• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Percaya Diri a. Pengertian Percaya Diri - Upaya Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Patikraja Melalui Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) deng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Percaya Diri a. Pengertian Percaya Diri - Upaya Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Patikraja Melalui Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) deng"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Percaya Diri

a. Pengertian Percaya Diri

(2)

lingkungan. Sedangkan menurut Aunurrahman (2011: 184) rasa percaya diri yaitu salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkannya.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan perasaan bahagia, sehingga jika perasaan bahagia itu muncul dalam diri seseorang maka akan menimbulkan perasaan aman dan tenang. Dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan rasa percaya diri siswa, agar siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat, bertanya dan yakin pada kemampuan mereka sendiri sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar dan siswa akan dengan mudah meraih prestasi.

b. Ciri-Ciri Percaya Diri

Menurut Fatimah (2010: 149) ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional diantaranya adalah:

1) Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat orang lain.

2) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok.

(3)

3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain-berani menjadi diri sendiri.

4) Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil). 5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau

kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung/ mengharapkan bantuan orang lain).

6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan situasi di luar dirinya.

7) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

Berdasarkan ciri-ciri Percaya Diri menurut Fatimah diatas, penjelasan ciri-ciri Percaya Diri tersebut yang dialami oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran dikelas adalah sebagai berikut:

1) Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat orang lain.

(4)

menghargai diri dan usahanya sendiri. Dengan begitu, siswa akan selalu yakin dengan apa yang dia kerjakan dan akan selalu berusaha untuk melakukan segala sesuatu yang harus dia lakukan. Salah satu contoh sikap menghargai diri dan usahanya sendiri yaitu ketika siswa sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan sesuatu, tetapi apa yang sudah dikerjakan belum berhasil maka siswa tersebut tidak berkecil hati.

2) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok.

(5)

kegiatan pembelajaran. Contohnya, ketika ada siswa yang belum faham tentang materi yang sudah dijelaskan oleh guru, maka siswa yang sudah faham membantu menerangkan kembali materi tersebut kepada siswa yang belum faham agar siswa yang belum faham dapat mengerti materi yang sudah dijelaskan oleh guru.

3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain-berani menjadi diri sendiri.

Berani menjadi diri sendiri merupakan salah satu alasan bagi siswa untuk meraih prestasi disekolah. Namun tidaklah mudah untuk mencapai prestasi di sekolah. Dalam mencapai prestasi di sekolah, usaha yang dilakukan oleh para siswa diantaranya yaitu belajar dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan guru ketika sedang menerangkan materi.

(6)

5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung/ mengharapkan bantuan orang lain).

(7)

yang ada pada dirinya dan yakin bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.

6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan situasi di luar dirinya.

Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri akan meyakinkan pada diri siswa bahwa kita pasti mampu menerima tantangan atau tugas baru. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa tidak akan lepas dari sebuah tantangan. Tantangan yang diberikan oleh guru kepada siswa bertujuan supaya siswa lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Ketika guru sudah selesai menerangkan materi, maka guru akan memberikan tantangan kepada siswa berupa soal yang baru tentang materi yang sedang dipelajari. Siswa diperintahkan untuk mengerjakan soal tersebut. Dengan diberikannya soal yang baru kepada siswa, maka soal tersebut menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi siswa untuk dapat menyelesaikan soal tersebut. Selain itu, tantangan lain yang diberikan oleh guru kepada siswa yaitu keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada siswa ketika proses pembelajaran.

7) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

(8)

jawab. Tanggung jawab merupakan prinsip pribadi yang harus dimiliki oleh siswa. Sebagai peserta didik disekolah, siswa memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tanggung jawab siswa dengan tugas-tugasnya sebagai peserta didik disekolah, diantaranya yaitu mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh guru dan mengerjakan semua PR yang diberikan oleh guru. c. Ciri-Ciri Tidak Percaya Diri

Menurut Fatimah (2010: 150) ciri-ciri individu yang kurang percaya diri diantaranya adalah:

1) Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok.

2) Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan.

3) Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri, namun dilain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri.

4) Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif.

5) Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil.

6) Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri).

(9)

8) Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat bergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).

Berdasarkan ciri-ciri percaya diri menurut Fatimah (2010: 149), maka indikator percaya diri dalam penelitian ini:

1. Lebih independen.

2. Tidak terlalu tergantung dengan orang lain. 3. Mampu memikul tanggung jawab yang diberikan. 4. Bisa menghargai diri dan usahanya sendiri. 5. Tidak mudah mengalami rasa frustasi. 6. Mampu menerima tantangan atau tugas baru.

7. Memiliki emosi yang lebih hidup tetapi tetap stabil. 8. Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain.

2. Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang di dapat dengan berpikir (bernalar). Menurut

Mugiyono (2009) “ Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang

logika berpikir dan bernalar.”

(10)

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.

Menurut Mulyana (2008: 3) “Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal.” Sedangkan menurut

Effendy (2006: 10) “Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.”

b. Unsur-Unsur dalam Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan. Oleh karena itu, ada beberapa unsur pokok dalam komunikasi menurut Engkoswara (2011: 199) yaitu sebagai berikut:

1) Komunikator, adalah orang yang menyampaikan pesan kepada orang lain.

2) Komunikan, adalah orang yang menerima pesan dari orang lain. 3) Pesan, adalah sesuatu yang disampaikan dapat berupa informasi,

perasaan, instruksi dan lain-lain.

4) Media, adalah bentuk atau cara pesan itu disampaikan, media dapat berupa lisan, tertulis, film dan bentuk lainnya.

5) Efek, perubahan yang terjadi pada komunikan sesuai dengan harapan komunikator.

(11)

Bentuk komunikasi di bagi ke dalam dua bentuk , yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Berikut ini pengertian komunikasi verbal dan komunikasi non verbal menurut Engkoswara (2010: 201) yaitu:

1) Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol yang digunakan oleh orang dalam komunikasi itu dapat berupa suara, tulisan, atau dalam bentuk gambar-gambar. 2) Komunikasi non-verbal yaitu komunikasi yang menggunakan

sejumlah kumpulan dari isyarat, gerak tubuh, intonasi suara, sikap dan sebagainya yang memungkinkan seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain. Sehingga komunikasi non-verbal adalah tidak menggunakan simbol-simbol.

(12)

meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah ada beberapa cara pengungkapan masalah yang dapat dilakukan diantaranya yaitu: masalah dengan jawaban terbuka, masalah dinyatakan dengan menggunakan oral, masalah nonverbal, menggunakan diagram, grafik dan gambar, dan menggunakan perumusan masalah siswa.

Indikator kemampuan komunikasi matematis menurut NCTM (2000) yaitu: (a) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; (b) Kemampuan memahami, menginterprestasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya; (c) Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

(13)

Dalam penelitian ini, kemampuan komunikasi matematika yang dimaksud adalah kemampuan komunikasi matematika (tertulis). Adapun indikator kemampuan komunikasi matematika (tertulis) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, atau ide-ide matematika. Siswa dapat merefleksikan atau menuangkan benda-benda nyata, gambar, atau ide-ide matematika sesuai dengan maksud soal dan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Contoh 1:

Diketahui himpunan A = {2, 3, 5, 7} dan himpunan B = {4, 6, 9, 10, 13}. Relasi yang menghubungkan himpunan A ke himpunan B adalah “faktor dari”. Nyatakan relasi dari A ke B dengan diagram panah.

Jawab:

2) Membuat model situasi atau persoalan menggunakan model tertulis, konkrit, grafik, atau aljabar.

2

3

5

7

4

6

9

10

13 Faktor dari

(14)

Menekankan pada kemampuan siswa dalam menjelaskan ke dalam bentuk tulisan, membuat sketsa, atau gambar tentang ide-ide matematika yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah.

Contoh 2:

Diketahui f(x) = 5x n untuk x bilangan real. Jika f(1) = 8, tentukan rumus fungsi f(x).

Jawab:

f(x) = 5x-n

f(1) = 8 → 8 = 5 x 1 – n = 5 – n n = -3

Jadi, rumus fungsi f adalah f(x) = 5x + 3.

3) Menggunakan keahlian membaca, menulis, dan menelaah untuk menginterpretasi dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta informasi matematika.

Siswa menggunakan keahlian membaca, menulis, dan menelaah pada soal cerita untuk menuangkan ide-ide, simbol, istilah, serta informasi matematika dalam menyelesaikan masalah.

Contoh 3:

(15)

tertulis dalam sandi 3012. Jika sandi itu didasarkan pada korespondensi satu-satu antara himpunan angka {0, 1, 2, 3, 4} dan kata GUSAR, siapa nama senior yang harus ditemui?

Jawab:

Penyelesaian:

Jadi, senior yang harus ditemui menurut sandi itu adalah AGUS.

4) Merespon suatu pernyataan/persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan.

Siswa dapat merespon suatu pernyataan/persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan serta memberikan alasan yang logis berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Dari relasi yang ditunjukkan pada diagram panah disamping, apakah relasi tersebut merupakan fungsi dari himpunan A ke 1

2 a

(16)

Jawab:

Dari diagram panah diatas, merupakan fungsi dari himpunan A ke himpunan B karena setiap anggota himpunan A dipasangkan dengan tepat setiap anggota B.

4. Model Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian model Problem Based Learning(PBL)

Problem Based Learning (PBL) pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada.

Menurut Nata (2009: 243) Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Sedangkan pengertian model Problem Based Learning (PBL) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.

b. Langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Suprijono (2013: 74-76) langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL) sebagai berikut:

Tabel 2.1

Langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL)

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik

(17)

masalah Fase 2: Mengorganisasikan

peserta didik untuk meneliti

Guru membantu peserta didik

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahannya

Fase 3: Membantu investigasi mandiri dan kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi

Fase 4: Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model serta membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain Fase 5: Menganalisis dan

mengevaluasi proses mengatasi masalah

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan

Praktek implementasi pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dengan Simulasi Masalah yang digunakan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Guru menyajikan permasalahan awal yang disimulasikan oleh siswa dan dikaji bersama-sama.

Pada fase pertama pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dengan Simulasi Masalah yaitu guru memberikan orientasi

(18)

2. Guru membentuk kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 anggota.

Pada fase kedua, guru diharuskan untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi diantara peserta didik dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Setelah pada fase pertama siswa mendapatkan permasalahan yang disajikan dalam bentuk LKS. Pada tahap ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 atau 5 anggota. Setelah semua siswa mengetahui anggota masing-masing kelompok, lalu siswa segera mengelompok dengan kelompok masing-masing.

3. Guru menugaskan kepada siswa untuk membagi tugas dalam menyelesaikan permasalahan yang disajikan dalam bentuk LKS.

Pada fase ketiga, setelah siswa bergabung dengan kelompok masing-masing maka langkah selanjutnya yaitu setiap kelompok membagi tugas tiap-tiap anggota kelompok dalam menyelesaikan permasalahan. Pembagian tugas tiap anggota kelompok bertujuan agar semua anggota kelompok ikut serta dalam menyelesaikan permasalahan.

4. Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan permasalahan.

(19)

membimbing dalam kegiatan diskusi, guru juga mengawasi jalannya diskusi agar kegiatan diskusi tetap kondusif.

5. Guru mengarahkan siswa dalam kegiatan presentasi.

Pada fase keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan menggunakan strategi presentasi. Pada tahap ini, guru mengarahkan kepada siswa untuk mempersiapkan kegiatan presentasi hasil karya dengan membagi tugas tiap anggota kelompok untuk kegiatan presentasi. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap kegiatan presentasi.

6. Guru menjelaskan kembali jawaban yang sudah dipresentasikan oleh siswa.

Pada fase kelima yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Setelah kegiatan presentasi sudah dilaksanakan oleh siswa maka kegiatan selanjutnya yaitu guru menjelaskan kembali jawaban yang sudah dipresentasikan oleh siswa. Guru menjelaskan kembali tiap langkah/proses dalam menyelesaikan masalah agar siswa lebih faham.

7. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan mengenai materi yang sudah dipelajari.

(20)

Ketika guru sedang membimbing siswa untuk menarik kesimpulan, siswa ikut serta aktif dalam menarik kesimpulan.

5. Simulasi Masalah

Menurut Djiwandono (2008: 361) untuk menambah minat pada pelajaran ialah dengan menggunakan permainan dan simulasi. Simulasi yaitu kegiatan latihan di mana siswa melaksanakan tindakan sesuai dengan perannya. Keuntungan menggunakan simulasi adalah membiarkan siswa untuk belajar mata pelajaran dari dalam diri siswa.

Menurut Poerwadarminta (2007: 749) masalah adalah suatu hal yang harus dipecahkan. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa simulasi masalah adalah pelaksanaan dari suatu masalah pada proses pembelajaran yang diperankan oleh siswa secara tepat sesuai dengan perannya untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Pada penelitian ini, simulasi masalah yang diperankan oleh siswa yaitu masalah awal yang diberikan oleh guru pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk memberikan gambaran konkrit tentang permasalahan tersebut.

6. Materi Fungsi

Pada penelitian ini, materi yang digunakan adalah Fungsi, adapun Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai adalah sebagai berikut:

Kompetensi Inti (KI):

(21)

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong-royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Kompetensi Dasar (KD):

1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.

2.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar.

(22)

3.5 Menyajikan fungsi dalam berbagai bentuk relasi, pasangan berurut, rumus fungsi, tabel, grafik, dan diagram.

4.3 Menggunakan pola dan generalisasi untuk menyelesaikan masalah nyata.

Sementara itu, sub materi yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Pengertian relasi dan menyatakan relasi. b. Pengertian fungsi dan menyatakan fungsi. c. Korespondensi satu-satu.

d. Notasi fungsi. e. Nilai fungsi f. Grafik fungsi.

E.Kerangka Berpikir

(23)

ini siswa membutuhkan kosentrasi yang penuh agar mempermudah siswa untuk merefleksikan benda-benda nyata, gambar, atau ide-ide matematika.

Pada langkah 2, guru mengorientasikan siswa untuk belajar yaitu dengan mengembangkan ketrampilan berkolaborasi diantara peserta didik dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Oleh sebab itu, pada tahap ini guru memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 anggota. Pada langkah ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, jadi siswa harus berani bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam memahami permasalahan. Pada kegiatan ini ketrampilan berkolaborasi diantara peserta didik sangat penting, salah satunya yaitu keberanian siswa untuk menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok karena dengan kegiatan diskusi tersebut akan mempermudah siswa dalam membuat model situasi atau persoalan menggunakan model tertulis, konkrit, grafik, dan aljabar.

(24)

Pada langkah 4 yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan menggunakan strategi presentasi. Dalam kegiatan presentasi, setiap anggota kelompok mendapatkan tugas masing-masing dengan tujuan agar siswa mampu memikul tanggung jawab yang diberikan. Pada kegiatan presentasi, diberikan kesempatan untuk tanya jawab dengan tujuan untuk meningkatkan keahlian siswa dalam merespon suatu pertanyaan atau persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan.

Pada langkah 5 yaitu guru menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru mengecek jawaban kelompok yang sudah dipresentasikan dengan cara membahas bersama-sama. Dengan langkah tersebut, siswa bisa menghargai usahanya sendiri melalui jawaban mereka dari hasil diskusi kelompok yang sudah di presentasikan.

Dengan diterapkannya pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dengan Simulasi Masalah, diharapkan percaya diri dan kemampuan komunikasi matematika (tertulis) siswa kelas VIIIE SMP Negeri 1 Patikraja dapat meningkat.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir diatas maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

Gambar

Langkah-langkah model Tabel 2.1 Problem Based Learning (PBL)

Referensi

Dokumen terkait

asarkan nim dari mahasiswa bersangkutan seperti Tabel pada gambar di atas dibentuk berdasarkan data akademik yang. diperoleh dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tes tahap pertama untuk setiap kemampuan seluruh siswa kualifikasi kemampuan mendeskripsikan peristiwa dengan gambar sangat kurang,

Hasil penelitian di Pasar Larangan parkir dibagi dua jenis yaitu Parkir Sepeda Motor dan parkir Mobil, untuk pola parkir Sepeda Motor menggunakan parkir satu sisi dengan sudut

SD Negeri 2 Tempuranduwur yang beralamat di Desa Tempuranduwur, Kec. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Dengan berjalannya waktu, SD Negeri 2 Tempuranduwur semakin

Bidang: Keagamaan (Termasuk TPA) (Total JKEM bidangini minimal 1.200

PENGARUH MEDAN MAGNET LUAR PADA LAPISAN Dari Gambar 5 dan 6 terlihat dengan jelas menunjukkan bahwa nilai jenuh GMR adalah sama pada saat medan magnet B = ± 5 gauss, keadaan

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan peningkatan sistem pengendalian keselamatan reaktor dapat di implementasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan peningkatan keselamatan

Sebagai model dalam verifikasi dengan program THAL, digunakan data teras PLTN jenis PWR dengan daya listrik terbangkit sekitar 1000 MWe (PWR kelas 1000), yaitu PWR generasi II