• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini - PUTRI MAYNI RAHMAWATI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini - PUTRI MAYNI RAHMAWATI BAB II"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

1. Pengertian Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam Dhieni, (2009: 11) bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu – individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Menurut Santrock (2007 : 353) bahasa merupakan bentuk komunikasi lisan, tertulis, atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem atau simbol – simbol. Bahasa terdiri dari kata – kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan – aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya.

Menurut Yusuf (2007:118) Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Disini mencakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan ataupun dengan mimik muka.

(2)

Bahasa digunakan sebagai alat sosialisasi dan bahasa merupakan cara merespon orang lain.

Dalam studi sosiolinguistik bahasa diartikan sebagai sebuah lambang berupa bunyi.Bahasa adalah system, artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.Sistem bahasa berupa lambang – lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.

(3)

2. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Santrock (2007: 353) perkembangan bahasa anak dibagi atas fase prelinguistik dan fase linguistik. Fase prelinguistik adalah perkembangan bahasa anak usia 0 – 1 tahun, yaitu mulai tangisan pertama sampai fase anak mengoceh. Pada fase ini anak mengungkapkan keinginannya dengan tangisan ataupun erangan. Bisa juga dengan jeritan untuk mengungkapkan kesenangan atau kepuasannya.

Sedangkan fase linguistik yaitu anak mulai mengucap kata – kata pertama sampai anak dapat berbicara lancar, fase ini dimulai sejak 1 tahun sampai 5 tahun. Pada periode ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase satu kata, disini anak menggunakan satu kata untuk mengungkapkan suatu pikiran yang kompleks, baik berupa keinginan, perasaan atau kemauannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya “duduk” itu artinya bisa “saya mau duduk” atau “ kursi tempat duduk”. Yang kedua fase lebih dari satu kata,

yaitu anak mengungkapkan keinginannya dengan kalimat dua kata, komunikasi dengan orang dewasa mulai lancar, mulai tanya jawab sederhana, anak bercerita dengan sederhana, anak bercerita dengan kalimat sederhana. Dan yang terakhir adalah fase diferensiasi dimana kosakata semakin bertambah, mampu mengucap sesuai jenisnya, bisa menggunakan kata ganti “saya”.

(4)

sebelum ia bisa menyebut namanya sendiri.Saat belajar memahami dan mengekspresikan bahasa, yang harus dikembangkan tidak hanya

Mendengar (Audition), tapi juga Bahasa (Language), Bicara (Speech),

Kognisi (Cognition) dan kemampuan Komunikasinya (Communication) agar dapat menggunakannya secara tepat dalam komunikasi sehari-hari.Saat yang paling menentukan dalam kehidupan seorang anak dimulai sejak lahir sampai dengan usia sekolah (Golden Age). Dari seorang bayi yang sangat tergantung, akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dalam berfikir dan berkomunikasi saat memasuki usia sekolah.

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelek/ kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, “meniru” dan “mengulang” hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara “mmm mmm”, ibunya tersenyum dan mengulang

(5)

Perkembangan bahasa pada anak merupakan suatu bentuk komunikasi baik lisan, tertulis, maupun isyarat yang didasarkan pada sebuah system symbol.Bahasa terdiri atas kata – kata yang digunakan oleh masyarakat (perbendaharaan kata) dan aturan – aturan untuk memvariasikan dan mengombinasikan kata – kata tersebut (tata bahasa dan sintaksis).Semua bahasa manusia mempunyai sejumlah karakteristik yang umum (dalamTadkirotun Musfiroh, 2005 :60).Perkembangan bahasa anak dapat dipelajari dalam kejadian pada masa bayi, masa kanak – kanak awal, pertengahan dan akhir masa anak – anak, serta masa remaja.Masa bayi, pengenalan bahasa mengalami kemajuan melalui sebuah kejadian dalam masa bayi. Celotehan dimulai pada usia 3 – 6 bulan. Bayi biasanya mengutarakan kata pertama mereka pada usia 10 – 13 bulan. Pada usia 18 – 24 bulan, bayi biasanya telah mulai merangkai dua kata bersama – sama.

