• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - RATNA DWI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - RATNA DWI BAB II"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai afiks sudah pernah dilakukan antara lain oleh Eva Susandra dan Santiatun. Kedua peneliti tersebut merupakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian tersebut ditinjau secara singkat sebagai berikut.

1. Kajian Bentuk dan Makna Verba Berprefiks Ber- dalam Cerpen Karya Siswa SMP Negeri 2 Purwokerto Tahun Pelajaran 2014-2015.

(2)

8

pada bentuk dasar yang berkategori verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), dan numeralia (kata bilangan). Penelitian Eva Susandra (2016) dalam tahap penyediaan data menggunakan metode simak, teknik sadap dan teknik catat. Kemudian dalam menganalisis data menggunakan metode agih dengan teknik dasar BUL (Bagi Unsur Langsung) yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan teknik ganti. Hasil analisis data disajikan secara formal dan informal. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti membahas mengenai bentuk, fungsi, dan makna afiks yang meliputi prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks pada judul berita surat kabar Radar Banyumas edisi Februari 2017 dan implikasinya bagi pembelajaran bahasa Indonesia.

Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu tahap penyediaan data digunakan metode simak dilanjutkan dengan teknik catat. Kemudian dalam menganalisis data menggunakan tiga teknik yaitu teknik ganti, teknik lesap, dan teknik perluas. Hasil analisis data disajikan dengan cara formal dan informal. Persamaan penelitian Eva Susandra dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu objek yang sama mengenai kajian kata berimbuhan.

2. Perbandingan Afiks Bahasa Indonesia dan Afiks Bahasa Jawa pada Rubrik Edutaiment dan Rubrik Mblaketaket dalam Surat Kabar Radar Banyumas Edisi Januari 2016

(3)

9

pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian data. Tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik dasar berupa teknik catat, tahap analisis data menggunakan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan teknik lanjutan adalah teknik ganti dan teknik ubah parafrasa. Hasil analisis data disajikan secara formal dan informal. Perbedaan penelitian Santiatun dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian Santiatun membandingkan afiks bahasa Indonesia dan afiks bahasa Jawa dalam rubrik Pendidikan dan rubrik Mblaketaket dalam surat kabar Radar Banyumas edisi Januari 2016, sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti membahas mengenai bentuk, fungsi, dan makna afiks yang meliputi prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks bahasa Indonesia pada judul berita surat kabar Radar Banyumas edisi Februari 2017 dan implikasinya bagi pembelajaran bahasa Indonesia. Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada tahap penyediaan data dengan metode simak dengan teknik catat. Kemudian dalam menganalisis data menggunakan tiga teknik yaitu teknik ganti, teknik lesap, dan teknik perluas. Hasil analisis data disajikan dengan cara formal dan informal. Persamaan penelitian Eva Susandara dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu objek yang sama mengenai kajian kata berimbuhan.

B. Bahasa

(4)

10

antar anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah simbol atau lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipergunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi, bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

C. Morfologi

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti „bentuk‟. Dan kata logi yang berarti „ilmu‟. Jadi morfologi memiliki arti „ilmu mengenai bentuk‟. Dalam kajian linguistik, morfologi merupakan ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata (Chaer, 2008: 3). Ramlan (2012: 22-23) berpendapat bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang menyelidiki seluk-beluk bentuk kata dan arti yang timbul sebagai peristiwa gramatik atau biasa disebut arti gramatik. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Keraf (1984: 51) berpendapat bahwa morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan bentuk kata. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa morfologi merupakan ilmu yang mengkaji mengenai seluk-beluk pembentukan kata.

D. Proses Morfologi

1. Pengertian Proses Morfologi

(5)

11

afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).

Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Ramlan (2012: 53) mengatakan bahwa proses morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya dapat berupa kata, seperti pada kata menggergaji yang dibentuk dari kata gergaji. Kata berjalan-jalan, dibentuk dari kata

berjalan, kata terjatuh yang dibentuk dari kata jatuh. Dari pendapat yang telah dipaparkan oleh para ahli, peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai proses morfologis. Proses morfologis adalah proses perubahan bentuk dasar dalam rangka pembentukan kata yang baru.

2. Macam Proses Morfologi

Kridalaksana (1992: 12) membagi proses morfologis menjadi lima, yaitu derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi (pemendekan), komposisi (perpaduan), dan derivasi terbalik. Selanjutnya pendapat lain dikemukakan oleh Chaer (2008: 27), yakni proses morfologis meliputi (a) afiksasi, (b) pengulangan, (c) proses komposisi, (d) pemendekan dalam proses akronimisasi, dan (e) pengubahan status dalam konversi.

(6)

12

E. Kata dan Morfem

1. Kata

a. Pengertian Kata

Menurut Ramlan (2012: 34), kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satuan bebas merupakan kata. Kata terdiri dari dua macam satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya, kata belajar terdiri dari tiga suku ialah be-, la-,-jar. Suku be terdiri dari fonem /b/ dan /ә/, suku la terdiri dari fonem /l/ dan /a/, dan suku jar terdiri dari fonem

/j/, /a/, /r/. Jadi kata belajar terdiri dari tiga suku kata dan tujuh fonem /b, ә, l, a, j, a, r/. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem. Misalnya, belajar terdiri dari dua morfem ber- + ajar = belajar. Blomfield dalam Tarigan (2009:

7) mengartikan kata sebagai bentuk bebas yang paling kecil, yaitu kesatuan terkecil yang dapat diucapkan secara mandiri. Putrayasa (2008: 44), kata merupakan bentuk bebas terkecil yang mempunyai kesatuan fonologis dan kesatuan gramatis yang mengandung suatu pengertian. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan bebas terkecil yang mempunyai makna.

b. Jenis Kata

1) Kata Kerja

(7)

13

(1) Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun juga memiliki fungsi lain.

(2) Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.

(3) Verba khusunya yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti paling. Verba seperti mati, tidak dapat diubah menjadi termati.

(4) Verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti *agak belajar, *sangat belajar, dan lain sebagainya.

2) Kata Sifat

Kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat (Alwi, dkk, 2010: 177). Kridalaksana (1994: 59), kata sifat adalah kategori kata yang ditandai oleh kemungkinan sebagai berikut:

(1) Bergabung dengan partikel tidak, lebih, sangat, agak, dan lain sebagainya.

(2) Menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan tingkat ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat dan agak disamping kata verba (Alwi, dkk, 2010: 177).

3) Kata Benda

(8)

14

Misalnya kucing, meja, dan kebangsaan. Dari segi sintaksis, kata benda memiliki ciri-ciri:

(1) Dalam kalimat yang predikatnya kata kerja, kata benda menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.

(2) Kata benda tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak.

(3) Kata benda umumnya dapat diikuti kata sifat, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh kata yang.

4) Kata Bilangan

Kridalaksana (1994: 79), kata bilangan memiliki ciri-ciri yaitu: (1) dapat mendampingi kata benda dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi kata benda lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat. Kata bilangan mewakili bilangan yang terdapat di luar bahasa.

