• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Andalas (Morus macroura Miq.) di Tanah Ulayat Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Andalas (Morus macroura Miq.) di Tanah Ulayat Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

           

   

             

     

   

     

POTENSI ANDALAS (

Morus macroura

Miq.)

DI TANAH ULAYAT KECAMATAN X KOTO

KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT

AFRI MAHDANE

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Andalas

(Morus macroura Miq.) di Tanah Ulayat Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah

Datar Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Afri Mahdane NIM E14080048

 

(4)

ABSTRAK

AFRI MAHDANE. E14080048. Potensi Andalas (Morus macroura Miq.) di Tanah Ulayat Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Dibimbing oleh SRI RAHAJU dan YULIUS HERO.

Andalas adalah tanaman kayu endemik pulau Sumatera yang merupakan maskot Provinsi Sumatera Barat, namun sekarang tanaman Andalas ini sulit ditemukan dan masih banyak orang yang tidak mengetahui bahwa Andalas merupakan nama suatu tanaman atau pohon, sehingga Andalas ini perlu dilestarikan. Potensi yang dimiliki oleh tanaman ini tidak banyak diketahui, sehingga perlu dilakukan inventarisasi untuk dapat mengetahui penyebaran Andalas di hutan ulayat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan inventarisasi dan pemetaan tanaman Andalas di Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Andalas ditemukan di Kecamatan X Koto sebanyak 266 individu yang terdiri dari 134 pada tingkat pohon, 49 pada tingkat tiang, 64 pada tingkat pancang dan 19 pada tingkat semai. Kegiatan penanaman Andalas yang dilakukan di Nagari Singgalang pada tahun 2007 memiliki persentase keberhasilan tumbuh sangat kecil dari 40.000 bibit yang ditanam yang dapat tumbuh hanya sebanyak 292 atau 0,73%. Oleh karena itu untuk melestarikan tanaman Andalas maka diharapkan ada penelitian lanjutan, sehingga akan dapat diperoleh informasi lebih lengkap mengenai Andalas baik keberadaannya maupun budidayanya.

Kata kunci : Andalas, hutan ulayat, pemetaan

ABSTRACT

AFRI MAHDANE. E14080048. Potential Andalas (Morus macroura Miq.) On the Communal Land District X Koto Tanah Datar regency of West Sumatera. Supervised by SRI RAHAJU and YULIUS HERO.

Andalas is a timber plant that is endemic to the island of Sumatera, West Sumatera Province mascot, but now Andalas plant is hard to find and many people do not know that Andalas is the name of a plant or tree, so Andalas needs to be preserved. Potensial of the plant is not well known, so we need to be aware of the spread of inventory Andalas communal forest. The purpose of this study is to conduct an inventory and mapping of plant Andalas in District X Koto, Tanah Datar, West Sumatera. The results showed that Andalas found in District X Koto much as 266 individuals consisting of 134 at tree level, 49 at the poles, stakes and 64 at level 19 at the seedling. Andalas planting activities undertaken in Nagari Singgalang in 2007 had a very small percentage of success grows from 40.000 seedling planted can grow only as much as 292 or 0,73%. Therefore, to preserve the existing plant is expected Andalas advanced research, so it will obtain more detailed information regarding both existence and cultivation Andalas.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Fakultas Kehutanan

POTENSI ANDALAS (

Morus macroura

Miq.)

