruang
o Pengaturan ruang yang sesuai dengan tiinggi
rendahnya level penanganan dan penularan penyakit.
b. Persyaratan Bangunan
o Atap
226 (a) Apabila menggunakan penutup atap dari
bahan beton harus dilapisi dengan
lapisan tahan air (water proofing).
o Langit Langit
Langit langit harus berwarna
cerah/terang ,memiliki struktur yang
kuat, dan mudah dibersihkan
Di dalam ruangan tinggi langit langit
minimal 2.8 m dan di luar ruangan 2.4
m.
Rangka langit langit harus kuat.
Bahan penutup langit langit bisa terbuat
dari gypsum, GRC.
o Dinding
Dinding harus mudah dibersihkaan,
tahan cuaca, tidak berjamur
Dinding berwarna cerah tapi tidak
menyilaukan mata.
Pada ruangan yang beresiko terhadap
api maka dinding harus dibuat tahan
api
Pada daerah yang memerlukan
o Struktur
Struktur bangunan harus kuat, stabil
dan kokoh.
o Lantai
Lantai terbuat dari bahan yang kuat,
tidak mudah retak dan pecah, tidak licin
dan mudah dibersihkan.
o Lalu Lintas Antar Ruang
Lalu lintas dalam kompleks rumah sakit
harus dibuat seefisien mungkin guna
meeningkatkan kinerja pelayanan
medis, lalu lintas umum dihindarkan
dari ruang yang berkebutuhan khusus
agar tidak mengganggu jalannya
kegiatan dan tidak ada yang
terkontaminasi penyakit pasien.
c. Persyaratan Konteks Lingkungan
1. Aksesibilitas untuk jalur transportasi dan komunikasi.
Lokasi harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau
dekat ke jalan raya dan tersedia infrastruktur dan fasilitas
228
2. Kontur Tanah.
kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada
perencanaan struktur, dan harus dipilih sebelum
perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu kontur tanah
juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem
drainase, kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan
lain-lain.
3. Fasilitas parkir.
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di
Rumah Sakit sangat penting, karena prasarana parkir
dan jalan masuk kendaraan akan menyita banyak lahan.
Perhitungan kebutuhan lahan parkir pada RS idealnya
adalah 1,5 s/d 2 kendaraan/tempat tidur (37,5m2 s/d
50m2 per tempat tidur)1 atau menyesuaikan dengan
kondisi sosial ekonomi daerah setempat. Tempat parkir
harus dilengkapi dengan rambu parkir.
4. Tersedianya utilitas publik.
Rumah sakit membutuhkan air bersih, pembuangan air
kotor/limbah, listrik, dan jalur telepon. Pengembang harus
membuat utilitas tersebut selalu tersedia.
5. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan.
Setiap RS harus dilengkapi dengan persyaratan
Studi Kelayakan Dampak Lingkungan yang
ditimbulkan oleh RS terhadap lingkungan
disekitarnya, hendaknya dibuat dalam bentuk
implementasi Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), yang
selanjutnya dilaporkan setiap 6 (enam) bulan
(KepmenKLH/08/2006).
Fasilitas pengelolaan limbah padat infeksius dan
non–infeksius (sampah domestik).
Fasilitas pengolahan limbah cair (Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL); Sewage Treatment
Plan (STP); Hospital Waste Water Treatment Plant
(HWWTP)). Untuk limbah cair yang mengandung
logam berat dan radioaktif disimpan dalam
kontainer khusus kemudian dikirim ke tempat
pembuangan limbah khusus daerah setempat
yang telah mendapatkan izin dari pemerintah.
Fasilitas Pengelolaan Limbah Cair ataupun Padat
dari Instalasi Radiologi.
Fasilitas Pengolahan Air Bersih (;Water Treatment
Plant) yang menjamin keamanan konsumsi air
bersih rumah sakit, terutama pada daerah yang
230 6. Bebas dari kebisingan, asap, uap dan gangguan lain.
Pasien dan petugas membutuhkan udara bersih dan
lingkungan yang tenang.
Pemilihan lokasi sebaiknya bebas dari kebisingan yang
tidak semestinya dan polusi atmosfer yang datang dari
berbagai sumber.
7. Master Plan dan Pengembangannya.
Setiap rumah sakit harus menyusun master plan
pengembangan kedepan. Hal ini sebaiknya
dipertimbangkan apabila ada rencana pembangunan
bangunan baru. Review master plan dilaksanakan setiap
5 tahun.
(Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana
Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Selain fasilitas diatas penyususn menerapkan standard
lain yaitu :
Ketersediaan fasilitas rumah sakit di lokasi
Kepadatan Penduduk di Lokasi
4.3 Progam Arsitektur
Program Ruang
Tabel 38 Fasilitas Rumah Sakit
Sumber : Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
Area Pelayanan
Medik dan Perawatan
Area Penunjang dan
Operasinal Area Administrasi dan Manajemen Penunjang
1. Instalasi Rawat Jalan
(IRJ)
2. Instalasi Gawat
Darurat
(IGD)
3. Instalasi Rawat Inap
(IRNA)
4. Instalasi Perawatan
Intensif
(ICU/ICCU/PICU/NICU)
5. Instalasi Bedah
6. Instalasi Kebidanan
A. Penunjang Medik
1. Ruang Farmasi
2. Ruang
Radiodiagnostik
3. Laboratorium
4. Bank Darah / Unit
Transfusi Darah
(BDRS/UTDRS)
5. Ruang Diagnostik
Terpadu 6. Pemulasaraan Jenazah dan Forensik 1. Unsur pimpinan rumah sakit 2. Unsur pelayanan medik 3. Unsur pelayanan penunjang medik 4. Pelayanan keperawatan 5. Unsur
1. Parkir
2. Kantin
3. Toilet
4. Tempat Ibadah
5. Sarana
232
Program Besaran ruang – Pola Ruang Outdoor & Indoor
Tabel 39 Luasan Indoor dan Out Door
Nama Fasilitas Luas Luas Total
Indoor Fasility (Luas Total Bangunan) 26263.5
A Area Pelayanan Medik dan Perawatan 16943.6
25
m2 1 Instalasi Rawat Jalan (IRJ) 1904,2 m2
2 Instalasi Gawat Darurat (IGD) 969,76 m2 3 Instalasi Rawat Inap (IRNA) 5573,2 m2 4 Instalasi Perawatan Intensive 730,9 m2 5 Instalasi Jantung dan Pembuluuh Darah 3846.7
6 Instalasi Bedah 1128,6 m2
7 Instalasi Kebidanan 728,4 m2
dan
Penyakit Kandungan
7. Instalasi Rehabilitasi
Medik
(IRM)
8. Unit Hemodialisa
9. Instalasi Radioterapi
10. Instalasi Kedokteran
Nuklir
B. Penunjang
Non-Medik
7. Ruang Sterilisasi
Pusat
(;CSSD)
8. Dapur Utama dan Gizi
Klinik
9. Laundri
10. Ruang Sanitasi
11. Ruang Pemeliharaan
Sarana pendidikan dan pelatihan 6. Administrasi umum dan keuangan 7. SDM
8. Komite medik
9. Komite etik
8 Instalasi Rehab Medik 823.7 m2
9 Instalasi Hemodialisa 328,02 m2
10 Instalasi Radioterapi 392.17 m2
11 Instalasi Kedokteran Nuklir 517,97 m2
B Area Penunjang dan Operasional 3192.075 m2
Penunjang Medik
1 Ruang Farmasi 702.97 m2
2 Ruang Radiodiagnostik 358.57 m2
3 Laboratorium 455.7 m2
4 Bank Darah (BDRS) 194.77 m2
5 Ruang Diagnostik Terpadu 345,45 m2
6 Pemulasaraan Jenazah dan Forensik 319,2 m2 Penunjang Non Medik
7 Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD) 229,95 m2 8 Dapur Utama dan Gizi Klinik 377,2 m2
9 Laundri 216.4 m2
10 Ruang Sanitasi 214 m2
11 Ruang Pemeliharaan Sarana 385 m2
C Ruang Administrasi dan Manajemenen 360 m2
1 Administrasi Rumah Sakit 359,7 m2
D Pendukung 5767.8
2 m2