2. Morfem

a. Pengertian Morfem

Menurut Muslich (2009: 3), morfem adalah bentuk-bentuk berulang yang paling kecil beserta artinya. Hokcet dalam Tarigan (2009: 6) menjelaskan bahwa morfem adalah unsur yang terkecil yang secara individual mengandung pengertian dalam ujaran suatu bahasa. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan terkecil dalam ujaran suatu bahasa.

b. Jenis Morfem

(9)

15

tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, rumah, makan, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Muslich (2009: 17), morfem bebas adalah morfem-morfem yang dipakai secara tersendiri dalam kalimat atau tuturan biasa. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa suatu tuturan.

Menurut Muslich (2009: 17), morfem terikat adalah mofem yang tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam kedudukannya sebagai kalimat maupun sebagai kata yang menjadi unsur pembentuk kalimat. Chaer (2012: 151), berpendapat bahwa morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam sebuah tuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia termasuk dalam morfem terikat. Contohnya terdapat pada kata berambut. Kata rambut merupakan morfem bebas karena rambut dapat berdiri sendiri, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti prefiks ber- disebut dengan morfem terikat.

F. Afiksasi

(10)

16

bentuk kompleks untuk membentuk kata. Misalnya pembubuhan afiks ber- pada kata jalan menjadi berjalan, pada kata gerilya menjadi bergerilya, dan pada kata sepeda menjadi bersepeda. Ada juga afiks yang tidak membentuk kata, melainkan membentuk pokok kata, ialah afiks per-, -kan , dan -i. Pendapat lain dikemukakan Chaer (2008: 27), yakni afiksasi adalah proses penambahan afiks pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah proses morfologis mengenai pembentukan kata dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar baik tunggal maupun kompleks yang hasilnya menjadi kata yang lebih kompleks (kata berimbuhan). Dengan demikian, kata kompleks (kata berimbuhan) disebut dengan kata berafiks. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan afiks yang produktif.

G. Afiks

1. Pengertian Afiks

(11)

17

mengatakan bahwa afiks adalah bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa afiks adalah satuan gramatik terikat dalam satu kata merupakan unsur bukan kata dan pokok kata yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata-kata baru.

2. Jenis Afiks

Menurut Kridalaksana (1992: 28), dalam bahasa Indonesia jenis-jenis afiks diklasifikasikan atas prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, dan kombinasi afiks. Prefiks yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contoh: me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-, dan se-. Infiks yaitu afiks yang diletakkan di tengah bentuk

dasar. Contoh: -el-, -er-, -em-, dan –in-. Sufiks yaitu afiks yang diletakkan di belakang

bentuk dasar. Contoh: -an, -kan, dan –i. Simulfiks yaitu afiks yang dileburkan pada bentuk dasar. Contoh: kopi – ngopi, soto – nyoto, sate - nyate, dan kebut – ngebut. Konfiks yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar. Contoh dalam bahasa Indonesia yaitu ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an. Superfiks atau superafiks yaitu afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Afiks ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kombinasi afiks yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan bentuk dasar. Contoh: me-kan, me-i, memper-me-kan, memper-i, ber-me-kan, ter-me-kan, per-me-kan, pe-an, dan se-nya.

(12)

18

bentuk dasar. Infiks tersebut, yaitu -el-, -em-, dan –er-. Sufiksasi yaitu proses pembubuhan sufiks, dilakukan oleh sufiks –an, -kan, dan –i. Konfiksasi yaitu proses pembubuhan konfiks pada bentuk dasar. Konfiks tersebut, yakni pe-an, per-an, ke-an, se-nya, dan ber-an.

Ramlan (2012: 60) membagi jenis afiks menjadi empat yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Prefiks merupakan afiks yang melekat di depan bentuk dasar. Contoh: meN- {mem-, men-, meng-, meny-, menge-, dan me-}, ber- {ber-, be-, dan bel-}, di-, ter-, peN-, se-, per-, dan ke-. Namun dalam prefiks terdapat afiks yang berasal dari bahasa asing yaitu maha-, para-, pra-, dan a-. Infiks merupakan afiks yang melekat di tengah bentuk dasar. Contoh: –el-, –er-, -em- dan –in-. Sufiks merupakan afiks yang melekat di belakang bentuk dasar. Contoh: -kan, -an, -i, dan –nya. Selain contoh tersebut, terdapat sufiks yang berasal dari bahasa asing yaitu –is, wati, wan, -is, -man, -wi, -al, -or, -ik, -at, -in, dan –im. Afiks terakhir yaitu konfiks, misalnya pada

ke-an, ber-an, peN-an, per-an, dan se-nya. Ramlan (2012: 62-64) membagi afiks berdasarkan bahasa sumber dan berdasarkan keproduktifan. Berdasarkan bahasa sumber terdapat afiks yang berasal dari bahasa asing dan bahasa Indonesia. Afiks yang berasal dari bahasa Indonesia meliputi meN, ber, di, ter, peN, pe, se, el, -er-, -em-, -kan, -an, -i, dan -nya. Afiks yang berasal dari bahasa asing meliputi pr,

a-,-wan, -wati, -is, -man, dan –wi

(13)

19

berdasarkan keproduktifan terbagi menjadi afiks produktif dan afiks improduktif. Menurut Ramlan, afiks produktif adalah afiks yang hidup, memiliki kesanggupan untuk melekat pada kata-kata, dapat didistribusikan dan membentuk kata-kata baru. Misalnya, afiks yang berasal dari bahasa asing -wan pada kata bangsawan, jutawan, sukarelawan, dan bahasawan. Kemudian afiks improduktif adalah afiks yang sudah usang, distribusinya terbatas pada beberapa kata, yang tidak lagi membentuk kata-kata baru. Misalnya, afiks -man yang hanya terdapat pada kata budiman dan seniman, afiks -el-, -em-, dan -er- yang hanya terdapat pada kata gemetar, geletar, gerigi, gerenyut, temali, dan seruling. Afiks -da yang hanya terdapat pada kata yang menyatakan hubungan kekeluargaan misalnya adinda, ayahanda, dan ibunda.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa jenis afiks terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks, dan kombinasi afiks. Prefiks (awalan) yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar. Infiks (sisipan) yaitu afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar. Sufiks (akhiran) yaitu afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar. Konfiks yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar. Simulfiks yaitu afiks yang dileburkan pada bentuk dasar, dan kombinasi afiks yaitu kombinasi dari dua afiks atau yang bergabung dengan bentuk dasar. Berdasarkan pembagian afiks, dalam penelitian ini peneliti berpusat pada prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.

a. Prefiks

(14)

20

1) Prefiks

meN-a) Bentuk Prefiks

meN-Menurut Ramlan (2012: 33) bentuk prefiks meN- terdiri dari alomorf mem-, men-, meng-, meny-, menge-, dan me-.

(1) Bentuk mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /b/, /p/, /f/ dan /v/. Fonem /b/, /f/, dan /v/ tetap berwujud, sedangkan fonem /p/ mengalami peluluhan (Putrayasa, 2010: 10).

Contoh: meN- + bantu  membantu meN- + pukul  memukul meN- + fitnah  memfitnah meN- + veto  memveto

(2) Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami peluluhan.

Contoh : meN- + dengar  mendengar meN- + tendang  menendang

(3) Bentuk meng- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/, /z/, /a/, /i/ /u/, /e/, dan /o/. Fonem /k/ mengalami peluluhan.