DI TANAH ULAYAT KECAMATAN X KOTO

KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT

 

AFRI MAHDANE

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Potensi Andalas (Morus macroura Miq.) di Tanah Ulayat Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat

Nama : Afri Mahdane NIM : E14080048

Disetujui oleh

Dra. Sri Rahaju, MSi Pembimbing I

Dr.Ir.Yulius Hero, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pemetaan Potensi Andalas (Morus macroura Miq.) di Tanah Ulayat Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Sri Rahaju, MSi dan Dr. Ir. Yulius Hero, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingannya, Prof. Dr. Ir. Ervizal AM. Zuhud, MS selaku dosen penguji, Dr. Ir. Muhdin, MSc selaku dosen ketua sidang, Bapak Joko dan Bapak Datuak yang membantu dalam pengambilan data di lapangan, Ir. Eka Meinarsih, Jasfri S.Hut dan Prof. Dr. Ir. Aswaldi Anwar, MS yang membantu dalam pengambilan data sekunder, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, BPDAS Agam Kuantan dan Dinas Kesbangpol Tanah Datar atas izin penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Afet. M S.Sos, Ibunda Erdanelly S.Pdi serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga tersusunnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang memerlukannya.

Bogor, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTARTABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 2

Tanah ulayat/Tanah Adat ... 2 

Pengertian Tanah Ulayat ... 2

Sejarah Tanah Ulayat ... 3

Hukum Tanah Adat Minangkabau ... 3

Macam-macam Tanah Hak Ulayat Menurut Hukum Adat Minangkabau 3 Andalas ... 4 

Sejarah ... 4

Botani dan Morfologi Andalas ... 5

Fungsi dan Manfaat ... 6

Pelestarian Andalas ... 8

Pemetaan dan Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 8 

Pemetaan ... 8 

Sistem Informasi Geografis... 8

METODE ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9

Metode Pengumpulan Data ... 10

Metode Pengambilan Data ... 10

Metode Analisis Data ... 11 

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 11

Areal Kecamatan X Koto ... 11 

Letak dan Luas Wilayah... 11 

Keadaan Biofisik ... 12 

Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya ... 12 

Areal Tanaman Andalas 2007 ... 12 

(10)

Keadaan Biofisik ... 13 

Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya ... 13 

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Penyebaran Andalas Secara Alami ... 14

Kondisi Tumbuhan Andalas 2007 ... 22

Tinjauan Tumbuhan Andalas 2007 ... 27

SIMPULAN DAN SARAN ... 29

Simpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 29

DAFTAR TABEL

1 Luas Nagari di Kecamatan X Koto ... 12

2 Sebaran Andalas di Sembilan nagari pada Kecamatan X Koto... 14 

3 Sebaran titik di sebelas jorong yang terdapat pada enam nagari ... 15 

4 Sebaran tingkat pohon di Kecamatan X Koto ... 16

5 Sebaran Andalas pada kelas diameter ... 17 

6 Sebaran tingkat pohon evaluasi tanaman Andalas 2007 ... 23 

   

DAFTAR GAMBAR

1 Foto daun, batang, dan bunga Andalas di lapangan. ... 5

2 Contoh manfaat Andalas dari segi keawetan. ... 6 

3 Contoh manfaat Andalas dari segi keindahan . ... 7 

4 Kurva jumlah Andalas pada setiap tingkatan pohon. ... 16

5 Foto Andalas terbesar di Kecamatan X Koto ... 17

6 Peta Penyebaran Andalas di Kecamatan X Koto... 19

7 Peta Penyebaran Andalas di Nagari Paninjauan Kecamatan X Koto ... 20

8 Peta Penyebaran Andalas di Nagari Tambangan Kecamatan X Koto ... 21

9 Peta Penyebaran Andalas di Nagari Aie Angek, Singgalang, Panyalaian, Koto Laweh Kecamatan X Koto ... 22

10 Andalas yang pernah dipotong ... 24

11 Andalas tumbuh dari tunggak Andalas yang telah ditebang ... 24

12 Peta tanaman Andalas 2007 di Nagari Singgalang ... 26

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dengan lingkungan yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No.41/1999). Hutan banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Mengingat peran dari hutan sangat penting, maka dibutuhkan pengelolaan hutan untuk menjaga kelestarian dan manfaat yang berkesinambungan. Pengelolaaan hutan yang dimaksud adalah pengelolaan hutan yang baik, cermat, dan terarah mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pemanenan.

