• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI DI PASAR (STUDI KASUS PASAR PURWAREJA KLAMPOK) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI DI PASAR (STUDI KASUS PASAR PURWAREJA KLAMPOK) - repository perpustakaan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendasari penulis dalam mengkaji pemilihan

moda transportasi ialah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Teradahulu

(2)

PENDUDUK KERJA

(3)

paling dekat adalah liter hingga 20 liter.

(4)

waktu

Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dengan

menggunakan wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia untuk melakukan

aktivitas sehari-hari (Andriansyah, 2015, hlm. 1). Definisi transportasi

menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

a. Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau

mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain (Morlok, 1978).

b. Transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu

tempat ketempat lain, dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan

(5)

memindahkan sesuatu (barang dan/atau barang) dari suatu tempat ke

tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana (Bowersox, 1981).

c. Transportasi adalah perpindahan orang atau barang dengan

menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-tempat yang

terpisah secara geografis (Steenbrink, 1974).

d. Transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari

fasilitas tertentu beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan

orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain

secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas

manusia (Papacostas, 1987).

Transportasi merupakan salah satu fasilitas bagi suatu daerah untuk

maju dan berkembang serta transportasi dapat meningkatkan aksesibilitas

atau hubungan suatu daerah karena aksesibilitas sering dikaitkan dengan

daerah. Untuk membangun suatu pedesaan keberadaan prasarana dan

sarana transportasi tidak dapat terpisahkan dalam suatu program

pembangunan. Kelangsungan proses produksi yang efesien, investasi dan

perkembangan teknologi serta terciptanya pasar dan nilai selalu didukung

oleh sistem transportasi yang baik. Transportasi faktor yang sangat

penting dan strategis untuk dikembangkan, diantaranya adalah untuk

melayani angkutan barang dan manusia dari satu daerah ke daerah

lainnya dan menunjang pengembangan kegiatan-kegiatan sektor lain

(6)

Transportasi manusia atau barang biasanya bukanlah merupakan

tujuan akhir, oleh karena itu permintaan akan jasa transportasi dapat

disebut sebagai permintaan turunan (derived demand) yang timbul akibat

adanya permintaan akan komoditas atau jasa lainnya. Dengan demikian

permintaan akan transportasi baru akan ada apabila terdapat faktor-faktor

pendorongnya. Permintaan jasa transportasi tidak berdiri sendiri,

melainkan tersembunyi dibalik kepentingan yang lain (Morlok, 1984).

Pada dasarnya permintaan angkutan diakibatkan oleh hal-hal

berikut (Nasution, 2004):

a. Kebutuhan manusia untuk berpergian dari lokasi lain dengan tujuan

mengambil bagian di dalam suatu kegiatan, misalnya bekerja,

berbelanja, ke sekolah, dan lain- lain.

b. Kebutuhan angkutan barang untuk dapat digunakan atau dikonsumsi

di lokasi lain.

Masing-masing moda transportasi menurut Setijowarno dan Frazila

(2001), memiliki ciri-ciri yang berlainan, yakni dalam hal:

a. Kecepatan, menunjukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk

bergerak antara dua lokasi.

b. Tersedianya pelayanan (availability of service), menyangkut

kemampuan untuk menyelenggarakan hubungan antara dua lokasi.

c. Pengoperasiaan yang diandalkan (dependability of operation),

menunjukan perbedaan-perbedaan yang terjadi antara kenyataan dan

(7)

d. Kemampuan (capability), merupakan kemampuan untuk dapat

menangani segala bentuk dan keperluan akan pengangkutan.

e. Frekuensi adalah banyaknya gerakan atau hubungan yang

dijadwalkan.

2. Peranan Transportasi

Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia harus menggunakan

sumber daya alam yang menyediakan makanan dan minuman, pakaian,

dan perumahan sebagai tempat tinggal dengan harapan untuk

mendapatkan penghidupan yang layak dan nyaman serta tenteram. Akan

tetapi, keberadaan sumber daya alam di permukaan bumi tidak merata

karena keadaan alam itu sendiri. Tidak ada satu wilayah di dunia ini yang

dalam memenuhi kebutuhan akan sumber daya alam di wilayahnya

berasal hanya dari wilayah itu sendiri, dengan demikian manusia harus

melakukan transportasi dengan melintasi berbagai kondisi alam

(Andriansyah, 2015, hlm. 2).

