• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Bahasa Anak Usia Dini - LILIS SUJARIAH BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Bahasa Anak Usia Dini - LILIS SUJARIAH BAB II"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

1. Pengertian Bahasa Anak Usia Dini

Badudu (dalam Dhieni, dkk 2007: 1.11) Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakatyang terdiri dari individu- individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya

Bromley (dalam Dhieni,dkk 2007:1.11) mendefinisikan bahasa sebagai simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol- simbol visual maupun verbal. Simbol- simbol tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol - simbol verbal tidak dapat diucapkan dan didengar. Anak dapat memanipulasi simbol -simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan berpikirnya.

(2)

Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita. Pada saat usia 4 - 6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan - pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya. Hal ini mengimplikasikan perlunya anak memiliki kesempatan yang luas dalam menentukan sosialisasi dengan teman- temannya. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek- aspek fungsional bahasa tulis, ia senang mengenal kata- kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang belajar menulis namanya sendiri atau kata- kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya.

2. Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya. Perkembangan adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio - emosional. Dhieni ( 2007: 3.1)

(3)

berkomunikasi. Kebanyakan anak memulai perkembangan bahasanya dari menangis untuk mengekspresikan responnya terhadap bermacam- macam stimuli. Setelah itu anak mulai memeram (cooing), yaitu melafalkan bunyi yang tidak ada artinya secara berulang, seperti suara burung yang sedang bernyanyi. Setelah itu anak mulai belajar kalimat dengan satu kata, seperti “

maem” yang artinya minta makan dan “ cucu” yang artinya minta minum

susu. Anak pada umumnya belajar nama- nama benda sebelum kata- kata yang lain Brewer (dalam Suyanto, 2005:73).

Nelson (dalam Suyanto, 2005: 73) mengklasifikasikan bahasa anak sebagai referensi dan ekspresif. Kata- kata benda umumnya digolongkan dalam referensial, sedangkan kata- kata sosial digolongkan sebagai eksprsif. Banyak anak mengembangkan idiomorp (bukan kata sebenarnya). yang mereka sesuaikan dengan benda yang mereka anggap berhubungan. Misalnya, bila melihat bunga, anak membuat bunyi seperti sedang menghirup bau bunga. Untuk suatu jangka waktu tertentu, bunyi ini akan mewakili semua benda yang mempunyai bau. Segera setelah itu, anak akan mengembangkan ucapan- ucapan yang panjang.

(4)

bermain tebak-tebakan, berbicara kasar pada teman mereka, dan berbicara sopan pada orang tua mereka Gleason (dalam Suyanto, 2007: 74).

Selama masa sekolah, anak dihadapkan pada tugas utama untuk belajar system linguistic lain yaitu bahasa tulisan / cetak. Menurut Gleason hal itu hampir tidak mungkin dikuasai apabila mereka belum menguasai bahasa ucapan / lisan. Anak usia 6 dan 7 tahun masih bingung dengan kalimat pasif, seperti “ Anak laki- laki itu digigit anjing”., karena umumnya anak merespon kalimat dengan subjek yang aktif melakukan kegiatan. Namun demikian, umumnya anak usia 8- 10 tahun, bahasanya telah berfungsi untuk berkomunikasi baik dengan anak lain maupun dengan orang dewasa. Kemampuan bahasa verbal tersebut terkait erat dengan kemampuan kognitif anak sebagaimana dijelaskan oleh Vygotsky (dalam Suyanto, 2007: 74). Menurut Vygotsky bahasa dan pikiran pada mulanya merupakan dua aspek yang berbeda. Sering anak- anak mengeluarkan suara seperti “ pa pa pa pa “ atau “ ba ba ba ba “ bukan berarti, bukan bermaksud memanggil “ papa “ atau

“ mama “nya. Sejalan dengan perkembangan kognitif anak, maka bahasa

merupakan ungkapan pikiran, jadi merupakan satu kesatuan.

(5)

suku kata), pada masa ini anak sudah dapat mengucapkan kata, misalnya mama, papa, mamam.

Selanjutnya William Stren dan Clara Stern (dalam Yusuf, 2007: 158) mengatakan bahwa tahap perkembangan bahasa usia 16-24 bulan (masa kedua/stadium nama) pada masa ini anak sudah mulai timbul kesadaran bahwa setiap orang atau benda mempunyai nama. Anak sering berbicara sendiri (monolog), baik dengan diri sendiri, maupun dengan benda-benda mainannya.

3. Faktor–Faktor Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Menurut Syamsu Yusuf (2007: 121) perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor kesehatan, inteligensi, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.

a. Faktor kesehatan, Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupannya.

b. Inteligensi, perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensi anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai inteligensi normal atau diatas normal.

c. Status sosial ekonomi keluarga, beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik.