1 Atm Center 20 m2
2 Cafetaria 30 m2
3 Minimarket 40 m2
4 Gym 140 m2
5 Yoga Room 70 m2
6 Gedung Parkir 5405,82 m2
7 Are Pengolahan IPAL 42 M2
Out door Fasility
E Fasilitas Outdoor 15841 m2
1 Parkir 15.345 m2
2 Sarana Olah Raga 196 m2
3 Bencana Massal 300 m2
Total Luas Out Door + Indoor m2
234 Sumber :Data Pribadi
Lahan :
Luas Outdoor + Luas Lantai Dasar + Open Space(RTH)
15.841+ 13.131.75+ 8.754.5= 37.727.25
Penzoningan – Pola Ruang – Outdoor
– Indoor
Tabel 40 Perhitungan Lahan
Perhitungan Luas Lahan berdasarkan KDB dan KLB Kota
Luas Lahan
Luas Total Bangunan / KLB
26263.5 / 1,2 21886.25 m2
Luas Lantai Dasar Luas Lahan x KDB
21886.25 m2 x 60% 13131.7
5
m2
Luas Open Space (RTH)
Luas Lahan - Luas Lantai Dasar
21886.25 - 13131.75 8754.5 m2
Jumlah Lantai
Luas Total Bangunan :Luas Lantai Dasar
26263.5 : 13131.75 2
KDH (Koefiesien Dasar Hijau)
25% dari Open Space 2188.62
5
Penzoningan pada Rumah Sakit Memiliki bebarapa unsur :
1. Zonasi berdasarkan tingkat risiko
terjadinya penularan penyakit terdiri dari :
area dengan risiko rendah, yaitu ruang
kesekretariatan dan administrasi, ruang
komputer, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam
medis.
area dengan risiko sedang, yaitu ruang rawat
inap non-penyakit menular, rawat jalan.
area dengan risiko tinggi, yaitu ruang isolasi,
ruang ICU/ICCU, laboratorium, pemulasaraan
jenazah dan ruang bedah mayat, ruang
radiodiagnostik.
area dengan risiko sangat tinggi, yaitu ruang
bedah, IGD, ruang bersalin, ruang patolgi.
2. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan terdiri dari :
area publik, yaitu area yang mempunyai
akses langsung dengan lingkungan luar
rumah sakit, misalkan ruang rawat jalan,
236 area semi publik, yaitu area yang menerima
tidak berhubungan langsung dengan
lingkungan luar rumah sakit, umumnya
merupakan area yang menerima beban kerja
dari area publik, misalnya laboratorium,
radiologi, rehabilitasi medik
area privat, yaitu area yang dibatasi bagi
pengunjung rumah sakit, umumnya area
tertutup, misalnya seperti ruang perawatan
intensif, ruang operasi, ruang kebidanan,
ruang rawat inap.
3. Zonasi berdasarkan pelayanan terdiri dari :
Zona Pelayanan Medik dan Perawatan yang terdiri
dari : ruang rawat jalan, ruang gawat darurat, ruang
rawat inap, ruang perawatan Intensif, ruang operasi,
ruang rehabilitasi medik, ruang kebidanan, ruang
hemodialisa, ruang radioterapi, ruang kedokteran
nuklir, ruang transfusi darah/bank darah.
Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari
: ruang farmasi, ruang radiodiagnostik,
laboratorium, ruang diagnostik terpadu, ruang
pemulasaraan jenazah dan forensik, ruang sanitasi,
ruang pemeliharaan sarana.
