• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DAN KEKUATAN PUTUSAN PERCERAIAN SECARA GHAIB DI PENGADILAN AGAMA PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DAN KEKUATAN PUTUSAN PERCERAIAN SECARA GHAIB DI PENGADILAN AGAMA PALEMBANG"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DAN KEKUATAN

PUTUSAN PERCERAIAN SECARA GHAIB DI PENGADILAN

AGAMA PALEMBANG

S K R I P S I

DUjukan sebagai salah satu syarat Uutuk mempcroteh Gelar Sarjaoa Hukum

Program Stndi llmu Hukum

O l c h :

D I A N A A F R I A N I

502012441

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS HUKUM

2016

(2)

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H P A L E M B A N G F A K U L T A S H U K U M

P E R S E T U J U A N D A N P E N G E S A H A N

Judul Skripsi : D A S A R P E R T I M B A N G A N H A K I M D A N K E K U A T A N P U T U S A N P E R C E R A I A N S E C A R A G H A I B D I P E N G A D I L A N A G A M A P A L E M B A N G

I Nama : Diana Afriaiii ; Nim : 502012441 I Program Studi : Dmu Hukum I Program kekhususan : Hukum Perdata j Pembimbing,

I i

: Zulfikri Nawawi, S H . J 4 H .

P E R S E T U J U A N O L E H T I M P E N G U J I :

Ketua : Hj,. A L R I Z A G U S T I , SH.,M.HUM Anggota : 1. L U I L M A K N U N , SH.,MH

2. D R S . E D Y K A S T R O , M. H U M

Palembang, April 2016

DISAHKAN OLEH

DEKAN FAKULTAS HUKUM

(3)

PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI

Pendaftaran Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang Strata 1 bagi :

Nama : D I A N A A F R I A N I

M M : 502012441 Program Studi : llmu Hukum Prog, Kekhususan Hukum Perdata

Judul Skripsi : D A S A R P E R T I M B A N G A N H A K I M D A N K E K U A T A N P U T U S A N P E R C E R A I A N S E C A R A G H A I B D I P E N G A D I L A N A G A M A P A L E M B A N G

Dengan diterimanya skripsi i n i , sesudah lulus dari Ujian Komprehensif, penulis berhak memakai gelar

S A R J A N A H U K U M

(4)

S U R A T P E R N Y A T A A N O R I S I N A L I T A S S K R I P S I

Yang bertanda tangan di bawah i n i : Nama : D I A N A A F R I A N I

N I M : 502012441 Program Studi : l l m u Hukum Program Kekhususan : Hukum Perdata

Menyatakan bahwa karya ilmiah / skripsi saya yang berjudul :

D A S A R P E R T I M B A N G A N H A K I M D A N K E K U A T A N P U T U S A N P E R C E R A I A N S E C A R A G H A I B D I P E N G A D I L A N A G A M A P A L E M B A N G .

Adalah bukan merupakan karya tubs orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, keciiali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya.

Demikian surat pemyataan i n i sa)'a buat dengan sebenar-benamya dan apabila

pemyataan i n i tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Palembang, Maret 2016

Yang menyatakan.

(5)

M O T T O :

'^an fenuMoR janji, stsungguRnya janji itu pasti diminta

perUaiggungjawBan '

(qS.Ji-Isra:34)

Ku Persembahkan untuk:

^ Kedua orang tuaku tersayang yang selalu

memberikan do'a dan dukungan serta doa

yang tulus demi masa depanku.

^ Seluruh keluarga besarku yang tidak bisa

kusebutkan satu persatu, terima kasih atas

dukungannya.

^ Almamaterku.

(6)

ABSTRAK

D A S A R P E R T I M B A N G A N H A K I M DAN K E K U A T A N P U T U S A N P E R C E R A I A N S E C A R A G H A I B D I P E N G A D I L A N A G A M A

P A L E M B A N G Oleh

D I A N A A F R I A N I

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui dan mendapatkan pengetahuan yang jelas tentang untuk mengetahui dan menganalisis dasar pertimbangan majelis hakim terhadap putusan perceraian secara ghaib, sehingga yang menjadi permasaiahan adalah : Apakah dasar pertimbangan majelis hakim terhadap putusan perceraian secara ghaib di Pengadilan Agama Palembang dan bagaimana kekuatan putusan perceraian secara ghaib di Pengadilan Agama Palembang

Penulisan skripsi ini merupakan penelitian hukum sosiologis bersifat deskriptif analitis yang didukung dengan data hasil wawancara serta tidak bermaksud untuk menguji hipotesa. Kesimpulan yang diperoleh adalah :Dasar pertimbangan majelis hakim terhadap putusan perceraian secara ghaib di Pengadilan Agama Palembang, adanya keterangan dari Kelurahan tempat tinggal Pemohon atau Penggugat yang menyatakan bahwa suami atau isteri Pemohon atau Penggugat telah pergi dari kediaman mereka dengan tidak memberitahukan aiamat yang jelas dimana keberadaanya, atas dasdar ituiah pihak Pemohon atau Penggugat dapat mengajukan gugatan secara ghaib. Dan Kekuatan putusan perceraian secara ghaib dl Pengadilan Agama Palembang, dasamya adalah salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa lasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya, sehingga setiap putusan perceraian secara ghaib mempunyai hak eksekutorial sebagaimana putusan perceraian yang benar-benar kedua belah pihaknya hadir dim uka persidangan.

Kata K u n c i : Pertimbangan Hakim, Perceraian secara ghaib.

(7)

5. Bapak Zulfikri Nawawi, SH., M H . , selaku Pembimbing dalam penulisan

skripsi ini, sekaligus selaku Pembimbing Akademik Penulis;

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Palembang;

7. Kedua orang tuaku tercinta dan saudara-saudaraku terkasih.

Semoga segala bantuan materi! dan moril yang telah menjadikan skripsi

ini dapat selesai dengan baik sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh

ujian skripsi, semoga kiranya Allah Swt., melimpahkan pahala dan rahmat kepada

mereka.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Palembang, Maret 2016

Penulis,

D I A N A A F R I A N I

(8)

D A F T A R ISI

Halaman

H A L A M A N JUDUL i

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN H

PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI iv

MOTTO D A N PERSEMBAHAN v

ABSTRAK vi

K A T A PENGANTAR viii

DAFTAR ISI I

B A B I : P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang 1

B. Permasaiahan 8

C. Ruang Lingkup dan Tujuan 9

D. Defenisi Operasional 9

E. Metode Penelitian 10

F. Sistematika Penulisan 11

B A B I I : TEVJAUAN P U S T A K A

A. Pengertian Perceraian 12

B. Akibat hukum Perceraian 22

C. Pengertian dan Macam-macam Putusan di Pengadilan

Agama 23

D. Pemeriksaan Perceraian secara Ghaib 28

(9)

B A B 111: P E M B A H A S A N

A. Dasar pertimbangan majelis hakim terhadap putusan

perceraian secara ghaib di Pengadilan Agama Palembang 33

B. Kekuatan putusan perceraian secara ghaib di Pengadilan

Agama Palembang

40

B A B I V : P E N U T U P

A . Kesimpulan 46

B. Saran-saran 46

DAFTAR PUSTAKA

L A M P I R A N

(10)

B A H T

PLfNUAHtHJArN

A. Latar Beiakanp

Perkawinan menurui hukum Isiam adaiah pernikahan, vaitu akad vane

sangat kuat atau mitsaqan ghaiidzan untuk mentaati perintah Ailah dan

meiaksanakannva merupkan ibadah.'

Allah SWT mencintakan mahiukNya dinermukaan bumi ini seiaiu

berpasanu-pasanuan. lA idikan hewan ada vans iantan dan ada vane beiina,

begitu iuga tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. istimewa Aiiah meniadikan

manusia ada iaki-iaki dan ada pula wanna, hikmahnya adaiah supava manusia

itu danat hidun bernasang-nasangan sebagai suami isteri.

Hal ini pun diteeaskan oleh Allah SW I meiaiui Firman Nva daiam

surat An-Nisa' ayat I yang artinva berbunyi :

Artinva ; " Hai sekalian manusia, bertaqwalah pada fuhanmu vane teiah menninta -lean kamn dan smrang din dan dan nadanya Allah nicnciplakan isterinya dan dart pada keduanya Allah mempcrkembang biakkan laki-laki dan ncrcmnuan vane banvak ... "'^

Mela 111! hidnn hernasang-nasangan itii manusia danat hidiin membaneun rumah taneea. vane harmonis dan di redhoi oleh Allah SWT.

dapat meneusahakan kehidupan yang rukun dan damai. yang penuh

mencanduna barokah dan rahmat dari Allah SWT. Pasangan yanc diredhoi

Ucpanemen Aftaina R.I.Direktorat Jenderal Fcmbmaan Kelembapaan ARania Islam, 2000. Kompilasi Huku Islam di Indonesia. Jakarta, him.}4

' Departemen Aeama K.l. Al-Uuran dan teriemahnya. Jakarta. 2004. him 114

(11)

2

Tuhan iaiah meiaiui akad nikah yang syah yang telah diatur daiam syari'at

islam, sehincca dengan demikian akan lerikatiah hubuncan kedua insan

tersebut dengan ikaian yang kokoh ( mitsaqan ghaiizoh ).

