• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

4

ANALISIS SOSIAL

EKONOMI DAN

LINGKUNGAN

1.1. Analisis Sosial

1.1.1. Pengarusutamaan Gender

(2)

dalam sejumlah aspek kehidupan manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Dasar hukum pelaksanaan PUG juga diatur dalam Keputusan Menteri Dalam

Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Daerah yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011. Selama ini masih terdapat berbagai permasalahan dan tantangan dalam implementasi PUG. Di tingkat daerah, permasalahan dan tantangan tersebut antara lain:

1. Dasar Hukum

Diperlukan dasar hukum yang lebih kuat sebagai dasar pelaksanaan implementasi PUG di daerah. Hingga saat ini, belum semua daerah memiliki peraturan daerah tentang PUG dalam pembangunan di daerah;

2. Pemahaman, komitmen dan kelembagaan

Kurangnya pemahaman dan komitmen pejabat di daerah mengenai PUG dan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) sehingga kelembagaan yang menangani PUG lebih bersifat formalitas dan tidak dapat berfungsi secara optimal;

3. Instrumen PPRG

Dasar hukum instrumen PPRG belum ada. Instrumen yang digunakan merupakan adaptasi dari Paraturan Menteri Keuangan.

4. Kapasitas sumber daya manusia (SDM)

Kompetensi SDM pelaksana PPRG sebagian SKPD masih kurang memadai.

5. Data Terpilah dan Informasi

Keterbatasan atau ketiadaan data terpilah (antara laki-laki dan perempuan) menjadi kendala utama dalam analisis gender. Pendataan secara terpilah belum menjadi mekanisme yang terintegrasi dalam pendataan di daerah.

Tujuan dalam Pengarusutamaan Gender ini khususnya pada Kota Tangerang Selatan adala berupa:

(3)

Gambar 0-1. Indeks Pembangunan Manusia / IPMKota Tangerang Selatan Periode 2011-2016

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

76.99 77.68 78.65 79.17 79.38 80.11 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Indeks Pembangunan Manusia / IPM

Indeks Pembangunan Manusia / IPM

2. Kesamaan partisipasi perempuan bersama laki-laki dalam penyusunan

perencanaan, pelaksaaan, monitoring maupun evaluasi dalam setiap kebijakan-kebijakan yang tersusun di Kota Tangerang Selatan.

3. Peningkatan kontrol perempuan bersama laki-laki dalam penyusunan

perencanaan, pelaksaaan, monitoring maupun evaluasi dalam setiap kebijakan-kebijakan yang tersusun di Kota Tangerang Selatan.

4. Adanya jaminan agar perempuan memperoleh manfaat yang setara dengan laki-laki.

Hal ini bertujuan untuk memperkuat dan melegitimasi kebijakan yang sudah dibangun bersama, perlu membangun prinsip-prinsip saling menghargai dan mempercayai, akuntabilitas yang trasparan, proses timbal balik, saling memahami konteks dan isu yang menjadi fokus perjuangan, sikap saling terbuka untuk belajar bersama dari sesamanya, serta adanya komitmen jangka panjang untuk terus saling menjaga kerjasama.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan capaian kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat ukur tingkat pencapaian

pembangunan manusia,

merupakan indeks gabungan dari tiga komponen ‘penilai’

kualitas sumber daya

manusia. Jika ketiga

komponen tersebut memiliki kualitas yang baik, maka

secara otomatis sumber

(4)

pembangunan manusia di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 maupun tahun 2015 berada pada peringkat pertama. Dilihat dari unsur komponen IPM, Angka Harapan Hidup (AHH) tahun 2016 di Kota Tangerang Selatan adalah yang paling tinggi dibanding Kabupaten atau Kota lainnya di Provinsi Banten yaitu sebesar 72,14 tahun, disusul Kota Tangerang sebesar 71,34 tahun dan Kabupaten Tangerang sebesar 69,37 tahun. Ini menunjukkan bahwa secara rata-rata angka harapan hidup penduduk di Kota Tangerang Selatan berumur 72 tahun.