Zona Penunjang Umum dan Administrasi yang terdiri
dari : Bagian Kesekretariatan dan Akuntansi, Bagian
Rekam Medik, Bagian Logistik/ Gudang, Bagian P
erencanaan, Sistem Pengawasan Internal (SPI), Bagian
Pendidikan dan Penelitian, Bagian Personalia, Bagian
Pengadaan, Bagian Informasi dan Teknologi
Pola Ruang
Diagram Organisasi Ruang 20 Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Rawat Inap
238 POLA ALUR KEGIATAN INSTALASI RAWAT JALAN
Diagram 21 Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Rawat Jalan
Instalasi GawatDarurat
Diagram 22 Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Gawat Darurat
240
Instalasi Rawat Inap
Diagram 23 Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada Ruang Rawat Inap
Ruang Perawatan Intensif
Diagram 24 Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada Ruang Perawatan Intensif
242
Ruang Kebidanan
Diagram 25 Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Kebidanan
Ruang Operasi
Diagram 26 Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada Ruang Operasi
244
Ruang Rehabilitasi Medik
Diagram 27 Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Rehabilitasi Medik
Ruang Hemodialisa
Diagram 28 Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Hemodialisa
246
Pola Instalsi Jantung dan Pembuluh darah
Diagram 29 Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah
Pola Instalasi Radiologi
Diagram 30 Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Radioligi
248 Pola Instalasi Laboratorium
Diagram 31 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Laboratorium
Pola Bank Darah/Unit Tranfusi Darah
Diagram 32 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Bank Darah
250 Pola Instalsi Diagnostik Terpadu
Diagram 33 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Diagnostik Terpadu
Pola Kegiatan Pemulasaran Jenazah
Diagram 34 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Pemulasaran Jenazah
252
4.3.2 Program Sistem Struktur dan Utilitas Rumah Sakit
Penutup Atap
Gambar 46 Green Roof
Sumber : www.pinterest.com
Atap Green roof
- Memberi udara segar pada rumah sakit - Menurunkan Suhu Udara
- Menampilkan Keindahan dan kenyamanan
Gambar 47 Dak Beton
www.signalreadymix.co
Atap Dak Beton
- Berguna untuk meletakan komponen utilitas seperti panel surya, ac dan lain lain
- Harus dibuat sebaik mungkin agar tidak bocr dan diberi water proofing
Gambar 48 rangka Baja Sumber : www.signalreadymix.co
Rangka atap Baja
- Kuat, tidak mudah keropos
- Harus dicat menggunakan cat anti
karat
254 Gambar 49 Rangka Hollow
asiaglasswool.com
Rangka Langit langit menggunakan
menggunakan rangka hollow
Gambar 50 Kalsi Board www.jasasipil.com
Plafond Outdoor Menggunakan Kalsi Board
karena :
Tahan terhadap cuaca
Gambar 51 PVC www.jasasipil.com
Plafond Outdoor menggunakan PVC
karena :
Tampilan lebih unik
Instalasi mudah
Tahan Bocor
Anti Rayap
Gambar 52 Hebel
www.jasasipil.com
Pengguna hebel untuk dinding dalam
ruang yang memerlukan dinding permanen
karena pemasangan lebih mudah, ringan
namun kokoh.
Gambar 53 Partisi Hollow www.membangunbersama.com
Penggunaan dinding partisi rangka hollow
lau di cat dengan anti karat dan bahan
kalsi board karena bentuk yang seragam
dan cocok untuk desain sebuah rumah
sakit karena desain rumah sakit secara
umum bersifat sama yaitu dinding putih.
Struktur
Gambar 54 Beton
www.betonreadymixconcrete.com
Struktur ynag digunakan adalah struktur
yang kuat dan stabil. Terbuat dari
betondengan mutu K-325 sehingga beton
benar benar kuat.
256 Gambar 55 Lantai Granite
14textures.com
Lantai yang digunakan adalah lantai
granite karena lantai ini jika basah tidak
terlalu licin, mudah dibersihkan dan tidak
mudah retak/rusak
Lantai granite juga tidak memiliki banayk
nat/celah sehingga nyaman saat
mengantar pasien berkursi roda maupun
tempat tidur.
Gambar 56 Strauss Pile www.strauss-pile.info
Gambar 57 Struss Pile www.strauss-pile.info
Pondasi Strauss Pile
Daerah sekitar terdapat beberapa
permukiman walupun tidak banyak,
penggunaan pondasi ini bertujuan
mengurangi dampak lingkungan yang
ditimbulkan akibat pengerjaan pondasi.
Pondasi ini digunakan untuk bangunan 2-3
lantai. Kedalaman pondasi ini dapat
mencapai 5 meter dengan mengunakan
besi tulangan sepanjang
dalamnya pondasi. Biasanya
ukuran pondasi yang sering dipakai
adalah diameter 20 cm, 30 cm, dan 40 cm,
sesuai dengan tersedianya mata bor.
Seperti layaknyapondasi tiang,
maka pondasi strauss ini ditumpu pada
dudukan beton (pile cap). Fungsi dudukan
beton adalah mengikatkan
tulanganpondasi pada kolom dan sloof.
Selain itu fungsinya adalah untuk transfer
tekanan beban
258 Gambar 58 Lantai Granit
www.mannington.com
Hal yang paling penting dari sirkulasi ruang
adalah pengaturan letak antar ruang.
Hal yang tidak kalah penting adalah
material yang digunakan untuk lantai. Yaitu
menggunakan granite di sirkulasi antar
ruang/instalsi.