Contoh: meN- + kunyah  mengunyah meN- + harap  mengharap meN- + khususkan  mengkhususkan meN- + ambil  mengambil meN- + usap  mengusap

meN- + ikat  mengikat

meN- + ejek  mengejek meN- + olah  mengolah

(15)

21

(6) Bentuk me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/, /I/, /m/, /n/, /ny/, /n/, /y/, dan /w/. dapat diikuti kata atau kata-kata sebagai objeknya (Ramlan, 2012: 106).

Contoh: Kata Kerja Transitif Kata Kerja Intransitif

memegang melebar

Makna prefiks meN- dapat ditinjau dari dua segi, yaitu sebagai unsur pembentuk kata kerja transitif dan intransitif (Putrayasa, 2010: 13). Sebagai unsur pembentuk kata kerja intransitif, prefiks meN- memiliki arti sebagai berikut:

(16)

22

Contoh: 1. Ibu menyanyi keroncong dengan merdu.

2. Penari latar di acara tadi malam menari dengan lihainya. (2) Menghasilkan atau membuat suatu hal

Contoh: 3. Bu Darso sangat mahir menggulai kambing.

4. Timah akan melebur jika dipanaskan pada suhu tertentu.

(3) Jika kata dasarnya menyatakan tempat, prefiks meN- mengandung makna menuju ke arah.

Contoh: 5. Setelah menabrak seorang polisi wanita, pengendara tersebut diminta menepi oleh warga.

6. Meskipun hujan lebat, nelayan tetap melaut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

(4) Berbuat seperti, berlaku seperti, atau menjadi seperti.

Contoh: 7. Polisi yang sedang bertugas ditembak dengan membabibuta oleh orang bertopeng.

8. Pak Rusdi membatu setelah melihat rumahnya hangus terbakar.

(5) Jika kata dasarnya adalah kata sifat atau kata bilangan, kata yang mengandung prefiks meN- memiliki arti menjadi.

Contoh: 9. Perutnya mulai mengecil setelah ia rutin berolahraga. 10. Wajahnya menghitam setelah seharian berjemur di pantai.

Sebagai unsur pembentuk kata kerja transitif, prefiks meN- mengandung makna sebagai berikut:

(1) Melakukan suatu perbuatan.

Contoh: 11. Kakak mengaduk sayur agar matang merata. 12. Koki itu memasak ikan dengan lihainya.

(2) Mempergunakan atau bekerja dengan apa yang terkandung dalam kata dasar. Contoh: 13. Ibu menyapu halaman rumah yang sangat kotor.

14. Adik menggunting kertas untuk dijadikan kerajinan tangan. (3) Membuat atau menghasilkan apa yang disebut dalam kata dasar. Contoh 15: Ibu sedang menggulai daging kambing.

(17)

23

2) Prefiks

ber-a) Bentuk Prefiks ber-

Menurut Ramlan (2012: 33) bentuk prefiks ber- terdiri dari tiga alomorf yaitu ber-, be-, dan bel-.

(1) Prefiks ber- berubah menjadi ber- (tidak mengalami perubahan) jika ditempatkan pada bentuk dasar yang suku pertamanya tidak bermula dengan fonem /r/ atau suku pertamanya tidak mengandung /er/ Putrayasa (2010: 17).

Contoh: ber- + main  bermain ber- + dasi  berdasi ber- + kerudung  berkerudung

(2) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditempatkan pada bentuk dasar yang bermula pada fonem /r/ atau bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/. Contoh: ber- + kerja  bekerja

ber- + rantai  berantai ber- + serta  beserta

(3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jka diletakkan pada bentuk dasar ajar. Contoh: ber- + ajar  belajar

b) Fungsi Prefiks ber-

Prefiks ber- memiliki fungsi yaitu membentuk kata-kata yang termasuk kedalam golongan kata kerja (Putrayasa, 2010: 18). Misalnya: berlayar dengan cepat: bergerak dengan layar.

c) Makna Prefiks ber-

Makna prefiks ber- antara lain menyatakan: (1) Arti mempunyai atau memiliki. Contoh: 17. Laki-laki itu beristri dua.

(18)

24

(2) Mempergunakan atau mengenakan sesuatu yang disebut dalam kata dasar. Contoh: 19. Ayah sedang bersepeda di taman kota.

20. Wanita berhijab itu sangat cantik (3) Mengerjakan sesuatu atau mengadakan sesuatu. Contoh: 21. Petani itu bersawah setiap pagi.

22. Perayaan malam tahun baru dirayakan dengan berpesta kembang api. (4) Memperoleh atau menghasilkan.

Contoh: 23. Ayamnya bertelur delapan. 24. Kambingnya beranak kembar.

(5) Berada dalam keadaan sebagai yang disebut dalam kata dasar. Contoh: 25. Warga desa beramai-ramai memburu pencuri motor.

26. Para pedagang itu bergegas-gegas mengemasi barang dagangan karena ada satpol PP.

(6) Bila kata dasarnya adalah kata bilangan atau kata benda yang menyatakan ukuran, maka ber- mengandung arti himpunan.

Contoh: 27. Pemuda dan pemudi Indonesia harus bersatu.

28. Ayah sudah bertahun-tahun menjadi seorang relawan. (7) Menyatakan perbuatan mengenai diri sendiri.

Contoh: 29. Sony bercukur karena rambutnya sudah panjang.

30. Terpaksa saya harus berlindung di gedung kosong karena hujan lebat. (8) Menyatakan perbuatan berbalas atau timbal balik.

Contoh: 31. Siswa SMA Kasih berkelahi lagi meskipun sudah dilerai oleh polisi. 32. Bertinju merupakan salah satu olahraga yang sedang digemari oleh

banyak kalangan.

3) Prefiks di-

a) Bentuk Prefiks

(19)

25

Contoh: dikata disayang dicintai

b) Fungsi Prefiks di-

Fungsi di- adalah membentuk kata kerja pasif. Kata kerja pasif adalah kata kerja yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil (Kridalaksana, 1994: 53). Contoh: dipukul

dibangun

c) Makna Prefiks di-

Makna prefiks di- ialah menyatakan makna suatu perbuatan yang pasif. (Putrayasa, 2010: 20).

Contoh: 33. Perampok rumah mewah itu sudah ditangkap polisi.

34. Pelajar yang terlibat tawuran dipanggil oleh kepala sekolah.

4) Prefiks ter-

a) Bentuk Prefiks

ter-Menurut Putrayasa (2010: 19), prefiks ter- mengalami perubahan morfofonemik menjadi alomorf ter- dan tel-.

b) Fungsi Prefiks ter-

Fungsi prefiks ter- yaitu untuk membentuk kata sifat dan kata kerja pasif (Ramlan, 2012: 113). Kata kerja pasif adalah kata kerja yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil (Kridalaksana, 1994: 53).

c) Makna Prefiks ter-

(20)

26

Contoh: 35. Buku, sepatu, dan tas adalah peralatan sekolah yang terjual habis ketika kenaikan kelas.

36. Kerajaan Mataram yang sudah susut itu, kini terbagi menjadi empat buah kerajaan.

(2) Menyatakan aspek kontinuatif yaitu suatu perbuatan tengah atau terus berlangsung.

Contoh: 37. Lampu itu terpasang sampai pagi. 38. Perahu itu terapung sepanjang malam.

(3) Menyatakan aspek spontanitas, yaitu suatu perbuatan terjadi dengan tiba-tiba atau tidak sengaja.

Contoh: 39. Ibu tertusuk jarum ketika menjahit baju. 40. Rumah disamping pabrikpun ikut terbakar.