Transportasi yang baik akan berperan penting dalam

perkembangan wilayah terutama dalam aksesibilitas, adapun yang

dimaksud dengan aksesibilitas adalah kemudahan dan kemampuan suatu

wilayah atau ruang untuk diakses atau dijangkau oleh pihak dari luar

daerah tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Mudahnya

suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan

transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang

(8)

terhambat karena kurangnya sarana transportasi yang ada (Margaretta,

2000).

Menurut Kadir (2006) pada jurnal perencanaan dan pengembangan

wilayah wahana hijau, peran dan pentingnya transportasi dalam

pembangunan ekonomi yang utama adalah tersedianya barang, stabilisasi

dan penyamaan harga, penurunan harga, meningkatnya nilai tanah,

terjadinya spesialisasi antar wilayah, berkembangnya usaha skala kecil,

terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk. Dampak negatif

perkembangan transportasi antara lain : bahaya atas kehancuran umat

manusia, hilangnya sifat-sifat individual dan kelompok, tingginya

frekuensi dan intensitas kecelakaan, makin meningkatnya urbanisasi,

kepadatan dan konsentrasi penduduk dan tersingkirnya industri kerajinan

rumah tangga.

Tujuan transportasi dalam mendukung perkembangan ekonomi

nasional antara lain :

a. Meningkatkan pendapatan nasional disertai dengan distribusi yang

merata antara penduduk.

b. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat

dihasilkan pada konsumen, industri, dan pemerintah.

c. Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa

serta mensuplai pasaran dalam negeri.

d. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi

(9)

3. Sarana Transportasi

Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat dipakai

sebagai alat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja. Menurut

Miro (2008) masyarakat pelaku perjalanan (konsumen jasa transportasi)

dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu :

a. Golongan Paksawan (Captive) merupakan jumlah terbesar di Negara

berkembang, yaitu golongan masyarakat yang terpaksa

menggunakan angkutan umum karena ketiadaan mobil pribadi.

Mereka secara ekonomi adalah golongan masyarakat lapisan

menengah ke bawah (miskin atau ekonomi lemah).

b. Golongan Pilihwan (Choice), merupakan jumlah terbanyak di

negara-negara maju, yaitu golongan masyarakat yang mempunyai

kemudahan (akses) ke kendaraan pribadi dan dapat memilih untuk

menggunakan angkutan umum atau angkutan pribadi. Mereka secara

ekonomi adalah golongan masyarakat lapisan menengah ke atas

(kaya atau ekonomi kuat).

Fungsi sarana transportasi adalah untuk mengangkut penumpang

dan barang dari suatu tempat ke tempat lain, kebutuhan akan angkutan

tergantung fungsi bagi kegunaan seseorang (personal place utility), maka

bermunculan bermacam-macam kendaraan sebagai alat angkut.

Menurut Nasution (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

(10)

a. Harga jasa angkutan - Harga jasa transportasi melingkupi banyak

macam biaya, dan bukan sekedar biaya jasa angkutan saja. Namun

demikian sekedar untuk menyederhanakan pemikiran dan analisis,

anggap saja bahwa tarif jasa angkutan hanya mencerminkan imbalan

balas jasa terhadap pengangkutan agar dapat melihat kepekaan

permintaan jasa angkutan terhadap perubahan harga/tarif.

b. Tingkat pendapatan - Apabila tingkat pendapatan pemakai jasa

transportasi makin meningkat, maka permintaan jasa transportasi

makin meningkat pula karena kebutuhan melakukan perjalanan

makin meningkat.

c. Citra atau image terhadap perusahaan atau moda transportasi tertentu

- Apabila suatu perusahaan angkutan atau moda angkutan tertentu

senantiasa memberikan kualitas pelayanan yang dapat memberi

kepuasan kepada pemakai jasa transportasi, maka konsumen tersebut

menjadi pelanggan yang setia. Dengan kualitas pelayanan yang

prima, akan dapat meningkat citra perusahaan kepada para

pelanggannya.

