• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

382

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KAYU SECANG (

Caesalpinia sappan

L.)

TERHADAP LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI

(Effect of Addition of Caesalpinia Sappan L. Wood Extracts on Storage Time of Soybean Milk)

Firdawati Mondo1)*, Ansaharullah1), Tamrin1)

1Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Halu Oleo, Kendari

*Email: Firdawati_mondo@yahoo.com ; Telp: 085145204245

ABSTRACT

The aim of this study was to investigate the effect of addition of Caesalpinia sappan L. wood extract on storage time of soybean milk. This study used completely randomized design (CRD), which consists of the addition of Caesalpinia sappan L. wood extracts with concentration variations ie. 0% (K0), 0.09 % (K1), 0.14 % (K2), 0.18 % (K3) and 0.23 %

(K4). The results showed that the addition of the Caesalpinia sappan L. wood extracts had significant effect on the organoleptic color, viscosity and total microbial but it did not had significant effect on the organoleptic taste and aroma. Keywords: soybean milk, sappan wood extracts, the storage period.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun secang terhadap lama penyimpanan susu kedelai. Penambahan kayu secang pada susu kedelai dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pengawet alami. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas penambahan ekstrak kayu secang dengan variasi konsentrasi yaitu 0 % (K0), 0.09 %(K1), 0.14 % (K2), 0.18 % (K3) dan 0.23 % (K4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kayu secang mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap organoleptik warna, kekentalan dan total mikroba tetapi tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap organoleptik rasa dan aroma.

Kata kunci: susu kedelai, ekstrak kayu secang, masa penyimpanan.

PENDAHULUAN

Kedelai (Glycine max (L) Merril) merupakan salah satu tanaman sumber protein yang penting di Indonesia. Diantara jenis kacang-kacangan, kandungan protein kedelai paling tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsumsi kedelai adalah dengan membuat kedelai menjadi susu. Menurut (Budi, 2007) menyatakan bahwa susu kedelai merupakan minuman yang bergizi terutama karena kandungan proteinnya, selain itu susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin, vitamin B kompleks dan air. Kelebihan susu kedelai dibandingkan dengan susu sapi yaitu tidak mempunyai laktosa sehingga susu kedelai bisa dijadikan alternatif bagi yang mempunyai alergi laktosa susu atau laktosa intolerant sementara kelemahan dari susu kedelai adalah mudah rusak.

(2)

383

Masa simpan susu kedelai cair yaitu hanya 1 hari pada suhu ruang, tetapi apabila pada proses pembuatan tidak bersih atau steril maka akan mengakibatkan daya tahan susu tidak sampai 1 hari dikarenakan adanya kontaminasi dengan mikroba (Priyanti, 2008). Faktor penyebab kerusakan susu dapat meliputi faktor kimia, fisik, dan mikrobiologi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada susu kedelai adalah suplai zat gizi, waktu, suhu penyimpanan, aktivitas air, pH, tersedianya oksigen dan faktor-faktor kimia Oleh karena itu, untuk meningkatkan masa penyimpanan susu kedelai maka perlu dilakukan penambahan ekstrak kayu secang sebagai bahan pengawet alami agar masa penyimpanan susu kedelai bisa lebih lama.

Penambahan kayu secang pada susu kedelai dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pengawet alami, karena kayu secang tersebut mengandung senyawa antibakteri (phenol dan flavonoid) yang dapat membuat susu kedelai lebih awet serta kayu secang berkhasiat sebagai pengawet, antioksidan dan antibakteri sehingga dapat mengurangi bakteri dalam bahan pangan (Hariana, 2006). Rebusan ekstrak secang mengandung senyawa tanin yang berfungsi sebagai antibakteri dan astringen. Senyawa brazilin mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan bakterioostatik. Penelitian (Miksusanti et al., 2011) berkesimpulan bahwa kayu secang dapat menghambat aktivitas bakteri Bacillus cereus dengan kadar fenol 590,428 mg/gram. Menurut (Kumala et al., 2013) berkesimpulan bahwa rebusan kayu secang menghambat aktivitas bakteri Salmonella thypii dan Escherichia coli secara in vivo diduga yang berperan adalah tanin dan asam galat.