(4) Menyatakan kesanggupan, dan dalam hal ini dapat diartikan dengan dapat di-. Contoh: 41. Peti itu tidak terangkat oleh kami.

42. Terkait olehku buah mangga itu.

(5) Bila kata dasarnya mengalami reduplikasi maka ter- mengandung arti intensitas (kesangatan) atau perulangan suatu peristiwa (aspek repetitif).

Contoh: 43. Anak itu tertawa terbahak-bahak. 44. Ia berjalan tergesa-gesa.

(6) Prefiks ter- menyatakan makna paling. Makna tersebut memiliki bentuk dasar berupa kata sifat.

Contoh: 45. Toni adalah murid terpandai di kelas.

46. Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia.

5) Prefiks peN-

a) Bentuk Prefiks

(21)

27

pem-, pen-, peng-, dan peny-. Keempat bentuk tersebut merupakan alomorf dari prefiks peN-.

(1) Prefiks peN berubah menjadi pem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b/, /f/, dan /p/. Fonem /p/ mengalami peluluhan.

Contoh: peN- + bantu  pembantu peN- + fitnah  pemfitnah peN- + pukul  pemukul

(2) Prefiks peN- berubah menjadi pen- jika diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami peluluhan.

Contoh: peN- + datang  pendatang peN- + tanam  penanam

(3) Prefiks peN- berubah menjadi peng- jika diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k/, /g/, /h/ , /kh/, dan vokal (a, i, u, e, o).

Contoh: peN- + halus  penghalus peN- + kuat  penguat peN- + ambil  pengambil

(4) Prefiks peN- berubah menjadi peny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c/, /j/, dan /s/. Fonem /s/ mengalami peluluhan.

Contoh: peN- + sayang  penyayang

peN- + curi  penycuri (ditulis pencuri) peN- + jual  penyjual (ditulis penjual)

b) Fungsi Prefiks peN-

Fungsi prefiks peN- adalah membentuk kata benda, tetapi terdapat prefiks peN- yang membentuk kata sifat.

Contoh: Kata Benda: Ia seorang pemalu Kata Sifat: Ia sangat pemalu Ia seorang peramah Ia sangat peramah

c) Makna Prefiks peN-

(22)

28

(1) Menyatakan orang yang biasa melakukan tindakan. Contoh: 47. Pencukur di salon itu adalah pamanku.

48. Pengarang novel itu konsisten dalam menggunakan tema disetiap hasil karyanya.

(2) Menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan tindakan. Contoh: 49. Kayu itu digunakan sebagai pemukul korban.

50. Truk itu seharusnya digunakan sebagai pengangkut barang, bukan manusia.

(3) Menyatakan yang menyebabkan adanya sifat.

Contoh: 51. Citra pendingin sudah melekat pada diri Tini.

52. Semangat dari kedua orangtualah yang dijadikan sebagai penguat hidupnya.

(4) Chaer (2008: 150) menambahkan dua makna prefiks peN- yaitu menyatakan makna yang me- (dasar) dan yang me-kan (dasar).

Contoh: 53. Penulis novel itu bernama Asma Nadia.

54. Salah satu pekerjaan densus 88 adalah penjinak bom.

6) Prefiks pe-

a) Bentuk Prefiks

pe-Bentuk prefiks pe- tidak mengalami perubahan morfofonemik (Keraf, 1984: 99).

b) Fungsi Prefiks

pe-Fungsi dari prefiks pe- adalah membentuk kata benda (Ramlan, 2012: 126).

c) Makna Prefiks

pe-Makna yang didukung oleh prefiks pe- adalah sebagai berikut: (1) Menyatakan orang yang mengerjakan sesuatu.

Contoh: 55. Pelempar bom di minimarket sudah diamankan oleh pihak berwajib. 56. Pedagang makanan tradisional kini sudah jarang ditemui.

(23)

29

Contoh 57. Lidah merupakan indra perasa.

58. Lem kayu itu digunakan sebagai perekat.

(3) Menyatakan sesuatu yang di-.

Contoh 59. Buku itu merupakan petunjuk.

60. Pak Aman sudah menjadi pesuruh di sekolah selama lima tahun. (4) Menyatakan orang yang biasa bekerja disuatu tempat.

Contoh 61. Ayahnya bekerja sebagai seorang pelaut.

62. Setiap harinya pak Toni menjadi peladang gandum. (5) Menyatakan sesuatu atau seseorang yang mempunyai sifat itu. Contoh 63. Ia terkenal sebagai seorang pemarah.

64. Dari kelima saudaranya, Soni sangat pemalas.

7) Prefiks se-

a) Bentuk Prefiks

se-Menurut (Putrayasa, 2010: 23), prefiks se- berasal dari morfem sa yang berarti satu, tetapi karena pengaruh tekanan struktur kata, vokal /a/ dilemahkan menjadi /e/. Bentuk awalan se- tidak mengalami perubahan.

b) Fungsi Prefiks

se-Fungsi prefiks se- yaitu membentuk kata benda dan kata sifat. Membentuk kata benda pada umumnya melekat pada bentuk dasar yang berupa kata benda misalnya serumah, sedunia, seminggu dan sehari, sedangkan fungsi membentuk kata sifat melekat pada bentuk dasar berupa kata sifat misalnya setinggi, seluas, sebaik, seindah dan secerdas (Putrayasa, 2010: 23).

c) Makna Prefiks

(24)

30

Contoh: 65. Pamanku sekampung dengan pencuri motor itu. 66. Ia selalu merepotkan orang serumah.

(2) Menyatakan makna sama.

Contoh: 67. Ombak itu setinggi gunung. 68. Anak itu sepandai abangnya (3) Menyatakan makna setelah.

Contoh: 69. Sesampainya di rumah, Ayah memberikan cenderamata. 70. Ibu menangis setibamu di bandara

Keraf (1984: 107), menambahkan makna prefiks se- yaitu menyatakan satu. Pengertian satu dipakai sebagai penanda bilangan pertama lipatan puluhan, ratusan dan sebagainya, serta sebagai penanda di depan kata-kata bantu bilangan.

Contoh: 71. Ibu membeli beras sepuluh kilogram. 72. Ayah memiliki sebuah novel baru.

8) Prefiks per-

a) Bentuk Prefiks

per-Menurut Keraf (1984: 101), bentuk prefiks per- mengalami perubahan menjadi pe-, terutama pada kata-kata yang mulai dengan fonem /r/.

Contoh: per- + rebut  perebut

b) Fungsi Prefiks per-

Fungsi prefiks per- yaitu untuk membentuk kata kerja.

c) Makna Prefiks

per-Makna yang didukung prefiks per- dalam pembentukan kata kerja pada umumnya mengandung arti kausatif, yaitu menyebabkan terjadinya atau adanya sesuatu. Arti kausatif dapat diperinci lagi dengan:

(25)

31

Contoh: 73. Pamannya perbudak seorang wanita tua.

74. Laki-laki itu ingin sebagai pertuan semua orang. (2) Memanggil atau menganggap sebagai.

Contoh: 75. Sinta sudah seperti peradik dalam keluarga. 76. Orang itu sudah dijadikan perengku adat.

(3) Bila kata dasarnya kata bilangan maka artinya adalah membagi dan membuat jadi.