4. Perencanaan Transportasi

Beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang

sampai saat ini dan yang paling populer adalah “Model Perencanaan

Transportasi Empat Tahap (Four Step Models).” Model perencanaan ini

merupakan gabungan dari beberapa seri submodel yang masing-masing

(11)

a. Aksesibilitas

b. Bangkitan dan tarikan pergerakan

c. Sebaran pergerakan

d. Pemilihan moda

e. Pemilihan rute

f. Arus lalu-lintas dinamis

Sedangkan Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap (Four

Step Models) tersebut adalah (Tamin, 2000):

a. Model Bangkitan Pergerakan (Trip Generation Models), yaitu

pemodelan transportasi yang berfungsi untuk memperkirakan dan

meramalkan jumlah (banyaknya) perjalanan yang berasal

(meninggalkan) dari suatu zona/kawasan/petak lahan dan jumlah

(banyaknya) perjalanan yang datang/tertarik (menuju) ke suatu

zona/kawasan/petak lahan pada masa yang akan datang (tahun

rencana) per satuan waktu.

b. Model Sebaran Pergerakan (Trip Distribution Models), yaitu

pemodelan yang memperlihatkan jumlah (banyaknya)

perjalanan/yang bemula dari suatu zona asal yang menyebar ke

banyak zona tujuan atau sebaliknya jumlah (banyaknya)

perjalanan/yang datang mengumpul ke suatu zona tujuan yang

tadinya berasal dari sejumlah zona asal.

c. Model Pemilihan Moda Transportasi (Mode Choice Models), yaitu

(12)

berfungsi untuk menentukan pembebanan perjalanan atau

mengetahui jumlah (dalam arti proporsi) orang dan barang yang akan

menggunakan atau memilih berbagai moda transportasi yang tersedia

untuk melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa

maksud perjalanan tertentu pula.

d. Model Pemilihan Rute (Trip Assignment Models), yaitu pemodelan

yang memperlihatkan dan memprediksi pelaku perjalanan yang

memilih berbagai rute dan lalu lintas yang menghubungkan jaringan

transportasi tersebut.

5. Pemilihan Moda

Pemilihan moda adalah tahapan paling penting dalam proses

perencaan transportasi dan mengambil sebuah kebijakan perencanaan

(Minal dan Ravi, 2014). Pemilihan moda adalah proses memisahkan

orang perjalanan dengan modus perjalanan untuk memahami hubungan

antara moda dengan suatu faktor yang mempengaruhi pemilihan moda

(Tejaswi,dkk 2008). Menurut Warpani (1996), pemilihan moda

dinyatakan sebagai prosentase jumlah perjalanan yang dituangkan dalam

cara atau moda angkutan yang berlainan. Seorang individu memilih

altenatif moda dengan pertimbangan banyak tetapi selalu ada

ketidakpastian yang terlibat dalam mengambil keputusan individu (Minal

dan Ravi, 2014). Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai model

(13)

a. Model Pemilihan Moda Transportasi (Mode Choice Models)

Model adalah sesuatu yang dapat menggambarkan keadaan

yang sebenarnya yang ada di lapangan atau merupakan suatu alat

bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan

menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur.

Beberapa macam model:

1) Model verbal, yakni model yang menggambarkan keadaan yang

ada dalam bentuk kalimat. Misalnya: suatu kota yang dipenuhi

dengan pepohonan yang rindang dengan sungai yang indah.

2) Model fisik, yakni model yang menggambarkan keadaan yang

ada dengan ukuran yang lebih kecil. Misalnya: model bangunan,

model saluran, model jembatan dan maket bangunan.

3) Model matematis, yakni model yang menggambarkan keadaan

yang ada dalam bentuk persamaan-persamaan matematis. Model

inilah yang dipakai pada perencanaan transportasi. Misalnya:

jumlah lalu lintas yang sebanding dengan jumlah penduduk.

Model matematis transportasi dapat dijabarkan dalam

bentuk-bentuk berikut ini:

1) Deskriptif, yang menjelaskan keadaan yang ada atau keadaan

jika dilakukan suatu perubahan terhadap keadaan yang ada.

