• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemakaian Jilbab - Nur Ayati BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemakaian Jilbab - Nur Ayati BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemakaian Jilbab 1. Pengertian Jilbab

Jilbab adalah tutup kepala yang disebut Ibnu Mas‟ud dan lainnya

sebagai ar-ridaa‟ (baju), sementara kalangan umum menyebutnya sebagai

izaar, yaitu kain besar yang menutupi kepala wanita dan seluruh

badannya.(Ibrahim, 2010 : 127)

Menurut Muhammad Nasirudin Al-Albani (2002 : 49), jilbab

diartikan sebagai pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita,

kecuali muka dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan saja

yang ditampakkan.

Sedangkan menurut Ahmad Najieh (2012 : 70), jilbab adalah

pakaian islami yang batasannya telah ditetapkan dalam Nash yang pasti

tersebut dalam kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.

Dalam bukunya Badriyah dan Samihah (2014 : 9), jilbab adalah

pakaian yang menutup seluruh tubuh (termasuk kepala) kecuali wajah dan

telapak tangan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian jilbab,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jilbab adalah busana muslimah yang

tidak ketat atau longgar yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan

(2)

2. Perintah dan Seruan Berjilbab

Perintah berjilbab ini adalah seiring dengan perintah dan seruan

menutup aurat, sebab pada dasarnya berjilbab adalah perintah untuk

menutup aurat seorang wanita, yang apabila tidak dijaga (dibiarkan

terbuka) maka akan mengakibatkan fitnah yang besar dan akan timbul

perzinaan. Perintah berjilbab sudah dijelskan dalam Al Qur‟an surat Al

Ahzab ayat 59 :















































“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dalam ayat diatas Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya agar

memerintahkan kepada isteri – isterinya dan anak – anak perempuannya

untuk senantiasa berjilbab, dan perintah tersebut tidak hanya ditujukan

kepada isteri dan putri Nabi akan tetapi perintah tersebut diserukan kepada

seluruh kaum wanita yang mengaku telah mengikrarkan keislamannya

(bersyahadat). (Nasirudin, 2012 : 102)

Jilbab hendaknya menutupi keindahan tubuh dan perhiasan mereka

demi mencegah pandangan dan perkataan yang buruk.Pakaian yang

menutupi ini lebih mudah dikenali bahwa pakaiannya adalah ahlul ifftah

(3)

aurat.Sehingga orang – orang jahat dan bodoh tidak akan berminat kepada

mereka. (Badriyah, 2014 : 10)

Adapun perintah memakai jilbab juga terdapat dalam Al Quran

Surat An Nur ayat 31 :































































































































































































(4)

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa perempuan haram

mempertontonkan perhiasan (maksudnya adalah aurat). Dan diperintah

kan untuk memakai kain kerudung yang sesuai syar‟iat Islam, yaitu lebar,

tidak tipis, serta menjulurkannya sampai menutupi dada

3. Fungsi jilbab

Jilbab merupakan bagian dari syariat, jilbab bukan hanya sekedar

identitas atau menjadi hiasan semata dan juga bukan menjadi penghalang

bagi seorang muslimah untuk melakukan aktivitasnya yang juga berfungsi

sebagai :

a. Pembeda

Jilbab akan membedakan seorang wanita yang memiliki

kehormatan dari yang lainnya. Wanita berjilbab harus menjadi contoh

kepada setiap wanita baik yang berjilbab maupun tidak. Setiap gaya

jilbab yang dicirikan harus sesuai, cantik, dan memnuhi tuntutan baik

untuk pertemuan atau kerja, jalan – jalan atau bersantai. Apabila

wanita berjilbab mengenakan jilbab dengan betul dan sesui dengan

tempatnya, hal itu sangat diharapkan menjadi tindakan dakwah untuk

mengajak wanita lain agar bejilbab sepertinya.