Contoh: 77. Perempat bagian hartanya disumbangkan ke panti asuhan. 78. Tanah itu dibagi perlima sesuai dengan jumlah anaknya. (4) Bila kata dasarnya keadaan maka berarti membuat lebih.

Contoh: 79. Kemacetan yang terjadi setiap harinya semakin perbesar tingkat polusi udara.

80. Rambut lurusmu akan percantik wajahmu.

9) Prefiks ke-

a) Bentuk Prefiks

ke-Menurut Putrayasa (2010: 22), prefiks ke- tidak mengalami perubahan bentuk pada saat digabungkan dengan bentuk dasar. Perbedaan antara ke- sebagai prefiks dan ke- sebagai kata depan, ke- sebagai kata depan penulisannya dipisahkan. Ke- sebagai awalan (prefiks) penulisannya disambung.

b) Fungsi Prefiks ke-

(26)

32

c) Makna Prefiks

ke-Menurut (Putrayasa, 2010: 22), makna prefiks ke- yaitu sebagai berikut:

(1) Menyatakan kata bilangan kumpulan, yakni menyatakan himpunan yang terdiri atas jumlah yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh: 81. Ketujuh pemuda itu merupakan anak pak Salim.

82. Kedua anaknya telah wisuda dengan predikat cumlaude. (2) Menyatakan urutan.

Contoh: 83. Dia adalah pelanggan ketiga hari ini. 84. Rumah pak sony kedua dari sini.

b. Infiks

Infiks yaitu afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar. Infiksasi dalam bahasa Indonesia sudah tidak produktif lagi. Artinya, yaitu tidak digunakan untuk membentuk kata-kata baru (Chaer, 2008: 165). Infiks dalam bahasa Indonesia meliputi –el-, -er-, dan -em- ( Ramlan, 2012: 60).

1) Bentuk Infiks

Bentuk infiks menurut Putrayasa (2010: 26) yaitu terdiri dari –el-, -er-, dan –em-. a) Infiks –el-

Contoh: tunjuk + -el-  telunjuk patuk + -el-  pelatuk gigi + -el-  geligi getar + -el-  geletar b) Infiks –er-

Contoh: gigi + -er-  gerigi gendang + -er-  genderang suling + -er-  seruling c) Infiks –em-

(27)

33

2) Fungsi Infiks

Fungsi infiks yaitu untuk membentuk kata benda.

3) Makna Infiks

Makna infiks terbagi menjadi 3 yaitu:

(1) Menyatakan banyak dan bermacam-macam

Contoh: 85. Semua anggota pramuka harus menguasai temali. 86. Indonesia memiliki gemunung yang sangat indah. (2) Menyatakan intensitas atau frekuensi

Contoh: 87. Suara gemuruh tadi malam sangat kencang. 88. Badan Ayah gemetar karena kehujanan.

(3) Mempunyai sifat atau memiliki hal yang disebut dalam kata dasar dan dapat berarti melakukan suatu perbuatan.

Contoh: 89. Resep membuat makanan tradisional itu sudah temurun dari nenek moyang.

90. Yani sedang bermain gelembung sabun.

c. Sufiks

Sufiks merupakan afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar. Jumlah sufiks dalam bahasa Indonesia terbatas yaitu hanya pada –kan, -an, -i, dan –nya (Ramlan, 2012: 60).

1) Sufiks kan

a) Bentuk Sufiks kan

Menurut Keraf (1984: 112), sufiks –kan tidak mengalami perubahan morfofonemik.

b) Fungsi Sufiks kan

(28)

34

c) Makna Sufiks kan

Chaer (2008: 117), sufiks –kan memiliki makna sebagai berikut: (1) Makna jadikan.

Contoh: 91. Mengikuti pengajian rutin akan tenangkan hati. 92. Gemericik air damaikan suasana.

(2) Makna jadikan berada di.

Contoh: 93. Pinggirkan cabai yang sudah busuk itu! 94. Tengahkan gelas itu!

(3) Makna lakukan untuk orang lain. Contoh: 95. Tolong ambilkan obat!

96. Tolong bukakan pintu itu! (4) Makna lakukan akan.

Contoh: 97. Hapuskan pesan masuk yang tidak penting! 98. Semoga Ayah kabulkan permintaanku. (5) Makna bawa masuk ke.

Contoh: 99. Tolong, gudangkan kursi yang sudah rusak! 100. Hujan semakin lebat, rumahkan kucingmu!

(Putrayasa, 2010: 29) menambahkan makna sufiks –kan yaitu menyatakan benefaktif atau membuat untuk orang lain.

Contoh: 101. Kepala sekolah majukan penguasaan iptek guru. 102. Orang itu sengaja hancurkan nama baik perusahaan.

2) Sufiks -an

a) Bentuk Sufiks an

(29)

35

muncul apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /u/. Fonem /y/ muncul apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/. Fonem glotal/?/ muncul apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /a/, namun pada ejaan tidak dituliskan.

Contoh: tuju + -an  tujuwan isi + -an  isiyan (ber) dua + -an  berdua?an

b) Fungsi Sufiks an

Menurut Putrayasa (2010: 28), fungsi sufiks –an yaitu membentuk kata benda atau membedakan.

c) Makna Sufiks an

Menurut (Putrayasa, 2010: 28), kata-kata yang mengandung sufiks –an dapat memiliki makna sebagai berikut:

(1) Menyatakan tempat.

Contoh: 103. Pangkalan ojek dekat pasar sudah sepi sejak sore. 104. Labuhan itu tidak jauh dari rumah kepala desa. (2) Menyatakan kumpulan atau seluruh.

Contoh: 105. Sayuran hijau itu didapat langsung dari kebun. 106. Bau busuk itu berasal dari kotoran sapi. (3) Menyatakan alat.

Contoh: 107. Timbangan yang digunakan kurang akurat. 108. Kurungan ayam yang dijual terbuat dari bambu. (4) Menyatakan hal atau cara.

Contoh: 109. Aturan yang berlaku sekarang pengendara harus menyalakan lampu setiap saat.

110. Didikan orang tua berpengaruh terhadap perilaku anak. (5) Menyatakan akibat atau hasil perbuatan.

(30)

36

(6) Suatu yang di….

Contoh: 113. Pamannya sekarang berstatus sebagai tahanan.

114. Larangan untuk tidak merokok masih banyak dilanggar. (7) Menyerupai atau tiruan dari.

Contoh: 115. Mobil-mobilan yang dijual adalah barang impor dari Cina. 116. Kuda-kudaan yang dibeli dari pasar sangat murah.

(8) Menyatakan tiap-tiap.

Contoh: 117. Biasanya ia diberi upah oleh Pak Amar mingguan. 118. Jadwal piket dilaksanakan harian.

(9) Suatu yang mempunyai sifat sebagai yang disebutkan pada kata dasar. Contoh: 119. Asaman mangga sangat cocok dimakan ketika cuaca panas.

120. Manisan carica merupakan produk khas Wonosobo. (10) Menyatakan intensitas.

Contoh: 121. Besaran uang yang diterima setiap hari hanya cukup untuk makan. 122. Baik buruknya manusia tidak dapat diukur dari tinggian kekuasaan.