Gambar 0-2. Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan Komponen IPM dan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten 2015-2016

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, Tahun 2017

Tabel 0-1. Komponen IPM Kota Tangerang Selatan

No URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Indeks Pembangunan Manusia / IPM

2 Rata-rata Lamanya Sekolah / RLS (tahun)

3 Angka Harapan Lama Sekolah (Tahun)

5 Kemampuan Daya Beli (Juta Rp) (PPP)

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, Tahun 2017

1.1.2. Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Aspek yang perlu diperhatikan dalam penanganan sosial adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang cipta karya terhadap gender dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan aspek yang perlu dilakukan suatu penanganan sesuai dengan kebijakan internasional SDGs dan Agenda pasca 2015, serta arahan kebijakan pro

62.72 62.03 70.05 64.61 76.08 71.81 70.51

79.38

63.4 62.78 70.44 65.12 76.81 72.04 71.09 80.11

0

Pandeglang Lebak Tangerang Serang Kota

Tangerang

Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangerang

Selatan

(5)

Gambar 0-3. Laju Pertumbuhan Ekonomi / LPE (%) Kota Tangerang Selatan Periode 2011-2016

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

8.81 8.66 8.75 8.50

7.25 6.98

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Laju Pertumbuhan Ekonomi / LPE (%)

Laju Pertumbuhan Ekonomi / LPE (%)

rakyat sesuai direktif presiden. Saat ini terdapat kegiatan responsif gender oleh bidang cipta karya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), Sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS), Program pembangunan infrastrukturRencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan studi evalusi kinerja program pemberdayaan masyarakat bidang cipta karya.

Pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya secara lokasi, besaran kegiatan dan durasi pelaksanaan kegiatan, memberikan dampak kepada masyarakat, seperti kegiatan pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur publik. Untuk meminimalisir dampak tersebut perlu adanya langkah-langkah antisipasi seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali. Output kegiatan pembangunan bidang cipta karya seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan dapat terlihat secara fisik dan dapat terukur seperti kemudahan dalam mendapatkan pelayanan publik, waktu tempuh yang semakin singkat dengan biaya yang murah dalam pencapaian infrastruktur publik atau untuk mendapatkan akses pelayanan publik.

1.2. Analisis Ekonomi

1.2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah adalah PDRB. PDRB juga sering dipakai sebagai ukuran produktivitas serta mencerminkan seluruh nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu wilayah dalam satu tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

sering digunakan untuk

menggambarkan aktivitas

perekonomian daerah.

(6)

Gambar 0-4. PDRB Per Kapita (Juta Rp) Kota Tangerang Selatan Periode 2011-2016

25.92 28.02 30.72 33.63

36.32 37.73

2011 2012 2013 2014 2015 2016

PDRB Per Kapita (Juta Rp)

PDRB Per Kapita (Juta Rp)

peningkatannya lebih kecil dari tahun sebelumnya. Melambatnya laju pertumbuhan ekonomi terjadi di lapangan usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan serta Industri Pengolahan, sedangkan lapangan usaha Jasa-jasa mengalami kenaikan yaitu tahun 2015 laju pertumbuhannya sebesar 7,23 persen naik menjadi 8,11 persen sedangkan lapangan saha Lainnya naik dari 7,75 persen tahun 2015 naik menjadi 7,85 persen tahun 2016.

Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu indikator

yang dinamakan PDRB per

kapita. PDRB per kapita atas

dasar harga berlaku

menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Pada tahun 2016, secara agregat PDRB per kapita

Kota Tangerang Selatan mencapai 38,10 juta rupiah atau senilai US$ 2.822,10, meningkat 4,95 persen bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 36,52 juta rupiah (US$ 2.690,37). Peningkatan tersebut, lebih rendah bila dibandingkan dengan peningkatan pada tahun-tahun sebelumnya selama periode 2012-2015 berturut-turut sebesar 8,10 persen, 9,65 persen, 9,16 persen, dan 8,23 persen.