b. Pembentuk perilaku

Fungsi jilbab sebagai pembentuk perilaku, jilbab bisa

mengarahkan tingkah laku orang yang memakainya. Jilbab yang

dikenakan karena kesadaran iman, akan mampu mengontrol setiap

(5)

terbentuk tingkah laku yang penuh ketaatan terhadap nilai – nilai

Islam. (Yasmin Siddik, 2007 : 12)

Dari fungsi diatas keduanya saling berhubungan dan saling melengkapi

satu sama lain. Dan dapat disimpulkan fungsi dari jilbab itu sendiri adalah

sebagai penjaga kehormatan seseorang muslimah dari bahaya luar.

4. Kriteria Jilbab Menutut Syariat Islam

Jilbab merupakan bagian dari syariat, jilbab bukan hanya sekedar

identitas atau menjadi hiasan semata dan juga bukan menjadi penghalang

bagi seorang muslimah untuk melakukan aktivitasnya.

Menurut Muhammad Uwaidah (2013 : 690) adapun syarat – syarat

pakaian muslimah, antara lain :

a. Jilbab menutup seluruh badan kecuali yang dikecualikan yaitu kedua

telapak tangan dan muka, yang dikenakan ketika memberi kesaksian

mauapun shalat. Maka sangat menyedihkan ketika seorang

memaksudkan dirinya memakai jilbab tapi dapat kita lihat rambut

yang keluar dari bagian depan maupun bagian belakang, lengan

tangan ynag terlihat smapai keatas, atau telinga dan leher yang terlihat

jelas sehingga menampakkan perhiasan yang seharusnya ditutupi.

b. Jilbab bukan merupakan perhiasan

Ketika jilbab dan pakaian wanita yang dikenakan agar aurat

dan perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat ketika

menjadikan pakaian atau jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan

(6)

yang timbul karena point ini terlewatkan, sehingga seseorang merasa

sah – sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan warna –

warni dan berbagai motif dengan dihiasi benang – benang emas dan

perak atau meletakkan dengan berbagai pernak – pernik perhiasan

dalam jilbab mereka.

c. Jilbab itu harus lapang dan tidak sempit sehingga tidak

menggambarkan postur tubuhnya.

d. Jibab itu tidak memperlihatkan sedikit pun bagi kaki wanita.

e. Jilbab yang dikenakan itu tidak sobek sehingga tidak menampakkan

bagian tubuh atau perhiasan wanita, dan tidak boleh menyerupai

pakaian laki – laki.

Sedangkan menurut Syaikh Mutawalli As-Sya‟rawi (2005 : 162)

criteria busana yang harus digunakan oleh muslimah, antara lain :

a. Tidak menjadikannya sebagai hiasan

b. Tidak tipis atau trasparan

c. Tidak ketat atau menampakan bentuk tubuh

d. Tidak memberikan wangi – wangian atau parfum

e. Tidak diperbolehkan menyerupai bentuk pakaian laki – laki

f. Pakaian yang digunakan perempuan muslimah tidak menyerupai atau

meniru pakaian yang digunakan oleh perempuan – perempuan kafir.

(7)

Syaikh Muhammad Nashirudin dalam bukunya Salim A. Fillah

merinci syarat –syarat pakaian yang syar‟I bagi muslimah menjadi delapan

ketentuan, antara lain :

a. Menutup dan melindungi seluruh tubuh, selain yang dikecualikan

yaitu muka dan telapak tangan.

b. Bukan tabarruj atau berhias dengan memperlihatkan kecantikan dan

menampakan keindahan tubuh dan kecantikan wajah.

c. Menggunakan kain yang tebal.

Sebab yang namanya menutup itu tidak akan terwujud kecuali harus

tebal. Jika tipis, maka hanya akan memancing fitnah (godaan).

(Nasirudin, 2012 : 126)

d. Kainnya longgar, tidak sempit, dan tidak „jatuh‟, jatuh di sini

dimaksudkan adalah pakaian yang digunakan meskipun sudah longgar

namun masih menampakkan bentuk tubuh.