3) Sufiks i

a) Bentuk Sufiks i

Menurut Putrayasa (2010: 29), sufiks –i tidak mengalami perubahan bentuk.

b) Fungsi Sufiks i

Fungsi sufiks -i yaitu untuk membentuk kata kerja transitif. Dalam hal ini kata-kata dalam sufiks –i objeknya bersifat diam (Putrayasa, 2010: 29).

c) Makna Sufiks i

Chaer (2008: 119), makna yang terdapat dalam sufiks –i adalah sebagai berikut: (1) Makna berulang kali.

(31)

37

(2) Makna tempat.

Contoh: 125. Kementrian Kelautan dan Perikanan datangi milad ke-52 UMP. 126. Seorang wisatawan terkena teguran karena duduki pagar pembatas. (3) Makna merasa sesuatu pada.

Contoh: 127. Hormati orang tua adalah kewajiban bagi seorang anak. 128. Senangi pekerjaan akan meringankan beban hati dan pikiran. (4) Makna memberi atau membubuhi.

Contoh: 129. Tolong, lengkapi berkas formulir pendaftaran!

130. Cukupi adonan kue dengan 1 sendok pewarna makanan! (5) Makna lakukan pada.

Contoh: 131. Orang itu tanggapi pendapat Toni secara berlebihan. 132. Tulisi kertas kosong itu dengan puisi karyamu.

4) Sufiks nya

a) Bentuk Sufiks nya

Menurut (Chaer, 2008: 163) ada dua macam –nya. Jenis –nya yang pertama dalah kata ganti orang ketiga tunggal. Bentuk –nya kedua adalah –nya sebagai akhiran.

b) Fungsi Sufiks nya

Fungsi sufiks –nya mengemban fungsi yaitu (a) sebagai alat nominalisasi atau substantivasi yaitu mengubah sebuah kata menjadi kata benda, (b) menjelaskan atau menekan kata yang di depannya, dan (c) menyatakan keterangan situasi atau suasana (Putrayasa, 2010: 31).

c) Makna Sufiks nya

Makna sufiks –nya yaitu memiliki makna hal (dasar).

Contoh: 133. Naiknya harga kebutuhan rumah tangga semakin menambah beban masyarakat Jakarta.

(32)

38

d. Konfiks

Konfiks adalah afiks yang terdiri dari dua unsur yaitu di depan dan di belakang. Dalam bahasa Indonesia konfiks terbagi menjadi ke-an, peN-an, per-an, ber-an, dan se-nya (Ramlan, 2012: 65).

1) Konfiks ke-an

a) Bentuk Konfiks ke-an

Menurut Keraf (1984: 116), konfiks ke-an tidak mengalami perubahan bentuk.

b) Fungsi Konfiks ke-an

Fungsi konfiks ke-an yaitu membentuk kata benda dan membentuk kata yang termasuk golongan kata sifat (Ramlan, 2012: 150).

c) Makna Konfiks ke-an

Makna konfiks ke-an yaitu sebagai berikut: (1) Menyatakan tempat atau daerah.

Contoh: 135. Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat resmi menjadi bagian dari Republik Indonesia sejak tahun 1950.

136. Kerajaan itu sangat megah disertai penjagaan yang ketat.

(2) Menyatakan hal yang disebut dalam kata dasar atau peristiwa yang telah terjadi. Contoh: 137.Perbedaan suku, ras maupun agama tidak menghancurkan kesatuan

Republik Indonesia.

138.Kebersihan kelas berpengaruh pada kenyamanan proses belajar mengajar.

(3) Menyatakan kena atau menderita sesuatu hal. Contoh: 139. Toni kehujanan saat pulang sekolah.

140. Desa selalu itu kekurangan air saat musim kemarau. (4) Menyatakan perbuatan yang dilakukan tidak dengan sengaja.

Contoh: 141. Seharusnya Eti membantu Ibu membuat menu berbuka puasa tetapi dia ketiduran.

(33)

39

(5) Menyatakan terlalu.

Contoh: 143. Seragam baru Adik kebesaran.

144. Kopi itu kepahitan meskipun sudah ditambah beberapa sendok gula. (6) Mengandung sedikit sifat seperti yang disebut dalam kata dasar, atau

menyerupai.

Contoh: 145. Sifatnya yang masih kekanak-kanakan membuat dia cepat marah. 146. Pipinya kemerah-merahan ketika merasa malu.

2) Konfiks peN-an

a) Bentuk Konfiks peN-an

Menurut Chaer (2008: 153), bentuk konfiks peN-an yaitu pe-an, pem-an, peny-an, peng-an, dan penge-an.

(1) Konfiks pe-an

Bentuk atau alomorf pe-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem /r/. /i /w/, /y/, /m/, /n/, /ny/, dan /ng/.

Contoh: peN- + rawat + an  perawatan peN- + yakin + an  peyakinan peN- + mantap + an  pemantapan peN- + laris + an  pelarisan peN- + waris + an  pewarisan peN- + nanti + an  penantian (2) Konfiks pem-an

Bentuk atau alomorf pem-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem /b/, /p/, /f/, dan /v/. Fonem /p/ mengalami peluluhan.

(34)

40

(3) Konfiks pen-an

Bentuk atau alomorf pen-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami peluluhan.

Contoh: peN- + dengar + an  pendengaran peN- + tertib + an  penertiban (4) Konfiks peng-an

Bentuk atau alomorf peng-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/, /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/. Fonem /k/ mengalami peluluhan. Contoh: peN- + kirim + an  pengiriman

peN- + gali + an  penggalian peN- + hukum + an  penghukuman peN- + khianat +an  pengkhianatan peN- + ambil + an  pengambilan peN- + intai + an  pengintaian peN- + urus + an  pengurusan peN- + edar + an  pengedaran peN- + operasi + an  pengoperasian (5) Konfiks penge-an

Bentuk atau alomorf penge-an digunakan apabila bentuk dasarnya berupa suku kata. Contoh: peN- + bom + an pengeboman

peN- + cat + an pengecatan

b) Fungsi Konfiks peN-an

Fungsi konfiks peN-an yaitu membentuk kata benda (Putrayasa, 2010: 39).

c) Makna Konfiks peN-an

Menurut Ramlan (2012: 154), konfiks peN-an jika digabungkan dengan kelas kata kerja menyatakan makna berupa :

(1) Menyatakan makna hal melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan.

(35)

41

(2) Menyatakan cara melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan. Contoh: 147. Pengajuan pinjaman di bank saat ini sangat mudah.

148. Materi yang dibicarakan sangat menarik, tetapi dari sisi penampilan kurang baik.

(3) Menyatakan makna hasil perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan.

Contoh: 149. Menurut pendengaran saya, ia termasuk mahasiswa yang sangat rajin dan cerdas.

150. Dia memiliki pengetahuan yang luas karena dia sangat suka membaca buku.

(4) Menyatakan makna alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan.

Contoh: 151. Penglihatannya sudah kabur.

152. Pendengaran Kakek itu sudah tidak terang lagi.

(5) Menyatakan makna tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan.

Contoh: 153. Terdakwa dibawa ke pengadilan. 154. Pembuangan sampah itu sudah penuh.

3) Konfiks per-an

a) Bentuk Konfiks per-an

Menurut Chaer (2008:156), bentuk konfiks per-an yaitu per-an, pe-an, dan pel-an. (1) Konfiks per-an

Bentuk atau alomorf per-an digunakan apabila diturunkan dari dasar melalui verba berbentuk ber-.

(36)

42

(2) Konfiks pe-an

Bentuk atau alomorf pe-an digunakan apabila diturunkan dari dasar melalui verba berbentuk be-.