Biiamana akad nikah telah diiancsungkan. berarti mereka teiah berjanji

dan berikrar untuk membangun suatu mahiigai rumah tangga yang damai.

harmonis dan saiing savang menvavangi, sehingga dapat terwuiud rumah

tangga yang diidam-idamkan. yaitu rumah tangga yang sakinah mawaddah

warohmah, sebagaimana Firman Aliah SWT dalam surat Ar- Rum aval 21 .

yang artinva berbunyi:

Artinva : Dan dianiara tanda-landa kekuasaanNva iaiah L)ia menciptakan iintiikmii isteri-isteri dari ienismn sendlri. simava kamn cenderiing dan merasa tcnleram kcpadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan savang.Sesuneeuhnva pada vane demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanrla haoi kamn vano hertikir^

Meiaiui nerkawinan itu nnlalah danat melahirkan keturunan sebaeai

nenerus generasi yang akan datang. disamping nikah itu sendiri untuk

memenuhi sunnah dari Rosululiah SAW. sebagaimana sabdanva. vang artinva :

" Nikah itu adalah sunnahku. harangsiana yang tidak suka dengan sunnahku.

maka bukaniah lermasuk ummatku "Z

Setiap pasangan suami isteri tentunva mengharankan agar ikatan

perkawinan mereka benaian rukun dan damai sampai akhir havat

masing-masing- namun dalam kenvataannya ditengah nerialanan kehidupan suami

isteri tersebut untuk membina rumah tangga vang bahagia dan kekal ada vang

' Ibid, him.644

(12)

3

kandas. dikarena kan bermacam-macam permasaiahan yang akhirnya suiit

untuk dipetahankan iagi, sehingga terjadilah perceraian.

Peiaksanaan perceraian iniiah sering timbul kesewenang-wenangan dari

pada suami. seperti tidak mau tahu dengan kevvaiiban dirinva akibat terjadinya

perceraian tersebut seperti natkah yang harus dipikulnya. baik terhadap isieri

vang diceraikan maupun kepada anak-anak vang iahir dari perkawinan mereka.

Sehingga dengan demikian Penulis teriarik untuk membahas masaiaha ini

dalam rangka memberikan periindungan terhadap hak islen dan anak. akibat

dari perceraianm menurut Undang-undang Nomor I lahun 1974.

Selaniuinva untuk menjamin ketertiban dari perkawinan itu. maka

setiap terjadi perkawinan harusiah dicatat dan pencataian tersebut diiakukan

oleh Pegawai Pencaiai Nikah, sebagaimana diatur daiam kompilasi hukum

I s l a m Pasal S avat i 1J Han { '? \ ^

- - - ^ - - - v / - - \ I

Tercatatnya suatu perkawinan. maka secara hukum peristiwa

nerkawinan itu sendiri akan menjadi terlindungi pula oleh hukum. termasuk

untuk memberikan periindungan kepada status anak. misalnva untuk membuat

akta keiahiran. sebagai salah satu syaratnya adalah kutipan akta nikah dari

orang lua sianak. begitu pula biiamana leriadi hal -hal vang lidak dnngini

antara pasangan suami isteri tersebut vaitu akan terjadi perceraian. maka salah

saiu bukti uiamanya adalah kutipan akta nikah.

Sebelum beriakunya ijndang-undang Nomor I tahun 1974 tentang

perkawinan. bagi seorang suami vang akan melakukan perkawman lebth dan

(13)

4

pada satu orang atau yang akan menceraikan isterinya. denean gampang dan

mudahnva mereka iakukan, pasangan suami isteri vang ribut sedikii saja karena

emosi dan amarahnya, suami iangsung meniatuhkan talak kepada isterinya.

atau memberinva sebatang rokok.pertanda diiatuhi talak satu dua batang rokok

jaiuh talak dua dan ada yang memberi isterinya dengan tiga batang rokok atau

iidi. pertanada diiatuhi talak tiga. dan banvak iagi cara lain diiakukan. vang

tuiuannya adaiah meniatuhkan talak terhadap isterinya. kemudian

memberitahukannva kepada P3 N.i.C.R. ( Pegawai Pencatal Nikah Taiak

Cerai dan Ruiuk i setempaL dan dicatat oieh P3 NTCR. maka iatuhiah taiaknya

dan resmi mereka bercerai.

Jadi sungguh gampang dan mudahnva sisuami berbuat sesuatu kenada

isteri, sehingga pada saat itu kedudukan seorang waniia ( isteri ), sepeni

dipermainkan saia.masyarakat ketika itu beranggapan bahwa nenjatuhan taiak

seperti itu sudah sesuai dengan aiaran agama vang sesungguhnva, masvarakat

belum danat membedakan antara ketentuan syarM dengan fiqh. Kalau yang

bersifat svar i seperti shoiat. puasa itu sudah aotx dan tidak dapal

dirobah-robah iagi. tetapi kaiau itu fiqh tentunva masih ada perbedaan antara sam

dengan vang lain, melihat kondisi wakiu iiu.

Selaniutnva dengan berkembangnva zaman. maka nada tanggal 2

Januan 1974, diundangkaniah Undang-undang Nomor i tahun 1974 tentang

nerkawinan. vang didalamnya mengatur tentang nerkawinan dan nerceraian

(14)

5

menyangkut harta gono ginL natkah iddah. natkah iampau. natkah yang akan

datang. begitu iuga hak-hak sianak akan menjadi jeias.

Undang-undang Nomor i ihun 1974 Pasai 39 pada pokoknya

menentukan bahwa perceraian hanya dapat diiakukan didepan sidang

Peneadiian. tidak seperti beium adanya Undang -undang tersebut. yang secara

mudah dan gampang saja seorang suami vang akan menceraikan isterinya.

Kaiau kita kembaii kepada pakar-pakar hukum seperti pendapat Eugen

Eriiik, bahwa hukum itu ada dua macam, yaitu hukum yang hidup

fiimflsvaralfflt Han hnkiim v a n o HinnHanokan n\eh Mpmprintah "

Ketika sebelum berlakunva Undang-undang Nomor I tahun 1974. maka

masyarakat mengakui bahwa perceraian yang diiakukan seperti yang diuraikan

diatas tadi, dianggap sudah cukup dan berlaku, karena sudah memenuhi

ketentuan aiaran agama.karena ituiah senyatanva hukum vang hidun

dimasyarakat, akan leiapi periiaku seperti itu banvak merugikan isteri (wamta),

iuga anak-anak dari perkawinan mereka. maka dengan beriakunya

Undang-undang Nomor 1 lahun 19/4 tesebut. hak isteri (wamta) dapat terlindungi,

yaitu dengan adanva hukum vang diundangkan oieh Pemerintah

Uengan beriakunya Unang-undang Nomor 1 lahun 1974. maka harkai

dan martabat seorang wanita ( isteri ) danat terangkat atau terayomi. Badan

Peradilan Agama yang beriugas memeriksa. mengadiii. memuius dan

menvelesaikan nerkara-nerkara ditingkat pertama antara orang-orang yang

•-• Achmad Ah.itHJS, Menguak lahir ///</£«/?;.Kdisi kedLja,y!halia Indonesia, Jakarta.

(15)

7

sebagaimana mesiinya. yakni dengan menyampaikan gugatan lerhadap pihak

yang dirasa merugikan.

Pada dasamya setiap orang boieh berperkara di depan pengadilan.

kecuaii orang-orang yang dinyatakan tidak cakap yaitu mereka yang belum

dewasa dan/aiau tidak sehat akai ilkirannya. Orang yang beium dewasa

diwakiii orang tuanva atau waiinva dan orang-orang yang tidak sehat akai

tikirannya diwakiii oieh pengampunya.

Sebagai subyek hukum, maka badan hukum baik vang bersifat public

sepeni Negara. Propinsi. Kahunaten. tnstansi-instansi Pemerintah dan lain

sebagainya. maupun vang bersifat privat sepeni Rerseroan I erbatas. Koperasi.

Perasuransian. Yayasan iuga boieh berperkara di pengadiian yakni meiaiui

pengurusnya atau wakilnya.

Setiap perkara perdata yang sedang dineriksa peneadiian.

sekurane-kurangnya terdapat dua pihak yang berhadapan satu sama lain, yailu pihak

Penggugat yang mengaiukan gugatan dan pihak tergugat vane digueat.

Penggugat adaiah pihak vang memutai membuat perkara dengan

mengaiukan gugatan karena merasa hak perdata dirugikan. sedangkan tergugat

adalah pihak vang ditank ke depan pengadilan karena dirasa oleh penggugat

sehagai vang merugikan hak nerdatanva. Perkataan merasa dan dirasa di sini

dimaksudkan sebagai keadaan vang belum pasti yang masih memerlukan

r w m h i i l r t i f l n *

(16)

8

Pihak pengguaat sebagai pihak yang memulai adanya suatu perkara

perdata di muka persidangan. tentunva mengawali perkaranva dengan

mendattarkan gugatannya ke Pengadilan Agama meiaiui kepaniteraan

Keperdataan, kemudian seieiah mendapatkan nomor register perkaranva dan di

sidangkan oleh maielis hakim yang telah mendapatkan penetapan oleh Ketua

Pengadiian Agama. maka atas dasar gugatan lersebutiah pemeriksaan perkara

perdata akan dimulal. hingga mendapatkan putusan akhir dari majelis hakim.

Kemudian, di dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama dikenai

dengan gugatan ghaih. dimana salah satu pihak haik Isteri maupun Suami

sudah meninggalkan salah satu pihak dengan waktu yang iebih dari tiga bulan

tetapi keberadaannya tidak dapat diketahui oleh pihak yang ditinggaikan. maka

mereka aiau pihak yang ditinggaikan lersebut dapat mengaiukan gugatan

meiaiui ke Pengadiian Agama dengan gugatan nerceraian secara ghaib.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

mengkaii dan menganalisis hal yang bersangkut naut dengan dasar

pertimbangan majelis hakim terhadap putusan perceraian secara ghaib, untuk

maksud tersebut selaniutnya dirumuskan dalam skripsi ini vans berjudul :

UASAK PbRTlMBANOAN H A K I M UAN K E K U A T A N PUTUSAN

PKRCHKAIAN SECARA GHAIB 1)1 P l . N t i A D l l A N A G A M A

PALEMBANG.