Salah satu kawasan hutan yang memiliki pengelolaan yang arif terhadap lingkungan adalah hutan adat/ulayat. Masyarakat adat mengelola kawasan hutan secara turun temurun dengan peraturan-peraturan dibuat sendiri. Peraturan itu dibuat agar kelestarian hutan ulayat dapat tetap terjaga.

Masyarakat adat diberikan hak oleh negara untuk mengelola hutan adat/ulayat. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria menetapkan bahwa “Hak ulayat dan hak-hak serupa itu dari masyarakat hukum adat masih tetap dapat dilaksanakan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan, sepanjang hak ulayat itu menurut kenyataannya masih ada”(Harsono 2008).

Hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat hukum adat, didefinisikan sebagai “kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumberdaya alam, termasuk tanah dalam wilayah tersebut bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan”.

(12)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melakukan inventarisasi dan pola penyebaran pohon Andalas di lahan ulayat Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai data dasar bagi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat dan Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik) Kabupaten Tanah Datar mengenai penyebaran, potensi serta pengembangan Andalas di Kecamatan X Koto.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Ulayat/ Tanah Adat Pengertian Tanah Ulayat

Tanah ulayat adalah tanah yang sudah ditentukan pemilik-pemiliknya, tetapi belum diusahakan hanya anggota suku sajalah yang dapat memperoleh dan menggunakannya. Tanah tersebut dikuasai secara bersama oleh suatu suku dan pengawasannya diserahkan kepada suku (Sjarifoedin 2011).

Menurut hukum adat Minangkabau hak yang paling tinggi adalah hak ulayat. Seseorang di Minangkabau bisa menguasai hak tersebut tapi tidak bisa memilikinya, hanya hak pakai yang bersifat sementara. Jangka waktu pemakaiannya pun telah diatur terlebih dahulu sebelum tanah ulayat tersebut dipakai. Seseorang tersebut hanya mempunyai hak untuk memungut hasil atas tanah dan segala yang tumbuh di atas tanah tersebut. Menurut Abna dan Sulaiman 2007, hak terhadap tanah ulayat sebagai berikut :

1. Memungut hasil hutan dan menangkap binatang liar termasuk ikan, dalam tanah ulayat masyarakat hukum adat.

2. Dengan izin persekutuan, membuka bidang tertentu dari tanah ulayat persekutuannya untuk diusahakan terus menerus sebagai tempat tinggal, lahan pertanian, peternakan, perikanan, dan sebagainya. Melalui cara ini anak nagari tententu akan memperoleh hak khusus atas tanah yang telah dibukanya itu yang disebut dengan ganggam bauntuak (hak pakai).

3. Dengan izin persekutuan seorang warga persekutuan dapat membuat perjanjian dengan pihak luar dalam memanfaatkan ganggam bauntuaknya. 4. Dengan izin persekutuan seorang warga persekutuan dapat mengalihkan

ganggam bauntuaknya kepada warga persekutuannya yang lain, seperti hibah tanah, sewa tanah, dan sebagainya.

(13)

Sejarah Tanah Ulayat

Ulayat berasal dari bahasa arab yaitu wilayah yang berasal dari sekelompok orang yang pada saat itu belum ada hak individu atas tanah. Semua anggota kelompok merasa berhak secara bersama dengan anggota kelompoknya yang lain terhadap semua tanah dalam wilayah mereka, karena itulah hak persekutuan atas tanah seperti ulayat nagari, ulayat suku/paruik lebih dahulu muncul dari pada hak perseorangan. Dahulu wilayah tersebut disebut ranah (daerah), perubahan dari ranah menjadi ulayat terjadi setelah masuknya Islam ke Minangkabau.