Masa kanak – kanak awal, seiring anak – anak meninggalkan tahapan dua kata, mereka bergerak lebih cepat ke dalam kombinasi tiga, empat dan lima kata. Transisi dari kalimat sederhana untuk mengekspresikan proposi tunggal menjadi kalimat kompleks, dimulai antara umur 2 – 3 tahundan berlanjut ke tahun – tahun sekolah dasar. Ketika memasuki taman kanak – kanak, pada usia 4 tahun telah dapat memberikan sejumlah informasi dan menggunakan berbagai bentuk pertanyaan dengan menggunakan kata “apa”, “mengapa”, “kapan”, “dimana”, dan “siapa”. Anak usia 4 tahun memiliki selera humor yang

(6)

sederhana, dan gurauan lisan. Mereka juga dapat menikmati cerita yang dibicarakan kepada mereka, khususnya ketika melihat ke ilustrasi gambar yang menyertai ceritai tersebut.

Perkembangan bahasa anak usia 4 tahun, menurut NAEYC (National Assiciation for Education of Young Children)(dalam, Tadkirotun, 2005 :83) adalah; memperluas kosakata dari 4000 kata menjadi 6000 kata, memperlihatkan perhatian pada kata – kata abstrak, berbicara dalam 4 – 6 kata dalam satu kalimat, suka menyanyikan lagu – lagu yang sederhana tahu beberapa persajakan dan permainan jari – jari, berbicara didepan kelompok dengan malu – malu suka bercerita dengan keluarga dan teman mereka, menggunakan perintah lisan untuk menuntut sesuatu, mulai menggoda teman sebayanya, mulai menggunakan beberapa kata abstrak, sering membuat pertanyaan menggunakan kata “mengapa”,

mengekspresikan emosi melalui gerak air muka dan membaca isyarat tubuh orang lain serta meniru tingkah laku anak yang lebih dewasa atau orang tua, dapat mengontrol volume suara untuk beberapa saat jika diingatkan, mulai “membaca” konteks isyarat sosial, dapat menggunaka

struktur kalimat kompleks seperti menggunakan klausa relatif misal “orang yang duduk disana itu pintar main layang – layang” tanyaan “dia pintar banget, iya kan?” dan mencoba – coba konstruksi baru menyusun

(7)

baru dengan cepat jika berkaitan dengan pengalamannya sendiri, dapat menceritakan kembali 4 hingga 5 babak dalam urutan sebuah cerita (dalam Tadkiroatun Musfiroh 2005 : 82).

Dhieni (2009 : 3.1) mengatakan bahwa anak usia dini, khususnya usia 4 – 5 tahun dapat mengembangkan kosakata secara mengagumkan. Anak usia 4 – 5 tahun rata – rata dapat menggunakan 900 – 1000 koskata yang berbeda. Mereka menggunakan 4 – 5 kata dalam kalimat yang dapat berbentuk kalimat pertanyaan, negatif, tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah mulai dapat menggunakan kalimat yang beralasan seperti “saya menangis karena sakit”. Pada usia 5 tahun pembicaraan mereka

mulai berkembang dimana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit.

Anak usia 4 tahun mulai menunjukkan minat aktifitas literasi seperti mengeja huruf bunyi, menjiplak huruf, dan aktifitas lain yang berkaitan dengan buku.

(8)

dewasa dan penutur yang lebih tua, memainkan peranan yang penting dalam mendukung perkembangan kemampuan berkomunikasi anak.

Perkembangan bahasa anak usia dini secara umum adalah menangis/ menjerit, merambat/ mendengkut, tersenyum, tertawa, bercakap – cakap, memanggil dengan satu kata, obrolan tak terarah, mengulangi

perkataan saat dibujuk/ dirayu, kalimat dengan satu kata, kalimata dengan dua kata, pengucapan kata – kata umum, perputaran percakapan, kata – kata kreatif, keingintahuan kata – kata verbal dan kata – kata dari huruf cetak (Suryadi, 2010:98).