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penambahan Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Masa Penyimpanan Susu Kedelai” sehingga diharapkan dapat meningkatkan masa penyimpanan susu kedelai serta penggunaan bahan pengawet alami pada prodak pangan khususnya pada prodak minuman susu kedalai.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kedelai, air, gula pasir, kayu secang, Nutrien Agar (NA) (Merck-Micro bac international), alkohol 70%, akuades dan spiritus (kualitas teknis).

Pembuatan Rebusan Ekstrak Kayu Secang

Pembuatan rebusan ekstrak kayu secang diawali dengan penimbangan serbuk kayu secang 1 gram, 1.5 gram, 2 gram dan 2.5 gram. Kemudian memanaskan air sampai suhu 100 , setelah air mendidih pencampuran kayu secang dengan perbandingan 1 gram, 1.5 gram, 2 gram, dan 2.5 gram kayu secang masing-masing ke dalam 100 ml air 1:100 (b/v) (Ningsih, 2015).

Pembuatan Susu Kedelai

Pembuatan susu kedelai dilakukan dengan (Tahap I) perendaman kedelai selama 8 jam, (Tahap II) pengupasan kulit ari kedelai (Tahap III) perebusan kedelai, (Tahap IV) penghancuran kedelai (Tahap V)

(3)

384

penyaringan sari kedelai, (Tahap VI) pencampuran gula pasir kemudian panaskan hingga mendidih (Modifikasi Yusmarini et al., 2010).

Pencampuran Ekstrak Kayu Secang Terhadap Susu Kedelai

Susu kedelai 100 ml masing-masing ditambahkan 10 ml ekstrak rebusan kayu secang 0%, 1%, 1.5%, 2%, dan 2.5%, sehingga konsentrasi kayu secang dalam susu kedelai masing-masing menjadi: 0 %, 0.09 %, 0.14 %, 0.18 % dan 0.23 %. Setelah penambahan ekstrak kayu secang kemudian dilanjutkan dengan proses pasteurisasi susu kedelai pada suhu 72 selama 15 detik (Budiyono, 2009).

Metode

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak kayu secang yaitu 0 %, 0.09 %, 0.14 %, 0.18 % dan 0.23 % masing-masing perlakuan diulangi sebanyak 4 kali ulangan sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Analisis data dilakukan dengan metode analysis of varian (anova) dengan uji lanjut DMRT 95%.

Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan pada penelitian ini yaitu analisis uji organoleptikmeliputi warna, aroma, kekentalan dan rasa, total mikroba dan uji kekentalan (viskositas).

Analisis Organoleptik

Penilaian organoleptik terhadap produk susu kedelai yang meliputi warna, kekentalan, aroma dan rasa dengan menggunakan pengujian hedonic. Pengujian ini berdasarkan pada pemberian skor kesukaan panelis terhadap warna, kekentalan, aroma dan rasa. Pengujian ini menggunakan panelis sebanyak 15 orang (Kartika et al.,1988).

Analisis Total Mikroba (Fardiaz, 1993)

Analisis total mikroba dilakukan dengan metode TPC (Total Plate Count), secara aseptis diambil bahan sebanyak 1 ml susu kedelai dan dimasukkan ke dalam larutan pengencer kemudian dihomogenkan. Pengenceran dilakukan sampai 102. Sebanyak 1 ml dari sampel, diinokulasikan pada cawan petri steril. Media

Nutrien Agar (NA) yang steril pada suhu 45–55 0C dituangkan pada cawan petri sebanyak 15 ml. Cawan petri

digoyang dan dibiarkan memadat. Kemudian di Inkubasi dengan posisi terbalik pada inkubator dengan suhu 370

C selama 48 jam. Jumlah koloni =

Analisis Viskositas (Metode Ostwald)

Pengujian kekentalan pada penelitian ini diawali dengan pengujian berat jeni susu dengan menggunakan piknometer. Piknometer kosong ditimbang (m) kemudian akuades dimasukan ke dalam