4.3.3. Program Sistem Utilitas menurut Peraturan Pemerintah Mengenai Pedoman Teknis Rumah Sakit tipe B
Proteksi Kebakaran
Detektor Asap
Seluruh komplek harus dilengkapi dengan detector asap
Sprinkler Otomatis
Harus dirancang untuk memadamkan kebakaran atau mempertahankan kebakaran untuk tetap sekurangnya 30 menit sejak terjadi kebakaran
Pemadam kebakaran Jenis APAR
Digunakan untuk pemadaman api tahap awal
System Pencahayaan Darurat
Pencahayaan darurat di dalam rumah sakit diperlukan khususmya pada keadaan Gambar 59 Detektor asap
Gambar 60 APAR
sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com
darurat, misalnya tidak berfungsinya pencahayaan normal dari PLN atau tidak dapat beroperasinya dengan segera daya
siaga dari diesel generator.
Sistem Komunikasi
Gambar 61 Alat Kounikasi Pasien www.definingnursing.com
Speaker :
Untuk memeprmudah penyampaian informasi kepada semua pelaku
Bed Side Comunication Equpment Untuk mempermudah pasien dalam melakukan panggilan pada perawat jika ada sesuatu khusus
Sistem Kelistrikan
260 Gambar 62 Genset
pt-trustap.com
Genset
Energi cadangan saat listrik PLN padam
Gambar 63 Panel Surya
www.greenbuildingadvisor.com
Photovoltaic
Sumber Energi terbarukan dari matahari
Gambar 64 HEPA
www.boiler-outlet.com
HEPA (High Efficiency Particulate Air),
HEPA filter terutama digunakan di kamar bedah dari kompleks ruang operasi. Filter udara ini harus dapat menyaring partikel udara lebih besar dari 0,3 mikron yang melewatinya dengan effisiensi 99,97% udara.
Gambar 65 Earth Air Tunnel
www.slideshare.net
Earth Air Tunel
262 Gambar 66 AHU
zenhospital.in
Unit pengolah udara (Air Handling Unit)
Alat untuk mengkondisikan udara dalam ruang.
Sistem Pencahayaan
Gambar 67 LED
www.miniinthebox.com
LampuLED
Lampu hemat energy dan cocok untuk diletakan di ruang operasi sebagai lampu operasi
Gambar 68 Pencahayaan alami
spie.org
Sistem Pencahayaan Alami
Menggunakan anidolic system seperti periskop pada kapal selam untuk memasukan cahaya dari luar ke dalam bangunan
Sistem Air Bersih
Gambar 69 Air
spie.org
Penggunaan air pdam
Gambar 70 Air
spie.org
Cartrige Filter
Untuk menyaring air yang digunakan untuk operasi
Sistem pengolahan Air Limbah
Gambar 71 IPAL
blhd.sulselprov.go.iD
Pengolahan Air Limbah Proses
Biofilter Anaerob Aerob
Pengendapan lebih sempurna
Tidak memerlukan lahan yang luas
Penyaluran Air Hujan Talang air dari Beton
Dapat mengalirkan dan menerima air hujan dalam intensitas tinggi
Sistem Pengendalian Kebisingan dan Getaran
Gypsumboard dan Rocwoll/Glasswoll
Menyerap Suara sehingga tidak bising
Cocok di gunakan di Ruang Mesin
System Hubungan Horisontal dan Vertical Lift Barang/ Brankar
hubungan vertical guna mengangkut Brankar atau barang
264
4.3.4. Program Lokasi Tapak
Prinsip Umum (Berdasarkan Pedoman Teknik Bangunan Rumah Sakit
Kelas B 2012 oleh Kemenkes) Lift Transparan
Lift yang menggunakan dinding kaca agar dapat mengetahui kondisi didalam lift jika terjadi hal yang darurat.
Lift yang dugunakan untuk umum
Ramp
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Fungsi dapat digantikan dengan lift (fire lift)
Koridor
Merupakan system hubungan vertical, yang dimana menghubungkan ruang satu dengan yang laiinya
Jalur Jelas, tidak licin, warna cerah tapi tidak silau
Tangga Tangga Darurat
Terbuat dari bahan yang tahan api dan struktur yang kuat
Tangga Umum
Mempunyai dimensi yang sesuai standard pembangunan
Sarana Evakuasi Pintu Keluar Darurat
Aksebilitas Penyandang Cacat
A. Prinsip Umum :
a) Perlindungan terhadap pasien merupakan hal yang
harus diprioritaskan. Terlalu banyak lalu lintas akan
menggangu pasien, mengurangi efisiensi pelayanan
pasien dan meninggikan risiko infeksi, khususnya untuk
pasien bedah dimana kondisi bersih sangat penting.
