KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR
DI JAWA TIMUR
SURABAYA, JULI 2009
Propinsi Jawa Timur terletak pada 110°54 BT sampai 115°57 BT, 5°371 LS sampai 8°48 LS.
Batas wilayah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali,
Sebelah Barat berbatasan dengan Prov. Jawa Tengah - Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
Luas Wilayah Jawa Timur adalah 157.922 Km2 dengan luas daratan 47.042,17 Km2, luas lautan 110.000,00 Km2 Secara administratif terbagi dalam 29 Kabupaten dan 9
Kota
Lanjutan...
Berdasarkan karakteristik dan geografis, Propinsi Jawa
Timur terbagi menjadi empat wilayah, yaitu :
Wilayah Utara, merupakan daerah pantai dan daratan
rendah serta pegunungan kapur, relatif kurang
subur-sedang berkembang;
Wilayah Tengah, merupakan daerah rendah, perbukitan,
gunung-gunung, relatif subur-sedang berkembang ;
Wilayah Selatan, merupakan daerah pegunungan
berbatu dan kapur, relatif kurang subur-belum
berkembang ;
Wilayah Kepulauan, merupakan pulau-pulau kecil
Persebaran Penduduk Jawa Timur
• Propinsi Jawa Timur memiliki jumlah penduduk sebesar + 37,7 juta orang berdasarkan data BPS tahun 2008, dengan kepadatan 814 jiwa per Km2. • Kota Surabaya dengan kepadatan tertinggi yaitu 8.335 km/jiwa, diikuti dengan Kota Mojokerto 7.233 km/jiwa dan Kota Malang 7.196 km/jiwa6 No. S e k t o r Distribusi (%) 2007 2008 *) 1 Pertanian 16,72 16,57 2 Pertambangan dan Penggalian 2,11 2,17 3 Industri Pengolahan 28,75 28,49 4 Listrik, Gas &AB 1,92 1,91 5 Konstruksi 3,36 3,34 6 Perdag, Hotel & Rest 28,81 29,36 7 Pengang. & Komunikasi 5,55 5,32 8 Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 4,62 4,68 9 Jasa-jasa 8,15 8,15 P D R B 100,0 0 100,00 Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur
Distribusi Persentase PDRB ADHB
2007 & 2008
2004 2005 2006 2007 2008
5,83 5,84 5,80
6,11
5,90
Dari sisi ekonomi, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2004 sampai dengan 2007
mengalami kenaikan walaupun ada sedikit penurunan di tahun 2006 tahun 2008.
Berdasarkan PDRB Jawa Timur Tahun 2008 menunjukkan bahwa sektor-sektor yang menjadi
unggulan dan memberikan kontibusi besar terhadap perekonomian Jawa Timur antara lain adalah :
Perdagangan, Hotel & Restoran
Industri Pengolahan dan
Pertanian (termasuk peternakan, kehutanan dan perikanan)
Permasalahan Pembangunan
Jawa Timur
1. Dari segi kependudukan, terdapat ketidakmerataan
persebaran penduduk sebagai Human Capital untuk modal pembangunan
2. Dari segi ketersediaan infrastruktur, terdapat permasalah pada kurangnya penyediaan pelayanan infrastruktur wilayah serta masih pembangunan antar wilayah
3. Konsentrasi kegiatan ekonomi di Pantura Jawa mencapai 85%, jauh meninggalkan Pantai Selatan (15%). Keempat kabupaten di Kep. Madura memiliki Nilai indeks ekonomi terendah di Jatim
4. Kesenjangan Pembangunan Fasilitas Sosial dengan indikator antara lain ketersediaan : fasilitas Pendidikan (SLTP dan
Setara, SMA dan setara, sekolah Tinggi dan Setara) dan fasilitas Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) serta perhotelan
5. Perkembangan kaw. perkotaan membentuk pola linear yg dikenal dg ribbon development Konsentrasi perkemb. kaw. perkotaan telah
menimbulkan kesenjangan antar-wilayah yang cukup signifikan 6. Seluruh perwilayahan di Jatim memiliki orientasi dan
ketergantungan yang tinggi terhadap Surabaya
Penguatan interaksi pada koridor Surabaya-Malang
7. Intensitas pergerakan orang & barang yang sangat tinggi, seperti pada lintas Surabaya-Malang dan Surabaya dengan perwilayahan GKS Plus nya
8. Tingginya alih fungsi (konversi) hutan lindung dan lahan pertanian produktif menjadi lahan non
pertanian, seperti industri, permukiman, prasarana umum dan lain sebaginya; menimbulkan kerusakan lingkungan dan bencana alam
•
Dampak-dampak kerusakan lingkungan
(Banjir, erosi, kekeringan) akibat
eksploitasi lingkungan & perubahan iklim
global
Kaw. Rawan Banjir
VISI : Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
MISI : Mewujudkan Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD
untuk Rakyat, yang diarahkan untuk :
• meningkatkan aksesibilitas & kualitas pelayanan kebutuhan dasar rakyat serta penanggulangan kemiskinan;
• meningkatkan kualitas pertumb. ekonomi & pemb. pedesaan; melalui penguatan perekonomian yg didukung pengemb. pertanian dan
agroindustri/agrobisnis;
• pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM); • peningkatan investasi dan ekspor non-migas, serta
• penyediaan infrastruktur yang memadai, dengan tetap memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup;
• memantapkan harmoni sosial melalui peningkatan kesalehan sosial,
penegakan serta penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia, dengan didukung birokrasi yang reformatif dan pelayanan publik yang prima
Strategi : Dual Track Strategy
Terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat & Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas & Berkelanjutan
1. Aksesibilitas & kualitas pelayanan kesehatan & pendidikan bagi masy. miskin. 2. Memperluas lapangan kerja, & efektivitas penanggulangan kemiskinan, dan
memberdayakan ekonomi rakyat, terutama wong cilik.
3. Meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri/ agrobisnis, serta pembangunan dan penyediaan infrastruktur.
4. Memelihara kualitas & fungsi LH, perbaikan pengelolaan SDA & penataan ruang.
5. Percepatan reform birokrasi, & peningk. pelayanan publik menuju pelayanan prima.
6. Meningkatkan kualitas kesalehan sosial demi terjaganya harmoni sosial. 7. Meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan, serta terjaminnya
kesetaraan gender.
8. Meningkatkan keamanan dan ketertiban, supremasi hukum, dan penghormatan hak asasi manusia.
9. Mewujudkan percepatan penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi sosial ekonomi dampak lumpur panas Lapindo.
Dijabarkan dalam Agenda Pembangunan :
Pembangunan Infrastruktur Strategis Di
Jawa Timur Meliputi
:
1. Pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur
2. Pembangunan Infrastruktur Pasca SURAMADU
3. Pembangunan Terminal Peti Kemas
4. Pembangunan Jalan Tol di Jawa Timur
5. Penanggulangan Bencana Banjir : Penanganan
Bengawan Solo
Jalan Lintas Selatan
Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS), adalah :
Pembangunan
baru/peningkatan jaringan jalan yang
membentang sepanjang pesisir Selatan Jawa Timur, mulai dari Kabupaten : Pacitan, Trenggalek,
Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,
Jember dan Banyuwangi (PACIWANGI).
Kegiatan JLS
merupakan bagian dari pengembangan wilayah Selatan Jawa Timur
Rencana dan Realisasi Pembangunan s/d TA. 2008
FISIK
•
Pembangunan JLS direncanakan jalan sepanjang 618,80 Km
dan Jembatan sepanjang 6.236 m.
•
Realisasi fisik s/d tahun 2008 perkerasan jalan mencapai 61,71
Km atau 9,97% dan jembatan mencapai 1.381 m atau 22,14%
PENDANAAN
•
Biaya pembangunan JLS direncanakan sebesar Rp. 7,5 Trilyun
Jembatan Suramadu
•
Meningkatkan aksesibilitas dari
dan ke Pulau Madura
•
Mengurangi kesenjangan
antara Pulau Jawa dan Madura
antara lain dalam hal sosial dan
perekonomian
•
Mengembangkan potensi
wilayah Madura
•
Meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masy. Madura
•
Pemersatu dua budaya yaitu
Sesuai dengan PERPRES no 27 / 2008
Pembentukan Badan Pengembangan Wilayah
Suramadu BPWS
1.
Pembangunan pelabuhan laut Tanjung Bulupandan;
2.
Pemanfaatan Waduk Nipah di Sampang dan percepatan
pembangunan Waduk Blega di Bangkalan;
3.
Pengembangan lapangan terbang Trunojoyo – Sumenep;
4.
Peningkatan jalan nasional : Kamal, Bangkalan sampai
Sumenep (wilayah Selatan Madura);
5.
Peningkatan jalan propinsi : Bangkalan, Sumenep (wilayah
Utara Madura).
6.
Rencana penyaluran Air Sungai bengawan Solo ke Madura
7.
Pengembangan Energi Listrik dan telekomunikasi
8.
Pengembangan SDM
9.
Promosi Investasi
10. Dll.
Rencana Pembangunan Pelabuhan Tanjung Bulu Pandan
Di Bangkalan Utara
Manfaat
:
1. Mendukung upaya pertumbuhan dan pemerataan
pembangunan wilayah Jawa Timur
2. Meningkatkan peranan Jawa Timur dalam pembangunan
nasional & daya saing Jawa Timur dalam skala Nasional dan
Internasional
3. Integrated dengan Program Pembangunan Jawa Timur,
terutama dengan :
a. Pembangunan Jembatan SURAMADU
b. Jaringan Jalan Tol
c. East Java Industrial Integrated Zone (EJIIZ)
d. Multi player Effect sektoral dan spasial
e. Mengurangi angka kemiskinan dan
f. Membuka lapangan kerja
4. Daya dukung lingkungan dan aspek keselamatan yang
memadai
Bandung Jawa Barat Jakarta Serang Surabaya Yogyakarta Semarang DKI Banten DIY Jawa Tengah Jawa Timur Kertosono Mojokerto PejaganPemalang Batang Cikampek Palimanan Solo Ngawi Pasuruan Probolinggo Banyuwangi Kanci Sukabumi Ciranjang Demak Malang Pandaa n Gempol (K) Bogor 321 KM 177 KM 78 KM (K)
10 RUAS JALAN TOL TRANS JAWA PRIORITAS UTAMA 652 KM
Pembangunan Jalan Tol
Operasi Sebelum 2005 Konstruksi PPJT Penetapan Pemenang Persiapan Tender 76 KM
•
Program percepatan pembangunan jalan
tol trans Jawa sebanyak 13 ruas
sepanjang 763,24 Km dan jalan tol non
trans Jawa seanyak 19 ruas sepanjang
335,84 Km
•
Jalan Tol Trans Jawa yang terletak di
Propinsi Jawa Timur terdiri dari 6 ruas
sepanjang 228,87 Km dan 4 ruas jalan tol
non Trans Jawa sepanjang 81,75 Km
•Permasalahan
Proses pelaksanaan pembangunan Jalan tol di Jawa Timur relatif masih rendah, hal ini disebabkan oleh permasalahan pembebasan tanah dan pembiayaan.
•Solusi
– BPN dan Panitia Pembebasan Tanah (P2T)
Kabupaten/Kota terkait siap mendukung
sepenuhnya kelancaran proses pembebasan tanah
– Pihak sindikasi perbankan dibawah koordinator
bank Jatim siap membantu dana pinjaman,
utamanya untuk investor ruas Jalan Tol Waru-Tanjung Perak
• Back log rumah yang masih cukup tinggi;
• Laju urbanisasi yang cukup tinggi
mengakibatkan kebutuhan perumahan di perkotan meningkat pesat;
• Kemampuan/ daya beli masyarakat perkotaan yang secara umum masih berpenghasilan rendah;
• Terbatas dan mahalnya lahan di perkotaan;
• Munculnya permukiman liar dan kumuh perkotaan dengan kondisi rumah yang tidak layak huni;
• Terbatasnya peran/ keterlibatan swasta dalam pembangunan rumah susun.
Latar Belakang Pengembangan RUSUNAWA di Jawa Timur adalah :
RUSUNAWA
KASIBA/LISIBA
• Tahun 2003 : di Siwalankerto, Penjaringansari dan Wonorejo Kota Surabaya
• Tahun 2004 : di Penjaringansari dan Urip Sumoharjo Kota
Surabaya, dan di Gresik
• Tahun 2005 : di Siwalankerto, Wonorejo dan Tambak sawah Kota Surabaya
• Tahun 2006 : di Siwalankerto Surabaya
• Tahun 2007 : di ITS Surabaya, Kebomas dan Gulomantung
Gresik
• Tahun 2008 : di IKHA Jombang, Unmuh Malang, & Tanah Kali Kedinding Surabaya
• Tahun 2009 : Penjaringan Sari, tanah Kali Kedinnding, Unair, IAIN Sunan Ampel, Ngelom PIA Jemundo,
• Backlog perumahan sampai dengan tahun 2008 adalah sebesar 555.000 unit
rumah terdiri dari : Perkotaan 318.000 unit ( 10,2 %) & Perdesaan 237.000 unit ( 4,7 %) serta Kaw kumuh 4.700 ha
• Perumahan swadaya masih banyak yang belum memenuhi kwalitas layak huni, cenderung membentuk lingkungan kumuh
• Belum adanya sinergi dari berbagai pelaku pembangunan dalam melayani
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk mendapatkan hunian yang layak.
• Masih kurangnya pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam teknik membangun rumah dan pengorganisasian diri untuk membangun rumah dan perumahan yang layak huni.
• Rendahnya akses masyarakat berpenghasilan rendah terhadap sumberdaya yang diperlukan untuk membangun rumah secara swadaya, terutama tanah dan sumber pembiayaan.
• Lembaga perbankan masih menganggap MBR yang bekerja di sektor informal tidak
bankable; sementara belum ada skema pembiayaan yang menjangkau masyarakat ini.
Prinsip Dasar :
Rehabilitasi Rumah Tak Layak Huni (RTLH) bagi masyarakat miskin ini
didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan dan dilakukan secara bertahap, yang menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan.
Tahap I :
Rehabilitasi Rumah Tak Layak Huni (RTLH) bagi masyarakat miskin sebanyak 10.000 unit di 10 (sepuluh) Kabupaten yakni,
.
Tahap II :
Penanganan Menyeluruh
(Mega Proyek) Wilayah Sungai Bengawan Solo
•
Dilihat dari volume tahunan, WS B.Solo masih surplus air, tetapi
secara musiman, dimusim kemarau masih terjadi defisit air
•
Kekurangan suplai air terutama pada musim kemarau, total
kekurangan suplai air dalam 1 tahun sebesar 3.657,37 juta m
3•
Volume air yang tidak termanfaatkan masih sangat besar,
ketersediaan air 21.413,50 juta m
3/tahun, yang dapat dimanfaatkan
12.000 – 15.000 juta m
3/tahun sehingga air yang tidak dimanfaatkan
sebesar 5.000-9.000 juta m
3/tahun atau sekitar 27 - 41%
•
Untuk memenuhi kekurangan air dimusim kemarau tersebut perlu
dibangun tampungan air berupa waduk, embung, dan tampungan air
lainnya
•
Penanganan penanggulangan banjir dan pengembangan wilayah
Bengawan Solo harus mengacu kepada Master Plan wilayah
Bengawan Solo
•
Penanganan penanggulangan banjir dan
pengembangan wilayah Bengawan Solo adalah
salah satu dari 4 program andalan/program
utama Departemen PU 2010-1014
•
Empat program andalan :
– Penanganan menyeluruh (Mega Proyek) Bengawan Solo, pengelolaan banjir & pemanfaatan air
– Konservasi hutan
– Rehap Jaringan irigasi 500.000 hektar
– Pembangembangan jaringan irigasi 1,5 juta Ha.