(4)

385

piknometer sebanyak 10 ml dan piknometer isi ditimbang. Sampel dimasukan ke dalam piknometer isi ditimbang (m’). selanjutnya pengujian viskositas dengan menggunakan pipa Ostwald. Aquades sebanyak 10 ml dimasukan ke dalam pipa Ostwald dan dihisap sampai tanda merah tera di bagian atas. Waktu turun aquades sampai tanda tera dibagian bawah dihitung waktu alir air. Sampel sebanyak 10 ml dimasukan ke dalam pipa Ostwald dan dihisap sampai tera di bagian atas. Waktu turun sampel sampai dibagian bawah dihitung waktu alir susu kedelai (Sutiah et al., 2008).

Viskositas = x ɳ air

Keterangan:

ɳ air = viskositas air (1,0 cP) ρsusu kedelai = berat jenis susu kedelai (g/ml)

tsusu kedelai = waktu alir susu kedelai (detik)

ρair = berat jenis air (1,0 g/ml)

tair = waktu alir air (detik)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Organoleptik

Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam pengaruh ekstrak kayu secang terhadap karakteristik organoleptik meliputi warna, aroma, kekentalan dan rasa susu kedelai disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi analisis sidik ragam pengaruh ekstrak kayu secang terhadap karakteristik organoleptik meliputi warna, aroma, kekentalan dan rasa susu kedelai.

No Variabel pengamatan Pengaruh ekstrak kayu secang Analisis Sidik Ragam

1. Organoleptik Warna **

2. Organoleptik Aroma tn

3. Organoleptik kekentalan **

4. Organoleptik Rasa tn

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata, tn=Berpengaruh tidak nyata

Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ekstrak kayu secang berpengaruh sangat nyata terhadap karakteristik organoleptik warna dan kekentalan, serta berpengaruh tidak nyata terhadap karakteristik organoleptik aroma dan rasa susu kedelai.

Warna

Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pengaruh penambahan ekstrak kayu secang terhadap penilaian organoleptik warna susu kedelai disajikan pada Gambar 1.

(5)

386

Gambar 1.Grafik rerata penilaian organoleptik warna susu kedelai (K0=tanpa penambahan ekstrak kayu secang, K1=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.09 %, K2= konsentrasi ekstrak kayu secang 0.14 %, K3=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.18 % dan K4= konsentrasi ekstrak kayu secang 0.23 %) Berdasarkan Gambar 1 diperoleh informasi bahwa perbedaan perlakuan penambahan ekstrak kayu secang terhadap penilaian organoleptik warna susu kedelai diperoleh penilaian tertinggi pada perlakuan K4 (Konsentrasi 0.23 %). Hasil penilaian organoleptik warna pada perlakuan K4 berbeda tidak nyata dengan perlakuan K3 (konsentrasi 0.18 %) dan perlakuan K2 (Konsentrasi 0.14 %). Kemudian perlakuan K2 berbeda nyata dengan perlakuan K1 (konsentrasi 0.09 %). Kemudian perlakuan K1 berbeda nyata terhadap perlakuan K0 (Tanpa penambahan ekstrak kayu secang). Hal ini disebabkan karena semakin banyak penggunaan ekstrak kayu secang akan memberikan warna susu kedelai semakin merah muda sehingga penilaian kesukaan panelis semakin meningkat. Hasil yang serupa telah dilaporkan oleh Hariana (2006) bahwa semakin banyak konsentrasi penambahan ekstrak kayu secang maka warna yang dihasilkan semakin merah. Fennema (1985) melaporkan bahwa warna menjadi atribut kualitas yang paling penting, walaupun suatu produk bernilai gizi tinggi, rasa enak dan tekstur baik namun jika warna kurang menarik, maka akan menyebabkan produk tersebut kurang diminati oleh konsumen.

Aroma

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan penambahan ekstrak kayu secang menunjukkan bahwa berpengaruh tidak nyata terhadap penilaian organoleptik aroma susu kedelai disajikan pada Gambar 2.