B. Permasaiahan

(17)

10

peraturan perundang-undangan yang bersangkulan alau sumber hukum tak

tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadiii.^

2. Putusan Hakim, atau putusan pengadilan adalah pemyataan hakim karena

iabatannya diucapkan di persidangan yang terbuka untuk umum dalam

bentuk tertulis sebagai hasil dari pemeriksaan perkara perdata yang

dimaksudkan mengakhiri perkara."^

3. Perceraian iaiah putusnya ikatan perkawinan antara seorang suami dengan

isterinya. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 113 Kompilasi Hukum

Islam, bahwa Perkawinan dapat putus karena : a. Kematian. b.perceraian

dan c. atas putusan Pengadilan.

4. Perceraian seccara ghaib adalah perceraian yane salah satu pihak suami

ataupun isteri yang tidak diketahui lagi keberadaannya lebih dari tiga

bulan.

5. Pengadilan Agama Palembang. adalah salah satu Pengadilan Agama yang

ada di Propinsi Sumatera Selatan.

E . Metode Penelitian

Penulisan skripsi ini merupakan penelitian hukum sosiologis bersifat

deskriptif analitis yang didukung dengan data hasil wawancara serta tidak

bermaksud untuk menguji hipotesa.

l e k n i k nengumpulan data diiakukan dengan mengkaii dan memhahas

permasaiahan meiaiui data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer.

(18)

I I

bahan hukum sekunder. yane ada sanekul pautnya denean dasar

pertimbangan majelis hakim terhadap putusan perceraian secara ghaib di

Pengadilan Agama Palembang. sedangkan data primer diperoleh meiaiui

wawancara dengan pihak terkait terutama Pengadilan Agama Palembang.

Teknik pengolahan data diiakukan dengan cara menganlisis data

tekstuiar yang selaniutnya dirumuskan dalam kesimpulan.

F . Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari empat bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I . merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang.

Permasaiahan, Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian, Defenisi Operasional,

Metode Penelitian. serta Sistematika Penulisan.

Bab I I , merupakan tinjauan pustaka vang berisikan landasan teori yang

erat kaitannya dengan obvek penelitian. yaitu : Pengertian Perceraian. Akibat

Hukum Perceraian. Pengertian dan Macam-macam Putusan di Pengadilan

Agama. Pemeriksaan Perceraian secara Ghaib.

Bab i l l . merupakan pembahasan vang berkaitan dengan Dasar

pertimbangan majelis hakim terhadan putusan nerceraian secara ghaib di

Pengadiian Agama Palembang, Kekuatan putusan perceraian secara ghaib di

Pengadilan Agama Palembang.

(19)

B A B O

I I N J A U A N P U S l A K A

A. Penpertian Perceraian

Angka perceraian semakin meningkat dart waktii ke waktu. Perceraian

tcriadi apabila kedua beiah pihak baik suami maupun istri sudah sama-sama

merasakan ketidakcocokan dalam menjalani rumah tangga. Undang-Undang

No. I Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak memberikan definisi mengenai

perceraian secara khusus. Pasal 3 9 ayat (2) UU Rl No. I Tahun 1 9 / 4 tentang

Perkawinan serta nenielasannya menyatakan bahwa perceraian danat diiakukan

apabiia sesuai dengan aiasan-aiasan yang teiah ditentukan. Definisi perceraian

di Pengadiian Agama, diiihat dari putusnya perkawinan dalam Undang-iJndang

Perkawinan diielaskan, yaitu:

a. karena kematian

b. karena perceraian

c. karena pntnsan pengadilan.''

Oleh karena itu. perceraian merupakan salah satu sebab putusnya

nerkawinan. UU k l No. 1 lahun 1974 tentang Perkawinan menyehiitkan

adanva hal penyebab perceraian. iapi penvebab perceraian tersebut iebih

dinertegas juga dalam rujiikan Pengadilan Agama. yaitu Kompilasi Hukum

Islam (KHI) yang pertama adaiah melanggar hak dan kewajiban suami istri.

Hak cerai dalam Hukum Islam terletak nada suami. Oleh karena itu. di

Soemivati. 2003. Hukum Perkawman Isiam Dan Undang-Undang Perkawinan,

Liberty, Yogyakarta. him 4 i

(20)

13

Pengadiian Agama maupun Pengadiian Negeri ada istilah ccrai talak dan ccrai

gugat, ada perkawinan yang putus karena // cm, khuiuk, fasakh dan sebagainya.

Pada penyebab perceraian, pengadiian memberikan legal formal, yaitu

pemberian surat sah atas permohonan taiak dari suami. Surat taiak tersebut

dibcrikan dengan mcngacu pada aia.san-alasan sebagaimana diatur dalam Pasal

39 ayat 2 U U R I No. i Tahun 1974 tentang Perkawinan saiah satu pihak

melanggar hak dan kewajiban. Sehingga. waiaupun sural talak tersebut sah

secara hukum. namun tidak ada kata kesepakaian di antara dua pihak untuk

bercerai. Sebagai contoh. apabiia seorang suami meniatuhkan talak satu kepada

istrinya. maka talak satu yang diucapkan tersebut harus dilegalkan leiebih

dahulu di dcnan pengadiian. Karena pada dasamya secara syar'i. talak tidak

boieh diucapkan daiam keadaan emosi. Meiaiui proses legaiisasi di depan

pengadilan. Terdapat ienjang waktu bagi suami iiniiik meremingkan kembaii

talak yane telah terucap.

Saat ini Pengadilan Agama memberikan sarana mediasi. Di pengadilan

sekarang sudah dimuiai sejak adanya Surat tdaran dari Mahkamah Agung R l

No. 01 Tahun 2002. Seiurnh hakim di Pengadilan Agama benar-benar hams

mengoptimalkan lembaea mediasi lersebut kemudian di keluarkannva Pemia

k l Nn. 02 lahun 2003 in Perma k l No. t i l Tahun 2008 lentann Prnseriiir

Mediasi di Pengadilan.

Meiaiui mediasi tersebut, banyak permohonan talak yang ditoiak oleh

Pengadilan Agama, dengan beberapa alasan. Pertama. karena tidak sesuai

(21)

14

dan petiiumnya bertentansan. Misainya. istri minia ccrai. tetapi dia minta

nafkah juga. dalam alasan perceraiannya, si istri menyebmkan bahwa suaminya

tidak mcmbcri natkah selama beberapa bulan berturut-turut.

Lembaga mediasi yang mutai dioptimafkan sejak tahun 2003,

mcmbawa hasil positif. Lembaga mediasi ini selalu kembaii pada syari'.

Aiquran selatu kembaii pada lembaga hjakam itu. Jadi. hiakam dari pihak

suami dan hlakam dari pihak istri. Setiap perkara yang bisa diarahkan dengan

menggunakan lembaga hfakam dan mengarah pada svi(ja>(/, sebisa mungkin

menggunakan lembaga mediasi.

Aiasan-aiasan cerai vang disebulkan daiam UU Kl No. t lahun 1974

tentang Perkawinan yane pertama lentunya adalah apabila saiah satu pihak

berbuat yang lidak sesuai dengan syarlat alau dalam undang-undang tersebut

dikatakan. bahwa salah sam pihak herhiiat zina. mabuk. berjudi. terus

kemudian saiah satu pihak menmggatkan pihak yang lam selama dua tahun

bertiinit-turut.

Apabiia suami sudah memmta izin untuk pergi, namun tetap tidak ada

kahar dalam jangka waktu yang lama, maka istri tetap dapat mengaiukan

permohonan cerai meiaiui putusan versiek. Seiain itu. alasan cerai lainnya

adalah apabila salah satu pihak tidak dapat menialankan kewaiihannya.

misalnva karena tfigid alau impoten. Alasan lain adalah apabila salah satu

pihak (biasanva suami) melakukan kekejaman. Kompilasi Ikikum Isiam ( K i l l )

menambahkan salu alasan lagi. yailu apabila salah saiu pihak meninggalkan

(22)

15

Perceraian merupakan dclik aduan. sehingga apabiia salah satu pasangan tidak

keberatan dengan agama (munad) pasangannya, maka perkawinan tersebut

dapat torus bcrianiut. Pengadilan Agama hanya dapat mcmproscs perceraian

apabiia salah satu pihak mengajukan permohonan ataupun gugatan cerai.

Tata cara pcngajuan permohonan dan gugatan perceraian mcrujuk pada

Pasai 118 HIR, yaitu bisa secara tertulis maupun secara iisan. Apabiia suami

mengaiukan permohonan talak. maka permohonan tersebut diaiukan di tempat

tingga! si istri. Apabiia istri mengaiukan gugatan cerai, gugatan tersebut juga

diaiukan ke pengadiian tempat tinggal istri. dalam hai ini seorang istri memane

mendapatkan kemudahan sebagaimana diatur dalam hukum isiam. Seteiah

cerai. maka bagi istri berlaku masa tunggu (masa iddah). yaitu selama tiga kali

suci sekurang-kurangnya sembiian puluh hari. Bagi wanita yang sedang hamii,

maka masa iddahnya adalah sampai dia melahirkan. Masa iddah tersebut

berlaku ketika putusan hakim berkekualan hukum tetap. Namun untuk kasus

cerai talak. maka masa iddah berlaku seteiah permohonan talak suami

dilegalkan oleh Pengadiian Agama.

Apabiia masa iddah telah lewat dan mantan suami istri ingin kembaii

ruiuk, niaka mereka pun dapat kembaii ruiuk, namun harus diiihat lenis

talaknva terlebih dahulu. Secara nmum. riijuk artinva adalah kembaii. Terdapat

dua ienis talak. yailu talak ba in dan talak rai'i. laiak rat i adalah talak vang

diucapkan oleh siiami. dan apabila ingin rujuk dalam masa tddah. maka tidak

perlu ada akad nikah baru. Cukup adanva pemyataan dan pihak suami bahwa

(23)

16

diajukan oleh sang istri. Talak ba'in terdiri atas dua jenis, yaitu bain kubra

dan bain sugra. Taiak bain kubra dapat diupayakan rujuk, namun harus

meiaiui penghalalan (muhalil). Sedangkan untuk bain sugra terlepas dan

adanya masa iddah atau tidak, tetap harus meiaiui akad nikah untuk rujuk dan

harus melewati proses pernikahan sebagaimana awal menikahannya.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasai 33 pada asasnya

menghendakt bagi suami isteri di dalam suatu rumah tangga harus

saling-mencintai, saling menghormati, setia dan saling memberikan bantuan iahir dan

bathin antara satu sama lainnya. Hal ini sangat penting sekali dalam membina

suatu rumah tangga supaya tercipta kehidupan rumah tangga (keluarga) yang

bahagia. sejahtera. dan kekal.

Akan tetapi adakalanya antara suami isteri didalam suatu rumah tangga

hal tersebut sering teriupakan kadang-kadang antara hak dan kewajibannya pun

sering terabaikan maka kalau keadaannya sudah demikian sehingga apa yang

menjadi dambaan seseorang yang telah melangsungkan perkawinan untuk

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sulit untuk diciptakan.

Bagi seseorang yang akan melangsungkan perkawinan sangatlah

memperhatikan usia perkawinan penting artinya sebab bermantaat bagi mereka

yang akan melangsungkan perkawinan juga bermanfaat terhadap keturunannya,

diharapkan dengan sudah matang iiwa seseorang yang aka melangsungkan

perkawinan sehingga apa yang menjadi tujuan daripada perkawinan akan dapat

(24)

17

Sedangkan. faktor-faktor penyebab perceraian antara lain disebabkan

oleh hal-hal sebagai berikut

1. Belum matangnya pasangan suami isteri secara fisik maupun mental serta

masih rendahnya rasa tanggungjawab kedua belah pihak terhadap keluarga

dan kedua pasangan tersebut tidak mengerti tujuan dari perkawinan yang

telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa.

2. Masih adanya sifat kemanja-manjaan dan kekanak-kanakan pada diri

pasangan suami isteri akibatnya sering terjadi perselisihan dan pertengkaran

yang akhirnya rumah tangga mereka tidak bertahan lama dan

ujung-ujungnya melangkah keperceraian.

3. Rasa tanggung jawab seorang suami sering diabaikan seperti memberikah

nafkah kepada isteri karenanya perkara tersebut masuk ke Pengadilan

Agama kebanyakan diajukan oleh sang isteri.

4. Disebabkan oleh faktor ekonomi oleh karena itu sebaiknya bagi seseorang

yang akan melangsungkan perkawinan sudah mempunyai pekerjaan guna

untuk menjamin segala kebutuhan hidup berumah tangga terutama bagi sang

calon suami. sebab tidak sedikit perceraian terjadi disebabkan oleh faktor

ekonomi.

(25)

18

5. Disebabkan terialu banyaknva campur tangan pihak ketiga yaitu baik orang

tua pihak suami maupun isteri dalam urusan rumah tangga sehingga dapat

memicu kearah perceraian.

6. Disebabkan oleh faktor ketahanan jiwa dimana antara suami isteri daiam hal

mengemban tugas masih sangat iemah sehingga meraka mudah untuk

mengambil keputusan atau dengan kata lain masih Iemah rasa tanggung

jawab terhadap kehidupan berumah tangga.

Faktor-faktor tersebut diatas dapat mendorong (menyebabkan)

terjadinya perceraian pada masyarakaL ditiniau dari ajaran Agama Islam

memang tidak mengharamkan bagi seseorang melakukan perceraian akan

tetapi perceraian itu dimurkai (dibenci) oleh Allah, bahkan dengan

diundangkannya Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan hal

ini merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mempersulit terjadinya

perceraian seperti dinyatakan dalam pasal 39 Undang-Undang nomor 1 Tahun

1974 tersebut.

Hal-hal tersebut akan kelihatan seteiah perkawinan berlangsung oleh

sebab itu sebaiknya bagi seseorang yang akan melangsungkan perkawinan

diharuskan sudah matang jiwa raga (fisik maupun mental), sehingga tujuan dari

perkawinan dapat tercapai dan apabila terjadi perselisihan dalam keluarga

dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.'^

Menyoroti masalah perkawinan usia muda memang penuh resiko sebab

seperti kita ketahui bahwa tujuan dari perkawinan itu bukan semata-mata untuk

(26)

19

memuaskan birahi saja namun yang menjadi kendala hai tersebut sering kali

terjadi pada pasangan perkawinan usia muda, sebab banyak problema dan

dilemma yang timbul akibat dari perkawinan yang demikian namun hal ini

seolah-olah tak pemah terpikirkan oleh yang bersangkulan.

Alasan yang dikemukakannya kurang beralasan atau tidak terbukti

maka permohonannya tidak akan dikabulkan. Akan tetapi sebelum pihak

pengadilan tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mendamaikan kedua

belah pihak dengan jalan memberikan nasehat-nasehat kepada kedua belah

pihak yang akan bercerai dengan lujuan supaya niat perceraiannya dibatalkan

saja, diharapkan antara kedua belah pihak dapat hidup rukun kembaii sebagai

suami isteri.

Cerai gugat iaiah dimana pihak isteri yang mengajukan (meminta) cerai

kepada suaminya dengan mengajukan permohonan perceraian kepada

Pengadilan untuk diceraikan oleh suaminya atau dengan kata lain isteri yang

datang ke Pengadilan untuk meminta cerai pada suaminya karena aiasan-aiasan

lertentu.

Cerai talak iaiah pihak suami yang bermaksud untuk menceraikan

isterinya atau dengan kata lain suami yang datang ke Pengadilan untuk

meminta cerai kepada isterinya.''*

Dari jumlah angka perceraian yang penulis kemukakan pada dasamya

belum mencerminkan angka-angka secara keseluruhan daripada perceraian

(27)

20

yang lerjadi dimasyarakat secara umum. karena disebabkan oieh adanya

orang-orang terieniu yang meiakukan perceraian tanpa meiaiui proses dari ketentuan

perundang-undangan yang teiah ditetapkan. perceraian yang demikian sering

kita sebut dengan cerai dibawah tangan. Sebagaimana teiah dinyatakan daiam

pasai 39 ayat (1) dan (2) Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 menyatakan

bahwa:

Perceraian hanya dapat diiakukan didepan sidang Pengadiian seteiah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua beiah pihak. Selanjutnya dalam ayat (2) dijelaskan puia untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami isteri itu lidak akaii dapal iiluup rukun sebagai suami

isieri.'-Selain dari pada itu disebabkan pula oieh orang-orang lertentu yang

mendewasakan umur agar perkawinannya tetap dapat berlangsung pada hai

umumya masih sangat muda. hal ini biasanva mereka iakukan untuk menghindari

ketentuan yang teiah ditetapkan oleh perundang-undangan yang berlaku.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan mengatur baias

umur bagi seorang laki-laki maupun perempuan yang akan melangsungkan

perkawinan seperti dinyatakan dalam pasal 7 aval ( i ) .

''Perkawinan hanya diizinkan iika pihak pria sudah mencapai umur 19

tahun. dan pihak waniia sudah mencapai umur 16 tahun. Namun demikian j i k a

beium mencapai 2! tahun calon pengantin pria maupun wanita harus memperoieh

izin dari kedua orang tua atau waii yang diwuiudkan dalam bentuk sural izin

sebagai salah satu syarat untuk melangsungkan perkawinan"

(28)

21

Selaniutnya daiam pasai 7 ayat (2) diteeaskan pula bahwa dalam hal

penyimpangan terhadap ayat ( i ) pasai ini dapai meminta dispensasi

kepengadiian atau pejabat lain yang dituniukkan oieh kedua oranetua pihak

pria maupun pihak wanita.

Perkawinan yang demikian suiit untuk diketahui apakah mereka kawin

muda atau tidak sewaktu terjadi perceraian sebab umumnya didewasakan.

"Perkawinan yang demikian seieiah diantara mereka menjadi suami

isteri mempunyai permasaiahan daiam keluarga yang akan diselesaikan dimuka

sidang pengadiian biasanya akan ketahuan seteiah mereka disidangkan".

Perkawinan yang demikian dapat saja diiakukan oieh seseorang yang akan

melangsungkan perkawinan asalkan memenuhi persyaratan yang teiah

ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku sebagaimana bunyi pasai 7

Undang-Undang Nomor i Tahun 1974 seperti tersebut diatas.

Hai ini kaiau diamati dari kenyataan yang ada dimasyarakat perkawinan

yang demikian sering kali leriadi maiahan ada yang melakukan perkawinan

dibawah umur. akan tetapi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pada azas

meiarang bagi seseorang yang akan melangsungkan perkawinan sedangkan

umumya masih muda (belum dewasa). Undang-Undang menghendaki bagi

seseorang yang akan melangsungkan perkawinan diharapkan hendaknya

umumya sudah dewasa, dengan sudah dewasanya seseorang yang akan

melangsungkan perkawinan maka diharapkan apa yang menjadi lujuan dari

(29)

22

Agar supaya orang yang bersangkutan dapat meiakukan perkawinan

akan tetapi menghindari izin dari pada orang tua kedua beiah pihak, untuk

menghindari dispensasi dari Pengadiian sebab usianya masih dibawah 16 tahun

untuk wanita dan 19 tahun untuk pria. Perkawinan yang demikian biasanya

tidak kekai sehingga apa yang meniadi tuiuan daripada perkawinan sulit untuk

dicapai.

B. Akibat Hukum Perceraian

Daiam undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. pasai

41 dikemukakan bahwa apabila perkawinan putus karena perceraian. maka

akibat dari itu adaiah :

( l i Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, scmata-mala berdasarkan kcpcniingan anak, biiamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak. pengadilan memberikan keputusannya:

(2) Bapak yang beitaggung jawab atas senua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang dipcriukan oleh anak im. bapak daiam kenyataannya tidak apat memenuhi kewajiban tersebut-pengadilan dapai rneneniukan bahwa ibu ikui fiienilkul biaya lersebui;

(3) Pengadilan dapat mcwajibkan kepada bckas suami unmk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kcvvajiban bagi bckas isteri.

Daiam ketantuan pasai 41 Undang-undang Nomor 1 lahun 1974

tentang perkawinan tersebut diatas, dapat dipahami ada perbedaan antara

tanggung jawab pemeliharaan yang bersifat material dengan tanggung jawab

pengasuhan. Pasal 41 ini lebih memfokuskan kepada kewajiban dan tanggung

(30)

sekiranya tidak mampu Pengadiian Agama dapat menentukan iain sesuai

dengan keyakinannya.

Daiam kaitan Ini Kompiiasi Hukum islam teiah mengatumya secara

rinci daiam hai suami isteri terjadi perceraian, yaitu sebagai berikut: Pasal 105

Daiam hal terjadinya perceraian ;

a. pemeliharaan anak yang beium mumayyiz atau beium berumur 12 tahun Adaiah hak ibunya :

b. pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diseraiikafi kepada anak untuk memilih diantara ayah atau ibunya sebacai pemegang hak pemeiiharaannya:

c. biaya pemeiiharaan ditanggung oleh ayalinya.

Jadi dengan adanya pereraian. hadhonah bagi anak yang beium

mumayyiz diiaksanakan oleh ibunya. sedangkan biaya pemeliharaan tersebut

tetap dipikulkan kepada ayahnya. tanggung jawab ini tetap meiekat lidak

hiiang sekaiipun mereka telah bercerai. Hai ini sejaian dengan bunyi pasai 34

ayat (1) Undang-undang Nomor l Tahun 1974 tentang perkawinan. dimana

dijelaskan bahwa suami mempunyai kewajiban untuk memenuhi dan mcmbcri

segala kepentingan biaya yang diperiukan dalam kehidupan rumah

tangganya.Apabiia daiam kenyataannya suami ingkar dengan tanggung

jawabnya tersebut, bekas isteri yang kebetulan diberi beban untuk

melaksanakan hadhonah tersebut dapat mengajukan kepada Pengadilan

Agama seiempat agar menghukum bekas suaminya untuk membayar biaya

hadhonah sebanayak yang dianggap patut jumiahnya oieh Pengadilan Agama.

sehingga dengan demikian pembayaran tersebut dapat dipaksakan meiaiui

(31)

24

C . Feneertian dan Macam-ma cam Putusan di Pengadiian Agama

SeianjiUnya sering lerjadi masalah dalam melaksanakan isi puiusan

Peneadiian Agama teniane penyerahan anak kepada yang teiah dituniuk oieh

Pengadiian Agama yang berhak untuk hadhonah. Daiam kaitan ini sampai saat

ini eksekusi outusan hadhonah masih diperselisihkan. sebagaimana para ahli

hukum mengaiakan bahwa anak tidak dapat dieksekusi. sedangkan sebahagian

lagi yang iain mengaiakan bahwa putusan hadhonah dapat dieksekusi

Para ahli hukum yang berpendapat bahwa eksekusi anak tidak dapai diiaksanakan beraiasan bahwa seiama ini yurisprudensi yang ada tentang

eksekusi semuanya hanya daiam bidang hukum benda. bukab terhadap

orang.Oieh karena itu eksekusi terhadap anak sesuai dengan keiaziman yang

ada. maka tidak ada eksekusinya. apaiagi putusannya bersifat deklaratoir,

karena selama ini prakieknya eksekusi ini diiakukan penyerahan secara

sukarela, artinva lidak dengan upaya paksa.

Sedangkan bagi para ahli hukum yang menyatakan eksekusi anak

dapat diiakukan. karena perkcmbangan hukum pada akhir-akhir ini

meneiapkan bahwa bahwa masaiaha penguasaan anak yang putusannya

bersipat condemnatoir. jika telah berkekualan hukum tetap, maka putusan

tersebut dapat diiaksanakan eksekusinya. Karena Pengadiian mempunyai upaya

paksa dalam melaksanakan putusannya. Jadi seorane anak vang dikuasai oieh

salah satu orang tuanva yang tidak berhak sebagai akibat puiusan perceraian

(32)

25

anak tersebut dengan upaya paksa dan menyerahkannya kepada saiah satu

orang tua yang berhak untuk mengasuhnya.

Daiam peiaksanaan eksekusi terhadap putusan hadhonah harus

meiaiui prosedur hukum yang berlaku dan apabiia eksekusi tidak diiaksanakan

sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. mka eksekusi tidak sah dan harus

diuiang.

Adapun prosedur eksekusi putusan hadhonah secara kronoiogis dapat

dirinci sebagai berikut

1. Putusan hadhonah tersebut teiah berkekualan hukum tetap ; 2. Pihak yang kalah tidak mau menyerahkan secara sukarela ;

3. Pihak yang menang mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadiian Agama yang memutus perkara hadhonah :

4. Pengadilan Agama Iclah mcnetapkan sidang Aanmaning ;

5. Telah dilampaui tenggang waktu atau tegoran sesuai dengan Pasai 207 R.Bg.:

6. Ketua Pengadiian Agama mengeluarkan surat perintah eksekusi;

7. Peiaksanaan eksekuasi ditempat termohon eksekusi yang dihukum untuk menyerahkan anak:

8. Peiaksanaan eksekusi dibanlu olch dua orang saksi yang memenuhi unsur sebagaimana tersebut daiam pasal 210 ayat (2 ) R.Bg.:

9. juru sita mengambil anak lersebut secara baik-baik. sopan dan dengan lelap berpegaiig kepada adat Istiadat yang berlaku, kalau tidak diserahkan secara sukarela maka diiaksanakan secara paksa ;

10. Juru sita membuat berita acara eksekusi yang ditanda tangani oleh juru sita beserta dua orang saksi sebaiiyak langkap lima.

Selaniutnya daiam perkembangan peiaksanaan eksekusi hadhonah ini.

seiaiu mengalami kegagaian kerena pihak yang kalah tetap berusaha tidak mau

untuk menyerahkan anak secara sukarela. maka timbul gagasan daiam

diskusi-diskusi keiompok praktisi hukum tentang penerapan lembaga Dwangsom

daiam putusan hadhonah oleh hakim. Dalam hal inipun ada perbedaan.

(33)

26

sebagian praktisi huiaim berpendapat tidak boieh digunakan lembaga

Dwangsom dalam putusan hadhonah, karena konteknya berbeda, sebahagian

praktisi hukum yang lain berpendapat membolehkan diterapkan dalam putusan

hadhonah, karena dengan mencatumkan dwangsom itu pihak Tergugat akan

mematuhi isi putusan hakim, j i k a ia mengetahui ada kewajiban yang harus

dipenuhi apabiia tidak mau melaksanakan hukuman pokok yang dibebankan

kepadanya. Hipotesa alas persoalan ini tampaknya pendapat yang

membolehkan penerapan dwangsom daiam putusan hadhonah dapat digunakan,

apabiia diiihat dari tuiuannya untuk kemaslahaian dan dapat ditaatinya hukum

itu.-Lembaga dwangsom ini diatur dalam pasal 606 a dan 606 b . Rv yang

mulai digunakan oieh Raad van justitie dan Hoegerechtteschof sejak tahun

1938. Daiam HiR atau R.Bg tidak ditemukan secara rinci. Tujuan diletakkan

dwangsom ini aaai Tergugat bersedia untuk memenuhi presiasinya jika ia

mengetahui ada kewajiban yang harus dibayar apabila ia lidak mau

melaksanakan hukum pokok yang dibebankan kepadanya. Jadi merupakan

tindakan yang logis untuk memaksa orang yang dikenakan hukuman itu agar

serius dan lidak main-main daiam mematuhi dan melaksanakan puusan hakim.

Diharapkan iuga secara psychoiogis dapat mempengaruhi iiwa Tergugat yang

pada giiirannya akan menvadarkan dirinva. betapa besamya iumiah uane yane

harus dibayar jika putusan hakim itu tidak diiaksanakan sebagaimana yang

(34)

27

Uapatiah disimpulkan bahwa keberadaan lembaga dwanesom ini adalah

sualu hukuman lambahan pada orang yang dihukum unluk membayar seiumiah

uang selain yang telah disebutkan dalam hukuman pokok dengan maksud agar

ia bersedia meiaksankan hukuman pokok sebagaimana mesiinya dan tepat

waktunya.

Dengan pengertian ini bahwa sifat dwangsom adalah ;

1. Merupakan accesoir. tidak ada dwangsom. apabiia lidak ada hukuman

pokok dan apabiia hukuman pokok teiah diiaksanakan. maka dwangsom

yane teiah ditetapkan bersamaan dengan hukuman pokok tadi meniadi lidak

mempunyai kekuatan hukum i a g i :

2. Merupakan hukuman tambahan. apabiia hukuman pokok yang ditetapkan

oieh hakim tidak dipenuhi oleh Tergugat, maka dwangsom itu dapat

dieksekusi. : apabila diletakkan pada putusan hadhonah. karena dwangsom

tersebut merupakan salah satu straieg

3. Merupakan tekanan psychis. dengan adanya hukuman dwanesom yane is

ditetapkan oieh hakim dalam putusannya. maka orang yane dihukum itu

ditekan secara psychis agar ia dengan sukarela melaksanakan hukuman

pokok yane telah ditentukan oleh hakim.

Lembaea dwanesom harus dipahami berbeda denean lembaea eanti

rugi. sebagaimana vang diatur dalam Pasai 225 HIR. dan berbeda pula dengan

konpensasi yane dikenai daiam hukum perdata. sebab dalam dwangsom ini

kewajiban yane disebut dalam puiusan hakim tetap ada dan tidak bisa dieanii

(35)

28

diletakkan pada putusan hadhonah, karena dwangsom tersebut merupakan

salah satu strategis yang diyakini dapat mencegah putusan hadhonah menjadi

iiusoir ( hampa ) yang memang selama ini disinyalir banyak putusan hadhonah

tidak dapat diiaksanakan sebagaimana mestinya.

Putusan dwangsom ini tidaklah keluar begitu saja dalam putusan hakim,

tetapi ia harus dimasukkan didalam surat gugatan yang diajukan kepada

pengadiian Agama tersebut dengan menyebutkan aiasan-aiasan yang

dibenarkan oleh hukum, alasan mana dapat yang bersipat yang sudah

diperjanjikan sebelumnya antara Penggugat dengan Tergugat atau juga dengan

alasan adanya kekhawatiran Penggugat kepada Tergugat yang tidak bersedia

melaksanakan hukuman pokok sebagaimana yang telah ditetapkan oleh hakim

secara sukarela. Begitu juga dalam putusan Pengadilan tidaklah semudah apa

yang tercantum dalam teori untuk melaksnakanamar putusan Pengadilan. yang

membebankan kepada pihak lawan , dalam hal ini kepada pihak suami, yang

dibebani untuk membayar sejumlah uang. atau untuk menyerahkan sesuatu

barang yang tadinya sebagai harta bersama suami isteri, maka dengan adanya

perceraian ini. tidak sedikit para suami yang masih membangkang untuk tidak

mau malaksanakan isi putusan tersebut dengan secara sukarela.

D. Pemeriksaan Perceraian secara Ghaib

Prosedur dan proses beperkara di pengadilan Agama dan Mahkamah

Syar'iyah untuk perkara cerai talak. perkara cerai gugat dan perkara gugatan

lainnya, sebagai berikut

(36)

29

1. Prosedur dan Proses Penvelesaian Perkara Cerai Talak. langkah-langkah

yang harus diiakukan pemohon (Suami) atau Kuasanya;

1. a. Mengajukan permohonan secara tertulis alau lisan kepada pengadilan

agama/Mahkamah Syar'iyah (Pasal (18 HIR, 142 R.Bgjo. Pasal 66 UU

No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan U U No. 3 Tahun 2006):

b. Pemohon dianjurkan untuk meminta petunjuk kepada pengadilan

agama/Mahkamah Syar'iyah tentang tata cara membuat surat

permohonan (Pasal 119 HIR, 143 R.Bg j o . Pasal 58 U U No. 7 Tahun

1989 yang telah diubah dengan U U No. 3 Tahun 2006):

c. Surat permohonan dapat diubah sepanjang tidak mengubah posita dan

petitum. Jika Termohon telah menjawab surat permohonan temyata

ada perubahan, maka perubahan tersebut harus atas persetujuan

Termohon.

2. Permohonan tersebut diajukan kepada pengadilan agama/Mahkamah

Syar'iyah:

a. Yang daerah hukumnya meiiputi tempat kediaman Termohon (Pasal

66 ayat (2) U U No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan U U No. 3

Tahun 2006):

b. Apabila Termohon meninggalkan tempat kediaman yang telah

disepakati bersama tanpa izin Pemohon, maka permohonan harus

diajukan kepada pengadilan agama/Mahkamah Syar'iyah yang daerah

hukumnya meiiputi tempat kediaman Pemohon (Pasal 66 ayat (2) UU

(37)

30

c. Apabila Termohon berkediaman di luar negeri. maka permohonan

diajukan kepada pengadilan agama/Mahkamah Syar'iyah yang daerah

hukumnya meiiputi tempat kediaman Pemohon (Pasal 66 ayat (3) U U

No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan U U No. 3 Tahun 2006);

d. Apabila Pemohon dan Termohon bertempat kediaman di luar negeri.

maka permohonan diajukan kepada pengadilan agama/Mahkamah

Syar'iyah yang daerah hukumnya meiiputi tempat dilangsungkannya

perkawinan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat (Pasai 66

ayat (4) UU No. 7 Tahun 1989 yang teiah diubah dengan U U No. 3

Tahun 2006);

3. Permohonan tersebut memuat:

a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat kediaman Pemohon dan

Termohon:

b. Posita (fakta kejadian dan fakta hukum);

c. Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita).

4. Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta

bersama dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak

atau sesudah ikrar talak diucapkan (Pasal 66 ayat (5) UU No. 7 Tahun

1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006T

5. Membayar biaya perkara (Pasal 121 ayat (4) HIR, 145 ayat (4) R.Bg jo.

Pasal 89 UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 Tahun

2006), bagi yang tidak mampu dapat beperkara secara cuma-cuma

(38)

31

Proses Penyelesaian Perkara:

1. Pemohon mendaftarkan permohonan cerai talak ke pengadilan

agama/Mahkamah Syar'iyah.

2. Pemohon dan Termohon dipanggii oleh pengadilan agama/Mahkamah

Syar'iyah untuk menghadiri persidangan.

1. Gugatan tersebut diajukan kepada pengadiian agama/Mahkamah

Syar'iyah:

a. Yang daerah hukumnya meiiputi tempat kediaman Penggugat (Pasal

73 ayat (1) U U No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan U U No. 3

Tahun 2006);

b. Bila Penggugat meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati

bersama tanpa izin Tergugat, maka gugatan diajukan kepada

pengadilan agama/Mahkamah Syar'iyah yang daerah hukumnya

meiiputi tempat kediaman Tergugat (Pasal 73 ayat (1) U U No. 7 Tahun

1989 yang telah diubah dengan U U No. 3 Tahun 2006 j o Pasal 32 ayat

(2) U U No. 1 Tahun 1974);

c. Bila Penggugat bertempat kediaman di luar negeri. maka gugatan

diajukan kepada pengadilan agama/Mahkamah Syar'iyah yang daerah

hukumnya meiiputi tempat kediaman Tergugat (Pasal 73 ayat (2) U U

No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006);

d. Bila Penggugat dan Tergugat bertempat kediaman di luar negeri. maka

gugatan diajukan kepada pengadilan agama/Mahkamah Syar'iyah yang

(39)

32

kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat (Pasal 73 ayat (3) UU No. 7

Tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006);

Apabila Tergugat atau termohon yang merupakan pihak isteri atau suami

meninggalkan salah satu pihak tanpa izin sehingga tidak diketahui

(40)

HAK I I I

H A S I L P E N E L I T I A N DAN P E M B A H A S A N

A. Dasar pertimbangan maieiis hakim terhadap putusan perceraian secara ghaib di Pengadilan Agama Palembang

Di daiam Undang-Undang Nomor i Tahun iv74 tenrang perkawinan di

ieiaskan bahwa perkawinan iaiah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

seorang wanita dengan nijuan untuk membemuk keluarga (rumah langga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan

bertujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan kekai dapatiah di artikan

bahwa perkawman itu harusiah bertangsimg seumur hidup dan tidak boieh di

piiiiiskan begiiii saja. dengan melihat tuiuan perkawinan tersebut itu perlu di

persulil tertadinva perceraian maka di tentukan bahwa untuk meiakukan

perceraian itu harus ada cukup alasan. bahwa suami istri itu tidak danat hidup

rukun sebagai suami istri.

Sehubungan dengan hai itu di tenrukan nuia bahwa perceraian hanya

mungkin dengan saiah satu alasan seperti yang telah di sebutkan di daiam

Undang-Undang nerkawinan dan peraturan neiaksanaannya. dan harus di

lakukan di depan sidang pengadilan. Salah satu contoh misalnya alasan

perceraian bahwa saiah satu nihak tidak memberikan nafkah. baik iahir

maupun batin.

Sebenamya nerceraian itu tidak boieh terjadi. sesuai dengan Syariat

(41)

34

Aiiah. Bahkan seorang istri meminta cerai kepada suaminya tanpa suaiu sebah

apapun haram wangi surga baginya. Kaiau rumah tangga rusak maka umat

akan rusak. ini Jangan di anggap persoalan enteng.

Aiiah Swt banyak menyinggung dalam al-Ouran mengenai pembinaan

hidup pribadi dan keiuarga. baik daiam kisah para nahi maupun orang-orang

terdahulu. daiam hukum-hukum. pada al-Quran itu mengatur tentang pribadi

dan keiuarga. Cara mengatur pribadi dan keiuarga menurut ai-Ouran iaiah

dengan iman. Jika iman tidak iagi berfungsi menuntun pribadi dan keluarga.

sudah tidak ada kepercayaan. maka itu awai kehancuran rumah tangga.

Perceraian itu 70 persen gugatan di lakukan oieh istri terhadap suaminya.

Laki-iaki pasif tidak mau menceraikan bahkan sengaja menggantung. Sepeni

contoh penomena yang teriadi pada masyarakat seiebritis yang menjadikan

perkawinan itu tak obahnya sepeni perkawinan berahad. sikan ini banyak di

tiru oieh masyarakat awam, yang menjadikan sebuah perkawinan itu hapus

akibat dari selisih nadam antara suami dan istri '*

Menurut Soeiono Perceraian itu di sebabkan oleh tiga belas faktor yaitu sebagai berikut:

1. Fakior kciiuak kehannoriUan,

2. Faktor kedua. tidak adanva tanggung jawab dari sang suami. .3, Faktor keiiga. kekurangan ekonomi.

4. Fukiwi kceMi|mi, auaiiya gaiig^uaii juliak kciiga, iiii»alMya Lci iaiu jiiiiiinya intervensi keluarga.

5. Keiima. krisis keluarga. misalnva perbedaan waiak antara suami dan isiri. u. Kccnam, taktoi" keceiViburuan.

7. Ketujuh. kawin paksa.

8. Kedeiapan. nenganiayaan suami. V. KcsciDUiiaii, suuiiii !)ci|M)iigaiiii.

10. Kesepuiuh. cacat bioiogis. baik dari pihak suami atau istri.

(42)

35

i i . Kesebeias. kawin di bawah umur. termasuk karena keceiakaan. 12. K-cdUa btioS, kaFcila pcrOcuoan pOiitik.

13. Dan ketiga belas, suami masuk tahanan.''^

Keiuarga adaiah fondasi masyarakaL sumber kebahaeiaan dan yang

paling bisa mengantar ke surga adaiah keluarga. yailu keluarga sakinah. Tapi

sumber maiapeiaka di masyarakat iuga bisa terjadi dari keiuarga, yaitu kaiau

keiuarga itu mengalami keretakan atau perceraian. Akibat perceraian.

anak-anak tidak bisa meianiutkan siudi seperti yang dl cita-citakan. bahwa

perceraian dapat menyebabkan kenakalan remaia. Pada umumnya anak-anak

yang di besarkan oieh orang tua tunggai isingie parent), mereka iebih mudah

mengalami frustasi, mudah terjebak dalam kasus-kasus semacam narkoba dan

pergauian bebas. Anak-anak semacam iniiah yang sering meniadi biang kerok

kekacaun masyarakat. Tapi semua itu bukan salah mereka semata, karena

keluarganya berperan besar meniadikan mereka menjadi seperti itu.

Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 9 lahun 1975

Pasai 14 menyatakan bahwa Apabiia seorang suami yang teiah

melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, yang akan menceraikan

istrinya. mengajukan surat kepada pengadiian di tempat tinggainya. yang

berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan istrinya di sertai

dengan aiasan-aiasannya serta meminta kepada pengadiian agar di adakan

sidang untuk keperluan itu.

Perceraian dapat teriadi karena aiasan-aiasan ;

(43)

36

a. Saiah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk. pemadaL penjudi.

dan lain sebagainya yang sukar di sembuhkan;

b. Saiah satu pihak meninggalkan pihak iain seiama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak iain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di

iuar kemampuarmya;

c. Saiah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang iebih berat seteiah perkawinan beriangsung:

d. Salah satu pihak meiakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang iain:

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjaiankan kewajibannya sebagai suami/istri:

f. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada haranan akan hidun rukun lagi dalam rumah tangga/"

Di antara alasan perceraian antara suami dan istri adalah karena salah

satu pihak di hukum 5 tahun peniara. adapun penyebab hukuman penjara atas

suami di akibatkan oieh kecanduan narkoba dengan adanya kecanduan

narkoba dapat menyebabkan rumah langga meniadi tidak di kendaiikan

dengan baik. karena efek dari narkoba membuat seseorang tidak dapat bertikir

secara sempuma. hai ini akan menggangu teriaksana tugas daiam hak dan

kewajiban dalam rumah tangga. Oleh karena itu pihak-pihak yang merasa di

rugikan (suami atau istri) dapat mengaiukan gugatan perceraian di

pengadiian.

(44)

37

Syarat kelengkapan daiam surat gugaian dan permohonan adaiah

sebagai berikut:^'

1. Sural permohonan/gugatan tenuiis. kecuaii bagi yang huia hurut. baik

dibuat oleh penggugat/pemohon atau kuasanya ditujukan ke

pengadiian yang benvenang.

2. Fotokopi identitas seperti KTP

3. Vorschoi biaya perkara (bagi yang miskin dapat mengajukan

dispensasi biaya dengan membawa surat keterangan miskin dari

kelurahan/ kecamatan).

4. Surat keterangan kematian untuk perkara waris.

5. Surat izin dari komandan bagi TNI/POLRi. surat izin aiasan bagi PNS

(untuk perkara poiigami).

6. Surat persetujuan tertulis dari istri atau istri-isirinya (untuk perkara

poiigami).

7. Surat keterangan penghasiian (untuk perkara poiigami).

8. Salinan/fotokopi Akta Nikah (untuk perkara gugat cerai, permohonan

cerai. gugatan nafkah istri. dan iain-iain).

9. Saiinan/tolokopi Akta Cerai (untuk perkara naikah iddah, gugatan

tentang mut'ah).

10. Surat keterangan untuk bercerai dari kelurahan.

Proses perkara pada pengadiian diawali dari pendaftaran perkara ke

pengadilan yang berwenang baik diiakukan sendiri alau oleh kuasanva. Surat

(45)

38

gugatan/ permohonan harus sudah diiampirkan dengan persyaraian-persyaratan

yang lengkap. kecuaii bagi yang buta huruf dapat mendaftarkannya secara iisan

ke pegadiian agama meiaiui Panitera Pengadilan Agama.

Sewaktu Panitera Pengadilan Agama menerima berkas surat

gugatan/permohonan. maka akan diieiiii apakah sural gugaian/'permohonan

tersebut sudah benar dan jelas, apakah perkara tersebut wewenang pengadilan

agama aiau bukan. baik kompeiensi reiaiif maupun kompeiensi absoiui.

Seteiah semua persyaratan iengkap, calon penggugat atau pemohon

membayar panjar biaya perkara sesuai yang tenera pada skum kepada kasir.

Kasir menerima panjar biaya perkara dan membukukannya. menandatangani.

memberi nomor perkara, dan tanda tangan iunas dari skum.

Sural gugatan/permohonan yang diterima oleh pengadiian agama

kemudian diberi nomor dan didatiar pada buku register, daiam waktu 3 (tiga)

hari kerja, harus diserahkan kepada Ketua Pengadiian Agama untuk ditetapkan

Majelis Hakimnya (PMH) yang akan memeriksa dan memutus perkara

tersebut.

Seteiah Kema Majelis menerima PMH dan Ketua Pengadilan Agama.

kepadanya diserahkan berkas perkara yang bersangkulan. Majelis Hakim

segera mempelaiari berkas tersebut. dan daiam waktu satu minggu seteiah

berkas diterima, Majelis Hakim membuat Surat Peneiapan Hari Sidang (PHS)

untuk meiakukan hari sidang pertama akan dimuiai. Sekaligus Ketua Majelis

Hakim menunjuk pula Panitera Sidang. Kemudian. Juru Sila/Juru Sita

(46)

39

Untuk perkara perceraian secara ghaib. maka proses persidangan akan

dimuiai 4 (empat) bulan seteiah gugatan atau permohonan di daftarkan atau

mendapatkan nomor regisier perkara. dlkarenakan seiama 4 bulan lersebui,

pihak suami atau isteri yang teiah pergi meninggalkan kediamannya tersebut

akan diumumkan meiaiui pengumuman Pengadiian Agama Palembang, seieiah

4 bulan tidak juga ada berita atau kabamya. baruiah proses persidangan digeiar

dengan iangsung menghadirkan pihak saksi dari pemohon atau penggugat/'

Apabila Termohon meninggalkan tempat kediaman yang telah

disepakati bersama tanpa izin Pemohon. maka permohonan harus diajukan

kepada pengadilan agama yang daerah hukumnya meiiputi tempai kediaman

Pemohon. berdasarkan wawancara penuiis bahwasanya gugaian ghaib ini

dimaksudkan adalah ketika terjadi salah satu pihak suami atau isteri

meninggalkan saiah sam pihak. hingga beberapa bulan dan tidak diketahui

keberadaanya secara pasti. namun masih diperkirakan daiam wiiayah Negara

Kesatuan Kepuhlik Indonesia.'^

Dasar pertimbangan maielis hakim terhadap putusan nerceraian secara

ghaib di Pengadiian Agama Palembang, adanya keterangan dari Kelurahan

tempat linggal Pemohon alau Penggugat vang menvalakan bahwa suami aiau

isteri Pemohon atau Penggugat telah pergi dari kediaman mereka dengan tidak

^•^ Wawancara penuiis dengan Bapak Ahmad Musa Hasibuan, Hakim Pengadilan Agama Palembang. Tanggal 7 Marel 2016

(47)

40

memberitahukan aiamat yang Jeias dimana keberadaanya. atas dasdar ituiah

pihak Pemohon atau Penggugat dapat mengajukan gugatan secara ghaib/"*

B. Kekuatan putusan perceraian secara ghaib di Pengadiian Agama Palembang

Seteiah hakim mengetahui duduk perkara itu sebenamya meiaiui

pembuktian yang objektif, maka terhadap pekara yang disengketakan

dinyatakan selesai dan kemudian dijatuhkan suatu keputusan. Tidak semua

perkara yang diajukan ke pengadilan seiaiu diakhiri dengan putusan akhir,

akan tetapi dapai pula suaiu perkara tersebut berakhir dengan perdamaian.

Dikatakan demikian kerena keputusan untuk perdamaian ini nantinya

apabiia kedua beia pihak yang bersengketa berhasil didamaikan maka akan

dibuatkan akta perdamaian yang akan dicatat dalam Acara Perdamaian

Persidangan. Menurut sudikno M'enokusumo, putusan Hakim adalah:

Suatu peryataan yang oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan dipersidangan dan bemijiian imtuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara alau sciigJ^cta antara para pihak. Bukan hanya yang diucapkan saja disebut putusan, melainkan juga pemyataan yang dituangkan daiam bentuk lermiis dan kemudian diucapkan uleh hakim ui peisidaugailr^

Sebuah konsep putusan (tertuiis) tidak mempuyai kekuatan sebagai

putusan sebelum diucapkan di persidangan oleh hakim, dan putusan yang di

ucapkan dipersidangan (uitspraak) tersebut tidak boieh berbeda dengan yang

tertulis (vonis). Mahkamah Agung dengan surat edarannya Nomor 4 tahun

Wawuncurii pcnuliii dcngiin Bapak Ahmad Musa Hasibuan. Hakim Pengadilan Agama Palembang. l angga! 7 Maret 2016

(48)

41

1980 menginstruksikan antara lain agar pada waktu putusan diucapkan

konsep putusan harus sudah selesai.

Adapun maksud surat edaran tersebut iaiah untuk mencegah hambatan

dalam penyelesaian perkara, tetapi dapat dicegah pula antara perbedaan isi

putusan yang diucapkan dengan yang tertulis. Katau temyata ada perbedaan

antara yang diucapkan dengan yang terrtulis. maka yang sah adalah yang

diucapkan, sebab lahimya putusan itu sejak diucapkan. Putusan Hakim

bukaniah satu-satunya bentuk untuk menyelesaikan perkara. Di samping

putusan hakim masih ada penetapan hakim.

Penyelesaian perkara dalam peradilan contentieus disebut putusan,

sedangkan penyelesaian perkara yang berhubungan dengan suatu permohonan

daiam peradilan voluntair disebut penetapan. hakim dalam pemeriksaan

perkara pun sering melakukan tindakan yang juga ditetapkan dalam

penetapan, seperti penetapan hari sidang, penetapan penyitaan, peneiapan

pemanggilan saksi yang tidak mau hadir. atau dengan perkataan lain putusan

tidak ada daiam peradilan voluntair, sebaliknya daiam peradilan contentieus

baik penetapan maupun putusaan kedua-duanya ada.

Menurut dalam Fasal 185 ayat ( I ) HIR-Pasal 196 ayat (1) RBg membedakan

putusan Hakim menjadi putusan akhir dan putusan yang bukan putusan akhir.

Menumt Pasal 48 Rv, bahwa putusan sela atau antara (tussenvonis) terbagi

dalam 4 macam:

1. Putusan preparatoir adaiah putusan sela yang dipergunakan untuk

(49)

42

atas pokok perkara atau putusan akhir karena putusannya dimaksudkan

untuk mempersiapkan putusan akhir, misalnya:

a. Putusan yang menolak atau menerima penundaan sidang untuk

pemeriksaan saksi-saksi dan saksi ahli.

b. putusan yang memerintahkan tergugat supaya menghadap sendiri

persidangan pengadilan untuk dimintai keterangan iangsung tentang

terjadinya peristiwa hukum yang sebenamya waiaupun tergugat telah

diwakiii oieh kuasa hukumnya dan lain sebagainya.

2. Putusan interlocutoir adalah putusan sela yang berisi tentang perintah

untuk mengadakan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap bukti-bukti

yang ada pera pihak yang sedang berperkara dan para pihak saksi yang

dipergunakan untuk menentukan putusan akhir, misalnya:

a. Pengambilan sumpah.

b. Pemeriksaan para saksi.

c. Pemeriksaan saksi ahli.

d. Pemeriksaan setempat dan pemeriksaan.

3. Putusan insidentil adalah putusan sela yang berhubungan dengan insident

atau peristiwa yang dapat menghentikan proses peradilan biasa untuk

sementara, misalnya:

a. Kematian kuasa dari saiah satu pihak.

b. Putusan agar pihak penggugat mengadakan jaminan terlebih dahulu

(50)

43

c. Putusan yang mempergunakan pihak ke tiga turut serta dalam suatu

perkara (voeging, tusschenkomst, vrijyvaring) dan sebagainya.

4. Putusart provisionil adalah putusan sela yang dijatuhkan sebelum putusan

akhir sehubungan dengan pokok perkara, agar untuk sementara sambil

menunggu putusan akhir diiaksanakan terlebih dahulu dengan alasan

yang sangan mendesak demi untuk kepentingan salah satu pihak,

misalnya:

a. Putusan daiam perkara perceraian dimana pihak istri mohon agar

diperkenankan meninggalkan tempat tinggal bersama suami selama

proses persidangan berlangsung.

b. Putusan yang menyatakan suami yang digugat oleh istrinya karena

sudah melalaikan kewajibannya untuk memberi nafkah kepada

istrinya, agar suami tersebut dihukum agar membayar nafkah

terlebih dahulu kepada istrinya sebelum putusan akhir dijatuhkan,

dan tain sebagainya.

Dengan adanya suatu putusan oleh para hakim, suatu masalah yang

dipersengketakan belumlah dianggap sudah seiesai, sebab putusan tersebut

harus diiaksanakan atau dijalankan.

Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 113 Kompilasi Hukum Islam,

bahwa Perkawinan dapat putus karena : a. Kematian. b.perceraian dan c. atas

putusan Pengadilan. Sebagaimana terdahulu sudah dibicarakan bahwa tujuan

perkawinan itu adalah untuk membentuk rumah tangga bahagia kekal

(51)

44

dari suatu perkawinan. yang dapat kita katakana . hanya kematianlah yang

dapat memisahkan pasangan suami isteri itu. akan tetapi dalam perjalan hidup

ini tidak sedikit antara suami isteri sering teijadi perselisihan. yang

mengakibatkankan tidak harmonisnya lagi hubungan mereka, yang pada

akhirnya satu-satunya jalan bagi mereka adalah harus bercerai.

Dalam pelaksanaannya perceraian itu kelihatan sangat mudah, akan

tetapi dalam kenyataannya banyak terjadi keributan antara suami iseri itu,

menegenai akibat dari pada terjadinya perceraian, seperti pemeliharaan anak,

naikah pemeliharaan anak. pembagian harta bersama dan lain sebagainya.

Selanjutnya beberapa pasal dalam kompilasi Hukum Islam yang

berkaitan dengan perceraian ini sebagai berikut z*'

1. Pasal 114 kompilasi Hukum Islam, putusnya perkawinan yang disebabkan

karena perceraian dapat terjadi karena taiak atau berdasarkan gugatan

perceraian.

2. Pasal 115 kompilasi Hukum Islam. Perceraian hanya dapat diiakukan

didepan sidang Pengadiian agama seteiah Pengadilan Agama tesebut

berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak

3. Pasal 116 kompilasi Hukum Islam, Perceraian dapat terjadi karena alasan

atau aiasan-aiasan

a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi

dan lain sebagainyayang sukar disembuhkan ;

(52)

45

b. salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua ) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa lasan yang sah atau karena hal lain

diluar kemampuannya;

c. saiah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima ) tahun atau

hukuman yang lebih berat seteiah perkawinan berlangsung ;

d. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang Iain ;

e. salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjaiankan kewajibannya sebagai suami atau isteri;

f. antara suami dan isteri tents menerus terjadi perselisihan dan petengkaran

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

g. suami melanggar taklik talak;

h. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak

rukunan dalam rumah tangga.

Berdasarkan aiasan perceraian tersebut, sebagaimana yang dituangkan

dalam Pasal 116 Kompilasi hukum Islam, maka Kekuatan putusan perceraian

secara ghaib di Pengadilan Agama Palembang, dasamya adalah salah satu

pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-tumt tanpa izin

pihak tain dan tanpa lasan yang sah atau karena hal tain diluar

kemampuannya, sehingga setiap putusan perceraian secara ghaib mempunyai

hak eksekutorial sebagaimana putusan perceraian yang benar-benar kedua

(53)

B A B

rv

K E S I M P U L A N DAN S A R A N

A. Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

d. Agar putusan harta bersama akibat perceraian yang dikeluarkan oleh pengadilan agama tidak dikategorikan sebagai putusan yang tidak cukup pertimbangan atau

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap putusan nomor 1055/Pdt.G/2009/PA.Kra, dapat diambil kesimpulan kesatu bahwa, Pertimbangan hakim terhadap

“ DASAR-DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM MENOLAK PERMOHONAN UNTUK BERPOLIGAMI (Studi Putusan Pengadilan Agama Jember Nomor : 3117/Pdt.G/2007/Pa.Jr)”. Rumusan masalah

yang terdapat dalam duduk perkara putusan dengan nomor di atas dikutip langsung dari isi putusan majelis hakim Pengadilan Agama Kelas IA Palembang... berdiri sebuah bangunan

Pertimbangan putusan hakim Pengadilan Agama dalam menyelesaikan perkara perceraian karena nushu&gt;z berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan menyatakan

Pandangan Hakim Tentang Putusan Damai Atas Upaya Hukum Verzet Terhadap Putusan Verstek Dalam Perkara Perceraian Di Pengadilan Agama Jombang ( Studi Perkara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengambilan keputusan majelis hakim dalam perkara perceraian di pengadilan agama kabupaten Sidrap berdasarkan 3 (tiga) indikator

Pertimbangan putusan hakim Pengadilan Agama dalam menyelesaikan perkara perceraian karena nushu&gt;z berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan menyatakan