Menurut Yusuf (2007:120) ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yakni: “Egosentric speech”, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri dan “Sosialized speech”, yaitu bentuk komunikasi ketika ada

kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Egosentric speech berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak pada saat berusia 2 – 3 tahun. Sedangkan Socialized speech bisa mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial anak.

(9)

3. Tujuan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Masa perkembangan bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada masa usia dini, tepatnya pada tiga tahun dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan. Masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age) disepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montesori (Sujiono, 2009 : 54) menyatakan bahwa masa tersebut merupakan periode sensitif (sensitive period), dimana secara khusus mudah menerima stimulus – stimulus dari lingkungannya.

(10)

4. Manfaat dan Fungsi Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

Dalam pembahasan fungsi berbahasa bagi anak taman kanak – kanak, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Terutama ditunjukan pada fungsi secara langsung pada anak itu sendiri. Ada beberapa sumber yang telah mencoba memberikan penjabaran fungsi bahasa bagi anak.

Dalam Moeslichatoen (2004 :94) ada beberapa fungsi bahasa sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan anak untuka menyatakan keinginanya. Hal ini biasanya dinyatakan dengan “saya ingin”. Bahasa

juga dapat berfungsi mengatur anak untuk dapat mengendalikan tingkah laku orang lain. Bahasa berfungsi sebagai hubungan antar pribadi dalam lingkungan sosial. Selanjutnya bahasa juga berfungsi bagi diri anak srndiri. Anak menyatakan pandangannya, perasaannya, dan sikapnya yang unik serta melalui bahasa anak dalam membangun jati diri anak.

(11)

Menurut Gardner (dalam Susanto 2011: 8) bahwa fungsi bahasa bagi anak taman kanak – kanak adalah sebagai alat mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak serta mengembangkan ekspresi, perasaan, imajinasi, dan pikiran.

Bromley (dalam Dhieni 2007 : 1.21) menyebutkan 5 macam fungsi bahasa sebagai berikut : 1) Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu, 2) Bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku, 3) Bahasa membantu perkembangan Kognitif, 4) Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain, 4) Bahasa mengekspresikan keunikan individu.

Bahasa mungkin bukan prasyarat dalam kemampuan berpikir yang luas. Namun bahasa membantu kemampuan berpikir anak karena keduanya berkembang bersama.

5. Langkah dan Tahapan Bahasa dan Bicara Anak Usia Dini

(12)

Menangis dapat mengindikasikan keadaan yang tidak nyaman pada bayi. Tetapi banyak pula tipe menangis yang berbeda – beda yang menandai hal – hal yang berbeda – beda pula. Cooing (mendengkur) pertama kali bayi mendengkur kira – kira pada usia 1 – 2 bulan. Mereka umumnya mendengkur selama berinteraksi dengan pengasuh. Celoteh juga terjadi pertama kali dipertengahan tahun pertama dan termasuk ketika menggabung – nggabungkan kombinasi konsonan –vokal, seperti “ba, ba, ba, ba”.

Perkembangan bahasa belum sempurna sampai akhir masa bayi, dan akan terus berkembang sepanjang kehidupan seseorang. Perkembangan bahasa berlangsung sepanjang mental manusia aktif dan sepanjang tersedianya lingkungan untuk belajar. Anak usia 3 – 4 tahun mulai belajar menyususn kalimat tanya dan kalimat negatif, pada usia ini juga anak mulai menggunakan dan memahami kalimat – kalimat yang lebih rumit.

(13)

William Stern dan Clara Stern (dalam Yusuf, 2007 : 158) melanjutkan bahwa tahap perkembangan bahasa usia 16 – 24 bulan (masa kedua) pada masa ini anak sudah mulai timbul kesadaran bahwa orang atau benda mempunyai nama. Anak sering berbicara sendiri (monolog0, baik dengan diri sendiri, maupun dengan benda – benda mainannya. Usia 24 – 30 bulan (masa ketiga) pada masa ini anak bisa menyusun kalimat tunggal, mampu memahami perbandingan, menanyakan nama dan tempat, serta menggunakan kata – kata yang berawalan dan yang berakhiran. Dan usia 30 – 74 bulan (masa keempat) pada masa ini anak dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya, anak bnyak menanyakan soal waktu sebab – akibat melalui pertanyaan – pertanyaan.