PDRB per kapita merupakan proxy ukuran pendapatan per kapita atau dengan kata lain, PDRB per kapita diasumsikan sebagai pendapatan per kapita. Kemampuan masyarakat untuk mengkonsumsi produk barang/jasa sangat dipengaruhi oleh pendapatan per kapita. Apabila diperhatikan perkembangan daya beli masyarakat yang diasumsikan setara dengan peningkatan pendapatan per kapita yang dikoreksi oleh angka inflasi, maka daya beli masyarakat di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,05 persen, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencapai 1,08 persen. Namun, kondisi perubahan daya beli tahun 2016 lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode 2012-2014.

1.2.2. Kemiskinan

(7)

Persentase penduduk miskin atau tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 sebesar 1,67 persen. Tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 tersebut lebih baik dibandingkan tingkat kemiskinan di Provinsi Banten pada tahun yang sama karena berada di bawah tingkat kemiskinan di Provinsi Banten sebesar 5,42 persen beritu pula jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sebesar 10,86 persen. Tingkat perbandingan Kabupaten atau Kota lainnya di Provinsi Banten maka Kota Tangerang Selatan adalah yang paling sedikit.

Gambar 0-5.Perkembangan Tingkat Kemiskinan (%) Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 – 2016

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

Jika dilihat kondisinya dari waktu ke waktu, tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011 tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan sebesar 1,67 persen. Empat tahun berikutnya tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan naik menjadi 1,69 persen pada tahun 2015. Kenaikan tersebut hanya bersifat sementara karena tahun 2016 tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan kembali menurun dan penurunan ini terus berlanjut hingga tahun 2016.

Perkembangan tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan relevan dengan perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Banten dan Nasional. Penurunan tingkat kemiskinan merupakan kondisi baik yang diharapkan. Oleh karena itu, kondisi relevan yang terjadi merupakan kondisi relevan yang membaik. Pada Gambar 4-6 ditunjukkan relevansi tingkat kemiskinan Kota Tangerang Selatan terhadap Provinsi Banten dan Nasional tahun 2010 – 2016. Pada Gambar4-6 terlihat bahwa pola pergerakan tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dan Nasional memiliki arah yang sama. Pada tahun 2010 – 2016 tingkat kemiskinan di semua level memiliki kecenderungan sedikit menurun, kemudian pada tahun 2013 tingkat kemiskinan di semua level meningkat.

Gambar 0-6.Relevansi Tingkat Kemiskinan (%) Kota Tangerang Selatan Terhadap Provinsi Banten dan Nasional Tahun 2010-2016

21.0060 20.1440 18.700 25.400 25.400 25.8900 26.3800 1.67

(8)

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

1.2.3. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap Ekonomi Masyarakat

Menurut Ndraha (1990, hlm. 16) pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depanya. Dari pendapat tersebut, pembangunan merupakan proses perubahan yang didalamnya mengandung perubahan bagi kehidupan masyarakat ke arah yang lebih maju. Salah satu dampak dari pembaharuan tersebut adalah terjadinya perubahan sosial ekonomi terhadap masyarakat. Dan berkaitan dengan RPIJM adalah berupa rencana programpembangunan yang berhubungan dengan bidang keciptakaryaan yang berdampak pada ekonomimasyarakat. Dalam hal ini yang berkaitan erat dengan RPIJM bidang keciptakaryaan berupasektor-sektor yang terkait diantaranya adalah sektor Pengembangan Kawasan Permukiman(PKP), Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL), Pengembangan Air Minum (SPAM) danPenyehatan Lingkungan Permukiman (PLP).

1. Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP)

Rencana program dalam sektor Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) yang berdampak besar terhadap ekonomi masyarakat adalah Peningkatan kualitas permukiman kumuh. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan diwilayah kumuh ini nantinya akan berpengaruh pada masyarakat diantaranya adalah harga tanah pada kawasan kumuh lebih meningkat dibanding kondisi sebelumnya.

