• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Corporate action merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar dan berpengaruh terhadap harga saham di pasar. Suatu berita corporate action umumnya akan menyedot perhatian pihak-pihak

yang terkait di pasar modal khususnya para pemegang saham. Pengertian

corporate action umumnya mengacu pada aktivitas penerbitan rights, stock split (pemecahan saham), saham bonus dan pembagian dividen baik dalam bentuk dviden saham (stock dividend) maupun dividen tunai (cash dividend). Gambaran umum objek penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan corporate action

berupa stock split (pemecahan saham). Periode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Jumlah

perusahaan yang melakukan aksi korporasi berupa stock split adalah sebanyak 35 perusahaan. Dimana jumlah perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2009 adalah 2 perusahaan. Sedangkan, ditahun 2010 terdapat 6 perusahaan, ditahun 2011 terdapat 12 perusahaan dan ditahun 2012 terdapat 15 perusahaan yang melakukan stock split. Perusahaan tersebut terdiri dari beberapa jenis industri yaitu, perdagangan jasa dan invesatasi, industri barang konsumsi, pertambangan, pertanian, industri dasar dan kimia, aneka industri, property dan real estate, dan keuangan.

Tabel 1.1 ini adalah perusahaan yang menjadi objek penelitian. Perusahaan-perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan jenis industri.

(2)

Tabel 1.1

Perusahaan yang Melakukan Stock Split Periode 2009-2012

No Industri Nama Perusahaan

1 Perdagangan Jasa & Investasi

a. Ace Hardware Indonesia Tbk b. Hero Supermarket Tbk c. Intraco penta Tbk

d. Indosiar Karya Media Tbk e. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk f. Metro Realty Tbk

g. Pudjiadi & Sons Estate Tbk h. Pool Advista Indonesia Tbk i. Surya Citra Media Tbk j. Tunas Ridean Tbk

2 Industri Barang Konsumsi a. Darya-Varia Laboratoria Tbk

b. Kalbe Farma Tbk

3 Pertambangan a. Petrosea Tbk

b. Resource Alam Indonesia Tbk

4 Pertanian a. PP London Sumatra Indonesia Tbk

4 Industri Dasar & Kimia a. Arwana Citra Mulia Tbk

b. Berlina Tbk

c. Charoen Pokhpand Indonesia Tbk d. Citra Tubindo Tbk

e. Malindo Feedmill Tbk f. Surya Toto Indonesia Tbk

5 Aneka Industri a. Astra International Tbk

b. Astra Otoparts Tbk c. Indomobil Sukses Int’l Tbk d. Pan Brothers Tbk

5 Property & Real Estate a. Ciputra Development Tbk b. Intiland Development Tbk c. Pakuwon Jati Tbk

d. Surya Semesta Internusa Tbk

6 Keuangan a. Bank Tabungan Pensiunan Nasional

Tbk

(3)

Tabel 1.1 (Sambungan)

c. BFI Finance Indonesia Tbk d. Capitalinc Investment Tbk e. Central Omega Resource Tbk f. Kresna Graha Sekurindo Tbk Sumber: www.idx.com (dikelola)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi dan sebagai salah satu alternatif bagi perusahaan untuk menghimpun dana dari investor. Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8/1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Perkembangan pasar modal di negara Indonesia cukup pesat sejak tahun 2002. Hal ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya perusahaan go public yang terdaftar di bursa saham serta semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang mulai terjun di dunia pasar modal. Hingga akhir tahun 2012 terdapat 466 perusahaan (emiten) yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam melakukan investasi para investor membutuhkan suatu informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan suatu keputusan yang berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi mereka. Informasi dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (private). Salah satu informasi yang penting untuk diperhatikan oleh investor adalah

(4)

atau memiliki nilai jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin dalam perubahan harga

saham, return saham, volume perdagangan indikator atau karakteristik pasar

lainnya (Hendrawijaya, 2009)

Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham adalah tingkat harga saham tersebut. Harga pasar dari saham akan mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan terjadi sebaliknya. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang menerbitkan saham akan sangat memperhatikan harga sahamnya. Harga saham yang terlalu rendah sering dikaitkan dengan kinerja perusahaan yang kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi (overprice) dapat mengurangi kemampuan investor untuk membeli tersebut sehingga menyebabkan likuiditas saham menurun dan harga saham akan sulit untuk meningkat lagi. Dalam mengantisipasi hal tersebut banyak perusahaan melakukan pemecahan saham.

Stock split merupakan proses yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan utama untuk mengurangi harga pasar per saham guna menarik lebih banyak investor, baik dalam jumlah pembelian saham maupun jenis investor (Warren, Reeve dan Duchac, 2012:515). Menurut Marwata (2001) pemecahan saham (stock split) berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru adalah 1/n dari harga saham sebelum pemecahan saham. Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan, yaitu pemecahan naik (split up) dan pemecahan turun (split down/reverse split).

Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai informasi yang berarti oleh investor untuk melakukan keputusan investasi. Dengan pemecahan saham, maka harga saham akan semakin rendah sehingga lebih mudah dijangkau khususnya bagi investor ritel. Motif utama perusahaan melakukan

(5)

pemecahan saham juga untuk meningkatkan likuiditas saham sehingga distribusi saham menjadi luas dan menempatkan harga saham pada optimal trading range. Namun, di sisi lain pemecahan saham sebenarnya tidak mengakibatkan perubahan jumlah modal dan tidak mempengaruhi aliran kas perusahaan secara langsung.

Menurut Sutrisno, et al (2000), ada banyak sekali pendapat mengenai stock split, tetapi pada dasarnya pendapat tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, stock split hanya merupakan perubahan yang bersifat kosmetik yang tidak memiliki nilai ekonomis. Kedua stock split dapat mempengaruhi keuntungan pemegang saham, risiko, dan sinyal yang diberikan kepada pasar.

Pemecahan saham mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Berbeda dengan aksi korporasi lainnya, tindakan tersebut tidak terkait sama sekali dengan kinerja dan cash flow. Hal ini didukung oleh Meigs et al. (1974) dalam Tanjung (2007) bahwa stock split tidak menyebabkan adanya perubahan dalam jumlah uang (dollar amount) pemegang saham, modal disetor (paid-in capital), laba ditahan (retained earnings), atau komponen lainnya. Teori keuangan tradisional menganggap bahwa kejadian stock split hanyalah merupakan cosmetic event, dalam arti tindakan tersebut merupakan upaya pemolesan saham agar terlihat lebih menarik di mata investor. Tindakan tersebut akan memberikan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seolah-olah menjadi lebih makmur dengan memegang jumlah saham yang lebih banyak.

Namun, bertitik tolak dari pandangan tersebut, menurut pendapat Presiden Direktur PT Schroder Investment Management (2012),

pada www.investordaily.com, banyaknya aksi pemecahan nilai nominal

(6)

positif yang dapat meningkatkan likuiditas saham emiten bersangkutan, sehingga saham akan menjadi likuid diperdagangkan. Pelaku pasar atau para investor akan menyambut baik fenomena stock split. Selain akan meningkatkan likuiditas saham, para investor dapat lebih mudah membeli saham-saham bernilai besar dengan harga terjangkau. Presiden Direktur PT Schroder Investment Management, juga berpendapat bahwa pemecahan saham juga dapat menarik minat investor asing membeli saham perseroan, karena biasanya pasca stock split, kinerja saham emiten menjadi lebih atraktif. Pendapat ini didukung juga oleh beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pemecahan saham membawa informasi yang diberikan pada pasar (Lakonishok dan Lev, 1987 dalam Fatmawati et al, 1999), perubahan likuditas

(Ikenberry et al, 1996), perubahan earning (Asquith et al, 1994 dalam

Rokhman et al, 2009) dan perubahan return (Farinha dan Basilio, 2006). Di

sisi lain menurut Marwata (2001), meskipun banyak yang berpendapat bahwa stock split tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi peristiwa pemecahan saham di pasar modal memberikan indikasi bahwa pemecahan saham merupakan alat yang penting dalam praktek pasar modal.

Manfaat yang diperoleh akibat melakukan pemecahan saham selain meningkatkan likuiditas saham dan menempatkan harga saham pada optimal range yaitu perusahaan mempunyai suatu tujuan lain yaitu memberikan sinyal kepada publik bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang baik dimasa depan. Hal ini didukung oleh penelitian at Asquith et al (1989), yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahan yang memiliki kinerja masa lalu yang baik untuk empat tahun sebelum stock split dilakukan.

Harga saham yang menjadi lebih murah setelah stock split dapat meningkatkan transaksi terhadap saham tersebut sehingga akan

(7)

ada kemungkinan akan menyebabkan transaksi terhadap saham tersebut meningkat sehingga harga saham sering berubah dan dapat memberikan

peluang terjadinya abnormal return (Fama et al, 1969 dalam Tandelilin,

2001). Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan memberikan

sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang (Brown dan Reilly, 2009). Dengan melihat return yang bisa diperoleh, maka investor akan tertarik untuk berinvestasi, sehingga return merupakan salah satu faktor yang mendasari investor untuk membeli saham.

Famma et al dalam Ewijaya dan Indriantoro (1999) melakukan penelitian

yang menunjukkan bahwa harga saham meningkat pada periode menjelang pemecahan saham dilakukan. Hal tersebut di dukung oleh penelitian Harjono (2000) yang membuktikan perusahaan yang melakukan pemecahan saham mengalami perolehan return saham yang besar sebelum pemecahan saham dilakukan. Dengan melihat suatu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan return yang tinggi maka investor akan berminat untuk menanamkan modal atau membeli saham perusahaan tersebut kembali. Hal ini berkaitan dengan signaling theory, yang menjelaskan bahwa perusahaan melakukan stock split untuk mensinyalkan prospek bagus di masa depan dari perusahan.

Tujuan pemecahan saham juga berkaitan dengan trading range theory. Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham (Brigham dan Houston, 2010).

Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan

kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan sehingga menjadi tidak likuid. Suatu saham yang likuid adalah saham yang mudah untuk dijual atau memperolehnya, karena aktif diperdagangakan. Perdagangan saham yang aktif dapat meningkatkan volume perdagangan dan menunjukkan bahwa saham tersebut digemari oleh investor. Dengan cepatnya saham diperdagangakan, maka akan menunjukkan bahwa saham tersebut semakin

(8)

likuid. Pemecahan saham mengakibatkan harga saham menjadi lebih murah sehingga akan menarik calon investor untuk membeli saham tersebut. Dengan adanya pemecahan saham, semakin banyak investor yang melakukan transaksi terhadap saham. Menurut Sutrisno et al (2000) parameter yang sering digunakan untuk mengukur likuiditas saham adalah harga saham, volume perdagangan, persentase saham dan varians saham. Dalam penelitian ini parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas saham adalah volume perdagangan. Menurut Salim (2003) volume perdagangan saham dianggap sebagai ukuran dari kekuatan atau kelemahan pasar. Perubahan volume perdagangan saham diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). Trading Volume Activity merupakan perbandingan antara jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Besar kecilnya TVA sebelum pengumuman stock split, saat pengumuman stock split dan sesudah

pengumuman stock split merupakan ukuran besar kecilnya akibat yang

ditimbulkan dari informasi pemecahan saham. Jika Trading Volume Activity (TVA) meningkat, maka volume perdagangan saham tersebut dikatakan likuid dan aktif.

Beberapa penelitian tentang stock split dilakukan terhadap pasar modal di Indonesia. Penelitian tersebut menunjukkan hasil inkonsistensi. Rookhman et al (2009) menganalisis perbedaan return saham di seputar pengumuman stock split. Hasilnya membuktikan bahwa perbedaan yang signifikan terjadi pada seputaran pengumuman stock split. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Muharam dan Sakti (2009) yang menguji

perbedaaan return saham di seputaran pengumuman stock split yang

membuktikan bahwa terdapat perbedaan return saham yang signifikan.

Namun, hal ini betentangan dengan hasil penelitian Riyadi (2004), yang

(9)

diterima oleh investor. Hal ini juga disampaikan oleh Foejisanto (2010) dalam peneitiannya yang membuktikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan anatara rata-rata return saham sebelum dan sesudah stock split.

Wijarnako dan Prasetiono (2012) dalam penelitiannya menguji perbedaan likuiditas saham yang diukur oleh trading volume activity (TVA), menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan trading volume activity (TVA), pada periode sebelum stock split dan sesudah stock split. Sadikin (2011) juga menguji hal yang sama, diperoleh bahwa terdapat perbedaaan yang signifikan terhadap volume perdagangan saham pada

sebelum stock split dan sesudah stock split. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan Kurniawati (2003) dalam penelitiannya tidak dapat membuktikan adanya perbedaan yang signifikan volume perdagangan perusahaan sebelum dan sesudah stock split. Hendrawijaya (2009) juga berpendapat hal yang sama dengan membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan trading volume activity pada periode sebelum stock split dan sesudah stock split. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa dengan adanya peristiwa pemecahan saham dapat menyebabkan terjadinya perubahan baik berupa kenaikan maupun penurunan

terhadap return saham dan likuiditas saham. Oleh karena itu, masih banyak

terdapat pertentangan mengenai pemecahan saham, dimana terdapat emiten yang mendukung dan di sisi lain menentang peristiwa pemecahan saham. Emiten yang mendukung berpendapat bahwa dengan harga saham yang lebih rendah maka akan meningkatkan kemampuan investor kecil untuk berinvestasi sehingga akan berdampak pada pasar yang lebih likuid dan harga saham akan berfluktuatif sehingga memungkinkan investor mendapat keuntungan. Sedangkan emiten yang menentang stock split berpendapat bahwa tingkat harga saham setelah stock split belum cukup menjamin

(10)

keberhasilan perusahaan karena terdapat ketidakpastian bisnis dan resiko pasar yang akan dihadapi.

Berdasarkan beberapa penjabaran diatas motivasi perusahaan melakukan pemecahan saham menjadi hal yang harus dipertimbangkan para investor dan calon investor. Hal tersebut berguna bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi perdagangan sahamnya. Berdasarkan keterkaitan yang dijelaskan dalam latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul “ Analisis Perbedaan Return Saham dan Likuiditas Saham di Sekitar Pengumuman Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2012) ”

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan judul penelitian, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah :

1. Bagaimana return saham dan likuiditas saham sebelum pengumuman

stock split, saat pengumuman stock split dan sesudah pengumuman stock split.

2. Apakah terdapat perbedaan return saham sebelum pengumuman stock

split, saat pengumuman stock split dan sesudah pengumuman stock split.

3. Apakah terdapat perbedaan likuiditas saham yang diukur dengan

Trading Volume Activity (TVA) sebelum pengumuman stock split, saat pengumuman stock split dan sesudah pengumuman stock split.

(11)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis return saham dan likuiditas saham sebelum

pengumuman stock split, saat pengumuman stock split dan sesudah

pengumuman stock split.

2. Untuk menganalisis perbedaan return saham sebelum pengumuman

stock split, saat pengumuman stock split dan sesudah pengumuman stock split.

4. Untuk menganalisis perbedaan likuiditas saham yang diukur dengan

Trading Volume Activity (TVA) sebelum pengumuman stock split, saat pengumuman stock split dan sesudah pengumuman stock split.

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar pemikiran atau bahan studi perbandingan dan merupakan media referensi untuk penelitian sejenis mengenai stock split.

1.5.2 Aspek Praktis

Kegunaan praktis yang ingin dicapai dalam penerapan pengetahuan sebagai hasil penelitian yang dilakukan adalah :

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan tambahan informasi pertimbangan bagi perusahaan go public yang tertarik untuk menerapkan kebijakan stock split dalam mencapai tujuan perusahaan.

(12)

Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan informasi pengetahuan mengenai peristiwa stock split dan bahan pertimbangan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal apabila ingin bertransaksi disekitar stock split .

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi secara garis besar adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian berisi fenomena yang diteliti serta argumentasi atas pemilihan topik sesuai dengan situasi yang melatarbelakangi penelitian, tujuan penelitian yang menekankan pada hasil yang ingin dicapai dari penelitian, dan kegunaan penelitian yang dibuat secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan sebagai penjelasan atas ringkasan laporan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan sebagai landasan atas penelitian yang dilakukan. Selain itu juga menguraikan temuan-temuan dari beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai dasar penelitian, tinjauan mengenai perbedaan variabel, indikator, dan metode antara penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

(13)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan teknik analisis data yang digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan deskripsi objek penelitian berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan mengenai hasil dari pengolahan data-data yang diteliti, serta pengujian dan analisis hipotesis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran yang dapat diberikan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis diperoleh hasil bahwa nilai rasio pembayaran dividen atau biasa disebut DPR pada PT Bukit Asam periode 2005-2015 memiliki

Pemanfaatan biodiesel dan bioethanol terus meningkat hingga pada tahun 2025 mencapai 47 juta SBM untuk biodiesel dan 103 juta SBM untuk bioethanol, sehingga kenaikan

Memberikan kuasa dan wewenang kepada Direksi Perseroan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan hak substitusi untuk melaksanakan segala tindakan yang diperlukan

Bahkan dalam situasi adalah 128-bit atau kunci yang lebih besar digunakan dengan cipher yang dirancang dengan baik seperti AES, Brute Force dapat dilakukan untuk

Tabel 27 Saya tidak menyadari Traveloka mengkampanyekan merek melalui Iklan Web Series Arief Muhammad di Youtube Traveloka .... xii Tabel 29 Traveloka menyediakan

Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pergub Prov Jabar Nomor 69 Tahun 2013 tentang

1204/Menkes/SK/X/2004 yang mengatakan bahwa fasilitas untuk pengelolaan limbah medis harus disediakan oleh rumah sakit seperti: kantong plastik untuk membungkus

Bapak Ir.Djoko Suwarso,MP selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga rancangan aktualisasi bimbingan dan arahan kepada