(6)

ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak.

Menurut para ahli perilaku, ada faktor yang penting dalam mempelajari bahasa antara lain: imitasi, reward, dan reinforcement (Dhieni,2009: 2.9). Imitasi yang berarti bahasa dipelajari melalui peniruan dari contoh orang dewasa. Sedangkan reward yaitu hadiah, dimana hadiah akan diberikan kepada siswa apabila dapat memberikan respon yang benar dan mengacuhkan respon yang tidak sesuai. Reinforcement berarti penguat dan frekuensi suatu perilaku.

Menurut para ahli interaksionis, terdapat faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa individu, antara lain: faktor sosial, linguistik, kematangan, biologis, kognitif, saling mempengaruhi, berinteraksi dan memodifikasi satu sama lain (Dhieni,2009: 2.26).

4. Fungsi Bahasa Anak Usia Dini

Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Jika kita mengkaji fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam masyarakat maka dapat kita bedakan fungsi perorangan dan fungsi kemasyarakatan.

(7)

menyeluruh, (c) fungsi interaksi, (d) fungsi kepribadian, (e) fungsi pemecahan masalah, (F) fungsi khayal, dan (g) fungsi informasi.

Menurut Halim (dalam Suhartono, 2005: 11) fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau “bahasa negara”, selain sebagai bahasa resmi kenegaraan, juga memiliki cakupan fungsi sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan dan sebagai pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi pada tingkat nasional.

Bromley (dalam Dhieni 2007: 1.21) menyebutkan 5 macam fungsi bahasa sebagai berikut: 1). Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu, 2). Bahasa dapat mengubah dan mengkontrol perilaku, 3). Bahasa membantu perkembangan kognitif, 3). Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain, 4). Bahasa menegkspresikan keunikan individu.

Bahasa mungkin bukan prasyarat dalam kemampuan berpikir yang luas. Namun bahasa membantu kemampuan berpikir anak karena keduanya berkembang bersama.

B. Metode Permainan Kolam Pancing Kata

1. Pengertian Permainan Kolam Pancing Kata

(8)

anak sudah menjadi remaja. Maka tidak berlebihan, jika Catron dan Allen (dalam Musfiroh 2005: 1) mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak- anak berkembang optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi saluran wilayah dan aspek perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu.

Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar Hurlock (dalam Musfiroh 2005: 2).

Bermain adalah dunia sekaligus sarana belajar anak.Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain berarti. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dengan cara - cara yang dapat dikategorikan sebagai bermain berarti telah berusaha membuat pengalaman belajar itu dirasakan dan dipersepsikan secara alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi bermakna baginya Solehuddin (dalam Musfiroh, 2005: 36).

(9)

yang dapat dilakukan secara berkelompok. Dalam bermain ada yang ingin dicapai anak. Ini dapat menimbulkan rasa senang dan kecewa.

Situasi bermain yang dilakukan anak sendiri, sering kali belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai suatu situasi pembelajaran. Anak bermain dengan kegiatan yang tidak berstruktur. Frobel dalam Soemiarti (dalam Yus, 2005: 24) mengemukakan bahwa bermain dengan struktur yang tidak jelas akan berbahaya bagi perkembangan anak karena ia tidak belajar banyak. Tetapi dengan melihat kebutuhan anak, bermain dapat dijadikan sebagi pendekatan dalam pembelajaran.

Menurut Bergen dalam Soemiarti (dalam Yus, 2005: 24) bermain terdiri dari beberapa jenis, yaitu bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan bermain dengan diarahkan. Ada juga yang melihat bermain dari jumlah anak yang terlibat. Ada yang bermain sendiri, berdua atau beramai- ramai. Bentuk- bentuk bermain tersebut dapat diterapkan dalam pendidikan anak termasuk kegiatan pendidikan di TK sebagai kegiatan belajar.

Bermain sebagai pendekatan pembelajaran, harus memperhatikan semua aspek dalam bermain. Permainan yang akan dilakukan harus direncanakan agar dapat membawa anak ke dalam situasi yang merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan kata lain bermain membantu anak membentuk kemampuan yang lebih terarah dan mendasar.

(10)

permainan ini diharapkan anak dapat memperbanyak atau memperluas kosa kata dalam membaca permulaan dengan bentuk gambar benda berupa kata. 2. Manfaat Permainan Kolam Pancing Kata

Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak, meliputi dunia fisik dan sosial, sistem komunikasi. Bermain berkaitan erat dengan pertumbuhan anak Garvey (dalam Musfiroh, 2005: 13). Kegiatan bermain mempengaruhi perkembangan keenam aspek perkembangan anak, yakni aspek kesadaran diri (Personal Awareness), emosional, sosial, komunikasi, kognisi, dan keterampilan motorik Catron & Allen (dalam Musfiroh, 2005: 13). Bermain memiliki kekuatan untuk menggerakkan perkembangan anak. Pada masa anak – anak, bermain merupakan landasan bagi perkembangan mereka karena bermain merupakan bagian dari perkembangan sekaligus sumber energi perkembangan itu sendiri Hoorn, dkk (dalam Musfiroh, 2005: 13).