2) Prediktif, yang meramalkan keadaan yang akan datang.

3) Planning, yang meramalkan keadaan yang akan datang disertai

(14)

Pemilihan moda merupakan model terpenting dalam

perencanaan transportasi. Hasil analisis pemilihan moda ini sangat

bermanfaat sebagai masukan dan bahan pertimbangan penyedia jasa

transportasi dan para pengambil kebijakan di dalam mengambil

pertimbangan dan keputusan ke depannya. Beberapa kelompok

pengguna jasa dan moda transportasi (Miro, 2008):

1) Pengguna jasa transportasi/pelaku perjalanan (trip maker)

Pengguna jasa transportasi atau konsumen jasa transportasi

dapat dibagi menjadi dua kelompok :

a) Golongan paksawan (captive) merupakan jumlah terbesar di

negara berkembang, yaitu golongan masyarakat yang

terpaksa menggunakan angkutan umum karena ketiadaan

mobil pribadi. Mereka secara ekonomi adalah golongan

masyarakat lapisan menengah ke bawah (miskin atau

ekonomi lemah).

b) Golongan masyarakat yang mempunyai kemudahan (akses)

ke kendaraan pribadi dan dapat memilih untuk

menggunakan angkutan umum atau angkutan pribadi.

Mereka secara ekonomi adalah golongan pilihan (choice),

merupakan jumlah terbanyak di negara-negara maju, yaitu

golongan masyarakat lapisan menengah ke atas (kaya atau

(15)

2) Bentuk Alat (Moda) Transportasi/Jenis Pelayanan Transportasi

Moda adalah jenis-jenis sarana yang tersedia untuk

melakukan perjalanan atau pergerakan seseorang dari suatu

tempat ke tempat lainnya baik yang menggunakan kendaraan

bermotor maupun tidak serta para pejalan kaki yang sedang

menggunakan jalan.

Ada dua kelompok besar moda transportasi, yaitu:

a) Kendaraan pribadi (private transportation)

Moda transportasi yang dikhususkan untuk pribadi

seseorang dan seseorang itu bebas menggunakannya

kemana aja, kapan saja, dan dimana saja yang diinginkan

atau tidak menggunakannya sama sekali (mobilnya

disimpan di garasi). Keuntungan yang didapat adalah

perjalanan menjadi lebih cepat, bebas tidak tergantung

waktu, dapat membawa barang dan anak-anak dengan lebih

aman, bebas memilih rute sesuai keinginan pengemudi

(Warpani, 1990).

b) Kendaraaan umum (public transportation)

Moda transportasi yang diperuntukkan buat bersama

(orang banyak), kepentingan bersama, menerima pelayanan

bersama, mempunyai arah dan titik tujuan yang sama, serta

terikat dengan peraturan trayek yang sudah ditentukan dan

(16)

harus wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan

tersebut apabila angkutan umum ini sudah mereka pilih.

Moda angkutan umum menggunakan ruang jalan jauh lebih

efisien daripada moda angkutan pribadi (Tamin, 2000).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Moda

Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi

orang yang akan menggunakan setiap moda. Proses ini dilakukan

dengan maksud untuk mengkalibrasi model pemilihan moda pada

tahun dasar. Pemilihan moda sangat sulit untuk dimodel karena

banyak faktor yang sulit dikuantifikasi misal kenyamanan,

keamanan, keandalan, atau ketersediaan moda saat diperlukan.

Faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan moda ini dapat

dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok (Miro, 2008), yaitu:

1) Kelompok faktor karekteristik si pelaku perjalanan (traveler

characteristics factor). Beberapa variabel berikut ini diyakini

sangat mempegaruhi pemilihan moda:

a) Ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi (car

ownership).

b) Pendapatan (income), berupa daya beli sang pelaku

perjalanan untuk membiayai perjalananya.

c) Kondisi kendaraan pribadi (tua, jelek, baru dll).

(17)

e) Sosial ekonomi lainnya, seperti struktur dan ukuran

keluarga (pasangan muda, punya anak, pensiun atau

bujangan), usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, lokasi

pekerjaan, punya lesensi mengemudi (SIM) atau tidak.

