• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Diklat Guru Sosiologi SMA Tentang Strategi Pembelajaran Discovery-Inquiry Berbantuan CD Interaktif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Diklat Guru Sosiologi SMA Tentang Strategi Pembelajaran Discovery-Inquiry Berbantuan CD Interaktif"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pendidikan dan Pelatihan

Banyak faktor yang menentukan kualitas pendidikan, salah satunya adalah peranan guru. Guru berhubungan langsung dengan peserta didik, bahkan sebagai pemegang kendali pembelajaran, menentukan arah perncapaian tujuan pembelajaran. Guru juga bertugas mengelola pembelajaran peserta didik. Di tangan gurulah akan dihasilkan sumber daya manusia yang berkualitas baik secara akademis, skill, perilaku maupun sikap. Guru sebagai penentu kualitas pembelajaran yang selanjutnya akan menentukan kualitas lulusan. untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas diperlukan guru yang berkualitas, memiliki kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan profesionalnya (Kunandar, 2007).

(2)

yang lebih banyak dan situasi yang penuh ketidakpastian, sehingga diperlukan pengetahuan yang lebih banyak dan penguasaan keterampilan yang lebih dibandingkan generasi sebelumnya. Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang berfokus pada peserta didik. Peserta didik dikondisikan untuk mampu aktif mencari informasi. Pendidikan lebih memberikan rangsangan agar peserta didik menjadi pembelajar yang aktif (Dharma, 2009).

Uraian tersebut menggambarkan guru memiliki peranan penting dan pemegang kunci keberhasilan mencapai tujuan kelembagaan pendidikan, karena guru adalah pengelola kegiatan belajar mengajar bagi para siswanya. Ada empat kompetensi yang perlu dikembangkan oleh guru menurut PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Untuk peningkatan kompetensi tersebut diperlukan pelatihan-pelatihan.

Pelatihan merupakan upaya untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan kinerja organisasi ( Mondy, 2008: 210). Sumber daya manusia yang unggul dan profesional akan diperoleh dari bentuk pelatihan. Program pengembangan SDM merupakan bagian penting dari organisasi untuk meningkatkan dan mengembangkan skill, knowledge dan ability

(3)

Pelatihan merupakan usaha mendekatkan antara kemampuan karyawan/pegawai dengan apa yang dikehendaki lembaga/organisasi. Studi yang dilakukan Tall dan Hall (Sutrisno, 2009: 72) menyimpulkan bahwa dengan mengombinasikan berbagai macam faktor seperti tehnik pelatihan yang benar, persiapan dan perencanaan yang matang, serta komitmen terhadap esensi pelatihan, maka perusahaan/ lembaga dapat mencapai manfaat kompetisi yang sangat besar di dalam era globalisasi.

Menurut Sikula dalam (Sutrisno, 2009: 72) Pelatihan juga sebagai suatu proses pendidikan jangka pendek memanfaatkan prosedur yang sistematis dan teroganisir, dimana personil non manajerial mempelajari kemampuan dan pengetahuan teknis untuk tujuan tertentu. Setiap sekolah, perlu mengadakan program pelatihan bagi guru untuk kemajuan sekolah.

Dari uraian di atas nampak bahwa dengan adanya pelatihan yang diikuti oleh guru-guru, diharapkan guru akan lebih paham dengan dunia kerja, dapat mengembangkan kepribadiannya, penampilan kerja individu, mengembangkan karir, perilakunya menjadi efektif dan guru akan menjadi lebih berkompeten.

2.2 Manajemen Pelatihan

(4)

dimaknai sebagai suatu proses pengarahan secara terpadu baik pikiran, kemauan, perasaan dan kecerdasan emosional untuk mewujudkan sesuatu yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses kegiatan dalam manajemen pelatihan pada dasarnya merupakan tiga fungsi, yaitu: (a) perencanaan (planning); (b) pelaksanaan (actuating); (c) evaluasi (evaluation).

2.2.1 Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan yang rasional dan sistematik dalam menetapkan keputusan, kegiatan atau langkah-lanhkah yang akan dilaksananakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Menurut (Siagian, 2007: 35), merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai beserta menetapkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dengan kata lain perencanaan merupakan usaha konkretisasi langkah-langkah yang harus ditempuh yang dasar-dasarnya telah ditetapkan dalam strategi organisasi (Siagian, 2007: 35).

Berkaitan dengan perencanaan diklat bagi guru-guru Sosiologi tentang pembelajaran discovery-inquiry

(5)

berbagai aktivitas menuju sasaran yang ditetapkan. Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan diklat yaitu: penyusunan bahan ajar dan media yang digunakan, penyusunan instrumen evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

2.2.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama. Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan. Actuating merupakan usaha untuk menggerakkan sekelompok orang dengan terencana sehingga mencapai tujuan organisasi yang diinginkan (Terry & Rue, 2010: 168). Pada pelatihan,

actuating merupakan upaya menjadikan perencanaan

menjadi kenyataan, melalui kegiatan pelatihan dalam bentuk pengarahan, transfer pengetahuan, keterampilan dan motivasi agar peserta pelatihan dapat melaksanakan kegiatan pelatihan secara optimal.

Pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan perencanaan dan memberikan materi tentang proses dan tahapan-tahapan pembelajaran discovery-inquiry

(6)

dianggap sebagai botol yang kosong dan siap diisi seperti paradigma pembelajaran sebelumnya. Proses belajarnya dirancang untuk memberikan pengetahuan baru, serta yaitu mendorong peserta didik meraih lebih jauh daripada apa yang diketahuinya, apa yang menjadi anggapannya, dan keterampilannya hingga kini. Teknik pembelajaran yang dipilih disesuaikan dengan materi pembelajaran. Tehnik yang digunakan menggunakan tehnik motivasi yaitu membangun motivasi lewat kegiatan mengajar cara: (1) menumbuhkan rasa ingin tahu, (2) menumbuhkan rasa butuh; (3) menumbuhkan rasa mampu belajar; (4) menumbuhkan rasa senang belajar; (5) menumbuhkan kemampuan menilai hasil belajar (Mujiman, 2011: 122-127).

2.2.3 Evaluasi

(7)

perencanaan serta mengambil tindakan korektif jika diperlukan.

Evaluasi yang dimaksud dalam manajemen pengembangan pembelajaran Sosiologi dengan

discovery-inquiry ini adalah bentuk evaluasi dalam

rangka melakukan kontroling apakah perencanaan dan pelaksanaannya efektif dan efisien. Berkaitan dengan produk perencanaan pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, media CD Interaktif, instrumen evaluasi dilakukan validasi ahli yaitu melakukan diskusi interaktif dengan pakar yang memiliki kemampuan dalam bidang tersebut.

Di saat pelaksanaan pembelajaran, dilakukan evaluasi proses yaitu melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dan di akhir pembelajaran dilakukan evaluasi hasil untuk mengukur apakah hasil yang dicapai sudah sesuai dengan tujuan ketercapaian pembelajaran.

2.3 Model-Model Pelatihan

Salah satu model pelatihan yang berkembang adalah model pelatihan siklus lima. Model pelatihan siklus lima tahap oleh Goad, dalam Nedler (1982: 11), siklus pelatihannya terdiri dari: (a) analisis kebutuhan pelatihan (analisyze to determine training reqruitmens). (b) desain pendekatan pelatihan (design the training

approach). (c) pengembangan materi pelatihan (depelov

the training materials). (d) pelaksanaan pelatihan

(8)

pelatihan (evaluate and update the training). Langkah tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 2.1

Siklus Pelatihan Lima Tahap Goad dalam Nedler (1982: 11)

Pelatihan yang ditujukan bagi orang dewasa sebagai sasaran perlu memperhatikan aspek: (1) orang dewasa belajar dengan melakukan (orang dewasa ingin dilibatkan); (2) masalah dan contoh relevan dan realistis; (3) lingkungan belajar terbaik adalah lingkungan informal; (4) tidak menerapkan sistem peringkat apapun; (5) fasilitator berperan sebagai agen pembaharuan: (6) fasilitator bertanggung jawab memfasilitasi pembelajaran; (7) variasi metode yang melahirkan gairah peserta pelatihan; (8) dampak pelatihan langsung bisa dirasakan peserta (Nedler, 1982: 41).

Pengembangan model pelatihan lainnya dikenal dengan istilah instructional design web model

(Piscurich, 2009: 13). Tahapan model ini hampir sama dengan model Goad, yang membedakannya hanya pada

Analyze

Design Evaluate

(9)

hubungan timbal balik antara fase yang satu dengan yang lainnya.

2.4 Pembelajaran

Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru (Sagala, 2009:61). Kesiapan seorang guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Corey (Sagala, 2009:61) memandang bahw pembelajaran merupakan suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.

(10)

berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran (Jihad, 2008: 11). Knirk dan Gustafson dalam Sagala (2009:64) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.

Berbagai pendapat tentang pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan sauatu usaha sadar yang dilakukan oleh guru suatu melalui tahapan persiapan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Rogers dalam Dimyati (2006: 17) mengemukakan tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru, meliputi : a) Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara tersetruktur; b) Guru dan siswa membuat kontrak belajar; c) Guru menggunakan metode inquiry, atau belajar menemukan (discovery learning); d) Guru menggunakan metode simulasi; e) Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain; f) Guru bertindak sebagai fasilitator belajar; dan g) Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas.

(11)

(Hamalik, 2008: 65) : 1) Rencana, merupakan penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sitem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus; 2) Kesalingtergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran; dan 3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia seperti : sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan.

Berbagai pengertian pembelajaran yang telah peneliti kemukakan di atas, maka ciri-ciri pembelajaran dapat diidentifikasikan, yaitu: 1) Pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja. Tersirat di sini bahwa pembelajaran bukan kegiatan insidental tanpa persiapan. 2) Pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang memungkinkan siswa dapat belajar. Dalam hal ini guru harus menganggap siswa sebagai individu yang mempunyai unsur-unsur dinamis yang dapat berkembang, bila disediakan kondisi yang menunjang. 3) Pembelajaran lebih menekankan pada pengaktifan siswa, karena yang belajar adalah siswa bukan guru.

(12)

waktu melakukan kegitan pembelajaran di kelas harus mampu mengambil keputusan-keputusan berupa tindakan misalnya metode, teknik yang bisa diterapkan pada materi pokok, kompetensi dasar tertentu agar kegiatan pembelajaran benar-benar berjalan efektif dan siswa bisa aktif sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai bisa terwujud. Selain itu jenis media pembelajaran apa yang bisa menunjang keberhasilan tercapainya tujuan. Media pembelajaran perlu disesuaikan dengan kondisi dan materi pokok yang disampaikan agar bisa efektif dan menyenangkan.

Segala sesuatu yang terkait dengan pengambilan keputusan yang harus dilakukan oleh guru di kelas akan selalu berhadapan dengan hasil yang akan diukur dan akan menjadi sebuah nilai akhir yang menjadi ukuran kualitas siswa selama melakukan pembelajaran. Pertimbangan pengambilan keputusan hendaknya mengarah pada hasil yang lebih baik, artinya segala tindakan yang merupakan hasil keputusan yang bisa membuat siswa memperoleh hasil yang lebih baik. Di dalam proses kegiatan pembelajaran guru akan berhadapan dengan situasi ini dan yang lebih penting adalah bagaimanakah melakukanya dan mengapa hal tersebut perlu dilakukan.

(13)

terdapat di dalamnya akan selalu melibatkan teori perencanaan, pengembangan desain pembelajaran, pemilihan metode mengajar yang bisa mewujudkan implementasi pembelajaran Sosiologi secara baik serta bagaimana evaluasi atau penilaianya.

2.5 Strategi Pembelajaran

Sanjaya (2008: 6) menjelaskan istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperan mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dim.ilikinya baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas; misalnya kemampuan setiap personal, jumlah maupun kualitas persenjataan, motivasi pasukanya, dan lain sebagainya. Kemp dalam Sanjaya (2008: 126) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan Siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

(14)

dirumuskan? Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat diarahkan agar siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal. Suparman (2001: 167) menyatakan bahwa secara garis besar strategi pembelajaran mengandung komponen-komponen: 1) Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran; 2) Metode pembelajaran, yaitu cara pengorganisasian materi pembelajaran; 3) Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran; 4) Waktu pembelajaran, yaitu waktu yang digunakan pengajar dan peserta belajar dalam menyelesaikan proses pembelajaran

Berdasarkan komponen-komponen yang terdapat dalam strategi pembelajaran maka strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang sistematis untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran kepada peserta belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

2.6 Pembelajaran Discovery-inquiry

(15)

yang telah didisain oleh guru. Oleh karena itu strategi seperti ini menciptakan peluang bagi para siswa untuk menjawab pertanyaan secara luas dan sekaligus mengkontribusikan dirinya dalam mengembangkan kecintaan yang mendalam terhadap pelajaran. Sedangkan dalam strategi inquiry, siswa secara mandiri menemukan dan membangun kerangka pemahamannya berdasarkan konstruksi yang ditemukannya.

Menurut Marimuthu (2005:6), secara konseptual discovery-inquiry merupakan sekumpulan tingkah laku untuk mendapatkan penjelasan yang masuk akal mengenai fenomena yang sedang mereka curigai. Berdasarkan konsep tersebut, discovery-inquiry merupakan strategi mengajar yang memacu sekumpulan tingkah laku siswa agar mereka dapat mendapatkan penjelasan yang masuk akal tentang konsep, prinsip dan masalah dalam materi pembelajaran. Menurut Trowbidge (Marimuthu, 2005:10) strategi discovery-inquiry meliputi operasi penyelidikan dengan melibatkan proses eksperimen, membandingkan, menduga, menyimpulkan, mengkomunikasikan dan mengidentifikasi berbagai prinsip serta konsep melalui proses berpikir.

(16)

Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; 3) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup; 4) Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya dan berdiskusi; 5) Partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar; 6) Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.

Menurut Bruner (Dahar, 1998:100) penekanan pada pembelajaran discovery-inquiry telah menetapkan pengaruh pembelajaran yang membimbingnya untuk menjadi seorang konstruksionis, untuk mengatur apa yang sedang dialami dalam sebuah kegiatan, bukan hanya merancang untuk menemukan dengan cara yang teratur dan pendekatan khusus, tetapi juga untuk menghindari berbagai jenis informasi yang menyamarkan data yang selayaknya disimpan.

(17)

sendiri, sesuai dengan konsep dan materi yang sudah jelas dan disiapkan oleh guru. 3) Mengajukan hipotesis. Siswa mengajukan jawaban sementara terhadap masalah yang mereka ajukan. 4) Mengumpulkan data, siswa mengumpulkan data untuk menjawab hipotesis dengan kemampuan berpikirnya dan menggunakan sumber-sumber yang mereka miliki. 5) Menguji hipotesis. Siswa melakukan eksperimen sebagai salah satu bentuk proses menemukan jawaban. 6) Merumuskan kesimpulan. Siswa mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

(18)

2.7 Pemanfaatan Compact Disc (CD) Interaktif Dalam Pembelajaran

Banyak ahli, terutama ahli media mengemukakan perlu adanya pemilihan media yang tepat sebagai wahana penyalur pesan dalam proses pembelajaran. Bahkan diyakini bahwa media pandang dengar (audio visual) seperti film bingkai (slide), film dan lainnya, sangat baik digunakan untuk membantu proses komunikasi di kelas. Bahkan kecenderungannya penggunaan media audio visual dalam pembelajaran lebih cepat dan mudah diterima jika dibandingkan penjelasan dengan lisan. Dengan kata lain, seberapa jauh proses komunikasi terjadi dipengaruhi oleh faktor media yang digunakan dalam komunikasi tersebut.

Media pembelajaran sudah dikenal sejak lama, bahkan sejak pendidikan formal itu ada. AECT

(Association of Education and Comunication Tecnology)

dalam Arsyad (2006:3) mendefinisikan media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sedangkan Santoso (2002:3) mendefinisikan media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

(19)

antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer, yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Secara umum Santosa (2002:5) memberikan rambu-rambu media pembelajaran sebagai berikut: 1) segala sesuatu (fisik) yang digunakan untuk dapat menyampaikan informasi atau pesan pembelajaran. 2) mampu merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa. 3) terciptanya bentuk-bentuk komunikasi, interaksi yang beragam dalam proses pembelajaran.

Mengapa media perlu dalam proses pembelajaran di kelas? Diantaranya karena media mempunyai kelebihan dan kemampuan yang dapat kita manfaatkan untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang ada. Secara singkat media berguna bagi upaya untuk mengefektifkan komunikasi yang ada di kelas. Media mampu menampilkan efek suara, gambar dan gerak, sehingga pesan yang kita sampaikan lebih hidup, menarik, dan kongkrit, serta dapat memberi kesan seolah-olah siswa terlibat dalam pengalaman belajar yang ditampilkan.

(20)

Gambar 2.2. Kerucut Pengalaman Dale

Kerucut pengalaman Dale ini menunjukan bahwa pengalaman langsung memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman belajar, oleh karena ia melibatkan lebih banyak indera siswa (Arsyad, 2006:11). Sedemikian pentingnya media pembelajaran sehingga Sudjana (2004:112) mengungkapkan bahwa dalam situasi belajar tertentu, yaitu siswa telah memiliki disiplin belajar yang tinggi, pengalaman belajar yang cukup dan pola pikir yang matang, maka interaksi pembelajaran bisa dilakukan secara langsung antara siswa dengan media belajar. Dalam kondisi demikian, media mampu menggantikan peran guru sebagai sumber belajar.

(21)

rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media juga akan sangat membantu meningkatkan efektifitas pembelajaran.

CD interaktif merupakan kemasan media pembelajaran yang didalamnya memuat materi dan permasalahan–permasalahan Sosiologi yang dilengkapi dengan tampilan, animasi dan gambaran ilustrasi.

Dalam rangka penerapan pengembangan sistem pembelajaran tersebut, siswa sebagai sentral kegiatan pembelajaran (instruction), sedangkan guru aktif memberi kemudahan (fasilitas) belajar siswa dan mereka berinteraksi dengan sumber–sumber belajar yang dapat mempermudah proses belajarnya. Semua komponen sumber belajar baik : pesan, orang, bahan, peralatan, tehnik, dan latar (lingkungan) harus dimanfaatkan secara luas dan maksimal guna memecahkan masalah-masalah belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dengan kata lain, pemanfaatan sumber belajar secara luas dan maksimal tersebut adalah dalam rangka menciptakan proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

(22)

audio visual dan dikemas dalam bentuk CD interaktif. Terlebih strategi pembelajaran yang digunakan terkait dengan kehidupan nyata dan teknologi, dengan bantuan komputer dan LCD, siswa bisa langsung dibawa untuk memperhatikan permasalahan dan kejadian–kejadian nyata yang terkait, bahkan mendasari munculnya suatu teori pada suatu materi pelajaran.

2.8 Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan pelatihan antara lain:

1. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap kompetensi dan kinerja pegawai di lingkungan Departemen Pertahanan RI (Saptari, 2003). Hasil penelitiannya, pendidikan dan latihan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kompetensi. Pendidikan dan latihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja.

2. Efektivitas Pendidikan dan Pelatihan dalam meningkatkan kinerja pegawai pada Badan kepegawaian daerah kabupaten Malang (Dhita Ayu Meitaningrum, Imam Hardjanto, Siswidiyanto). Hasil penelitian, diklat sudah efektif, hal tersebut dapat dilihat dari ketepatan waktu penyelesaian tugas serta peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan keahlian yang dimiliki pegawai Badan Kepegawaian Daerah Malang setelah mengikuti diklat.

(23)

kabupaten Luwu Utara (Ajie Saputra, H. Rosyid Thaha dan H. A Gau Kadir). Hasil penelitian kinerja pegawai dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi telah cukup baik. Diklat sangat membantu pegawai untuk memiliki kemampuan, kompetensi dan motivasi untuk meningkatkan kualitas kinerja.

2.9 Kerangka Berpikir

Jika proses pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka kegiatan tersebut melibatkan beberapa subsistem. Subsistem–subsistem tersebut adalah (1) siswa, (2) bahan pelajaran, (3) metode belajar mengajar, (4) alat belajar, alat peraga dan media belajar, (5) Lingkungan dan iklim belajar, (6) manajemen dan administrasi, (7). pendidik, ahli, dan nara sumber, (8) supervisor / pengawas dan (9). evaluasi dan umpan balik (Pidarta, 1997:32). Secara garis besar subsitem dibedakan menjadi tiga yaitu subsistem input, subsistem proses dan subsistem output .

(24)

siswa. Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi siswa.

Pemanfaatan CD interaktif sebagai salah satu sumber belajar yang dirancang (learning resources by

design) untuk pembelajaran tertentu sebagai media

yang diyakini mampu menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan melibatkan aktifitas siswa. Pemanfaatan CD interaktif sebagai salah satu sumber belajar dapat dimanfaatkan bagi siswa dalam tahapan eksplorasi dalam pembelajaran untuk mengkonstruk pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. CD interaktif diperlukan oleh siswa ketika mempelajari materi kurs valuta asing dan neraca pembayaran. Hal ini cukup beralasan karena karakteristik materi ini bersifat kontekstual namun sulit bagi siswa untuk berhubungan langsung dengan kejadian nyata atau aplikasi dari materi tersebut. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk melakukan discovery inquiry dan salah satunya dengan bantuan CD interaktif.

(25)

Dengan demikian diharapkan materi dapat dipelajari secara lebih mendalam dan berdampak pada ketuntasan belajar siswa.

Gambar 2.3 Kerangka Pikir

Guru sebagai peran utama dalam pembelajaran meskipun bukan satu-satunya sumber belajar, namun keberadaan guru menjadi hal sangat penting dalam

Tujuan, Kebutuhan, Kurikulum, Metode, Instruktur, Sapras, & Biaya Pelatihan

P

Pelaksanaan Diklat

A

Evaluasi Reaksi & Dampak Pelatihan

C

PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT GURU SOSIOLOGI

STRATEGI PEMBELAJARAN DISCOVERY-INQUIRY BERBANTUAN CD INTERAKTIF

PELATIHAN

KONDISI SAAT INI

PERANCANGAN MODEL DIKLAT

MODEL DIKLAT GURU SOSIOLOGI

(26)

Gambar

Gambar 2.2. Kerucut Pengalaman Dale
Gambar 2.3  Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses akomodasi penilaian hasil belajar bahasa Indonesia yaitu meliputi: (1) fungsi penilaian telah terlaksana walaupun guru belum

Seperti yang sudah dijabarkan pada Bab III mengenai Budaya Kese­ hatan Ibu dan Anak, masyarakat Dayak Siang­Murung dapat dikatakan masih dominan melakukan upaya kesehatan

kemahiran dalam berbahasa (bahasa Inggris, Indonesia, dll). Dalam penggunaan bahasa memerlukan kejelasan yaitu memilih kata yang jelas dan tidak mempunyai arti

penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendidikan seksual, media massa, teman sebaya dan faktor keluarga dengan perilaku

Langkah kemudian yaitu memahami proses keputusan pembelian mulai dari tahap awal mengenai pemahaman masalah, pencarian informasi, pemilihan alternatif, keputusan

Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana syariah dapat melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan syariah, diantara investasi tidak halal yang tidak boleh dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empirik serta mengetahui apakah pertambahan dana, alokasi dana, jumlah anggota dan pendapatan koperasi

Tulisan ini mengajukan pengembangan metoda penapisan baru berbasis modus yang diganti median bila tidak ditemukan modus pada himpunan nilai intensitas pixel pada jendela