• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meniran

2.1.1 Taksonomi tumbuhan

Menurut Kardinan dan Kusuma (2004) taksonomi tumbuhan meniran adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Euphorbiales Suku : Euphorbiaceae Marga : Phyllanthus

Jenis : Phyllanthus urinaria L.

2.1.2 Deskripsi Tumbuhan

Meniran (Phyllanthus urinaria L.) merupakan terna liar yang berasal dari Asia tropik yang tersebar di seluruh daratan Asia termasuk Indonesia. Kini, terna ini telah tersebar ke Benua Afrika, Amerika, dan Australia. Meniran tumbuh di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut(Kardinan dan Kusuma, 2004).

Tumbuhan jenis herba dengan tinggi 40-100 cm ini, tumbuh secara liar di tempat berbatu dan lembap, seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan bekas sawah, tanah telantar di antara rerumputan, hutan atau ladang, atau tumbuh di

(2)

sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Meniran mempunyai akar tunggang dan sepasang bunga, yaitu bunga jantan yang keluar di bawah ketiak daun dan bunga betina yang keluar di atas ketiak daun. Daun meniran mirip dengan daun asam, berbentuk lonjong dan tersusun majemuk(Kardinan dan Kusuma, 2004).

Di beberapa daerah di Indonesia, meniran dikenal dengan nama ba’me tano, sidukung anak, dudukung anak, baket sikolop (Sumatera); meniran ijo, meniran merah, memeniran (Jawa); bobolungo, sidukung anak (Sulawesi); serta gosau ma dungi, gusau ma dungi roriha, belalang babiji (Maluku). Beberapa nama asing di antaranya zhen zu cao, hsieh hsia chu, ye xia zhu (Cina); chanca piedra, quebra pedra, kilanelli (India); child pick a back (Inggris); stone breaker, shaterrstone, chamber bitter, leafflower, quinine weed (Amerika Selatan); dan arrebenta pedira (Brasil). Nama umum atau nama dagangnya adalah meniran(Kardinan dan Kusuma, 2004).

Terdapat beberapa jenis meniran, tetapi yang lebih dikenal masyarakat umum dan yang biasa digunakan untuk pengobatan haya dua spesies, yaitu

Phyllanthus niruri L. dan Phyllanthus urinaria L. Keduanya memiliki bentuk morfologi serta khasiat yang hampir sama untuk pengobatan. Khusus untuk pengobatan, Phyllanthus niruri L. (meniran hijau) lebih dominan digunakan dibandingkan dengan Phyllanthus urinaria L. (meniran merah). Komponen yang terkandung dalam meniran hijau lebih banyak daripada meniran merah (Kardinan dan Kusuma, 2004).

(3)

2.1.3 Manfaat Meniran

Meniran memiliki rasa pahit, agak asam, serta bersifat sejuk atau mendinginkan. Secara empiris dan klinis, herba meniran berfungsi sebagai antibakteri atau antibiotik, antihepatotoksik (melindungi hati dari racun), antipiretik (pereda demam), antitusif (pereda batuk), antiradang, antivirus, diuretik (peluruh air seni dan mencegah pembentukan kristal kalsium oksalat), ekspektoran (peluruh dahak), hipoglikemik (menurunkan kadar glukosa darah), serta sebagai immunostimulan (merangsang sel imun bekerja lebih aktif) (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Berbeda dengan temulawak yang telah teruji mampu menormalkan fungsi lever, meniran memiliki khasiat lebih dari itu. Ekstrak meniran mampu mengurangi replika virus hepatitis. Tidak hanya kadar SGOT dan SGPT yang dapat diturunkan, tetapi juga jumlah virus yang ada dalam hati tersebut (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Berdasarkan data klinis empiris dan klinis di atas dapat disimpulkan bahwa meniran efektif untuk mengobatiberagam penyakit diantaranya batu ginjal atau empedu, infeksi saluran pernafasan atas, diabetes, infeksi kandung kemih, diare, malaria atau demam, gonorhoe, radang ginjal, hepatitis, epilepsi atau ayan, influenza, dan tuberkulosis (TBC). Meniran juga dipakai untuk menyembuhkan penyakit kelamin sipilis dan bermanfaat sebagai pembersih darah dan berbagai penyakit kulit (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Secara etnofitomedika, meniran telah lama digunakan masyarakat di berbagai belahan dunia. Di Indonesia yang kaya akan flora hutan tropis, meniran secara tunggal atau diramu bersama tumbuhan obat lainnya secara turun-temurun

(4)

digunakan untuk mengobati beragam penyakit, seperti diare, malaria, sariawan, batu ginjal, sakit kuning, ayan, sakit gigi, gonorhoe, dan antiradang (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Di Vietnam dan Kamboja, meniran digunakan untuk menangkal TBC. Di Thailand secara tradisional, herba ini digunakan untuk menangkal demam dan peluruh air seni. Di Malaysia digunakan untuk menghadang penyakit kulit, sipilis dan gonorhoe. Sementara itu, di India berdasarkan pengobatan ayurvedic, sejak 2.000 tahun yang lalu, meniran secara luas digunakan untuk mengobati gangguan menstruasi, diare, gangguan pada kulit, diabetes, kencing nanah, dan terbukti mampu mengatasi hepatitis B (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Di Peru, meniran dicampur dengan perasan air jeruk nipis diminum sebagai tonikum untuk penderita diabetes mellitus dan penderita hepatitis. Terna ini dipercaya mampu merangsang pengeluaran batu empedu dan meningkatkan fungsi hati. Di Suriname, meniran digunakan untuk menangkal kolik, gangguan ginjal, dan berbagai penyakti lever akut atau kronis (Kardinan dan Kusuma, 2004).

2.1.4 Kandungan Meniran

Meniran banyak mengandung berbagai unsur kimia sebagai berikut. Lignan yang terdiri dari phyllanthine, hypophyllanthine, phyltetraline, lintretaline, nirathine, nitretaline, nirphylline, nirurin, dan niruriside. Terpen terdiri dari

cymene, limonene, lupeol, dan lupeol acetate. Flavonoid terdiri dari quercetine, quercitrine, isoquercitrine, astragaline, rutine, dan physetingglucoside. Lipid terdiri dari ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid, dan linolenic acid. Benzenoid berupa methylsalicilate. Alkaloid terdiri dari norsecurinine,

(5)

4-metoxy-norsecurinine, entnorsecurinina, nirurine, phyllanthine, dan phyllochrysine. Steroid berupa beta-sitosterol. Alcanes berupa triacontanal dan

triacontanol(Kardinan dan Kusuma, 2004). Komponen lain yang terkandung dalam meniran antara lain mineral, damar, dan zat penyamak (Thomas, 1992).

2.2 Mineral

Mineral merupakan salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg/hari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg/hari. Mineral makro adalah natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium dan sulfur, sedangkan yang termasuk mineral mikro, seperti besi, seng, iodium dan selenium (Almatsier, 2006).

Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 100 mg/hari, sedangkan mineral mikro merupakan mineral yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari 100 mg /hari (Almatsier, 2006).

Secara tidak langsung, mineral banyak berperan dalam proses pertumbuhan. Peran mineral dalam tubuh berkaitan satu sama lainnya dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh terhadap kerja mineral lainnya (Almatsier, 2006).

(6)

2.2.1 Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5 – 2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh antara lain pembentukan tulang dan gigi, mengatur pembekuan darah, katalisator reaksi-reaksi biologik, kontraksi otot serta menjaga permeabilitas membran sel (Almatsier, 2006).

Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) sebagai berikut bayi 300 – 400 mg, anak – anak 500 mg, remaja 600 – 700 mg, dewasa 500 – 800 mg, ibu hamil dan menyusui ± 400 mg. Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Di samping itu, dapat menyebabkan konstipasi. Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain (Almatsier, 2006).

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua orang dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari tulangnya. Tulang rapuh dan mudah patah. Hal ini dinamakan osteoporosis. Kadar kalsium dalam darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki (Almatsier, 2006).

Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik, serealia, kacang-kacangan dan hasil olahan kacang – kacangan, tahu dan

(7)

tempe dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Almatsier, 2006).

2.2.2 Kalium

Tubuh seorang dewasa mengandung kalium (250 g) dua kali lebih banyak dari natrium (110 g) (Winarno, 1995). Seperti halnya natrium, kalium merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat di dalam sel. Perbandingan natrium dan kalium di dalam cairan intraselular adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan ekstraselular 28:1. Sebanyak 95% kalium tubuh berada di dalam cairan ekstraselular (Almatsier, 2006).

Distribusi kalium diantara CES dan cairan intraselular (CIS) dipengaruhi oleh pH CES, serta oleh banyak hormon, termasuk insulin, epinefrin, dan aldosteron. Peningkatan pada hormon ini menyebabkan peningkatan perpindahan kalium ke dalam sel-sel. Perubahan akut pada pH serum diasidosis, sebagai contoh, kelebihan ion-ion hidrogen bergerak ke dalam sel-sel untuk menjadi buffer. Untuk mempertahankan listrik netral dalam sel, ion positif lain (mis. kalium) harus dikeluarkan. Pada alkalosis yang sebaliknya terjadi. Ion hidrogen pindah keluar sel dan ion kalium pindah untuk menggantikannya(Horne dan Swearingen, 1993).

Tubuh menambah kalium melalui makanan (terutama daging, buah, dan sayuran) dan obat-obatan. Selain itu, CES menambah kalium kapan saja terdapat kerusakan sel-sel (katabolisme jaringan) atau gerakan kalium keluar sel. Namun, peningkatan kadar kalium serum biasanya tidak terjadi kecuali terdapat penurunan yang bersamaan dengan fungsi ginjal. Kalium hilang dari tubuh melalui ginjal,

(8)

saluran GI, dan kulit. Kalium dapat hilang dari CES karena perpindahan intraselular atau anabolisme jaringan (Horne dan Swearingen, 1993).

Kekurangan kalium menyebabkan lemah, lesu, kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, mengigau dan konstipasi. Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila konsumsi melalui saluran cerna atau tidak melalui saluran cerna (parenteral) melebihi 18 g untuk orang dewasa tanpa diimbangi oleh kenaikan ekskresi. Hiperkalemia akut dapat menyebabkan gagal jantung yang berakibat kematian. Kelebihan kalium dapat terjadi bila ada gangguan fungsi ginjal (Almatsier, 2006). 2.2.3 Natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler. 35-40% natrium ada di dalam kerangka tubuh. Makanan sehari – hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan tubuh. Oleh karena itu, tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. Taksiran kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 500 mg. Kebutuhan natrium didasarkan pada kebutuhan untuk pertumbuhan, kehilangan natrium melalui keringat dan sekresi lain. Dianjurkan untuk membatasi konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (ekivalen dengan 2400 mg natrium). Pembatasan ini dilakukan karena peranan potensial natrium dalam menimbulkan tekanan darah tinggi (Almatsier, 2006).

Kekurangan natrium menyebabkan kejang, apatis dan kehilangan nafsu makan. Kekurangan natrium dapat terjadi sesudah muntah, diare, keringat berlebihan dan bila menjalankan diet yang sangat terbatas dalam natrium. Bila kadar natrium darah turun, perlu diberikan natrium dan air untuk mengembalikan keseimbangan. Kelebihan natrium dapat menimbulkan keracunan yang dalam keadaan akut menyebabkan edema dan hipertensi. Hal ini dapat diatasi dengan

(9)

banyak minum. Kelebihan konsumsi natrium secara terus – menerus terutama dalam bentuk garam dapur dapat menimbulkan hipertensi (Almatsier, 2001).

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2007)

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar, 1985).

Bagian instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:

(10)

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan mineral tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:

1. Dengan nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 22000C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang

(11)

berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2007). c. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Gandjar dan Rohman, 2007).

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman (Gandjar dan Rohman, 2007).

e. Amplifier

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Gandjar dan Rohman, 2007).

f. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007).

(12)

2.3.1Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Gangguan-gangguan (interference) pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). Secara luas dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni interferensi spektral dan interferensi kimia (Khopkar, 1985).

Interferensi spektral disebabkan karena tumpangasuh absorpsi antara spesies pengganggu dan spesies yang diukur. Interfernsi kimia disebabkan adanya reaksi kimia selama atomisasi, sehingga mengubah sifat absorpsi (Khopkar, 1985).

2.4 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu:

(13)

- Metode simulasi

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

- Metode penambahan baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen(Harmita, 2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

(14)

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Harmita, 2004).

e. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation) Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

Gambar

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom

Referensi

Dokumen terkait

SEKRETARIAT JENDERAL UNIT LAYANAN PENGADAAN. KELOMPOK

Pontianak pada siklus II telah selesai dilaksanakan. Secara keseluruhan, penerapan tipe Student Teams Achievement Division pada siklus II sudah berjalan dengan lancar. Proses

Keanugrahan inspirasi dari Tuhan Yang Mahaagung menjadi kekuatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Berorganisasi di

Penelitian ini bertujuan menerapkan metode ketidakpastian Dempster-Shafer pada sistem pakar mendiagnosa penyakit gagal ginjal berdasarkan gejala penyakit

Skripsi SELF-DOMINATION SEBAGAI SUATU HAK:. BANGSA-BANGSA DALAM

(1) allylation of vanillin, (2) HCl-catalyzed condensation allyl vanillin with resorcinol, (3) chloromethylation of C-4-allyloxy-3-methoxyphenylcalix[4] resorcinarene

Budaya Kaizen Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Kendal.

Pasal 54 berbunyi: Setiap orang yang menawarkan, menyerahkan, menjual, atau menyediakan untuk dijual barang kena cukai yang tidak dikemas untuk penjualan eceran