A. Latar Belakang Masalah
Sekolah dibangun sebagai wahana pendidikan formal dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik
yang mampu melahirkan nilai-nilai kehidupan secara pribadi dalam
menciptakan iklim budaya sekolah yang penuh makna. Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dicantumkan bahwa fungsi dari pendidikan Nasional yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Wijaya dan Rusyan (1992 : 2) sekolah merupakan suatu
lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab untuk terus
mendidik siswanya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar
dengan merealisasikan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa sekolah merupakan
(pengetahuan, sikap dan keterampilan) yang diperlukan peserta didik
untuk hidup di masyarakat. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, di sekolah
guru harus berperan sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran agar peserta
didik mampu mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
nilai-nilai dan keterampilan melalui kegiatan pembelajaran dan mata
pelajaran yang telah ditentukan pada setiap bidang studi. Bagi guru bidang
studi Pendidikan Kewarganegaraan membentuk perilaku serta membina
sikap dan moral peserta didik merupakan tugas utama di sekolah.
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang amat penting
sebagai wahana untuk mengembangkan karakter dan perilaku sebagai
warga negara yang baik. Usaha membentuk perilaku serta membina sikap
dan moral peserta didik dapat dilakukan khususnya melalui pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan. Akan tetapi, pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang dilakukan selama ini belum berhasil dengan
maksimal. Menurut Wahab (1999) terdapat beberapa kelemahan
Pendidikan Kewarganegaraan di masa lalu diantaranya :
1) Terlalu menekankan pada aspek nilai moral yang
menempatkan siswa sebagai objek yang berkewajiban untuk
menerima nilai-nilai moral tertentu,
2) Kurang diarahkan pada pemahaman struktur, proses dan
institusi-institusi negara dengan segala kelengkapannya,
4) Berorientasi pada kepentingan penguasa.
Padahal Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia merupakan
mata pelajaran wajib pada semua jenjang persekolahan yang memiliki visi
sebagai sarana pembangunan karakter bangsa (character building) dan
pemberdayaan warga negara serta mengemban misi membentuk warga
negara yang baik yaitu warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan
kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Sangat disayangkan jika generasi penerus bangsa melakukan banyak
tindak pelanggaran terhadap peraturan atau tata tertib yang ada dan
berlaku secara terus-menerus, pelajar yang diharapkan sebagai penerus
bangsa masih belum ditangani secara sungguh-sungguh, dunia pendidikan
kita masih belum mampu menghasilkan warga negara yang baik dan
bertanggung jawab terhadap hak dan kewajibannya. Tentunya hal ini
sangat memprihatinkan pendidikan di Indonesia saat ini. Menurut Wahab
(1999 : 2) hal tersebut menunjukkan kurang efektifnya pembinaan
nilai-nilai moral di sekolah.
Menurut Soemantri (2000 : 1) mengemukakan bahwa aspek diri
dan lingkungan merupakan faktor penyebab remaja banyak yang
menampilkan perilaku yang dinilai kurang baik dan seringkali dianggap
sebagai perilaku yang bermasalah bahkan perilaku menyimpang. Aspek
interaksi dengan lingkungannya maka lingkungan tersebut menyimpan
peluang untuk munculnya perilaku menyimpang.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bagian dari fungsi
pendidikan nasional Indonesia juga diharapkan mampu membentuk warga
negara yang baik, dalam arti warga negara Indonesia yang cerdas, terampil
dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945 (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006).
Berdasarkan pendapat William Galston (1989), pendidikan
kewarganegaraan pada dasarnya adalah pendidikan untuk membentuk
seperangkat karakteristik sebagai warga negara yang sejalan dengan dan
demi pandangan hidup komunitas politik yang bersangkutan bukan hanya
sekedar mempelajarai fakta-fakta tentang pranata dan prosedur kehidupan
politik, tetapi juga mencakup pembelajaran serangkaian disposisi,
kebajikan, dan loyalitas. Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan
untuk me”warganegara”kan orang-orang di dalam suatu komunitas.
Tujuan mewarganegarakan orang-orang yang tinggal di dalam komunitas ini tentu saja bertujuan agar menjadi warga negara yang “baik”. Baik di
sini adalah ukuran yang barangkali sifatnya temporer dan relatif, karena
setiap komunitas berbeda rumusannya dan dalam kurun waktu tertentu
berubah pula indikatornya. Oleh karena itu apapun bentuknya, tujuan
utama pendidikan kewarganegaraan suatu komunitas politik (negara)
Berdasarkan Undang–Undang Dasar Republik Indonesia Pasal 27
ayat 1, dijelaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan itu wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Dari penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara tanpa ada kecualinya wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan dengan kata lain setiap warga
negara wajib berperilaku sadar hukum dan menegakkan aturan-aturan
hukum yang telah ditetapkan pemerintah.