Tujuan dari mengguanakan pakaian adalah untuk menghilangkan

fitnah, dan itu tidak mungkin terwujud kecuali pakaian yang

dikenakan oleh wanita itu harus longgar dan luas. Jika pakaian itu

ketat meskipun dapat menututupi warna kulit, maka dapat

menggambarkan bentuk dan lekuk tubuhnya, atau sebagian dari

tubuhnya pada pandangan mata kaum laki – laki, yang akan

menimbulkan kerusakan dan mengundang kemaksiatan bagi kaum

(8)

e. Tidak diberi wangi haruman

wanita dimana saja yang memakai haruman kemudian keluar dan

lewat muka orang banyak agar mereka mendapati baunya, maka dia adalah pezina…”(HR Abu Dawud dan At Trmidzi)

f. Tidak menyerupai pakaian laki – laki

g. Tidak menyerupai pakaian orang – orang kafir

h. Bukan merupakan Libasusy Syuhrah, artinya pakaian ketenaran atau

popularitas. Bisa berwujud pakaian yang sangat mencolok bagusnya

agar dikagumi dan dibicarakan orang – orang, atau berupa pakaian

yang mecolok sangat jeleknya agar dibicarakan dan dikenal sebagai

orang yang zuhud dan dengan tujuan riya‟.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas pada dasarnya

adalah sama yaitu mutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan

sampai pergelangan tangan, tidak ketat atau longgar, tidak tipis, bukan

merupakan perhiasan, tidak menyerupai pakaian laki – laki dan tidak

menggunakan wewangian yang berlebihan, yang semua tersebut

mempunyai dampak positif yang baik terhadap diri seorang muslimah.

B. Ketaatan dalam Ibadah 1. Ketaatan

Kata taat dalam kamus bahasa indonesia berarti : senantiasa tunduk

(kepada Tuhan, pemerintah, dsb), patuh: Nabi Muhammad saw. menyeru

manusia supaya mengenal Allah dan kepada-Nya, tidak berlaku curang;

(9)

2. Pengertian Ibadah

Ibadah secara bahasa berarti : taat, tunduk, hina, dan pengabdian.

(Syakir Jamaliddin, 2011:49)

Menurut ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah adalah

mengEsakan Allah swt dengan sungguh – sungguh dan merendahkan diri

serta menundukan jiwa setunduk – tunduknya kepadaNya. Sedangkan

menurut ulama fiqh, ibadah adalah taat, tunduk, menurut, mengikuti, dan

doa.(Ahmad, 2003 : 137)

3. Jenis – jenis Ibadah

Menurut Ahmad (2003 : 138) Ibadah ditinjau dari jenisnya terdapat

dua jenis yaitu dari segi pelaksanaanya dan dari segi bentuk dan sifatnya.

a. Ibadah dari segi pelaksanaanyam terbagi menjadi tiga bentuk :

1) Ibadah jasmaniah – ruhiah (ruhaniyah), yaitu perpaduan ibadah

jasmani dan rohani seperti shalat dan puasa.

2) Ibadah ruhiah dan maliah, yaitu perpaduan antara perpaduan

antara ibadah rohani dan seperti zakat.

3) Ibadah jasmaniyah, ruhaniyah, dan maliah sekaligus, seperti

melaksanakan haji.

b. Ibadah dari segi kependingannya, terbagi menjadi dua yaitu,

kepentingan fardi (perorangan) seperti shalat dan puasa, serta

kepentingan ijtim‟i (masyarakat) seperti zakat dan haji.

c. Ibadah dari segi bentuk dan sifatnya, terbagi menjadi lima macam

(10)

1) Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan (ucapan lidah), seperti

berdzikir, berdoa, tahmid, dan membaca Al Qur‟an.

2) Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya,

seperti membantu atau menolong orang lain, jihad, dan mengurus

jenazah.

3) Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukanwujud dan

perbuatannya, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji

4) Ibadah yang tata cara pelaksanaannya berbentuk menahan diri,

seperti puasa, iktikaf, dan ihram.

5) Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan

orang yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan

membebaskan seseorang yang berutang padanya.

Dalam bukunya Ahmad (2003 : 142) dijelakan secara garsi besar

terdapat dua macam ibadah, yaitu :

a. Ibadah khasah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang

ketentuannya pasti), yakni ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya

telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari ibadah kepada Allah

swt, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

b. Ibadah „ammah (umum), yakni semua perbuatan yang mendatangkan

kebaikan dan melaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah swt,

(11)

Hal ini berarti niat merupakan kriteria sahnya ibadah „ammah. Dengan

kata lain, semua bentuk amal kebaikan dapat dikatakan ibadah

„ammah bila dilandasi dengan niat semata – mata karena Allah swt.

Dalam bukunya (Syakir Jamaliddin, 2011 : 49) terdapat prinsip –

prinsip ibadah yang digunakan untuk memberikan pedoman ibadah yang

bersifat final, antara lain :

a. Hanya menyembah kepada Allah semata sebagai wujud hanya

mengEsakan Allah awt. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam

QS. Al Fatikhah : 5













“hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan.”

b. Tanpa perantara. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam QS. Qaf

: 16









































“dan sungguh benar – benar kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh jiwanya. Dan kami sangat dekat daripada urat lehernya.”

c. Harus ikhlas, yakni murni hanya mengharap ridha Allah semata.

Keikhlasan harus ada dalam seluruh ibadah, karena keikhlasan inilah

jiwa dari ibadah. Tanpa keikhlasan maka tidak mungkin ada ibadah

yang sesungguhnya. Dan hanya ibadah yang dilakukan secara ikhlas

(12)

dilakukan secara tidak ikhlas, seperti karena ada unsur riya maka tidak

akan mempunyai nilai apa – apa di hadapan Allah, bahkan bisa

mendapatkan kecelakaan (QS. Al Ma‟un : 4-7)

d. Harus sesuai dengan tuntunan.

e. Seimbang antara unsur jasmani dan rohani.

f. Mudah dan meringankan.

C. Penelitian Terdahulu

1. Aola Zam Zam (2014), “Perbandingan Antara Siswi yang Berjilbab

dengan Siswi yang Tidak Berjilbab Terhadap Akhlak di Sekolah

Menengah Kejuruan Wijayakusuma Jatilawang tahun pelajaran

2013/2014.

Jenis penelitian menggunakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan subyek penelitian 16 siswa, metode pengumpulan data

dengan angket dan dokumentasi, analisis data menggunakan rumus t tes.

Hasil yang diperoleh tidak ada perbedaan akhlak yang signifikan

antara siswi yang berpakaian muslimah an siswi yang bukan berpakaian

muslimah, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan hasil uji hipotesis

dengan nilai t hitung = 1,43 dibandingkan dengan nilai t tabel dengan

taraf signifikan 5% = 2,14 dan taraf signifikan 1% = 2,98. Dengan

demikian hipotesis alternatifnya (Ha) di tolak dan Ho diterima.

Persamaan yang ada dalam skripsi Aola Zam Zam dengan skirisi

penulis adalah pada metode analisis data yang digunakan yaitu dengan

(13)

terdapat pada jenis penelitian penulis menggunakan jenis penelitian

diskriptif kuantitatif dan pada metode pengumpulan data yang

digunakan, serta pada variabel bebas/variabel x yang digunakan oleh

penelitian terdahulu adalah siswi yang berjilbab dengan siswi yang tidak

berjilbab, sedangkan variabel bebas/variabel x yang peneliti gunakan

adalah siswi yang berjilbab.