Gleason (dalam Santrock, 2007 :353) bahasa ditata dan diorganisasikan dengan sangat baik. Organisasi tersebut melibatkan sistem aturan sebagai berikut : fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik.

Fonologi setiap bahasa dibentuk dari suara – suara dasar. Fonologi adalah sistem suara dari sistem bahasa, termasuk suara – suara yang digunakan dan bagaimana suara – suara tersebut dikombinasikan. Dalam bahasa inggris memiliki bunyi “sp”, “ba”, dan “ar”. Tetapi rangkaian bunyi “zx” dan “qp” tidak ada. Fonem adalah unit terkecil dari suara yang

mempengaruhi makna.

(14)

makna yang berupa kata (bagian kata) yang tidak dapat dipecah lagi menjadi bagian bermakna yang lebih kecil. Beberapa kata terdiri dari sebuah morfem tunggal.

Sintaksis meliputi bagaimana kata – kata dikombinasikan sehingga membentuk frasa – frasa dan kalimat – kalimat yang dapat di mengerti. Seiring dengan perkembangan dalam berbahasa, anak mulai melibatkan komponen fonologi maupun morfologi lebih banyak dalam mengucapkan kalimat tiga atau empat kata.

Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan berbagai arti kata. Perkembangan semantik bermula saat anak berusia 9 – 12 bulan, yaitu ketika anak menggunakan kata benda, kata kerja, dan sering dengan perkembangannya anak menggunakan kata sifat maupun kata keterangan.

Pragmatik merupakan sistem terakhir dari aturan bahasa, pragmatik yaitu penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks – konteks yang berbeda. Sejak anak sudah melibatkan komponen pragmatik agar keinginanya tercapai. Ada beragam aturan dalam menggunakan bahasa yang tepat disituasi yang berbeda. Seseorang dapat dikatakan memiliki kompetensi berkomunikasi ketika ia telah memahami penggunaan bahasa tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku.

(15)

mengembangkan kosakata secara mengagumkan. Pada usia tersebut anak dapat menggunakan 900 – 1000 kosa kata yang berbeda, dalam kalimat yang dapat terbentuk kalimat pernyataan, negatif, tanya dan perintah. Lalu terjadi peningkatan baik dalam hal kuantitas maupun kualitas bicaranya. Secara bertahap kemampuan anak meningkat, bermula dari mengekspresikan suara, hingga mengekspresikan dean komunikasi. Anak mengetahui tentang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik bahasa.

B. Metode Permainan Rantai Nama

1. Pengertian Bermain

Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan bermain dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar (dalam Tadkiroatun Musfiroh 2005;2). Bermain merupakan kebutuhan manusia sepanjang rentang kehidupan, dalam culture (budaya) manapun.

(16)

Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri sendiri, orang lain dan lingkunganya. Dalam kegiatan bermain anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu. Bermain bagi anak juga berkaitan dengan peristiwa, situasi, interaksi, dan aksi. Bermain memacu aktivitas seperti berlaku pura – pura dengan benda, sosiodrama dan permainan yang beraturan. Bermain berkaitan dengan tiga hal, yakni keikutsertaan dalam kegiatan, aspek afektif, dan orientasi tujuan.

Bermain memiliki arti penting bagi anak, pertama, bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan anak – anak tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondisi yang terisolasi, melainkan melalui interaksi dengan orang lain. Pengetahuan tentang sekolah, misalnya, dibangun anak lewat informasi yang didengarnya dari orang lain (termasuk teman sebaya), mengamati bangunan sekolah, aturan, atau apapun tentang sekolah dari berbagai sumber. Begitu anak menyimpan memori tentang sekolah, maka hari itu akan di olahnya sehingga membentuk konsep untuk konsep yang semakin lama semakin sempurna.

(17)

misalnya, harus berpikir dimana ruang dokter, apa yang akan dipergunakan sebagai stetoskop (stethoscope). Anak juga akan memikirkan tugas dokter dan mempertimbangkan materi – materi tertentu, seperti warna, ukuran, dan bentuk agar sesuai dengan karakteristik dokter yang diperankan. Selama bermain itu, menurut anak menemukan pengalaman baru, memanipulasi benda dan alat – alat, berinteraksi dengan anak lain, dan mulai menyusun pengetahuannya tentang dunia. Bermain menyediakan kerangka bagi anak untuk mengembangkan pengetahuan mereka tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya..

Ketiga, bermain membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa takut. Suatu studi melaporkan adanya reaksi sekelompok anak setelah mereka menyaksikan kecelakaan di taman bermain dan mendiskripsikan melampiaskan tekanan itu melalui bermain. Anak – anak dalam kelompok yang berbeda (3, 4, dan 5 tahun) menggambarkan kecelakaan itu kedalam kegiatan bermain yang berbeda, tetapi setiap kelompok mengungkapkan ketakutan mereka dan mencoba membebaskannya melalui permainan “rumah sakit – rumah sakitan” atau permainan lain yang menceritakan

orang yang kesakitan. Anak – anak yang ketakutan, akan terkurangi rasa takutnya setelah mereka mengekspresikan ketakutannya itu kedalam kegiatan bermain.

(18)

pendapat, bernegosiasi, dan menemukan jalan tengah bagi setiap persoalan yang muncul. Terlebih – lebih kegiatan bermain peran. Kegiatan bermain peran memiliki manfaat yang sangat besar terutama unuk menunjang perkembangan bahasa dan berbahasa anak. Bahkan, bermain peran memiliki andil yang besar bagi perkembangan kognitif, emosi, dan sosial anak.

Kelima, bermain menyediakan konteks yang aman dan memotivasi anak belajar bahasa kedua. Bermain juga menyediakan konteks yang aman dan memotivasi anak untuk belajar bahasa kedua, karena pada saat bermain, anak – anak mempraktikan serpihan – serpihan bahasa lain, seperti “Hallo, I‟am coming” (hei, saya datang). Oleh karena serpihan –

serpihan bahasa memberikan dampak kebanggaan, anak – anak semakin terpacu untuk menambah kosakata bahasa kedua tersebut. Hal ini sangat membantu perkembangan bahasa anak, karena masa – masa awal perkembangan anak merupakan waktu yang tepat untuk memperoleh bahasa kedua (second languange). Anak – anak yang memperoleh bahasa kedua pada masa kritis cenderung dapat berbicara sebagaimana penutur asli bahasa tersebut.

2. Manfaat Kegiatan Bermain

(19)

1. Bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan anak – anak tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondisi yang terisolasi, melainkan melalui interaksi dengan orang lain.

2. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan berorganisasi dan menyelesaikan masalah. Anak – anak yang bermain mesti berpikir tentang bagaimana mengorganisasikan materi sesuai dengan tujuan mereka. Selama bermain, anak menemukan pengalaman baru, memanipulasi benda dan alat – alat, berinteraksi dengan anak lain, dan mulai menyusun pengetahuannya tentang dunia. Bermain menyediakan kerangka bagi mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya.

3. Bermain membantu mengembangkan kemampuan anak berpikir abstrak. Pada dasarnya anak belum mampu berpikir secara abstrak. Makna dan objek masih berbaur menjadi satu. Fokus perkembangan intelektual dapat dilihat melalui bahasa dan literasi, serta berpikir logika – matematis.

4. Bermain mendorong anak untuk berpikir kreatif. Bermain membantu tumbuhnya pikiran kreatif, karena didalam bermain anak memilih sendiri kegiatan yang mereka sukai, belajar membuat identifikasi tentang banyak hal, belajar menikmati proses sebuah kegiatan, belajar mengontrol diri mereka sendiri dan belajar mengenali makna sosialisasi dan keberadaan diri diantara teman sebaya.

(20)

wilayah ini merupakan suatu esensial dan harus diberikan oleh Taman Kanak – Kanak kepada anak didik .

5. Bermain meningkatkan kompetensi sosial anak. Bermain mendukung perkembangan sosialisasi.

6. Bermain membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa takut. Suatu studi melaporkan adanya reaksi sekelompok anak setelah mereka menyaksikan kecelakaan di taman bermain dan mendeskripsikan bagaimana melampiaskan tekanan itu dengan bermain.

7. Bermain membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial. Bermain membantu perkembangan emosi yang sehat dengan cara menawarkan kesembuhan dari rasa sakit dan kesedihan. Melalui bermain anak – anak belajar menyerap, mengekspresikan, dan menguasai perasaan mereka secara positif dan konstruktif.

8. Bermain membantu anak mengenali diri mereka sendiri. Bermain memberi kesempatan kepada anak – anak untuk menjadi diri mereka sendiri, untuk mengenal diri mereka sendiri, demi membentuk desain kehidupan yang lebih baik. Mengenal diri sendiri mempunyai implikasi yang penting bagi hubungan antar manusia.

(21)

menarik, berlari, meloncat, melompat, dan berjalan dalam rangka menguasai tubuh mereka.

3. Aktivitas Bermain Anak Usia Dini

Pada saat memasuki taman kanak – kanak, anak – anak sudah mahir bermain bebas diluar ruangan. Mereka juga telah mampu bermain konstruktif dengan balok – balok, papan besar, dan puzzle. Selain itu mereka juga biasa melakukan permainan didalam ruangan - ruangan sepertidiatas meja atau dilantai dan permainan sosiodrama. Permainan ini biasanya berkembang dan dilaksanakan sehari – hari, serta ditandai oleh meningkatnya pemahaman akan kebutuhan anak untuk berdiskusi, merencankan, berbagi, mengambil giliran, dan bermain dengan menyetujui aturan.

Bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak – anak berkembang optimal. Dalam Tadkirotun Musfiroh (2005;1) bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan seluruh aspek perkembangan anak. kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk bereksplorasi, berimajinasi, dan menciptakan sesuatu.

(22)

pemahaman sosial dan kultural, membantu anak – anak mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan mereka pikirkan, memberi kesempatan bagi anak untuk menemukan dan menyelesaikan masalah, serta mengembangkan bahasa dan keterampilan serta konsep beraksara.

Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak, meliputi dunia fisik dan sosial, sistem komunikasi. Pendek kata, bermain berkaitan erat dengan pertumbuhan anak. Kegiatan bermain mempengaruhi perkembangan keenam aspek perkembangan anak, yakni aspek kesadaran diri (personal awareness), emosional, sosial, komunikasi, kognisi, dan keterampilan motorik. Bermain memiliki kekuatan untuk menggerakkan perkembangan anak. Pada masa anak – anak, bermain merupakan landasan bagi perkembangan mereka karena bermain merupakan bagian dari perkembangan sekaligus sumber energi bagi perkembangan itu sendiri.

4. Permainan Rantai Nama

Anak “mempelajari bahasa dengan berbagai cara, yakni meniru,

(23)

membaca dan menulis, merangsang kepekaan struktur, pengembangan kosakata, serta merangsang minat bersastra dan berbicara.

Dalam Diana Mutiah(2010: 164), menyatakan bahwa dasar utama perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman – pengalaman berkomunikasi yang kaya. Pengalaman – pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor – faktor bahasa antara lain: Mendengarkan, berbicara,membaca, menulis.Mendengarkan dan membaca adalah termasuk keterampilan secara perseptif (menerima), sedangkan menulis dan berbicara adalah ekspresif. Dalam permainan ini anak mampu mengembangkan kemampuan bahasa melalui rangsangan kepekaan struktur anak.

(24)

5. Langkah – Langkah dalam Permainan Rantai Nama

Permainan rantai nama memiliki peserta sebanyak 5-10 anak, sebagai persiapan pemandu berdiri dalam lingkaran, anak-anak diberikan penjelasan agar mengingat setiap anak yang mengenal dirinya.

Cara bermain;

Salah seorang anak menyebutkan namanya dengan suara keras agar terdengar oleh setiap peserta, kemudian peserta yang berdiri disebelahnya (kiri atau kanan) menyebutkan nama peserta pertama tadi ditambah dengan nama sendiri. Peserta ketiga menyebutkan nama peserta pertama dan kedua kemudian namanya sendiri begitu seterusnya hingga selesai. Proses tersebut diulangi lagi dengan arah berlawanan, dimulai dengan peserta terakhir menyebutkan rantai nama tersebut.

C. Pedoman Penilaian Kemampuan Bahasa

1. Pedoman Penilaian

Menurut Departemen Agama RI (2004:50) penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematik, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :

(25)

 : Untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang

diharapkan.

: Anak yang perilakunya melebihi dengan yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru.

Pencatatan hasil penilaian harian berdasarkan pedoman penilaian tahun 2010 (Kemendiknas dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK SD) yakni sebagai berikut:

a. Catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian di RKH

b. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( )

c. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang ( )

d. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapat tanda tiga bintang ( ) e. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator

(26)

Menurut Dimyati (2013 : 95) pedoman penilaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Tanda  = berhasil / tuntas

Tanda  = berhasil dengan bantuan guru Tanda  = belum berhasil

Dari beberapa pendapat dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman penilaian tahun 2010 (Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK SD), yaitu menggunakan tanda bintang untuk penilaian perkembangan anak.

Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang

Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang

Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapat tanda tiga bintang

(27)

2. Indikator Hasil Belajar

Pengembangan metode bermain dengan permainan rantai nama di BA „Aisyiyah Mertasari bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

bahasa anak dalam berbahasa, menyusun kalimat sederhana, menjawab pertanyaan secara kompleks. Dengan menggunakan metode bermain dengan permainan rantai nama dapat melaksanakan kegiatan perbendaharaan kata mengembangkan bahasa.

Adapun indikator yang akan dicapai dalam perkembangan bahasa penelitian ini menurut Permendiknas (2011 : 44) adalah sebagai berikut :

No Indikator /yang diamati

Dari indikator diatas dapat disimpulkan bahwa :

(28)

) karena pada indikator ini anak berkembang sesuai harapan , ada pula anak yang hanya menjawab nama dan alamat rumahnya maka anak mendapat duabintang ( ) karena anak mampu menyebutkan meski belum sempurna, dengan demikian anak dapat dikatakan mulai berkembang (MB) sesuai indikator. Anak mendapat satu bintang ( ) jika dia masih dibantu oleh guru, dalam penilaian ini anak belum berkembang (BB), Anak mendapat empat bintang ( ) jika anak sudah berkembang sangat baik (BB) melebihi indikator yang diharapkan, seperti anak mampu menyebutkan identitas diri seperti nama diri, alamat, jenis kelamin serta dapat menyebutkan nama orang tua.

Anak mampu menjawab pertanyaan secara sederhana.

Guru : anak – anak ayo siapa yang tahu ciri – ciri anak laki – laki dan anak perempuan??

(29)

mulai berkembang (MB), sedangkan anak yang belum berkembang (BB) atau anak yang belum mengerti apapun akan mendapat satu bintang( ) dari peneliti/guru.

Anak dapat melakukan 2 – 3 perintah sederhana. Guru memberikan perintah kepada anak untuk maju kedepan membentuk sebuah kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 6 anak dan kemudian guru memberi perintah kembali untuk berhitung secara urut perkelompoknya, anak yang mampu melakukannya dengan baik dan sempurna bahkan melebihi indikator maka akan mendapat bintang empat ( ) dan anak tersebut sudah berkembang sangat baik (BSB), anak yang mampu melakukan perintah dengan baik sesuai indikator yang diharapkan peneliti / guru mendapat bintang tiga ( ) anak tersebut sudah berkembang sesuai harapan (BSH), anak yang melakukan perintah meski belum sempurna atau hanya melakukan satu perintah akan mendapat dua bintang ( ) anak tersebut dinyatakan sebagai anak yang mulai berkembang (MB) sesuai indikator, sedangkan anak yang belum bisa melakukan perintah yang diberikan oleh peneliti/ guru akan mendapat satu bintang ( ) dan dinyatakan bahwa anak tersebut belum berkembang (BB) sesuai harapan.

Anak mampu menirukan kembali 3 urutan kata. Guru memberikan tugas kepada anak untuk menirukan kembali 3 urutan kata “ dua mata saya” anak yang sudah mampu melakukannya dengan sangat baik dan

(30)

peneliti/guru, anak tersebut dinyatakan sebagai anak yang berkembang sangat baik (BSB), anak yang sudah menirukan 3 kata sesuai indikator yang diharapkan oleh guru/peneliti maka akan mendapatkan tiga bintang ( ) anak tersebut sudah berkembang sesuai harapan (BSH), anak yang masih salah dalam menirukan 3 urutan kata dari guru / peneliti akan mendapat dua bintang ( ) anak tersebut dinyatakan anak yang mulai berkembang sesuai indikator (MB), anak yang masih belum berkembang (BB) sesuai indikator karena anak tersebut belum mampu menirukan 3 urutan kata dari peneliti/ guru maka akan mendapat satu bintang ( ).

D. Kerangka Pikir

Melalui bermain anak lebih tertarik dan semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat meningkatkan bahasa pada anak, anak aktif mengikuti kegiatan tersebut, anak mampu melakukan perintah guru secara sederhana, mampu menyebutkan identitas diri, dan mampu mengulang dan mengurutkan tiga kata.

(31)

Bagan 2.1 Bagan Kerangka Pikir

1. Terjadi peningkatan yang maksimal dalam perkembangan bahasa sesuai dengan indikator

2. Anak lebih antusias dalam menerima pembelajaran dari guru

(32)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berbentuk penelitian tindakan kelas dan dirancang dalam 2 siklus. Masing – masing siklus terdiri dari 4 tahapan yakni :

Perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), refleksi (reflection). Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa – siswa kelompo A BA „Aisyiyah Mertasari, Purwanegara, Banjarnegara. Metode pengumpulan data diperoleh melalui lembar observasi aktivitas anak selama proses pembelajaran dan dokumentasi berupa foto selama pembelajaran.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian landasan teori kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “melalui metode bermain

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari botol plastik dengan sasaran remaja RT 33 di Desa Banaran Pedukuhan 8 Banaran.. 1x200”

Dari uraian di atas, kami berharap dengan adanya penyuluhan mengenai khasiat daun kersen dan dengan adanya pelatihan pembuatan kripik daun kersen dari KKN

Pengukuran fluks neutron pada RSG-GAS di daerah intermediate menggunakan kanal dc logaritmis ( logaritmic dc channel ), karena dalam sistem pengukuran ini instrumen yang

Sub-departemen ini bertugas dalam melakukan penjadwalan dan rencana pembelian bahan baku dan bahan packing yang diperlukan dan juga terhadap jadwal pelaksanaan produksi untuk dapat

Pada penelitian Md Kamrul Islam Dan Sudipta Chawdhury dengan judul “Permintaan dan Analisis parkir ( Studi Kasus Probortak, Chittagong )” Metode yang di gunakan adalah

Faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir (Suripin, 2004). Pemilihan harga C yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi

Adapun Hal yang menjadi catatan peneliti dari pemahaman yang diungkapkan oleh masyarakan yaitu, bahwa masyarakat dalam memahami wakalah wali bukan berdasarkan pengetahuannya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian analitik deskriptif. Kulit batang kayu manis didestilasi dengan destilasi uap dan air