(6)

387

Gambar 2. Grafik rerata penilaian organoleptik aroma susu kedelai (K0=tanpa penambahan ekstrak kayu secang, K1=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.09 %, K2= konsentrasi ekstrak kayu secang 0.14 %, K3=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.18 % dan K4= konsentrasi ekstrak kayu secang 0.23 %) Hasil penelitian diperoleh bahwa pengaruh penambahan ekstrak kayu secang terhadap susu kedelai memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap penilaian organoleptik aroma susu kedelai yang berarti dapat dikatakan bahwa semua kombinasi perlakuan memiliki aroma yang sama. Hasil pengujian organoleptik aroma memberikan informasi tingkat kesukaan panelis tertinggi terhadap aroma susu kedelai terdapat pada perlakuan K4 (Konsentrasi 0.23 %) dengan rerata kesukaan panelis terhadap aroma sebesar 3.79 (suka). Sedangkan pengujian organoleptik terendah terdapat pada perlakuan K0 (Tanpa penambahan ekstrak kayu secang) dengan rerata kesukaan panelis terhadap aroma sebesar 3.42 (agak suka). Berdasarkan tingkat kesukaan panelis lebih menyukai aroma pada perlakuan K4. Hal ini sesuai dengan yang telah dilaporkan oleh Winarno (2002) bahwa warna sering dijadikan bahan pertimbangan lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan dalam penentuan mutu suatu bahan bangan sebelum faktor lain (seperti rasa, aroma dan kekentalan).

Kekentalan

Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pengaruh penambahan ekstrak kayu secang terhadap susu kedelai disajikan pada Gambar 3.

(7)

388

Gambar 3. Grafik rerata penilaian organoleptik kekentalan susu kedelai (K0=tanpa penambahan ekstrak kayu secang, K1=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.09 %, K2= konsentrasi ekstrak kayu secang 0.14 %, K3=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.18 % dan K4= konsentrasi ekstrak kayu secang 0.23 %) Berdasarkan Gambar 3 diperoleh informasi bahwa perlakuan penambahan ekstrak kayu secang terhadap penilaian organoleptik kekentalan diperoleh penilaian tertinggi pada perlakuan K4 (konsentrasi 0.23 %). Pada perlakuan K4 berbeda nyata terhadap perlakuan K0 (Tanpa penambahan ekstrak kayu secang), perlakuan K1 (konsentrasi 0.09 %), perlakuan K2 (konsentrasi 0.14 %) dan perlakuan K3 (konsentrasi 0.18 %) Kemudian perlakuan K3 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K2. Sedangkan perlakuan K2 berbeda nyata terhadap perlakuan K1 dan K0. Namun, perlakuan K1 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K0. Hal ini diduga karena pada perlakuan K0 susu kedelai yang dihasilkan sangat kental sedangkan pada perlakuan penambahan ekstrak kayu secang K4 susu kedelai yang dihasilkan kental sehingga panelis merasa cocok dengan kekentalan susu kedelai terhadap perlakuan K4, hal inilah yang mempengaruhi tingkat kesukaan panelis. Peningkatan viskositas dipengaruhi dengan adanya penambahan gula dan konsentrasi gula yang ditambahkan (Winarno, 2002). Semakin banyak komponen gula yang larut maka zat organik yang terlarutkan juga semakin banyak.

Rasa

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan penambahan ekstrak kayu secang menunjukkan bahwa berpengaruh tidak nyata terhadap penilaian organoleptik rasa susu kedelai disajikan pada Gambar 4.