Jaminan perlindungan terhadap infeksi merupakan
persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam kegiatan
pelayanan terhadap pasien.
b) Merencanakan sependek mungkin jalur lalu lintas.
Kondisi ini membantu menjaga kebersihan dan
mengamankan langkah setiap orang, perawat, pasien dan
petugas rumah sakit lainnya. RS adalah tempat
dimana sesuatunya berjalan cepat, mengingat jiwa
pasien taruhannya, oleh karena itu jalur lalu lintas
harus direncanakan seefisien mungkin baik dari segi
waktu, biaya maupun tenaga.
c) Pemisahan aktivitas yang berbeda, pemisahan
antara pekerjaan bersih dan pekerjaan kotor, aktivitas
tenang dan bising, perbedaan tipe layanan pasien, dan
266 d) Mengontrol aktifitas petugas terhadap pasien serta
aktifitas pengunjung RS yang datang, agar aktifitas
pasien dan petugas tidak terganggu.
e) Tata letak Pos perawat harus mempertimbangkan
kemudahan bagi perawat untuk memonitor dan
membantu pasien yang sedang berlatih di koridor
pasien, dan aktifitas pengunjung saat masuk dan ke luar
unit. Bayi harus dilindungi dari kemungkinan pencurian dan
dari kuman penyakit yang dibawa pengunjung dan petugas
RS. Pasien di ruang ICU dan ruang bedah harus dijaga
terhadap infeksi.
B. Prinsip Khusus
a) Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman untuk semua
bagian bangunan merupakan faktor yang penting. Ini
khususnya untuk RS yang tidak menggunakan AC.
b) RS minimal mempunyai 3 akses/pintu masuk/gerbang
masuk, terdiri dari pintu masuk utama, pintu masuk ke
Unit Gawat Darurat dan Pintu Masuk ke area layanan
c)
d) Pintu masuk untuk service sebaiknya
berdekatan dengan dapur dan daerah
penyimpanan persediaan (gudang) yang
menerima barang-barang dalam bentuk curah,
dan bila mungkin berdekatan dengan lif
service. Bordes dan timbangan tersedia di
daerah itu. Sampah padat dan sampah lainnya
dibuang dari tempat ini, juga benda-benda yang
tidak terpakai. Akses ke kamar mayat sebaiknya
diproteksi terhadap pandangan pasien dan
pengunjung untuk alasan psikologis.
e) Pintu masuk dan lobi disarankan dibuat cukup
menarik, sehingga pasien dan pengantar
268 f) Jendela sebaiknya dilengkapi dengan kawat
kasa untuk mencegah serangga lainnya yang
berada di sekitar RS, dan dilengkapi pengaman.
g) Alur lalu lintas pasien dan petugas RS harus direncanakan
seefisien mungkin.
h) Koridor publik dipisah dengan koridor untuk
pasien dan petugas medik, dimaksudkan
untuk mengurangi waktu kemacetan.
Bahan-bahan, material dan pembuangan sampah
sebaiknya tidak memotong pergerakan orang.
Rumah sakit perlu dirancang agar petugas,
pasien dan pengunjung mudah orientasinya
jika berada di dalam bangunan.
i) Lebar koridor 2,40 m dengan tinggi langit-kangit
minimal 2,40 m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila
ramp digunakan, kemiringannya sebaiknya Gambar 72 Rencana Sirkulasi
tidak melebihi 1 : 10 ( membuat sudut maksimal
70)
j) Alur pasien rawat jalan yang ingin ke
laboratorium, radiologi, farmasi, terapi khusus
dan ke pelayanan medis lain, tidak melalui
daerah pasien rawat inap.
k) Alur pasien rawat inap jika ingin ke laboratorium,
radiologi dan bagian lain, harus mengikuti
prosedur yang telah ditentukan.
Gambar 73 Contoh Model Aliran lalu lintas dalam RS
270
l) Site Plan atau Tata letak instalasi-instalasi
berdasarkan zoning dan peruntukan bangunan