• Tidak ada hasil yang ditemukan

02/09/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "02/09/2013"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KELAS DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA PADA PESERTA DIDIK

Oleh : Marinasari Fithry Hasibuan,S.Ag,M.Pd Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Medan

ABSTRACT

Dierktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan membagi pengertian pengelolaan kelas ke dalam lima defenisi yaitu pengelolaan kelas sebagai proses mengontrol tingkah laku siswa, proses memaksimalkan kebebasan siswa mengembangkan diri, proses mengubah tingkah laku siswa, proses penciptaan iklim soiso-emosional yang positif, dan proses untuk bersosialisasi dalam sebuah kelompok. Kelima defenisi di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas sangat efektif di dalam membentuk nilai-nilai karakter bangsa pada siswa seperti nilai demokrasi, toleransi, disiplin, kreatif dan komunikatif. Hal ini disebabkan karena jika seorang guru dapat mengimplementasikan pengelolaan kelas dengan baik di dalam kegiatan pembelajaran, maka akan menghasilkan suasana pembelajaran sebagai berikut : 1. Letak tempat duduk yang teratur akan mengakibatkan suasana yang cukup nyaman di dalam proses pembelajaran sebab tiap anak telah ditempatkan sesuai dengan karaktistiknya, terjadi hubungan sosial dan hubungan komunikasi yang baik antar sesama siswa karena siswa selalu bertukar teman secara dinamis, melalui pengelolaan kelas yang baik siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sehingga siswa memiliki sikap percaya diri.

Kata Kunci : Pengelolaan kelas, karakter bangsa

I. PENDAHULUAN

Berubahnya paradigma pendidikan dari pengajaran menjadi pembelajaran menuntut guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat mengatifkan siswa belajar secara maksimal. Banyak manfaat yang sebenarnya dapat diambil dari keaktifan siswa belajar diantaranya adalah menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar, menimbulkan aktifitas, kreatifitas dan percaya diri. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan pembentukan nilai-nilai karakter bangsa yang saat ini sedang menjadi salah satu program pemerintah sehingga wajib dimasukkan ke dalam kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan formal. Untuk mengaktifkan siswa secara efektif maka dibutuhkan pengelolaan kelas yang baik. Selain membentuk nilai-nilai karakter bangsa,

(2)

pengelolaan kelas juga sangat bermanfaat untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efesien. Sebaliknya, jika pengelolaan kelas tidak di implementasikan di dalam kegiatan pembelajaran, maka selain tidak efektif, suasana pembelajaran tentu sulit untuk membentuk karakter bangsa karena :

Pertama, letak tempat duduk yang tidak teratur akan mengakibatkan suasana yang kurang nyaman di dalam proses pembelajaran sebab tiap anak memiliki karakter yang berbeda dari berbagai aspek seperti aspek gender, fisik maupun mental. Jadi jika anak tidak ditempatkan sesuai dengan karakteristiknya maka yang terjadi tentu ketidak nyamanan yang pada akhirnya akan mengakibatkan pada kekacauan dan rasa egois.

Kedua, siswa hanya memilih teman yang ia anggap sesuai dengan dirinya baik dari aspek kepribadian maupun dari aspek gender meskipun dari sisi pengelolaan kelas belum tentu sesuai. Suasana seperti ini akan mengakibatkan hubungan sosial dan hubungan komunikasi yang kurang baik antar sesama teman karena siswa telah terkotak-kotak sebagaimana yang telah penulis kemukakan di atas.

Ketiga, Tanpa pengelolaan kelas yang baik oleh seorang guru, mengakibatkan siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sehingga siswa tidak memiliki sikap percaya diri. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai karakter bangsa sebagaimana yang saat ini sedang dikembangkan di dalam kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan formal.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusahan melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Said, 1981:83). Sedangkan menurut Purwadarminta (1994:32) “di dalam pengajaran efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan

(3)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai.

B. Ciri-ciri Efektifitas

Menurut Harry Firman (1987) keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.

c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar. C. Pengertian Pengelolaan Kelas

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membagi pengertian pengelolaan kelas ke dalam lima defenisi yaitu:

1. Definisi pertama, memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat

(4)

kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.

2. Definisi kedua bertolak belakang dengan definisi pertama diatas, yaitu yang didasarkan atas pandangan yang bersifat permisif. Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah. Dengan demikian, definisi kedua dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Meskipun kedua pandangan diatas, pandangan otortatif dan permisif, mempunyai sejumlah pengikut, namun keduanya dianggap kurang efektif bahkan kurang bertanggungjawab. Pandangan otoritatif adalah kurang manusiawi sedangkan pandangan permisif kurang realistik.

3. Definisi ketiga didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Peranan guru ialah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement). Definisi yang didasarkan pada pandangan ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.

4. Definisi keempat memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar

(5)

positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dalam kaitan ini definisi keempat dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif. 5. Definisi kelima bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem

sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Definisi kelima dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

B. Nilai-Nilai Karakter Bangsa

Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Tahun 2010 menjelaskan bahwa pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.

(6)

1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

(7)

nilai jujur, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai mandiri, nilai demkratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai, bersahabat, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

C. Pengelolaan Kelas dan Karakter Peserta Didik

Pada bab pembahasan telah dijelaskan bahwa ada lima defenisi tentang pengelolaan kelas yang dirujuk dari Dierktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan yaitu pengelolaan kelas sebagai proses proses mengontrol tingkah laku siswa, proses memaksimalkan kebebasan siswa mengembangkan diri, proses mengubah tingkah laku siswa, proses penciptaan iklim soiso-emosional yang positif, dan proses untuk bersosialisasi dalam sebuah kelompok.