(8)

389

Gambar 4 . Grafik rerata penilaian organoleptik rasa susu kedelai (K0=tanpa penambahan ekstrak kayu secang, K1=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.09 %, K2= konsentrasi ekstrak kayu secang 0.14 %, K3=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.18 % dan K4= konsentrasi ekstrak kayu secang 0.23 %). Berdasarkan Gambar 4 hasil pengujian organoleptik memberikan informasi tingkat kesukaan panelis tertinggi terhadap rasa terdapat pada perlakuan pada produk susu kedelai dengan penambahan ekstrak kayu secang perlakuan K4 (Konsentarasi 0.18 %) dengan rerata kesukaan panelis terhadap rasa sebesar 3.99 (suka) sedangkan penilaian terendah pada perlakuan K0 (tanpa penambahan ekstrak kayu secang) dengan rerata sebesar 3.47 (agak suka). Hal ini diduga karena perlakuan K0 rasa susu kedelai sangat manis sedangkan perlakuan K4 tidak terlalu manis hal ini disebabkan karena penambahan ekstrak kayu secang terhadap susu kedelai yang mempengaruhi tingkat kemanisan susu kedelai tersebut sehingga panelis lebih menyukai susu kedelai dengan perlakuan penambahan ekstrak kayu secang konsentrasi 0.18 % dibandingkan perlakuan tanpa penambahan ekstrak kayu secang. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh (Winarno, 2002) bahwa rasa dari suatu produk dipengaruhi oleh senyawa yang memberikan rangsangan pada indera pengecap dan kesan yang ditinggalkan setelah mencicipi produk tersebut.

Total Mikroba

Hasil pengamatan uji total mikroba susu kedelai pada setiap perlakuan penambahan ekstrak kayu secang terhadap masa penyimpanan dapat di sajikan pada Gambar 5.

(9)

390 Gambar 5. Grafik pertumbuhan mikroba susu kedelai

Berdasarkan Gambar 5 menunjukan bahwa penambahan ekstrak kayu secang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap susu kedelai. Jika dibandingkan dengan standar SNI susu kedelai yaitu 5x cfu/mL (7388:2009), jika dibandingkan dengan susu kedelai yang ditambahkan sari jahe merah total mikroba susu kedelai pada lama penyimpanan 9 jam susu kedelai yang di simpan pada suhu ruang sudah tidak memenuhi standar SNI (Qamsah, 2016), namun jika dibandingkan dengan penambahan ekstrak kayu secang terhadap susu kedelai pada penyimpanan 0 hari semua perlakuan masih memenuhi standar SNI, namun pada penyimpanan 9 hari perlakuan yang masih memenuhi standar SNI yaitu pada perlakuan penambahan ekstrak kayu secang konsentrasi 0.23 % dengan total mikroba sebesar 4x cfu/ml. Hal ini diduga karena penambahan ektrak kayu secang mengandung senyawa tanin sehingga semakin tinggi konsentrasi penambahan ekstrak kayu secang pada susu kedelai maka semakin rendah jumlah mikrobanya serta penyimpanan susu kedelai pada suhu 4 karena penyimpanan pada suhu dingin lebih efektif dalam memperpanjang masa simpan susu, memperlambat proses fermentasi dan mencegah terjadinya aktivitas mikroorganisme pencemar (Sisriyenni et al., 2004). Hal ini sesuai dengan Padmaningrum et al. (2012) melaporkan bahwa tanin mengandung senyawa fenolik yang bersifat sebagai antibakteri sehingga diduga dapat menghambat pertumbuhan mikroba pada susu kedelai. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh (Purwanti, 2007) bahwa mekanisme kerja senyawa tanin dalam menghambat sel bakteri, yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat fungsi selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel yang lain) dan menghambat sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat. Hal yang sama telah dilaporkan (Hariana,

(10)

391

2006) bahwa kayu secang juga berkhasiat sebagai pengawet, antioksidan dan antibakteri sehingga dapat mengurangi bakteri dalam bahan pangan. Semakin tinggi konsentrasi penambahan ekstrak kayu secang pada susu kedelai maka semakin rendah jumlah mikrobanya, hal ini menunjukkan bahwa penambahan ektrak kayu secang dapat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap masa penyimpanan susu kedelai.

Kekentalan

Hasil pengamatan viskositas susu kedelai pada setiap perlakuan penambahan ekstrak kayu secang terhadap masa penyimpanan dapat di sajikan pada Gambar 6.