Contoh: pekerjaan (dari verba bekerja) peternakan (dari verba beternak) (3) Konfiks pel-an

Bentuk atau alomorf pel-an hanya digunakan satu-satunya pada dasar ajar melalui verba belajar sehingga menjadi pelajaran.

b) Fungsi Konfiks per-an

Fungsi konfiks per-an yaitu membentuk kata benda.

c) Makna Konfiks per-an

Menurut Keraf (1984: 116) terdapat tiga makna konfiks per-an yaitu: (1) Menyatakan tempat.

Contoh: 155. Gang sempit itu terkenal sebagai tempat perjudian.

156. Persembunyian pencuri sepeda motor akhirnya ditemukan. (2) Menyatakan hasil perbuatan.

Contoh: 157. Berdasarkan perhitungan suara menyatakan bahwa Toni Dermawan sebagai ketua kelas.

158. Permainan itu semakin ramai karena banyak warga yang mengikuti. (3) Menyatakan peristiwa itu sendiri atau hal perbuatan.

Contoh: 159. Orang itu ditangkap polisi karena sedang melakukan perjudian. 160. Perkenalan dengan tokoh agama itu berlangsung sangat singkat.

4) Konfiks ber-an

a) Bentuk Konfiks ber-an

(37)

43

b) Fungsi Konfiks ber-an

Fungsi konfiks ber-an adalah membentuk kata kerja.

c) Makna Konfiks ber-an

Makna yang didukung konfiks ber-an adalah sebagai berikut:

(1) Mengandung arti saling atau perbuatan dilakukan secara timbal-balik, terutama bila kata dasar diulang.

Contoh: 161. Berkenalan secara langsung dengan Ahmad Tohari adalah impian sejak SMA.

162. Pelajar bertangisan saat doa bersama menjelang ujian nasional.

(2) Menyatakan perbuatan terjadi berulang-ulang atau perbuatan tetap berlangsung, atau pelakunya banyak.

Contoh: 163. Orang-orang berdatangan untuk melayat pendakwah itu. 164. Warga berebutan tumpeng hasil bumi.

5) Konfiks se-nya

a) Bentuk Konfiks se-nya

Bentuk konfiks se-nya tidak mengalami perubahan bentuk dalam penggabungannya dengan bentuk dasar (Ramlan, 2012: 164).

b) Fungsi Konfiks se-nya

Menurut Ramlan (2012: 164), fungsi konfiks se-nya yaitu untuk membentuk kata keterangan dari kata sifat.

c) Makna Konfiks se-nya

Konfiks se-nya memilki makna tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai atau superlatif (Ramlan, 2012: 165).

(38)

44

Tabel 1. Jenis Afiks Bahasa Indonesia

Afiks

Prefiks Infiks Sufiks Konfiks

(39)

45

H. Morfofonemik

1. Pengertian Morfofonemik

Menurut Ramlan (2012: 83), morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem lain. Chaer (2012: 196), menjelaskan bahwa morfofonemik disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa morfofonemik adalah perubahan fonem yang terjadi akibat proses morfologi.

2. Jenis Proses Morfofonemik

Menurut Ramlan (2012: 84), dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfofonemik yaitu proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses hilangnya fonem. Menurut Chaer (2012: 196), proses morfofonemik terbagi menjadi pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem, dan pergeseran fonem. Berdasarkan pembagian proses morfofonemik tersebut, peneliti berfokus pada pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, dan perubahan fonem.

a. Proses Pemunculan Fonem

(40)

46

bentuk dasar hari yang menjadi /hariyan/ dimana terlihat muncul konsonan /y/ yang semula tidak ada (Chaer, 2012: 196).

Contoh: me- + baca → membaca

-an + hari → hariyan

b. Pelesapan Fonem

Pelesapan fonem merupakan hilangnya fonem dalam proses morfologi. Pelesapan fonem dapat dilihat dalam prefiks ber- pada kata renang di mana fonem /r/ dari prefiks itu dihilangkan (Chaer, 2012: 196).

Contoh: ber- + renang → berenang

c. Proses Peluluhan Fonem

Proses peluluhan fonem merupakan luluhnya atau disenyawakannya suatu fonem karena proses morfologi. Peluluhan fonem dapat dilihat dalam proses pengimbuhan dengan prefiks meN- pada kata sikat di mana fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/ dari prefiks tersebut. Demikian juga dalam pengimbuhan dengan prefiks peN- pada kata sikat di mana fonem /s/ dari kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/ dari prefiks tersebut (Chaer, 2012: 197).

Contoh: meN- + sikat → menyikat peN- + sikat → penyikat

d. Proses Perubahan Fonem

Proses perubahan fonem yaitu berubahnya sebuah fonem karena proses morfologi. Hal ini dapat dilihat pada proses pengimbuhan prefiks ber- pada kata ajar di mana /r/ dari prefiks itu berubah menjadi fonem /l/ (Chaer, 2012: 197).

Perhatikan!

(41)

47

I. Judul Berita

Menurut Komarrudin (2007: 110), judul berita adalah salah satu baris dari baris-baris kalimat yang terletak di atas suatu berita atau artikel pada surat kabar yang menunjukkan subjek dalam bentuk singkat dan lazimnya mencolok. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 420), judul berita adalah judul yang merupakan inti

berita dalam surat kabar, yang dicetak dengan huruf besar (tebal). Berdasarkan pengertian dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa judul berita adalah salah satu baris yang dicetak dengan huruf besar dan merupakan inti suatu berita.

J. Surat Kabar Radar Banyumas

Santana (2005: 87), mendefinisikan surat kabar adalah lembaran kerja yang berisi berbagai topik isu dan peristiwa tentang segala perisitiwa atau kejadian yang terjadi. Informasi dalam surat kabar merupakan yang dibutuhkan masyarakat. Selanjutnya pengertian lain mengenai surat kabar yaitu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 979) yang mengartikan bahwa surat kabar adalah

lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas yang berisi tentang peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat.

Salah satu surat kabar yang beredar di Banyumas adalah surat kabar Radar Banyumas. Surat kabar Radar Banyumas dijadikan sebagai sumber data dalam

(42)

48

menyajikan berbagai macam berita, pemakaian imbuhan tidak lepas dalam Radar Banyumas, salah satunya yaitu pada judul berita.

K. Pemanfaatan Bentuk, Fungsi dan Makna Afiks bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang berkaitan erat satu sama lain. Kurikulum pada dasarnya merupakan perencanaan yang menyeluruh yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan dan memberikan kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk belajar. Pembelajaran di sekolah senantiasa berpedoman pada kurikulum yang telah ditetapkan. Dengan adanya kurikulum maka akan tersedia kesempatan dan kemungkinan terselenggaranya proses belajar mengajar (Hamalik, 2001: 1).

(43)

49

maupun bahan tidak tertulis. Dengan adanya bahan ajar memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu (Majid, 2011: 173).

Kurikulum 2013 sudah berlangsung dibeberapa Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah. Salah satu jenjang pendidikan yang dimaksudkan yakni jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembelajaran bahasa Indonesia Kurikulum 2013, khususnya pada jenjang SMP diarahkan untuk menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks menjadi sangat penting untuk diterapkan di sekolah-sekolah karena pembelajaran tersebut berdasarkan empat prinsip yang mungkin sering terabaikan. Prinsip-prinsip itu meliputi (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia Kemendikbud (dalam Suryani, Wendi dan Suadi, 2014: 2).