Berdasarkan defenisi di atas maka seorang guru dapat dikatakan mengelola kelas dengan baik jika guru tersebut dapat mewujudkan kelima suasana belajar sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian di atas. Pengertian baik dalam pengelolaan kelas dalam tanda kutip adalah sesuai dengan situasi dan kondisi siswa juga sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah dimana guru itu bertugas.

Oleh sebab itu, jika kelima suasana belajar itu dapat terwujud maka meskipun membutuhkan sebuah proses yang bertahap diharapkan akan terbentuklah sedikitnya lima karakter pada diri peserta didik yaitu karakter demokrasi, toleransi, disiplin, kreatif dan komunikatif.

III. PENUTUP

Pengelolaan kelas yang baik sangat efektif untuk membentuk nilai karakter bangsa sebab jika seorang guru dapat mengimplementasikan pengelolaan kelas dengan baik di dalam kegiatan pembelajaran, maka akan menghasilkan suasana pembelajaran sebagai berikut :

(8)

a. Letak tempat duduk yang teratur akan mengakibatkan suasana yang cukup nyaman di dalam proses pembelajaran sebab tiap anak telah ditempatkan sesuai dengan karaktistiknya. Nilai karakter yang diharapkan dapat tumbuh dari suasana pembelajaran di atas adalah nilai disiplin dan toleransi karena siswa harus dapat mentaati dan menghormati aturan yang telah dibuat oleh guru.

b. Terjadi hubungan sosial dan hubungan komunikasi yang baik antar sesama siswa karena siswa selalu bertukar teman secara dinamis. Melalui hubungan sosial dan hubungan komunikasi antar sesama siswa diharapkan dapat terbentuk nilai karakter demokrasi dan bersahabat (Komunikatif).

c. Melalui pengelolaan kelas yang baik siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sehingga siswa memiliki sikap percaya diri. Sikap percaya diri dalam nilai karakter diharapkan dapat menghasilkan nilai sikap kreatif pada diri siswa.

IV. REKOMONDASI

Diklat adalah salah satu lembaga yang dapat memberikan atau menambah wawasan bagi seorang guru dalam hal pengelolaan kelas. Tetapi perolehan informasi maupun penambahan wawasan dalam hal pengelolaan kelas tidaklah hanya cukup melalui diklat. Agar seorang guru dapat mengimplementasikan pengelolaan kelas dengan baik di dalam kegiatan pembelajaran, maka sebenarnya ada beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru selain diklat yaitu

1. Guru harus banyak membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan pengelolaan kelas sebab tidak akan mungkin pengelolaan kelas dapat terimplementasi dengan baik di dalam kegiatan pembelajaran jika seorang guru kurang memiliki wawasan tentang pengelolaan kelas tersebut. Referensi yang berkaitan dengan pengelolaan kelas sebenarnya juga cukup luas seperti psikologi pendidikan, psikologi belajar, dan lain sebagainya.

(9)

baik. Ini adalah tugas dari fihak pengelola sekolah sebab tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang baik maka sebaik apapun wawasan guru tentang pengelolaan kelas tentu tidak akan memberikan hasil yang maksimal.

3. Selain memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang baik kepada guru, jika mampu maka sebaiknya pihak pengelola sekolah juga dapat mengajak guru untuk melakukan studi banding atau observasi lapangan ke sekolah-sekolah yang sudah cukup baik dalam melaksanakan pengelolaan kelas sehingga guru memiliki pengalaman yang lebih luas dan lebih variatif.

V. DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadmuhli.wordpress.com/2011/08/02

2. Bambang Warsita, 2008. Teknologi Pembelajaran. Landasan dan Aplikasinya, Penerbit : Rinneka Cipta, Jakarta.

3. B. Suryosubroto, 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Penerbit : Rinneka Cipta, Jakarta.

4. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.

5. Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Tahun 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, 6. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Penerbit : Kencana, Jakarta

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui pengaruh secara simultan DOL (Degree of Operating Leverage), DFL (Degree of Financial Leverage), DCL (Degree of

Hasil penelitian menunjukkan; (1) tenaga pendidik mata pelajaran matematika kelas X SMA N 1 Patikraja tidak dapat menunjukkan dokumen instrumen penilaian afektif dan psikomotor,

a) 77 kes merupakan individu yang disaring melalui pengesanan kes secara aktif kontak kepada kes positif COVID-19. b) 16 kes saringan COVID-19 melibatkan individu bergejala

Satuan Tugas Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Belu mengamankan sedikitnya 8 orang tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal yang diduga hendak berangkat ke Malaysia, Dari

adaptasi budaya dapat diartikan sebagai perubahan dalam unsur kebudayaan yang menyababkan unsur itu dapat berfungsi lebih baik bagi manusia yang mendukungnya

4 Penelitian ini menguji sikap mahasiswa kesejahteraan sosial mengenai definisi berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap istri oleh suami serta faktor-faktor yang

Dalam membuat kritik terjemahan, langkah-langkah yang dilakukan adalah (1) meng analisis TSa dengan mem- pertimbangkan sikap dalam mengambil topik, karakter- isasi pembaca,

Melihat permasalahan siswa yang begitu kompleks maka guru bimbingan dan konseling disarankan agar lebih mengoptimalkan dalam pemberian bantuan dan layanan kepada semua