2. Meilia Ratna Susanti (2014), “Pengaruh Pendidikan Agama Islam

Terhadap Kesadaran Berjilbab Siswa Kelas XII AP (Administrasi

Perkantoran) 1 SMK Negeri 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas tahun

pelajaran 2013/2014”.

Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kuantitatif dengan

menggunakan metode observasi, angket, dan dokumentasi. Teknik

analisis data menggunakan rumus product moment

Hasil penelitian ini diperoleh nilai r product moment sebesar

0,777. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan r tabel dengan N=32. Pada

taraf signifikan 5% diperoleh hasil 0,349.Dimana nilai tersebut lebih

kecil dari r hitung yaitu 0,777 (0,777 > 0,349).Dan pada taraf signifikan

1% diperoleh hasil 0,449.Dimana nilai tersebut lebih kecil dari r hitung

yaitu 0,777 (0,777 > 0,449).

Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel, baik

taraf signifikan 5% maupun 1%. Dengan demikian Ha diterima dan Ho

ditolak, yang berarti ada pengaruh pendidikan agama islam terhadap

(14)

SMK Negeri 1 Purwokerto kabupaten banyumas tahun pelajaran

2013/2014.

Persamaan yang ada dalam skripsi Meilia Ratna Susanti dengan

skirisi penulis adalah pada metode analisis data yang digunakan yaitu

dengan menggunakan rumus product moment, sedangkan untuk

perbedaanya terdapat pada metode pengumpulan data dan dan pada letak

berjilbabnya, pada penelitian terdahulu pemakaian jilbab terdapat pada

variabel terikat/variabel y sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti

pemakaian jilbab terdapat pada variabelbebas/variabel x.

3. Handayani Sulimah (2004), “Studi Korelasi Antara Ketaatan Beribadah

dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Aqidah Akhlak siswa kelas VI MI

Ma‟arif Al Ikhsan Beji Kecamatan Kedung Banteng tahun ajaran

2003/2004”.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan metode dokumentasi untuk mengetahui hasil prestasi

belajar bidang studi aqidah akhlak (melalui buku raport).Sedangkan

metode angket digunakan untuk mencari data tentang ketaatan dalam

beribadah.Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan

menggunkan rumus korelasi product moment.

Setelah data dihitung angka koefisien korelasi product moment

= 0,484 selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel, baik pada taraf

(15)

bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif, bahwa korelasi antara

ketaatan beribadah siswa dengan prestasi belajar siswa.

Dari hasil analisis, kesimpulan yang diperoleh ada korelasi yang

signifikan antara ketaatan beribadah dengan prestasi belajar bidang studi

aqidah akhlak siswa kelas VI semester 1 MI Al ikhsan beji kecamatan

kedung banteng tahun ajaran 2003/2004.

Persamaan yang ada dalam skripsi Handayani Sulimah dengan

skrisi penulis adalah pada metode analisis data yang digunakan yaitu

dengan menggunakan rumus product moment, sedangkan untuk

perbedaanya terdapat pada metode pengumpulan data, dan pada letak

ketaatan beribadahnya, pada penelitian terdahulu ketaatan beribadah

terdapat pada variabel bebas/variabel x sedangkan penelitian yang

dilakukan peneliti ketaatan beribadah terdapat pada variabel

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,

Menggambarkan interaksi antara satu atau lebih actor dengan sistem, memodelkan bagian dari sistem yang bergantung pada pihak lain disekitarnya dan merupakan

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Pada IKM keramik putaran mesin yang digunakan sekitar 40 rpm sampai 60 rpm. Sedangkan pada penelitian ini, putaran mesin dapat diatur dengan menggunakan inverter

Ledakan penduduk juga terjadi karena rumah tangga tidak direncanakan secara baik dan tidak melihat faktor sebab akibat, banyak rumah tangga yang berdiri tapi tidak

Untuk mencapai tujuan Institusional, diperlukan adanya sarana- sarana yang berujud kegiatan kurikuler, dan masing-masing mempunyai tujuan tersendiri.Tujuan kurikuler

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan