• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2O2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2O2)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) TERHADAP

DEGRADASI METHYLENE BLUE DENGAN MENGGUNAKAN FOTOKATALIS ZnO-ZEOLIT

Nadhir Dicky Perdana, Sri Wardhani (*), Muhammad Misbah Khunur

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145

*Alamat korespondensi, Tel : +62-341-575838, Fax : +62-341-575835 Email: [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang degradasi methylene blue menggunakan fotokatalis ZnO-Zeolit dengan penambahan hidrogen peroksida. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan hidrogen peroksida (H2O2), dan lama penyinaran terhadap persentase degradasi methylene blue. Fotokatalis ZnO-Zeolit sebanyak 25 mg ditambahkan larutan methylene blue 20 mg/L dan hidrogen peroksida yang ditambahkan sebanyak 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mL kemudian disinari dengan lampu UV selama 10, 20, 30, 40 dan 50 menit. Filtrat setelah penyinaran ditentukan absorbansinya dengan metode spektrofotometer. Berdasarkan nilai konstanta laju reaksi, penambahan hidrogen peroksida (H2O2) mempengaruhi nilai konstanta laju reaksi. Penambahan hidrogen peroksida (H2O2) 0,1 – 0,5 mL diperoleh konstanta laju terbesar pada penambahan hidrogen peroksida (H2O2) 0,4 mL dengan nilai konstanta laju sebesar 0,013 menit -1 . Semakin lama waktu penyinaran, maka degradasi methylene blue semakin besar. Pada waktu penyinaran 50 menit diperoleh persentase degradasi terbesar yaitu 88,49 % dengan penambahan hidrogen peroksida 0,4 mL.

Kata kunci : fotodegradasi, hidrogen peroksida, methylene blue, ZnO-Zeolit

ABSTRACT

The research about methylene blue degradation using photocatalyst of ZnO-Zeolite with adding hydrogen peroxyde. The aim of this research is determining the effect of adding hydrogen peroxyde and variaties of irradion time. ZnO-Zeolite photocatalyst 25 mg added methylene blue 20 mg/L with hydrogen peroxyde that adding 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 and 0,5 mL and then radiated by UV lamp during 10, 20, 30, 40, and 50 minutes. Filtrat after irradion determined by absorbantion with spectrophotometer method. Value of hydrogen peroxyde (H2O2) affected by value of rate constant. The effect of adding hydrogen peroxyde which optimum on 0,4 mL with rate constant 0,013 per minutes. Variaties of maximum irradion time occurred by 50 minutes with degradation persentage is 88,49% with addition of 0,4 mL hydrogen peroxide.

Keywords : photodegradation, methylene blue, hydrogen peroxyde, ZnO-Zeolite

PENDAHULUAN

Kebutuhan terhadap air merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi makhluk hidup. Keberadaan zat kimia yang tidak diinginkan dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada air sehingga air tidak dapat dikonsumsi oleh manusia. Didalam ekosistem kehidupan terdapat banyak zat warna yang umumnya berasal dari limbah industri yang akan memasuki ekosistem pengairan dan menyebabkan kerusakan alam [1]. Metode fotodegradasi pertama kali diperkenalkan oleh Fujishima dan Honda (1972), melalui dekomposisi air

576

(2)

menjadi hidrogen dan oksigen oleh elektroda titanium [2]. Beberapa keunggulan penggunaan metode fotodegradasi antara lain membutuhkan reaktor dan kondisi reaksi yang sederhana, zat organik yang terdegradasi akan menjadi mineral yang sempurna serta tidak meninggalkan polusi [2].

Fotodegradasi adalah proses penguraian suatu senyawa-senyawa organik dengan bantuan energi foton, didalamnya terjadi reaksi oksidasi dan reduksi pada permukaan semikonduktor. Diantara metode-metode yang telah ada fotodegradasi merupakan metode alternatif yang relatif murah dan mudah diterapkan. Keberhasilan metode fotodegradasi berdasarkan pada fotokatalis yaitu bahan padatan yang memiliki sifat semikonduktor misalnya ZnO, TiO2, CdS dan Fe2O3. Bahan tersebut dengan pengaruh sinar UV mampu menguraikan senyawa organik melalui reaksi fotokatalitik. Salah satu semikonduktor yang baik digunakan adalah ZnO karena dapat meningkatkan reaksi fotodegradasi dengan mempunyai band gap sebesar 3,40 eV yang dapat menyediakan elektron untuk membantu terbentuknya radikal hidroksil (·OH) [3].

Fotokatalis jika disinari dengan panjang gelombang antara 100-400 nm elektron akan teraktivasi dari pita valensi menuju pita konduksi. Sehingga, menyebabkan terbentuknya hole (muatan positif) pada pita valensi (h+cb) dan elektron pada pita konduksi (e+cb) [4]. Pasangan elektron ini tidak stabil dan dapat berekombinasi atau kembali ke tempat asalnya dengan melepaskan panas. Oleh karena itu diperlukan akseptor irreversible yaitu suatu senyawa yang mampu menjaga kesetimbangan muatan dalam sistem dengan cara mereduksi dan mencegah rekomendasi pasangan elektron-hole. Akseptor irreversibel terbaik adalah oksigen dan

hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat dengan mudah ditambahkan dalam proses fotokatalitik [5].

Zeolit merupakan salah satu mineral alam yang baik untuk memperbesar luas permukaan suatu fotokatalis dan mampu menjadi katalis yang selektif terhadap ukuran suatu molekul yang melewatinya. Peningkatan kinerja zeolit dapat dilakukan dengan mengembankan logam-logam transisi yang memiliki orbital d belum terisi penuh maupun oksida logam transisi [6].

(3)

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat

Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari daerah Turen, Kabupaten Malang. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini memiliki derajat pro analis (pa) kecuali disebutkan lain yaitu akuades, AgNO3 0,1 M, HCl (37%, bj= 1,19 g/mL), NH3 teknis, Zn(NO3)2.4H2O, zat warna methylene blue (MB) (Unichem), etanol 99% absolut.

Prosedur

Aktivasi dan Preparasi Fotokatalis ZnO-zeolit

Zeolit alam ditumbuk menggunakan mortar, kemudian digerus dan diayak secara bertingkat dengan ayakan 120 - 150 mesh. Kemudian dicuci dengan akuades. Hasil pencucian disaring dengan kertas saring. Zeolit yang sudah disaring kemudian dikeringkan dalam oven dan ditimbang hingga diperoleh massa konstan. Sebanyak 8 gram zeolit hasil pencucian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambah dengan HCl 0,4 M dan dikocok dengan shaker selama empat jam dengan kecepatan 100 rpm. Zeolit disaring dan dicuci dengan akuades hingga filtrat bebas ion Cl-.

Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2O2)dan lama penyinaran terhadap

degradasi Methylene Blue

Sebanyak 25 mL larutan methylene blue 20 mg/L dimasukkan ke dalam 5 gelas kimia 50 mL berbeda. Kemudian ditambahkan hidrogen peroksida (H2O2) masing-masing 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3 mL; 0,4 mL; 0,5 mL. Gelas kimia selanjutnya dimasukkan ke dalam reaktor UV dan disinari selama 10, 20, 30, 40 dan 50 menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H2O2 terhadap Laju degradasi Methylene

Blue di bawah Radiasi Ultraviolet

Hasil penelitian melalui Gambar 1 menunjukkan bahwa penambahan hidrogen peroksida (H2O2) sebanyak 0,4 mL menghasilkan konstanta laju yang terbesar yaitu 0,013 (menit-1). Hal ini disebabkan hidrogen peroksida yang menunjditambahkan dapat mengikat elektron pada pita konduksi menghasilkan •OH. Semakin tinggi pembentukan radikal hidroksil, maka akan semakin besar pula kemampuan fotokatalis untuk mengoksidasi senyawa organik. Semakin banyaknya jumlah radikal OH yang dihasilkan, maka semakin banyak pula senyawa methylene blue yang terdegradasi.

(4)

ZnO + hv  ZnO (h+pv) + ZnO (e-pk) (1)

2e-pk + O2  O2-• (2)

O2- + 2H+  H2O2 (3)

H2O2 + e-pk •OH + OH- (4)

h+pv + OH- •OH (5)

Gambar 1: Kurva hubungan antara penambahan hidrogen peroksida (H2O2) terhadap

konstanta laju degradasi zat warna methylene blue

Berdasarkan Gambar 1 ditunjukkan konstanta laju degradasi zat warna methylene blue semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah hidrogen peroksida yang ditambahkan. Pada penambahan hidrogen peroksida sebanyak 0,1-0,3 mL konstanta laju degradasi mengalami kenaikan. Sedangkan pada penambahan 0,4 mL dan 0,5 mL hidrogen peroksida diperoleh konstanta laju degradasi terbesar yaitu 0,013 menit-1. Hal ini dikarenakan semakin banyak H2O2 yang ditambahkan semakin banyak elektron pada pita konduksi yang terikat pada H2O2 sehingga mencegah terjadinya rekombinasi muatan (e-) dan (h+). Hal ini juga mengakibatkan bertambahnya OH radikal yang dihasilkan seperti pada persamaan 4.

Ketika suatu semikonduktor disinari cahaya dengan panjang gelombang antara 100-400 nm, elektron (e-) akan tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi. Eksitasi elektron tersebut membentuk hole (muatan positif) pada pita valensi (h+VB) dan elektron pada pita konduksi (e-CB) seperti pada persamaan 1. Pasangan elektron-hole ini tidak stabil dan dapat kembali ke tempat asaldengan melepaskan panas. Karena itu diperlukan elektron scavenger yaitu

senyawa yang mampu menjaga kesetimbangan muatan dalam sistem dengan cara mereduksi dan mencegah rekombinasi pasangan sistem elektron hole. Elektron scavenger yang sangat

0.000 0.002 0.004 0.006 0.008 0.010 0.012 0.014

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

K

o

ns

ta

nt

a

L

a

ju

(m

eni

t

-1)

volume penambahan H2O2(mL)

(5)

baik adalah oksigen dan hidrogen peroksida yang dapat dengan mudah ditambahkan ke dalam sistem fotokatalitik [5].

Radikal hidroksil (·OH) yang dikenal sebagai spesies oksidator yang sangat kuat dihasilkan dari reaksi antara hole dengan H2O/OH- yang teradsorpsi pada permukaan semikonduktor. Elektron akan megadsorpsi molekul O2/H2O untuk membentuk radikal anion superoksida (·O2-) yang merupakan spesies reduktor. Kontaminan yang terlarut dalam sistem diserang oleh spesies-spesies oksidator dan reduktor tersebut dan mendegradasinya menjadi senyawa yang tidak berbahaya [6].

Uji Pengaruh Lama Waktu Penyinaran terhadap persentase degradasi Zat Warna

Methylene Blue.

Pada penelitian ini dilakukan uji pengaruh lama waktu penyinaran terhadap degradasi zat warna methylene blue. Sebanyak 5 buah gelas kimia 100 mL diisi dengan fotokatalis ZnO-Zeolit sebanyak 25 mg dan larutan methylene blue 20 ppm sebanyak 75 mL. Kemudian dimasukkan kedalam reaktor UV dengan variasi waktu 10, 20, 30, 40 dan 50 menit.

Gambar 2: Kurva hubungan lama waktu penyinaran dengan persentase degradasi zat warna methylene blue

Semakin lama waktu penyinaran degradasi zat warna methylene blue akan semakin meningkat terbukti dengan lama penyinaran 50 menit didapatkan persentase degradasi paling maksimum yaitu sebesar 88,49 %. Peningkatan tersebut terjadi karena radiasi sinar UV akan terus bertambah, sehingga foton yang mengenai ZnO-Zeolit akan semakin banyak. Elektron dan hole memungkinkan terjadinya reaksi yang bersifat reduktif dan oksidatif antar muka material semikonduktor. Dalam pelarut air, oksigen terlarut bertindak sebagai electron, sementara air bereaksi dengan hole membentuk radikal OH.

(6)

Seruni [7] telah meneliti pengaruh lama penyinaran tehadap proses fotodegradasi dimana penyinaran yang dilakukan hingga 100 menit dapat meningkatkan degradasi zat warna methylene orange. Semakin lama penyinaran menyebabkan warna larutan semakin pudar serta masuknya sinar UV untuk mencapai sistem katalis lebih mudah dan lama penyinaran yang dilakukan akan menghasilkan OH• lebih banyak [8]. Sinar UV berfungsi sebagai sumber energi foton untuk terjadinya eksitasi elektron pada ZnO-Zeolit dari daerah pita valensi menuju pita konduksi dan pada akhirnya meninggalkan hole pada daerah pita valensi. Hole merupakan situs aktif yang reaktif bereaksi dengan pelarut (H2O) yang menghasilkan •OH pada sistem pelarut yang bertindak sebagai senyawa yang akan mendegradasi zat warna methylene blue dengan cara pemutusan ikatan pada senyawa methylene blue menjadi gugus yang lebih sederhana. Semakin banyak foton yang terabsorpsi ke dalam sistem fotokatalis, maka semakin banyak •OH yang dihasilkan untuk mendegradasi zat warna methylene blue.

KESIMPULAN

Penambahan oksidator H2O2 dapat meningkatkan degradasi zat warna methylene blue. Penambahan hidrogen peroksida (H2O2) 0,1 – 0,5 mL diperoleh konstanta laju terbesar pada penambahan hidrogen peroksida (H2O2) 0,4 mL dengan nilai konstanta laju sebesar 0,013 menit -1. Semakin lama waktu penyinaran, maka degradasi methylene blue semakin besar. Pada waktu penyinaran 50 menit diperoleh persentase degradasi 88,49 %.

DAFTAR PUSTAKA

1. Palupi.E., Degradasi Senyawa Methylene Blue Dengan Metode Fotokatalisis dan Fotoelektrokatalisis Menggunakan Film TiO2, Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor

2. Ullah, R., and Duta, J., 2007, Photocatalytic Degradation of Organic Dyes with Manganese-Doped ZnO Nanoparticles, ,Journal of Hazardous Materials, 156, 194-200 3. Fei, X., Jia, G., Xia, X., Hao,Y., Wang, D., and Guo, J., 2012, Study on Preparation and

Sunlight Photocatalytic Activity of Porous Coupled ZnO/TiO2 Photocatalyst, Optoelectronic and Advanced Material-Rapid Communication, 7, 6, 709-712, Department of Environmental and Municipal Engineering, Tianjin Institute of Urban Construction, Urban

(7)

4. Ariyanti, D. S., 2012, Pengaruh Penambahan Oksidator H2O2 terhadap Degradasi Zat Warna Methyl Orange dengan Fotokatalis ZnO-Zeolit, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya

5. Herman, J.M, 1999, Heterogenous Photocatalysis Fundamental and Aplication to the Removal of Various Types of Aqueous Pollutans, Catalyst Today, 53, 115-129

6. Saputra, R., 2006, Pemanfaatan Zeolit Sintesis Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Industri. Jurnal Hibah Bersaing Vol .1 No.3., Maret 2009 ISSN 1973-86611

7. Pundisari S.,2013, Pengaruh Konsentrasi Ion Sulfat SO42- Terhadap Degradasi zat warna Methyl Orange Menggunakan fotokatalis TiO2 Zeolit, Kimia Student Jurnal , Vol 1 No. 2, Pp. 236-242

8. Mayyasari D.A, 2010, Optimasi Proses Aktivasi Zeolit Alam Dengan Uji Proses Degradasi Etanol, Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses , ISSN : 1411-4216

Industri. Jurnal Hibah Bersaing Vol .1 No.3., Maret 2009 ISSN 1973-86611

Gambar

Gambar 1:  Kurva hubungan antara penambahan hidrogen peroksida (H2O2) terhadap
Gambar 2:  Kurva hubungan lama waktu penyinaran dengan persentase degradasi zat

Referensi

Dokumen terkait

Carlyle mengatakan, “Untuk mengubah dunia, untuk mengubah sesebuah bangsa, tiada orang bijak yang akan melakukannya; kecuali orang bodoh, semua orang tahu bahawa

Badan Penanaman Modal dan Perijinan (BPMP) Kabupaten Lamongan telah mereformasi pelayanan namun tidak cukup berdampak baik bagi kualitas pelayanan mengingat masih banyak

Kedua subyek menyebutkan bahwa gejala gangguan jiwa F ditandai dengan gejala yang telah ada sejak kanak-kanak, defisit keterampilan sosial dengan sulit diajak

Peserta didik (siswa) Kelas VIII E SMP Negeri 1 Bangkinang tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 orang, pada kondisi di lapangan menunjukkan bahwa hasil

Untuk mengatasi masaah tersebut ( pada saat kas perusahaan mengalami defisit ), maka perusahaan tersebut sementara dapat memasuki pasar uang sebagai peminjaman dengan mencari

instansi dan lembaga lain yang terkait untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan dengan selalu mengedepankan pada peningkatan kualitas tembakau, efisiensi biaya

Tujuan dari penelitian tentang pembuatan rol karet ini adalah untuk mengetahui besarnya perbandingan nilai keausan karet hasil buatan dengan keausan karet produk pabrik yang