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

Rencana program dalam sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) yang berdampak besar terhadap ekonomi masyarakat adalah berupa rencana pengembangan pembangunan Comunity Center / Komunitas Kreatif Skala kecamatan, pembangunan Museum / Galery Seni Tangsel, dan juga pembangunan bangunan pendukung ecowisata. Pengembangan sarana tersebut erat kaitannya dengan pengembangan perekonomian masyarakat, selain itu merupakan salah

1.67 1.50 1.33 1.75 1.62 1.69 1.67 4.99 5.26 5.71 5.89 5.51 5.75 5.42 13.33

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(9)

satu cara dalam peningkatan perekonomian masyarakat. Dimana yang berperan dalam kegiatan tersebut adalah masyarakat. Dengan adanya pengembangan ini memberikan kesempatan masyarakat untuk berdagang kuliner khas dari Kota Tangerang Selatan dengan adanya penyediaan kawasan. Dan untuk masyarakat akan lebih mudah dalam memasarkan hasil kerajinannya.

3. Pengembangan Air Minum (SPAM)

Rencana program dalam sektor Pengembangan Air Minum (SPAM) yang berdampak besar terhadap ekonomi masyarakat adalah berupa pengembangan air siap minum. Dalam pengembangan air siap minum ini akan dilakukan dengan beberapa tahap, agar menghasilkan kualitas air minum yang dapat dikonsumsi langsung sesuai dengan standart yang ada. Dalam rencana ini, dampak ekonomi untuk masyarakat yang ditimbulkan berupa berkurangnya pengeluaran masyarakat untuk penyediaan air bersih. Karena dengan kualitas air yang bagus dan sudah tersedia berupa air siap minum masyarakat tidak perlu lagi menyediakan air untuk konsumsi.

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP)

Rencana program dalam sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) yang berdampak besar terhadap ekonomi masyarakat adalah berupa pengadaan bank sampah skala kota. Pengadaan bank sampah ini berdampak banyak pada lingkungan, perekonomian dan sosial. Namun kaitannya dengan ini dampak pada perekonomian berupa penambahan pendapatan masyarakat yang diakibatkan dari menabung sampah yang berupa sampah plastik, pendapatan dari hasil kerajinan yang diproduksi oleh masyarakat yang dapat difungsikan untuk benda hias atau benda lainnya yang didaur ulang dari sampah.

1.3. Analisis Lingkungan

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

1) RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan

(10)

2) KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM karena RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan DLH dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup dapat menyusun KLHS dengan tahapan pengkajian pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup di wilayah perencanaan, yang dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang bertujuan untuk: 1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam

pelaksanaan KLHS;

2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan oleh UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik; 4) Memberikan akses kepada masyarakat dan pemangku kepentingan untuk

menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

b) Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk:

1) Menetapkan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut; 2) Membahas isu-isu yang signifikan secara terarah; dan

3) Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

c) Identifikasi muatan kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan yang relevan dan signifikan di wilayah perencanaan yaitu Kota Tangerang Selatan. d) Telaah pengaruh kebijakan, rencana dan/atau program terhadap kondisi

(11)
(12)

Gambar

Gambar 0-2. Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan Komponen IPM dan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten 2015-2016
Gambar 0-5.Perkembangan Tingkat Kemiskinan (%) Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 – 2016

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin lama waktu proses maka konsentrasi logam berat Cr semakin kecil, karena bakteri berkembang biak semakin banyak membentuk

Pada masa pembelahan, sentromer merupakan struktur yang sangat penting, di bagian inilah lengan kromosom (kromatid) saling melekat satu sama lain pada

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016 No Tujuan Strategis Sasaran Strategis Persentase Capaian Kategori 1 Meningkatkan akuntabilitas kinerja perangkat daerah

Internet banking atau perbankan internet adalah salah satu fasilitas layanan perbankan yang ditujukan bagi nasabah untuk dapat melakukan transaksi

Karakteristik dan mutu hasil pengeringan lidah buaya (Aloe vera) dengan menggunakan oven gelombang mikro (microwave oven) yang dianalisis adalah perubahan kadar air bahan,

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun mesin sortasi dan pemutuan kopi beras yang dikontrol oleh komputer dengan subsistem konveyor sabuk, stasiun pengambilan

Jika terdapat korelasi antar komponen error dalam masing-masing alternatif, maka dengan menggunakan maximum likelihood estimator akan menghasilkan estimator yang bias.. Semakin

 Management PT Kartika Bina Medikatama mengambil keputusan untuk memilih segmen pada apotek Menara Kuningan dengan memprioritaskan Pelayanan yang lebih baik dalam penjualan