Gambar 6.Grafik viskositas susu kedelai selama penyimpanan

Berdasarkan Gamabar 6 diperoleh informasi bahwa masa penyimpanan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap viskositas susu kedelai jika dibandingkan dengan pendapat Warkoyo dan Hudyatmoko (2007) viskositas produk susu pasteurisasi dipasaran yaitu sebesar 4 cP. Maka dapat diketahui pada lama penyimpanan 0 hingga 9 hari viskositas susu kedelai untuk semua perlakuan masih memenuhi standar, namun penyimpanan 12 hari yang memenuhi standar hanya perlakuan K3 dan K4. Hal ini diduga karena semakin lama penyimpanan susu kedelai maka mikroba yang terdapat pada susu kedelai semakin banyak sehingga mempengaruhi viskositas susu kedelai. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh (Ismanto et al. (2013) bahwa perubahan kekentalan ditandai dengan terdapat gumpalan pada susu, hal ini diperkirakan karena susu sudah mengalami kerusakan. Widiantoko (2011) melaporkan bahwa kerusakan susu dikarenakan adanya denaturasi protein sehingga menyebabkan putusnya ikatan air dan berkurangnya kadar protein, sehingga menimbulkan perubahan rasa, bau dan perubahan kekentalan. Selain itu (Ismanto et al., 2013) melaporkan

(11)

392

bahwa pengaruh suhu di dalam refrigerator semakin lama semakin dingin sehingga terjadi penggumpalan di dalam susu. Array (2008) melaporkan suhu rendah akan menyebabkan kenaikan viskositas susu karena terjadi clumping (gumpalan) dari globula-globula lemak.

KESIMPULAN

Konsentrasi ekstrak kayu secang 0.23 % dalam susu kedelai merupakan perlakuan yang paling di sukai penelis dengan skor penilaian kesukaan terhadap warna sebesar 4.25 (suka), aroma sebesar 3.75 (suka), kekentalan sebesar 3.75 (suka), rasa 3.99 (suka). Jumlah mikroba susu kedelai selama penyimpanan 9 hari sebesar 4x104 cfu/mL masih memenuhi standar SNI dan tidak melebihi batas cemaran mikroba.

DAFTAR PUSTAKA

Array. 2008. Komposisi Kimia dalam Susu. http://arrayst.wordpress.com/tentang-dunia-susu/. Diakses tanggal 08 februari 2017.

Budi, S., Arief. 2007. Alternatif Susu Kedelai dan Cara Pengolahannya. http://teknofood.blogsppot.com/2016/17/ susu. 21. html. Diakses tanggal 13 Desembar 2016 .

Budiyono, S. 2009. Analisis Daya Simpan Produk Susu Pasteurisasi Berdasarkan Kualitas Bahan Baku Mutu Susu. Jurnal paradigma 2 (10):203-204.Universitas Islam. Bekasi.

Fardiaz, S., 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Fennema, R.O., 1985. Food Chemistry Second Edition Revised and exapanded. Academi Press. New York. Hariana, A., 2006.Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya Seri 3. Penebar Swadaya,Depok.

Ismanto, T. Utami, S.Suratim, H. A, 2013. Pengaruh Lama Penyimpanan Dalam Refrigerator Terhadap Berat Jenis Dan Viskositas Susu Kambing Pasteurisasi. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):69-78.

Kartika, B., Hastuti P., dan Supartono W. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.

Kumala, S., Devana D. dan Tulus. 2013. Aktivitas antibakteri rebusan secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap Salmonella thypii secara in vivo. Jurnal. AGRITECH. 33: 54-71.

Miksusanti, N., Fitrya, dan Marfinda. 2011. Aktivitas campuran ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) secang (Caesalpina sappan L.) terhadap Bacilluscereus. Jurnal Penelitian dan Kayu Sains. 14 (3): 141-152.

Ningsih, F., 2015. Tingkat Kontaminasi Mikroba Pada Susu Pasteurisasi Sari Buah Sirsak (Annona Muricata L.) Dengan Penambahan Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.) Pada Penyimpanan Yang Berbeda. Skripsi Fakultas Peternakan .Universitas Hasanuddin. Makassar.