Pada mulanya masyarakat Minangkabau hidup secara berpindah-pindah (Nomaden) secara berkelompok (mulai kelompok suku paruik) karena pada saat itu mereka hidup dengan memungut hasil, jika di tempat tersebut bahan makanannya sudah habis maka mereka akan pindah ketempat sebelahnya secara melingkar (apabila ditempat awal mereka sudah terdapat makanan lagi maka mereka akan pindah lagi ketempat tersebut). Kelompok tersebut selalu mengawasi wilayah pengembaraan mereka sehingga kelompok lain tidak boleh masuk tanpa izin mereka.

Hukum Tanah Adat Minangkabau

Tanah di Minangkabau dimiliki secara komunal atau persekutuan. Kepemilikan tanah di Minangkabau berdasarkan garis keturunan ibu (matrilinial). Tanah bagi masyarakat Minang merupakan faktor yang menentukan hidup atau matinya persekutuan dan anggotanya sehingga memerlukan kehati-hatian dalam mengurusnya. Masalah tanah merupakan masalah yang sensitive yang dapat memicu berbagai macam konflik, baik konflik horizontal maupun konflik vertikal. Semua masyarakat di dunia menganggap bahwa tanah mempunyai arti penting, khususnya masyarakat Minang. Arti tanah bagi masyarakat Minang antara lain: 1. Tanah merupakan tempat berdirinya persekutuan adat (nagari, suku, paruik

atau kaum).

2. Tanah merupakan tempat persekutuan adat mencari kehidupan, mulai dari yang sederhana, seperti memungut hasil hutan, menangkap binatang liar, menangkap ikan sampai yang lebih komplit, seperti areal pertanian, tempat berdagang, industri, dan tempat untuk bermukim.

3. Tanah/wilayah persekutuan merupakan alat pemersatu persekutuan yang akan mengikat rasa persatuan masing-masing warga.

4. Tanah merupakan tempat dikebumikannya sesepuh persekutuan dan sebagai tempat bersemayamnya roh-roh persekutuan.

5. Tanah oleh masyarakat Minang sudah mulai dipandang sebagai harta kekayaan yang bersifat tetap, karena sudah mempunyai nilai ekonomi, relegius, dan sosiologi.

Macam-macam Tanah Hak Ulayat Menurut Hukum Adat Minangkabau

(14)

1. Tanah ulayat nagari, yaitu hutan ataupun tanah yang berada di bawah pengelolaan nagari. Tanah jenis ini belum dibagikan kepada suku atau kaum yang penguasaannya berada pada para penghulu di nagari yang bersangkutan. Pada tanah ulayat inilah anak nagari mencari hasil hutan, kayu untuk membangun rumah, dan keperluan nagari lainnya. Biasanya tanah ulayat nagari ini berbentuk bukit dan gunung, padang dan belukar, rawa dan payau, sungai dan danau, laut dan telaga, padang rumput dan kolam. Tanah ulayat nagari ini pengurusan dilakukan oleh Ninik Mamak yang menjabat di KAN (Kerapatan Adat Nagari), sedangkan hak atas tanah hanya berupa Hak Pakai dan pengaturan pemanfaatan oleh pemerintah nagari.

2. Tanah ulayat suku, yaitu tanah-tanah yang dikelola dan hanya anggota suku yang dapat memperoleh dan menggunakan tanah tersebut. Ulayat suku merupakan tanah cadangan yang dikuasai oleh suku. Wewenangnya dipegang oleh suku yang bersangkutan. Pemanfaatan tanah ulayat suku ini diatur oleh penghulu-penghulu suku yang bersangkutan.

3. Tanah ulayat kaum (pusako tinggi), yaitu tanah yang dimiliki oleh kaum yang merupakan milik bersama seluruh anggota kaum dan diperoleh secara turun temurun di bawah pengawasan mamak kepala waris. Tanah ulayat kaum biasanya berupa sawah/ladang yang digarap langsung oleh anggota kaum dengan status hak pakai. Pemanfaatan tanah ulayat kaum ini diatur oleh Mamak Jurai atau Mamak kepala waris.

4. Tanah pusaka rendah, yaitu harta yang diperoleh seseorang atau suatu keluarga berdasarkan pemberian atau hibah maupun dimiliki oleh suatu keluarga berdasarkan pencarian, pembelian dan sebagainya. Pemanfaatan tanah pusaka rendah ini diatur oleh lelaki tertua di keluarga tersebut.

Andalas

Sejarah

Pohon Andalas merupakan tumbuhan endemik Pulau Sumatera. Pohon ini disebut endemik karena pohon ini hanya ada di Pulau Sumatera, walaupun dilaporkan pernah ditemui di Jawa Barat namun diyakini pohon tersebut berasal dari Pulau Sumatera. Melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumatera Barat No 522-414-1990, Pohon Andalas (Morus macroura Miq.) ditetapkan sebagai flora maskot Propinsi Sumatera Barat. Morus macroura Miq., juga ditemukan di Pegunungan Himalaya, dikenal dengan Himalayan mulberry tetapi dengan karakter yang cukup jauh berbeda.

(15)

Jenis ini ditemukan di kaki gunung Himalaya (sekitar daerah Assam dan Sikkim), kawasan Indonesia, Malaya, Filipina dan Papua New Guinea. Di Sumatera Barat tersebar di Andaleh, Panijauan, Singgalang, Tanjung Bonai, Lembah Anai, Minang Village, Simanau, Air sirah, Batang Barus, Kelok Sambilan, Halaban, Batang Palupuh, Maninjau dan Panti.

Botani dan Morfologi Andalas

Andalas satu famili dengan murbei, yaitu famili Moracea. Genus Morus yang lain seperti M. nigra dan M. cathayana juga tergolong kedalam famili Moracea yang secara umum di belahan dunia lain digolongkan sebagai mulberry, sementara di beberapa kalangan masyarakat ada yang menyebutnya karatau/kertau dan sebagainya. Di negara lain Andalas lebih dikenal dengan nama Himalayan

mulberry namun menurut penelitian Jawati 2006 tumbuhan Andalas yag ada di

Sumatera Barat memiliki perbedaan dengan Himalayan mulberry sehingga kedua takson tersebut disarankan dipisahkan menjadi varietas berbeda. Perbedaan dari kedua takson ini terletak pada perbedaan karakter terutama karakter buah.

Klasifikasi Andalas menurut Sistem Klasifikasi Cronquinst (1981) dan Radford (1986) diacu dalam Jawati 2006 diacu dalam Jawati 2006, sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Hamamelidae Ordo : Morales Famili : Moraceae Genus : Morus

Species : Morus macroura Miq.

 

Daun Batang Bunga Gambar 1 Foto daun, batang, dan bunga Andalas di lapangan.

(16)

umumnya sekitar satu bulan, maka akan muncul tunas-tunas baru diiringi dengan munculnya kuncup bunga.

Sebagai tumbuhan berkayu, pohon Andalas dapat mencapai tinggi lebih 40 m dengan tajuk yang rimbun. Jika tumbuhan ini dirawat baik, maka dapat tumbuh lurus dengan batang yang kuat dan dapat menghasilkan kayu yang baik. Warna batang pada umumnya coklat, namun dengan banyaknya “lichene” yang tumbuh sepanjang batang, maka akan terlihat warna batang menjadi bercak-bercak putih, kemerahan, bahkan bercampur hijau dan abu-abu (Anwar et al. 2007).

Pohon yang dapat menghasilkan buah hanya pohon betina. Buah pohon Andalas berbentuk buah majemuk yang tersusun dalam untaian berbentuk tandan. Satu tandan buah yang sudah dewasa dapat mencapai panjang 20 cm dan terdiri atas ±200 buah. Di dalam masing-masing buah tersebut terdapat biji dengan ukuran sekitar 0,1-0,2 mm yang berwarna coklat dan keras jika sudah dewasa. Biji ini dapat dikeluarkan dengan memeras buah atau tandan buah. Terkadang ada buah yang tidak ada bijinya atau bijinya masih lunak. Buah ini dibungkus oleh kulit buah berwarna hijau yang sebenarnya berasal dari kelopak bunga. Di dalam kulit buah ini terkandung beberapa senyawa kimia, diantaranya alkaloid yang merupakan senyawa penghambat perkecambahan (Swasti & Anwar 2006).

Fungsi dan Manfaat

Pada umumnya kayu Andalas yang tua berwarna coklat kehitaman, namun ada juga yang berwarna kuning kecoklatan. Dari segi keawetan, kayu Andalas termasuk kelas awet I karena mempunyai BD 0,75 (Prawira & Oetja 1975). Agar kayu Andalas dapat tahan terhadap rayap maka kayunya harus ditangani dengan baik atau perlu perlakuan khusus. Namun kayu andalas ini mudah dikerjakan terutama digunakan untuk tiang, balok lantai dan papan lantai pada bangunan perumahan. Karena itu beberapa bangunan menggunakan kayu Andalas terutama untuk kunsen dan tiang-tiang penyangga. Salah satu rumah gadang tua (dibangun 1825) di Tilatang Kamang tiang utamanya yang masih kokoh terbuat dari kayu Andalas, serta cetakan kue yang dulu banyak digunakan penduduk Sumatera Barat (Anwar et al. 2007). Gambar 2 merupakan contoh dari manfaat kayu Andalas dari segi keawetannya.

   

 

(A) (B)

Keterangan: (A) Tiang Rumah gadang yang dibangun tahun 1825M, kayunya masih utuh (2007M) di Aur Tilatang Kamang Kabupaten Agam

(B) Alu pada kincir air di Pasa Rabaa, X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumber: Azwaldi Anwar 2007

(17)
(18)

Pelestarian Andalas

Upaya yang dilakukan untuk pelestarian tanaman Andalas adalah dengan melakukan penanaman oleh masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani Morus macroura dengan BPDAS Agam Kuantan. Penaman ini dilakukan atas dasar penelitian yang telah dilakukan oleh Universitas Andalas (UNAND). Bibit yang disediakan sebanyak 44.000 bibit Andalas yang disiapkan oleh kelompok tani Morus macroura di Nagari Singgalang Kecamatan X Koto Tanah Datar. Penanaman dilakukan akhir Tahun 2006 sampai dengan Juni Tahun 2007 seluas ± 100 Ha di perbukitan di Jorong Luhuang Nagari Singgalang (Anwar et al. 2007).

Pemetaan dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan

Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminology geodesi) dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vector maupun raster (Ukur 2011). Pemetaan bertujuan untuk membuat atau mengadakan peta dasar maupun peta tematik sebagai salah satu dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan khususnya di bidang kehutanan.

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang terdiri atas perangkat keras komputer (hardware), perangkat lunak (software), data geografis dan sumberdaya manusia (brainware) yang mampu merekam, menyimpan, memperbaharui, menampilkan, dan menganalisis informasi yang bereferensi geografis. Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan SIG (Jaya 2002).

Menurut Purwadhi (2001) diacu dalam Ristiana (2011), SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis komputer dengan tiga karakter dasar, yaitu: 1) mempunyai fenomena aktual (variabel data non-lokasi) yang berhubungan dengan topik permasalahan di lokasi bersangkutan; 2) merupakan suatu kejadian di suatu lokasi; dan 3) mempunyai dimensi waktu.

SIG dipergunakan untuk membentuk basis data kehutanan yang mantap sebagai bahan pengambilan keputusan kebijakan yang berkaitan dengan areal atau kawasan hutan. Cara kerja SIG kurang lebih sama dengan cara kerja penimpalan

(overlaying) berbagai jenis peta tematik untuk mengetahui informasi yang

(19)

Puntodewo et al. (2003) menjelaskan beberapa sumber data yang dibutuhkan dalam SIG adalah sebagai berikut:

1. Peta analog

Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan, pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin, dan sebagainya. Referensi spasial dari peta analog memberikan koordinat sebenarnya di permukaan bumi pada peta digital yang dihasilkan. Beberapa contoh peta analog antara lain peta topografi dan peta tanah.