2) Kelompok faktor karakteristik perjalanan (travel charecteristics

factor). Terdapat beberapa variable yang dianggap kuat

pengaruhnya terhadap perilaku pengguna jasa moda transportasi

dalam memilih moda:

a) Tujuan perjalanan (trip purpose) seperti bekerja, sekolah,

sosial dan lain-lain.

b) Waktu perjalanan (time of trip made) seperti pagi hari,

siang, tengah malam, hari libur dan seterusnya.

c) Panjang perjalanan (trip length), merupakan jarak fisik (km)

antara asal dengan tujuan, termasuk panjang rute, waktu

pembanding kalau menggunakan moda-moda lain, disini

berlaku bahwa semakin jauh perjalanan, semakin orang

cenderung memilih untuk naik angkutan umum.

3) Kelompok faktor karakteristik sistem transportasi

(transportation system characteristics factor) . Hal ini dapat

dikelompokkan menjadi dua kategori.

(18)

a) Waktu relatif perjalanan (relative travel time): mulai dari

lamanya waktu menunggu kendaraan, dan waktu diatas

kendaraan.

b) Biaya relative perjalanan (relative travel cost), merupakan

seluruh biaya yang timbul akibat melakukan perjalanan dari

asal ke tujuan untuk semua moda yang berkompetisi seperti

tarif, bahan bakar dan lain-lain.

Kedua, faktor kualitatif menurut (Tamin, 1997)

a) Kenyamanan

b) Keteraturan

c) Keandalan

d) Keamanan

4) Kelompok faktor karakteristik kota dan zona, yaitu:

a) Jarak kediaman dengan tempat kegiatan.

b) Kepadatan penduduk (population density).

c. Pemilihan Moda Transportasi

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam model

pemilihan moda (Tamin, 2000):

1) Biaya

Dalam pemodelan pemilihan moda sangat penting dibedakan

antara biaya perkiraan dengan biaya aktual. Biaya perkiraan

adalah biaya yang dipikirkan oleh pemakai jalan dan dasar

(19)

sebenarnya yang dikeluarkan setelah proses pemilihan moda

dilakukan.

2) Angkutan umum captive

Dalam pemodelan pemilihan moda, tahap berikutnya adalah

mengidentifikasi pemakai angkutan umum captive. Orang

seperti ini didefenisikan sebagai orang yang berangkat dari

rumah dan tidak atau mempunyai atau menggunakan kendaraan

pribadi (tidak ada pilihan lain kecuali angkutan umum).

Diasumsikan bahwa orang tersebut pasti menggunakan angkutan

umum.

3) Lebih dari dua moda

Beberapa prosedur pemilihan moda memodel pergerakan

dengan hanya dua buah moda transportasi: angkutan umum dan

angkutan pribadi. Di beberapa negara Barat terdapat beberapa

pilihan lebih dari dua moda; misalnya, London mempunyai

kereta api bawah tanah, kereta api, bus dan mobil. Di Indonesia

terdapat bebrapa jenis moda kendaraan bermotor (termasuk

ojeg) ditambah becak dan berjalan kaki termasuk penting di

Indonesia. Jones (dalam Tamin, 2000) menekankan dua

pendekatan umum tentang analisis sistem dengan dua buah

(20)

Gambar 2.1 Pemilihan dua moda (angkutan umum dan mobil)

Sumber : Tamin, 2000

Dari gambar di atas dapat diambil asumsi bahwa gambar sebelah

kiri mengasumsikan pelaku perjalanan mengambil pilihan antara

bergerak dan tidak bergerak. Apabila pelaku perjalanan

melakukan pergerakan, maka pertanyaan yang timbul adalah

apakah menggunakan angkutan pribadi atau umum? Sedangkan

gambar sebelah kanan mengasumsikan bahwa begitu memilih

untuk bergerak maka pelaku perjalanan memilih moda yang

tersedia.