(12)

393

Padmaningrum, R.T., Marwati S., dan Wiyarsi. A. 2012. Karakteristik ekstrak zat warna pada kayu secang (Caesalpinia sappan L.) sebagai indikator titrasi asam basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Priyanti, E., 2008. Perubahan Mutu Susu Kedelai Selama Pengolahan dan Penyimpanan. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

Purwanti, E., 2007. Senyawa Bioaktif Tanaman Sereh (Cymbopogon nardus) Ekstrak Kloroform dan Etanol serta Pengaruhnya terhadap Mikroorganisme Penyebab Diare. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi. Fakultas Pendidikan Biologi dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah.Malang.

Qamsah, S., 2016. Pengaruh Konsentrasi Sari Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum) Dan Lama Penyimpanan Terhadap Jumlah Mikrobia Pada Susu Kedelai. Skripsi. Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan.Universitas Muhammadiyah.Surakarta.

Sutiah, K. S., Firdaus dan Budi W. S. 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter Kekentalan dan Indeks Bias. Berkala Fisika. 11 (2): 53-58.

Sisriyenni, D., Yayu. 2004.” Kajian Kualitas Dadih Susu Kerbau di Dalam Tabung Bambu dan Tabung Plastik”. Jurnal pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 7 No :26 November 2016.

Widiantoko, R. K., 2011. Penyimpanan Bahan Pangan Suhu Rendah Pendinginan dan Pembekuan http:lord broken.wordpress.com/2011/10/01/penyimpanan–bahan–pangan–suhu rendah pendingin pembekuan. Diakses tanggal 08 januari 2017.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia. Jakarta.

Yusmarini, I, Utami R., Marsono,YT. 2010. Aktivitas proteolitik bakteri asam laktat dalam fermentasi susu kedelai. Jurnal teknologi dan industri pangan 2 (30):130-131. Universitas Gadjah mada.

Gambar

Tabel  1.  Rekapitulasi analisis  sidik  ragam  pengaruh ekstrak  kayu  secang terhadap  karakteristik  organoleptik  meliputi warna, aroma, kekentalan dan rasa susu kedelai
Gambar 1.Grafik rerata penilaian organoleptik warna susu kedelai (K0=tanpa penambahan ekstrak kayu secang,  K1=konsentrasi  ekstrak  kayu  secang  0.09  %,  K2=  konsentrasi  ekstrak  kayu  secang  0.14  %,  K3=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.18 %  dan K
Gambar  2.  Grafik  rerata  penilaian  organoleptik  aroma  susu  kedelai  (K0=tanpa  penambahan  ekstrak  kayu  secang, K1=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.09 %, K2= konsentrasi ekstrak kayu secang 0.14 %,  K3=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.18 % dan K
Gambar 3. Grafik rerata penilaian organoleptik kekentalan  susu kedelai (K0=tanpa penambahan ekstrak kayu  secang, K1=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.09 %, K2= konsentrasi ekstrak kayu secang 0.14 %,  K3=konsentrasi ekstrak kayu secang 0.18 %  dan K4= ko
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenolik total dalam ekstrak kental dan ekstrak kering, kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak kulit kayu secang

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang telah disimpan selama kurang lebih satu tahun terhadap

Hasil analisis menunjukkan bahwa variasi konsentrasi maltodekstrin dan ekstrak kayu secang menyebabkan perbedaan kualitas minuman serbuk buah kersen pada

Berdasarkan data dari Tabel 12, menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan ekstrak kayu secang maka nilai rata-rata aroma semakin rendah yang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah total bakteri (TPC) yang terdapat dalam susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan pernambahan kayu secang 0%, 1% dan 2%

Penyimpanan pada suhu 4 o C baik digunakan untuk mempertahankan kualitas organoleptik dan menghambat pertumbuhan jumlah bakteri pada susu pasteurisasi yang

Maka dari itu perlu diujikan efektivitas penggunaan ekstrak kayu secang sebagai bahan pengawet daging cincang mengingat bahan pangan ini merupakan bahan pangan yang mudah rusak

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) pada mencit jantan (Mus musculus L.) dapat