(44)

50

afiks terkait dengan bentuk, fungsi, dan makna serta teksnya dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP.

L. Teks Eksposisi

Teks eksposisi merupakan teks yang memuat penilaian, dorongan, atau ajakan-ajakan tertentu kepada khalayak. Bentuk teks eksposisi, terutama di media massa dapat berupa esai, tajuk rencana, ataupun tanggapan kritis (Kemendikbud, 2017: 62). Teks eksposisi memiliki struktur teks, unsur kebahasaan, dan cara penyajian teks eksposisi.

1. Struktur Teks Eksposisi

Struktur teks eksposisi meliputi tesis, rangkaian argumen, dan penegasan ulang (Kemendikbud, 2017: 75).

a. Tesis, yaitu berupa pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan penulis secara umum tentang topik yang akan dibahas.

b. Rangkaian argumen, berupa sejumlah pendapat penulis sebagai penjelasan disertai sejumlah fakta yang memperkuat argumen-argumen penulis.

c. Penegasan ulang, sebagai perumusan kembali secara ringkas. Penegasan ulang disebut penutup atau simpulan.

2. Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi

Teks eksposisi memiliki kaidah-kaidah yang khusus (Kemendikbud, 2017: 81). a. Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenaan dengan topik

yang dibahas.

(45)

51

digunakan kata-kata yang menyatakan keterangan waktu ataupun kata-kata yang menyatakan pertentangan atau perbandingan. Seperti sebelum itu, kemudian, pada akhirnya, sebaliknya, berbeda halnya, namun.

c. Menggunakan kata-kata kerja mental, seperti diharapkan, memprihatinkan, memperkirakan, mengagumkan, menduga, berpendapat, berasumsi, dan menyimpulkan.

d. Menggunakan kata-kata perujukan, seperti berdasarkan data…, merujuk pada pendapat….

e. Menggunakan kata-kata persuasif, seperti hendaklah, sebaiknya, diharapkan, perlu, harus. Selain itu menggunakan kata-kata denotatif, yaitu kata yang bermakna sebenarnya.

3. Menyajikan Teks Eksposisi

Menurut Kemendikbud, (2017: 84), langkah-langkah penyajian teks eskposisi sebagai berikut:

a. Menentukan isu ataupun masalah yang akan dibahas.

b. Membaca berbagai sumber yang berkaitan dengan isu yang dipilih; melakukan sejumlah pengamatan lapangan.

c. Mendaftar topik-topik yang berkaitan dengan isu, berdasarkan hasil-hasil membaca dan langkah-langkah pengamatan.

d. Menyusun kerangka karangan dan struktur teks eksposisi

e. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi teks eksposisi. Contoh Teks Eksposisi

Manajemen Pengelolaan Sampah

(46)

52

dengan peralatan yang disediakan pihak swasta melalui perjanjian dengan pemerintah daerah.

Contoh lain yaitu kegiatan yang dilakukan warga Kaliabang, Kota Bekasi. Warga serta pengurus RW setempat melakukan pengolahan sampah lingkungan. Sampah dapur atau sampah rumah tangga diubah menjadi kompos dan pupuk cair. Sampah yang diolah adalah sampah basah langsung oleh warga. Langkah yang dilakukan dengan sosialisasi kepada warga agar memisahkan sampah basah dan kering. Hasil kompos yang diperoleh bisa mencukupi kebutuhan warga dan lingkungan sekitarnya. Di samping itu, hasil kompos dari sampah lingkungan bisa memberi kegiatan bagi warga dan pemasukan yang positif. Termasuk juga produksi pupuk cair bisa dirasakan untuk menyuburkan tanah warga.

Berdasarkan contoh-contoh tersebut, pengolahan sampah memang tidak lepas dari keterlibatan warga masyarakat. Masyarakat harus diajak memilah sampah organik dan anorganik. Peranan pemerintah diperlukan di dalam masalah sosialisasi dan pembudayaannya. Bagaimanapun masih banyak warga yang belum tahu cara mengumpulkan dan mengolah sampah yang mereka hasilkan.

Dalam mengolah sampah diperlukan suatu teknologi. Biaya penyediaan teknologi pengolahan sampah tersebut tidak sebanding dengan keharusan pemerintah untuk menyiapkan dana ratusan miliar tiap tahunnya untuk perbaikan jalan gara-gara sampah. Apabila pemerintah berhasil menggandeng pihak swasta di dalam penyediaan teknologi sampah, biaya dapat lebih ditekan. Peran swasta juga dapat dilibatkan di dalam penyaluran dan pembelian produk-produknya. Usaha tersebut tentunya akan lebih ringan lagi.

(Kemendikbud, 2017: 71)

M. Kerangka Berpikir

(47)

53

Bagan 1. Kerangka Berpikir

Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Afiks pada Judul Berita Surat Kabar Radar Banyumas Edisi Februari 2017 dan

Implikasinya bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Analisis Bentuk, Fungsi dan Makna Afiks pada Judul Berita Surat Kabar Radar Banyumas Edisi Februari 2017 dan Implikasinya bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Derivasi Zero

2. Afiksasi

3. Reduplikasi

4. Abreviasi (Pemendekan)

5. Komposisi (Perpaduan)

6. Derivasi Balik

Harimurti Kridalaksana Abdul Chaer Prof. Drs. M. Ramlan

1. Pembubuhan Afiks

2. Pengulangan

3. Pemajemukan

1. Afiksasi

2. Pengulangan (Reduplikasi)

3. Komposisi

4. Pemendekan

5. Pengubahan Status

A.

Fonologi Morfologi Sintaksis Semantik

Bahasa

Proses Morfologi

(48)

54

Afiksasi (Pembubuhan Afiks): (a) Prefiks, (b) Infiks, (c) Sufiks dan (d) Konfiks 1. Prefiks

2. Infiks

3. Sufiks

4. Simulfiks

5. Konfiks

6. Superfiks

7. Kombinasi Afiks

1. Prefiksasi

2. Infiksasi

3. Sufiksasi

4. konfiksasi

1. Prefiks

2. Infiks

3. Sufiks

4. Konfiks

Gambar

Tabel 1. Jenis Afiks Bahasa Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

Teknik sungging memenuhi berbagai aspek pengembangan motorik halus, yaitu: (1) membuat tingkatan gradasi warna memerlukan fokus, ketelitian, dan kecermatan dalam mencampur

berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah catalog kartu Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari

a) Ekuitas merek bisa menguatkan program pengikat para konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama. b) Kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan

Setelah dilakukan penelitian, diperoleh keluaran daya maksimum untuk laser CO 2 sealed-off pada arus listrik 10,75 mA dengan jumlah garis radiasi laser yang dihasilkan sebanyak

Pada penelitian ini dilaporkan bahwa telah dilakukan perhitungan sensitivitas PIXE pada energi proton 150 keV secara simulasi untuk unsur-unsur dari Z=14 sampai dengan Z=50

Y naik kembali maka hasil bagi konsentrasi-konsentrasi substansi yang ter- libat dalam reaksi pada sisi kiri persamaan (3) akan menyimpang dari nilai Q.. pada proses yang

Setelah ditransformasikan ke dalam skala seratus diperoleh skor yang berada dalam interval 46%-55% kategori hampir sedang, (3) tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan