• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah - Syarah Nur Hayah BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah - Syarah Nur Hayah BAB I"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

World Health Organisation (WHO) rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan parnipurna (komperhensif), pencegahan penyakit (preventif) dan penyembuhan penyakit (kuratif) dan kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Data dari (WHO) pada tahun 2007 menunjukan sekitar 35 juta total tenaga kesehatan. Data yang diterima melaporkan bahwa banyak tenaga kesehatan yang terpejan patogen darah, terjadi penularan HIV dan lebih dari 90% kejadian ini terjadi di negara berkembang. Di Amerika serikat setiap tahun terdapat 5. 000 Petugas Kesehatan yang terinfeksi hepatitis B, 47 positif HIV, 600.000 – 1.000.000 kasus luka tusuk jarum (Rival, 2009).

Universal Precaution saat ini dikenal dengan Kewaspadaan standar, kewaspadaan standar tersebut dirancang untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui (Depkes, 2008).

(2)

penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman, teknik dekontaminasi dan strelisasi peralatan tidak tepat dan praktek kebersihan ruangan yang belum memadai (Dep Kes RI 2010).

Memerlukan waktu selama 2-5 menit untuk melaksanakan cuci tangan kesehatan (surgical). Bagian ujung jari dan ujung jempol merupakan lokasi yang harus selalu diperhatikan karena paling sering bersentuhan dengan pasien dan tempat pemusatan bakteri. Cuci tangan dilaksanakan saat akan melakukan kegiatan dan akhir dari kegiatan (WHO 2005). Disinfeksi tangan merupakan dalam kunci untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial. Pada University Clinical of Jenewa, Swiss, peningkatan tingkat kepatuhan dari 48% menjadi 66% selama periode 5 tahun, mampu menurunkan angka infeksi nosokomial 40%, dalam jangka waktu yang sama, tingkat infeksi baru oleh multiresistantstaphylococcus aureus (MRSA) menurun sebanyak 50 % (Kampf & Loffler, 2010).

Kepatuhan melakukan cuci tangan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) akan mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial. Kebijakan tentang SOP cuci tangan yang telah ditetapkan, tetapi masih ada tenaga kesehatan yang tidak patuh terhadap SOP yang ada. Adinma et al, (2009) perbedaan jenis kelamin mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam melaksanakan SOP. WHO (2005) berpendapat kepatuhan biasa dipengaruhi oleh pengetahuan dari individu.

(3)

tangan hanya sekitar 60%. Hal ini bisa menjadi tantangan yang cukup besar bagi tim pengendali infeksi rumah sakit untuk mempromosikan program cuci tangan ini. (Perdalin,2010). Dan hanya 60 % perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien (Dimyati 2011).

Berdasarkan undang – undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara parnipurna yang telah menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Di rumah sakit Margono Soekarjo telah sesuai dengan undang – undang No. 44 Tahun 2009. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah Sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan. Fasilitas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana maupun alat(baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan oleh rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.

(4)

infeksi nosokomial. Penelitian ini menguji kepatuhan dengan mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan. Kepatuhan diamati secara terselubung, yang meliputi demografi petugas kesehatan, fasilitas kebersihan tangan, indikasi untuk kebersihan tangan, sesuai dengan mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan dalam setiap prosedur, dan durasi mencuci tangan dicacat. Hasilnya Sembilan perawat dan tiga puluh tiga asisten dokter dipantau selama penelitian. Seorang peneliti mencatat 1.400 peluang potensial untuk mencuci tangan selama periode pengamatan 15 menit, durasi rata-rata mencuci tangan adalah ± 10 menit 2 detik. Kebanyakan petugas kesehatan ( 99,3 % ) menggunakan sabun cair selama mencuci tangan , tapi 79,8 % tidak mengeringkan tangan mereka. Untuk semua indikasi , sesuai dengan mencuci tangan adalah 31,9 % dan kepatuhan penggunaan sarung tangan adalah 58,8 % . Kepatuhan cuci tangan bervariasi berbanding terbalik dengan kedua jumlah indikasi untuk kebersihan tangan dan jumlah tempat tidur pasien di kamar rumah sakit . Kepatuhan dengan mencuci tangan lebih baik dalam situasi berisiko tinggi kotor atau kepatuhan dengan mencuci tangan adalah rendah, ini menunjukan perlunya strategi motivasi baru seperti penyediaan umpan balik mengenai kepatuhan infeksi nosokomial (Pittet, 2009).

Gaby dkk (2009) melakukan studi penelitian yang dilakukan dalam “Percobaan tes kebersihan tangan dengan natural” disimpulkan bahwa

(5)

signifikan kontrol kondisi perempuan atau pengetahuan aktivitas laki-laki. Pada dasarnya aturan dan status sosial efektivitas diantara kedua jenis kelamin tidak saling berhubungan. Seharusnya ditemukan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam masalah kebersihan tangan. Dari hasil penelitian tersebut, baik kepatuhan dan kebersihan tangan petugas di rumah sakit - rumah sakit di Indonesia, khususnya di RSUD Margono Soekarjo (RSMS) Purwokerto Jawa tengah telah melakukan kegiatan preventif.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSMS Purwokerto dalam memberikan pelayanan di dukung dengan jumlah Perawat 33 orang, dengan kapasitas tempat tidur 25 buah dengan kinerja bulan oktober tahun 2013 yaitu , Bed Occupansi Rate (BOR) : 48 %, Average length of stay (LOS) : 5 jam/hari, Turn Over Interval (TOI ) : 6 hari, Bed Turn Over (BTO ): 3 Putaran tempat tidur.

Berdasarkan pada hasil studi pendahuluan secara observasi langsung yang dilakukan di Rumah sakit Margono Soekarjo di IGD tanggal 28 November 2013 bahwa ditemukan 5 perawat 100 % tidak melakukan cuci tangan sebelum tindakan Keperawatan, akan tetapi setelah melakukan tindakan keperawatan 2 orang perawat 40% melakukan cuci tangan.

(6)

kepatuhan Perawat dalam penerapan Hand Hygiene Di Instalasi Gawat Darurat di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”.

B. Perumusan masalah

Berawal dari latar belakang, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi kepatuhan Perawat dalam penerapan Hand Hygiene di Instalasi Gawat Darurat di RSUD.Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”?”

C. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Perawat dalam penerapan Hand hygiene di Instalasi Gawat Darurat di RSUD.Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran dan pengaruh faktor – faktor kepatuhan

Perawat dalam penerapan Hand Hygiene Instalasi Gawat Darurat di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

(7)

3. Mengetahui gambaran dan pengaruh faktor eksternal : Sarana cuci tangan, Keadaan pasien, Pekerjaan terhadap kepatuhan Perawat dalam penerapan Hand Hygiene Instalasi Gawat Darurat di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Bagi ilmu pengetahuan, di harapkan mampu menerapkan dan kepatuhan Perawat dalam Hand hygiene di Instalasi Gawat darurat RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dan dapat berguna sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Responden

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui pentingnya pengaruh kepatuhan Perawat dalam penerapan Hand Hygiene di Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit, sebagai bahan masukan untuk dapat melakukan disiplin kerja sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang ditentukan.

b. Bagi Instansi

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kepatuhan Perawat melakukan Hand hygiene di Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit. c. Bagi program studi keperawatan S1

(8)

E. Penelitian terkait

Penelitian terkait sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh :

1. Dwi Agung Nugroho, melakukan penelitian “Pengaruh faktor jenis kelamin dan pengetahuan terhadap kepatuhan perawat rawat inap RSUD. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga dalam melaksanakan standar operasional prosedur cuci tangan tahun 2013” Penelitian ini

menggunakan pendekatan cross sectional, teknik yang digunakan observasional, dan teknik total sampling. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan faktor supervisi, lama kerja dan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan perawat ruangan rawat inap dalam melaksanakan SOP cuci tangan.

Penelitian yang akan dilakukan, merupakan bukan peneliti yang pertama kali karena sudah pernah dilakukan tetapi terdapat perbedaannya yaitu variabel independen (faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan) dan variabel dependen (hand Hygiene) serta lokasi penelitian.

2. Nur Komariyah Siswanti, melakukan penelitian “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan melaksanakan Standar Operasional Prosedur cuci tangan pembedahan tenaga kesehatan di IBS RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2010”, penelitian ini

(9)

berhubungan dengan kepatuhan melaksanakan cuci tangan pembedahan.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan Nur Komariyah Siswanti dengan penelitian yang akan dilakukan.Persamaannya“faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat” tetapi variabelnya berbeda. Sedangkan perbedaan Nur

Komariyah Siswanti kepatuhan dalam melaksanakan Standar Operasional Prosedur cuci tangan pembedahan tenaga kesehatan di IBS sedangkan peneliti akan melakukan kepatuhan dalam penerapan Hand Hygiene variabel perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) ditempat yang sama yaitu di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

3. Pambudi Eko Prasetyo melakukan penelitian “Hubungan antara tingkat kepatuhan perawat dengan kepatuhan menggunakan (Alat Pelindung Diri) APD di ruang rawat inap Rumah sakit Wijaya Kusuma Purwokerto tahun 2013”, menggunakan desain metode cros sectional teknik simple random sampling menggunakan uji chi square. Hasil penelitiannya bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepatuhan perawat dalam penggunaan APD.

(10)

kepatuhan perawat dengan penggunaan APD sedangkan yang akan dilakukan peneliti adalah mengetahui tingkat kepatuhan perawat dalam penerapan Hand Hygiene.

4. Dewi Rif’ah Arfianti, melakukan penelitian, “Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan cuci tangan perawat di RSI. Sultan Agung Semarang tahun 2010”, Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif korelasi, rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cros sectional (belah lintang). Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi square. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang cuci tangan. Sebagian besar responden bertugas di ruang rawat inap, selebihnya bekerja di kamar bedah, UGD, dan di ICU. Sebagian besar responden bekerja di ruang yang tersedia fasilitas tempat cuci tangan. Sebagian besar responden patuh dalam melakukan cuci tangan. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan cuci tangan perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (p= 0,039). Ada hubungan yang signifikan antara tempat tugas dengan kepatuhan cuci tangan perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (p= 0,036). Ada hubungan yang signifikan antara fasilitas tempat cuci tangan dengan kepatuhan cuci tangan perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (p= 0,005).

(11)

Referensi

Dokumen terkait

informasi tentang jenis dan berbagai motif batik store nusantara, dapat melakukan pemesanan batik secara online dengan mendaftarkan data diri pelanggan dan mengisi form

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Kenyataan dan pemikiran tersebut diataslah yang mendasari penulis untuk mengambil judul yang berkaitan dengan aerodinamika yang terjadi pada lokomotif kereta api Argo

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Berangkat dari masalah yang ditemukan, penulis mengadakan penelitian dengan metode studi pustaka, observasi, perancangan, instalasi, uji coba serta implementasi untuk menemukan

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Fungsi speaker ini adalah mengubah gelombang listrik menjadi getaran suara.proses pengubahan gelombag listrik/electromagnet menjadi gelombang suara terjadi karna