(11)

Jelaslah bahwa selain bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, social emosional dan moral, bermain juga mempunyai besar bagi manfaat yang bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Montolalu (2008: 1.18) Berikut ini manfaat bermain bagi anak antara lain: (1) Bermain memicu kreativitas. Dalam lingkungan bermain yang aman dan menyenangkan, bermain memacu anak menemukan ide – ide serta menggunakan daya khayalnya. (2) Bermain bermanfaat mencerdaskan otak. Bermain merupakan sebuah media yang sangat penting bagi proses berpikir anak. (3) Bermain bermanfaat menanggulangi konflik. Pada anak usia TK tingkah laku yang sering muncul ke permukaan adalah tingkah laku menolak, bersaing, agresif, bertengkar, meniru, kerjasama, egois, simpatik, marah, ngambek, dan berkeinginan untuk diterima oleh lingkungan social mereka. (4) bermain bermanfaat untuk melatih empati. Empati adalah pengenalan perasaan, pikiran, dan sikap orang lain, dapat juga dikatakan pengenalan jiwa orang lain. (5) Bermain bermanfaat mengasah pancaindera. Tujuannya tentu saja agar anak ,menjadi lebih tanggap dan lebih peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.

Oleh karena itu manfaat permainan kolam pancing kata adalah dengan melalui bermain diharapkan dapat menumbuhkan minat anak dalam kegiatan membaca permulaan.

3. Media Permainan Kolam Pancing Kata

(12)

merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (dalam Sadiman, 1990: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Menurut Oemar Hamalik (1986: 23) media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah.

Briggs (dalam Suhartono, 2005: 144) menyatakan bahwa media pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pengajaran. Termasuk di dalamnya ialah buku, videotape, slide suara, suara guru, dan perilaku yang terucap (non verbal). Sebaliknya Gagne (dalam Suhartono, 2005: 144) memandang bahwa media sebagai salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Di dalamnya tercakup segala peralatan fisik fisik pada komunikasi seperti buku, modul, komputer, slide, dantape recorder.

Media pembelajaran anak usia dini pada umumnya merupakan alat-alat permainan edukatif yang berguna untuk memudahkan siswa belajar memahami sesuatu yang mungkin sulit atau menyederhanakan sesuatu yang komplek. Media dalam pengembangan bahasa adalah permainan kolam pancing kata yang tediri dari huruf, kata, kertas, gambar, kail, dan bak.

4. Langkah–Langkah Permainan Kolam Pancing Kata.

Langkah - langkah pembuatan Permainan Kolam Pancing Kata yaitu:

(13)

lem, kata–kata berupa gambar–gambar benda. Langkah–langkah Permainan Kolam Pancing kata.

Guru memperkenalkan jenis Permainan Kolam Pancing Kata ke anak - anak, kemudian guru memperlihatkan beberapa kata berupa gambar benda dan guru mengucapkan kata tersebut kemudian anak untuk menirukan, setelah itu guru mengajak anak untuk menunjukkan dan menyebutkan satu persatu kata yang diperintahkan guru, kemudian guru mulai membagi anak menjadi beberapa kelompok, dan masing–masing kelompok untuk duduk di depan bak kolam pancing kata dan anak- anak dengan satu persatu mulai memancing kata berupa gambar sesuai perintah guru.

5. Peran Permainan Kolam Pancing kata Terhadap Kemampuan Bahasa.

Menurut Joan dan Utami (dalam Yus, 2005:147) menyatakan bahwa bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. Dengan demikian bermain adalah sesuatu yang perlu bagi perkembangan anak dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk memacu perkembangan anak. Bermain merupakan cara yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar TK sekaligus ditetapkan sebagai suatu metode pengajaran.

(14)

2005: 147) yang mengemukakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang- ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam- macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Dari batasan ini kelihatan bahwa pada saat anak bermain anak belajar mengambil, memilih, mencoba, menentukan, mengemukakan pendapat, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Pada saat itulah terjadi pembelajaran.

Dengan menggunakan metode permainan kolam pancing kata dilaksanakan dalam pembelajaran di Kelompok Bermain dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak. Hal ini Karena permainan kolam pancing kata sangat menarik minat dan menyenangkan bagi anak usia dini untuk menambah kosa kata dan membaca permulaan.

C. Kriteria Keberhasilan

1. Pedoman Penilaian

Menurut Howard Gradner (dalam Yus, 2005: 31) penilaian merupakan upaya memperoleh informasi mengenai ketrampilan dan potensi diri individu dengan dua sasaran. Pertama, memberikan umpan balik dan bermanfaat kepada individu yang bersangkutan. Kedua, sebagai data yang bergunabagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

(15)

2005: 35).

Berikut beberapa pedoman penilaian yang ada di Taman Kanak-kanak, yakni:

Menurut Dimyati (2013: 95) terdapat pedoman penilaian sebagai berikut:

: Untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan indikator yang diharapkan/ belum berhasil

√ : Untuk anak yang berada pada tahap proses menuju indikator yang diharapkan/ berhasil dengan bantuan guru

● : Untuk anak yang perilakunya melebihi indikator yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan/

berhasil.

Menurut Depdiknas (2006: 6-7), dalam melaksanakan penilaian di Taman Kanak Kanak menggunakan simbol-simbol yaitu simbol (●) artinya anak sudah melebihi indikator yang tertuang dalam SKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat/ cepat/ lengkap/ benar. Simbol (○) artinya anak belum mencapai indikator seperti yang diharapkan dalam SKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru. Simbol (√) artinya anak sudah melebihi indikator yang tertuang dalam SKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat/cepat/lengkap/benar.

(16)

1) Anak yang belum berkembang ( BB ) penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda satu bintang ().

2) Anak yang sudah mulai berkembang ( MB ) sesuai dengan indikattor RKH mendapatkan tanda dua bintang ().

3) Anak yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapatkan tanda tiga bintang ().

4) Anak yang berkembang sangat baik ( BSB ) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang ().

2. Indikator Hasil Belajar

Menurut Standar perkembangan anak lahir s.d 6 tahun (dalam depdiknas, 2007: 29-30) yang termasuk perkembangan dasar dalam aspek perkembangan bahasa adalah dapat mendengarkan informasi lisan, dapat berkomunikasi/berbicara secara lisan dengan jelas, mulai menunjukkan dorongan untuk membaca (pramembaca), dapat mengenal lambang-lambang sederhana (pramenulis), dapat menghasilkan coretan-coretan (pramenulis).

Menurut Depdiknas (2007: 29-30) yang termasuk pengembangan Bahasa bagi peerta didik yang berusia antara 4-5 tahun adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar

No Indikator yang Diharapkan

(Perkembangan Bahasa) 1. Meniru kembali 3-4 urutan kata.

2. Menyebutkan nama benda yang diperlihatkan.

(17)

Berdasarkan kurikulum diatas dalam Depdiknas 2007, peneliti melakukan adaptasi sehingga indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Indikator Hasil Belajar

No Indikator Hasil Belajar

(Kemampuan Bahasa) 1 Menirukan kata yang diucapkan guru

2 Menunjukkan dan meyebutkan kata yang diminta guru. 3 Menyusun huruf menjadi sebuah kata.

4 Mampu mengucapkan gambar benda yang ditemukan.

D. Kerangka berpikir

(18)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berbentuk penelitian tindakan kelas dan dirancang dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).Subyek penelitian adalah anak di PAUD Kelompok Bermain Wisma Melati Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Metode pengumpulan data diperoleh dari lembar observasi aktivitas anak selama proses pembelajaran serta dokumentasi dari foto selama pembelajaran.

(19)

E. Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar
Tabel 2.2 Indikator Hasil Belajar
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran dengan DL TFS (De Level Transient Fourier Spectroscopy) di tkan basil babwa tidak unsur-unsur yang ter at di dalam silikon sebelum di iradiasi. jadi j' edua

Penelitian kandungan dan komposisi isotop alam dari berbagai sumber air seperti air sumur, air hujan, dan air permukaan yang terdapat di daerah pantai selatan Yogyakarta telah dapat

kerja bersama KKN Unit I.D.2. Berjalannya program kerja dengan baik dan lancar tersebut tidak lepas. dari peran masyarakat baik anak-anak, remaja dan orang

Pada perancangan tugas akhir ini, penulis merancang pemodelan helikopter yang dapat mempertahankan ketinggian yang diinginkan dengan beberapa pilihan level ketinggian.. Pengaturan

Dari uraian di atas, kami berharap dengan adanya penyuluhan mengenai khasiat daun kersen dan dengan adanya pelatihan pembuatan kripik daun kersen dari KKN

Pengukuran fluks neutron pada RSG-GAS di daerah intermediate menggunakan kanal dc logaritmis ( logaritmic dc channel ), karena dalam sistem pengukuran ini instrumen yang

Sub-departemen ini bertugas dalam melakukan penjadwalan dan rencana pembelian bahan baku dan bahan packing yang diperlukan dan juga terhadap jadwal pelaksanaan produksi untuk dapat

Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ Sistem