Pendekatan yang lebih cocok khusus untuk Indonesia adalah

seperti Gambar 2.2 di bawah ini: Total

Bergerak Tidak bergerak

Mobil Angkutan umum

Angkutan umum 1

Angkutan umum 2

Total

Bergerak Tidak bergerak

Mobil Angkutan umum 2

(21)

Gambar 2.2 Proses pilihan lebih dari dua moda yang dipilih

Sumber : Miro, 2005

Gambar 2.2 di atas mengilustrasikan betapa rumitnya

memodelkan seluruh moda transportasi yang ada dalam suatu

sistem. Masalah lain dalam hal angkutan pribadi adalah

pengendara dan penumpang. Keduanya mempunyai atribut yang

berbeda yang sangat berpengaruh dalam proses pemilihan moda.

d. Pendekatan Model Pemilihan Moda

Dalam pemilihan moda biasanya pelaku perjalanan memilih

moda yang tercepat, termurah dan ternyaman. Tujuan daripada

pemodelan pemilihan moda sebenarnya adalah untuk mengetahui

proporsi orang akan menggunakan salah satu moda transportasi.

Dalam penelitian ini pemodelan pemilihan moda bertujuan untuk Sepeda Motor

(Roda 2)

Mobil (Roda 4)

Bus Mikrolet Taksi Becak Mesin

Melakukan Perjalanan Tidak Melakukan

Perjalanan

Berjalan kaki Berkendaraan

Angkutan Umum Mobil Pribadi

Bermotor Tidak Bermotor

(Becak/Ojek Sepeda)

Tidak Bermotor (Sepeda)

Bermotor

Jalan Raya Jalan Rel

(Kereta Api)

(22)

mengetahui pemilihan moda transportasi yang digunakan (yaitu

kendaraan pribadi dan kendaraan umum) serta faktor-faktor

karakteristik sistem transportasi yang mempengaruhi terhadap

pemilihan moda transportasi tersebut. Untuk memodelkan pemilihan

moda ini (Watson, 1974, dalam Tamin, 2000) merekomendasikan

asumsi-asumsi sebagai berikut:

1) Pelaku perjalanan yang waras (rasional) selalu memaksimumkan

kepuasan diperolehnya.

2) Dalam pemanfaatan sumber kepuasan tersebut, pelaku

perjalanan mempunyai batasan-batasan seperti pendataan dan

sebagainya.

3) Pelaku perjalanan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang

karakteristik masing-masing alternatif moda yang akan

dipilihnya.

4) Jatuhnya pilihan pada salah satu moda menunjukkan bahwa dia

mempertimbangkan karakteristik moda tersebut sesuai dengan

karakteristik perjalanannya.

5) Pelaku perjalanan konsisten sepanjang waktu terhadap

pilihannya selama tidak terdapat peubah pada karakteristik

pribadinya.

Untuk memperhitungkan pemilihan moda transportasi yang

digunakan (yaitu kendaraan pribadi dan kendaraan umum) serta

(23)

terhadap pemilihan moda transportasi tersebut, model analytic

hierarchy process (AHP) adalah model yang paling mudah dan

sering digunakan untuk pengambilan keputusan terhadap pemilihan

moda transportasi yang akan digunakan, oleh karena itu dalam

penelitian ini digunakan model analytic hierarchy process (AHP).

e. Analytic Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu cara

dalam pengambilan keputusan, seperti yang diungkapkan oleh Saaty

dan Vargas (1982) (dalam Odeyale, dkk, 2013) bahwa “AHP is a

multi-criteria decision-making method developed”. AHP ini

digunakan karena memberikan hasil yang baik dalam pengambilan

keputusan terutama dalam pemilihan moda transportasi, seperti yang

diungkapkan oleh Saaty dan Vargas (1982) (dalam Odeyale, dkk,

2013) bahwasannya penggunaan AHP ini dapat digunakan untuk

membantu orang-orang dalam melihat prioritas dan membuat

keputusan terbaik pada aspek kualitatif dan kuantitatif yang

dipertimbangkan. Oleh karena itu AHP ini tepat digunakan untuk

pemilihan moda transportasi dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya yang bersifat kulaitatif dan kuantitatif.

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori

umum mengenai pengukuran. 4 (empat) macam skala pengukuran

yang biasanya digunakan secara berurutan adalah skala nominal,

(24)

dikategorikan menjadi skala yang lebih rendah, namun tidak

sebaliknya. Pendapatan per bulan yang berskala rasio dapat

dikategorikan menjadi tingkat pendapatan yang berskala ordinal atau

kategori (tinggi, menengah, rendah) yang berskala nominal.

Sebaliknya jika pada saat dilakukan pengukuran data yang diperoleh

adalah kategori atau ordinal, data yang berskala lebih tinggi tidak

dapat diperoleh. AHP mengatasi sebagian permasalahan itu (Saaty,

2001).

AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa

perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu.

Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui

pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan,

atau kepentingan atau perasaan. Dengan demikian metode ini sangat

berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang

semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, perilaku dan

kepercayaan (Saaty, 2001).

Langkah-langkah dalam AHP (Acuna, et al., 2009) (Omar &

Abdullah, 2010)

1) Mengembangkan struktur hirarkis dalam istilah dari keseluruhan

alternatif tujuan, kriteria, sub kriteria dan keputusan.

2) Data dikoleksikan oleh pair-wise comparation keputusan

(25)

3) Perhitungan menormalkan prioritas kriteria dan sub kriteria, dan

diperiksa konsistensi penilaian.

4) Menganalisis prioritas bobot dan membangun solusi untuk

masalah.

Penggunaan metode Analytic Hierarchy Process(AHP)

dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari

permasalahan yang ingin diteliti. Didalam hirarki terdapat tujuan

utama, kriteria-kriteria, sub kriteria-sub kriteria dan

alternatif-alternatif yang akan dibahas. Perbandingan berpasangan

dipergunakan untuk membentuk hubungan didalam struktur. Hasil

dari perbandingan berpasangan ini akan memebentuk matrik dimana

skala rasio diturunkan dalam bentuk eigenvektor utama atau

fungsi-eigen. Matrik tersebut berciri positif dan berbalikan, yakni aij = 1/aji

(Saaty, 2001).

Abstraksi susunan hirarki keputusan dapat dilihat dibawah ini:

Level 1 : Fokus atau Sasaran Utama

Level 2 : Faktor atau Kriteria

Level 3 : Obyektif

Level 4 : Sub obyektif

Level 5 : Alternatif

Setiap hirarki tidak perlu terdiri dari 5 level, banyaknya level

(26)

permasalahan, level 1 (fokus atau sasaran), level 2 (faktor atau

kriteria) dan level 5 (alternatif) harus selalu ada.

Gambar 2.3 menunjukkan struktur hirarki dari kasus

permasalahan yang ingin diteliti yakni pemilihan moda transportasi

berdasarkan keempat faktor. Penetapan faktor yang berpengaruh

didasarkan atas berbagai studi sebelumnya.

Gambar 2.3 Struktur Hirarki

Sumber: Decision Making For Leaders (Saaty 2001, dalam, Wicaksono)

Garis-garis yang menghubungkan kotak-kotak antar level

merupakan hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan

berpasangan dengan arah ke level yang lebih tinggi. Level 1

merupakan tujuan dari penelitian yakni memilih alternatif moda

yang tertera pada level 3. Faktor-faktor pada level 2 diukur dengan

perbandingan berpasangan berarah ke level 1. Misalnya didalam

memilih moda, mana yang lebih penting antara faktor aman dan

nyaman? Mana yang lebih penting antara faktor aman dan biaya,

aman dan waktu, aman dan nyaman, nyaman dan biaya dan Tujuan

Aman Nyaman Biaya

Mobil Pribadi

Sepeda Motor

Angkutan

Kota

Bis

Kota

Kereta Api Level 1

Level 3

(27)

seterusnya. Mengingat faktor-faktor tersebut diukur secara relatif

antara satu dengan yang lain, skala pengukuran relatif 1 hingga 9,

seperti yang tertera dalam tabel 2.2, diusulkan untuk dipakai oleh

Saaty.

Tabel 2.2 Skala nilai perbandingan berpasangan

Intensitas Kepentingan

Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen

lainnya

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan

yang berdekatan

Sumber: Decision Making For Leader (Saaty, 2001)

Berikut ini merupakan bentuk kuesioner matriks berpasangan

yang dibuat oleh Wicaksono dalam jurnal penelitiannya mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi.

Kuisioner ini mengantarkan perhitungan ke level 2 dan 3 untuk

menganalisis moda transportasi yang digunakan dengan faktor-

faktornya yaitu aman, nyaman, biaya, dan waktu.

Tabel 2.3 Kuesioner Analisis Pemilihan Moda Transportasi

No Kriteria A Skala Skala Kriteria B

1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Aman Nyaman

No Kriteria A Skala Skala Kriteria B

2 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Aman Biaya

No Kriteria A Skala Skala Kriteria B

(28)

No Kriteria A Skala Skala Kriteria B 4 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Nyaman Biaya

No Kriteria A Skala Skala Kriteria B

5 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Nyaman Waktu

No Kriteria A Skala Skala Kriteria B

6 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Biaya Waktu

Sumber :Wicaksono, Jurnal Teknik Sipil, Universias Gunadarma

C. Kerangka Pemikiran

Pasar Purwareja Klampok merupakan suatu kawasan yang cukup

strategis dikarenakan berada di tengah-tengah pusat keramaian dan dilalui

oleh jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Banjarnegara dan daerah

lainnya. Berbagai kebutuhan bahan pokok dipasarkan seperti sandang dan

pangan yang didatangkan dari dalam maupun dari luar daerah. Keberadaan

pasar Purwareja Klampok menjadi salah satu objek vital dalam sarana

perekonomian masyarakat sekitar. Pengunjung berasal dari berbagai wilayah

disekitar Kecamatan Purwareja Klampok maupun dari daerah lain.

Transportasi yang digunakan oleh pengunjung pasar cukup beragam.

Transportasi yang digunakan diantaranya sepeda motor, berjalan kaki, sepeda

(tak bermotor), angkudes (angkutan desa), bis kecil (mikro), serta becak.

Dengan banyaknya transportasi yang digunakan serta dipilih oleh pengunjung

pasar maka penulis ingin menganalisis dari segi faktor yang mempengaruhi

pengunjung pasar yang diantaranya aman, nyaman, biaya perjalanan, waktu

tempuh serta keandalan kapasitas dengan moda transportasi yang digunakan.

(29)

transportasi yang paling banyak digunakan oleh pengunjung pasar Purwareja

Klampok berdasarkan faktor-faktor karakteristik sistem transportasi yang

mempengaruhi. Diharapakan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi

bahan kajian bagi penelitian selanjutnya pada umumnya serta pihak pengelola

pasar dan pengelola jalan yang terkait di Kabupaten Banjarnegara pada

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Teradahulu
Gambar 2.1 Pemilihan dua moda (angkutan umum dan mobil)
Gambar 2.2 Proses pilihan lebih dari dua moda yang dipilih
Gambar 2.3 Struktur Hirarki
+2

Referensi

Dokumen terkait

Cookies lidah kucing formulasi tepung kacang kedelai dan tepung kacang hijau merupakan bahan makanan lokal yang mengandung sumber protein tinggi dan zat besi dan dapat

Berbicara mengenai pendidikan karakter, hal yang utama dikaji adalah sasaran kita dalam menerapkan pendidikan karakter itu sendiri yang tak lain adalah peserta didik

Hazret-i Ebûbekir’in seçiminde çok önemli rol oynadığı gibi, yeni kurulan İslâm devletinin siyasî, ahlâkî ve askerî stratejilerinin oluşmasında da halîfe- nin

Data-data yang telah terakumulasi, akan di olah dengan menggunakan metode analisis isi, yaitu dengan mengidentifikasi dan menilai data-data tentang makna filosofi

patologi pada organ-organ insang, lambung, usus, hati, ginjal dan jantung ikan kerapu macan yang disuplementasi isolat BAL dan setelah diuji tantang dengan

[r]

Sesuai dengan kejadian penyakit ISPA yang menjadi penyebab kematian bayi di Indonesia dan menjadi penyakit yang paling menonjol di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru,

Dari hasil regresi model fixed effect, variabel bebas yaitu pengaruh tingkat pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan rasio gini terhadap tingkat pengangguran terbuka di Daerah