Begitu pula dengan siswa di sekolah wajib menaati peraturan atau
tata tertib baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat sampai kepada
ruang lingkup yang lebih luas lagi yaitu negara, karena siswa sekolah
merupakan bagian dari warga negara Indonesia. Dengan diberikannya
mata pelajaran yang bermuatan nilai dan moral yang merupakan bagian
dari disiplin Pendidikan Kewarganegaraan, diharapkan dapat
mengembangkan karakter warga negara yang baik serta mencegah mereka
untuk melakukan tindakan yang menyimpang, melanggar norma hukum,
kesusilaan, kesopanan moral dan norma agama.
Hal ini sesuai dengan paradigma baru Pendidikan
Kewarganegaraan yang antara lain bercirikan memiliki struktur keilmuan
yang jelas yakni berbasis pada ilmu politik, hukum dan filsafat moral atau
Pancasila dan memiliki visi yang kuat untuk pembangunan karakter
(civil society). Salah satu pembaharuan dalam Pendidikan
Kewarganegaraan yang baru ialah strategi pembelajarannya siswa tidak
hanya mempelajari materi pelajaran, tetapi mempelajari materi dan
sekaligus praktek, berlatih dan mampu membakukan diri bersikap dan
berperilaku sebagai materi yang dipelajari.
Namun selama ini menurut beberapa siswa kegiatan proses
pembelajaran di sekolah selama ini kurang maksimal. Sehingga belum
dengan sempurna dapat membentuk warga negara yang baik pada
kalangan siswa yang tercermin pada sikap dan perilakunya. Sebenarnya
mereka mengetahui bahwa perbuatannya salah (melanggar peraturan),
namun mereka kurang menyadari akibat perbuatannya, yang tidak saja
merugikan dirinya tetapi bisa juga merugikan orang lain karena bisa
menimbulkan kerugian pada lingkungan sekolah khususnya.
Masalah tersebut harus mendapat perhatian dari semua pihak,
terutama kalangan pendidik atau guru, bagaimana mendidik siswanya agar
menjadi warga negara yang baik, memiliki pengetahuan, pemahaman dan
sikap serta perilaku yang taat pada peraturan atau tata tertib yang ada baik
di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat pada umumnya. Hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 November 2012 di
SMP Negeri 8 Purwokerto menemukan bahwa diantara siswa di SMP
Negeri 8 Purwokerto masih ada yang belum memiliki sikap dan perilaku
sebagai warga negara yang baik, misalnya masih ada sebagian siswa yang
Sekolah (OSIS), tidak menaati atau melanggar peraturan atau tata tertib di
sekolah serta melanggar kewajiban yang telah ditentukan di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan
karakter warga negara yang baik (good citizenship) di SMP Negeri 8
Purwokerto. Sehingga peneliti menyusun skripsi yang berjudul “Peran
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengembangkan Karakter Warga
Negara Yang Baik di SMP Negeri 8 Purwokerto”.
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka penulis merasa perlu untuk merumuskan apa yang
menjadi fokus masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang di
atas, maka yang menjadi fokus masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam
mengembangkan karakter warga negara yang baik di SMP Negeri
8 Purwokerto ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh pihak guru maupun sekolah
dalam mengembangkan karakter warga negara yang baik di SMP
Negeri 8 Purwokerto ?
3. Bagaimana upaya yang di lakukan untuk mengatasi kendala yang
dihadapi oleh pihak guru ataupun sekolah dalam mengembangkan
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi uraian tentang rumusan hasil yang akan
dicapai oleh mahasiswa selaku peneliti yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan mengapa penelitian dilakukan. Tujuan yang berkaitan erat
dengan pokok permasalahan penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal, yaitu sebagai
berikut :
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran
Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter warga
negara yang baik di SMP Negeri 8 Purwokerto.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh
pihak guru maupun sekolah dalam mengembangkan karakter warga
negara yang baik di SMP Negeri 8 Purwokerto.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang di lakukan
untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh pihak guru atupun
sekolah dalam mengembangkan karakter warga negara yang baik di
SMP Negeri 8 Purwokerto.
D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menambah
itu juga untuk merangsang dilakukannya penelitian yang lebih mendalam
dan menyeluruh terhadap permasalahan dalam penelitian ini.
2) Manfaat praktis a) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah keterampilan dan
pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya.
b) Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
penyempurna dalam pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran dan
menjadi cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
c) Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dalam
membentuk karakter siswa untuk membentuk watak serta perilaku sebagai
warga negara yang baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
d) Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dalam
menyadarkan serta meningkatkan pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai
warga negara yang baik yang dapat diaplikasikan di dalam lingkungan