2. Data dari sistem penginderaan jauh

Data penginderaan jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaannya secara berkala. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa menerima berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Contoh data dari sistem pengindraan jauh yaitu citra satelit dan foto udara. 3. Data hasil pengukuran lapangan

Contoh data hasil pengukuran lapangan adalah data batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, dan sebagainya yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri.

4. Data GPS

Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi.

METODE

Bahan dan Alat

Objek yang diteliti adalah tegakan Andalas di hutan ulayat Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Alat yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, sebagai berikut;

1. Alat yang digunakan untuk pengambilan data di lapangan berupa : alat ukur diameter (meteran), Haga hypsometer, GPS, kamera digital, tali plastik, tally sheet dan alat tulis.

2. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengolahan data: perangkat keras

(hardware) berupa laptop, software ArcGIS 9.3, Arcview 3.2, software

Microsoft Excel 2007 dan Garmin Map Sources, peta digital Sumatera Barat dan peta batas Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(20)

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lapangan yaitu meliputi data koordinat pohon Andalas, jumlah, diameter setinggi dada (Dbh), tinggi bebas cabang dan tinggi total. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Kantor Dinas Kehutanan Sumatera Barat, Kantor BPDAS Agam Kuantan, sebagai berikut :

1. Peta lokasi penelitian.

2. Keadaan umum lokasi penelitian, yang meliputi keadaan fisik lingkungan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat.

3. Keadaan hutan yang meliputi tipe hutan.

Metode Pengambilan Data Metode Pengambilan Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui inventarisasi, pengamatan, dan wawancara. Pengambilan data lapangan berupa koordinat titik untuk mewakili setiap pohon. Alat yang digunakan untuk mengambil data koordinat ini adalah GPS. Penggunaan alat ini mempertimbangkan aspek kemudahan, ketersediaan alat dan kondisi lapangan. Inventarisasi Andalas ini dilakukan di Kecamatan X Koto dengan metode sensus pada semua tingkat tanaman yaitu semai, pancang, tiang dan pohon. Pada tingkat semai yang diambil datanya hanya jumlah semai yang ada pada areal penelitian. Pada tingkat pancang data yang diambil adalah diameter dan tinggi. Pada tingkat tiang dan pohon data yang diambil adalah diameter setinggi dada (Dbh), tinggi bebas cabang dan tinggi total.

Data mengenai sistem pengelolaan hutan ulayat dikumpulkan melalui kegiatan pengamatan dan wawancara. Metode wawancara bersifat semi terstruktur dengan bantuan daftar kuisioner. Data yang dikumpulkan adalah tentang kepemilikan hutan ulayat, sejarah hutan ulayat, dan pengelolaan hutan ulayat/adat.

Tahapan kerja yang dilakukan untuk kegiatan inventarisasi di hutan ulayat adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan kepada komposisi tegakan hutannya. Tegakan hutan yang dipilih adalah hutan ulayat yang memiliki tegakan tanaman Andalas.

2. Persiapan pengukuran.

3. Pengukuran tegakan hutan ulayat/adat. Pengambilan koordinat dan pengukuran potensi tegakan hutan ulayat dilakukan secara sensus. Pengukuran dilakukan pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon.

Metode Pengambilan Data Sekunder

(21)

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan sebaran tanaman Andalas dan sistem pengelolaan hutan ulayat di Kecamatan X Koto. Langkah-langkah dalam pengolahan data spasial adalah sebagai berikut: deliniasi daerah yang akan diteliti, overlay, input data koordinat Andalas, input data atribut.

Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat tanaman yang paling dominan dan menduga potensi tegakan Andalas. Potensi tegakan dinyatakan dalam jumlah batang dan volume kayu tiap hektar dan secara total (Departemen Kehutanan 1992). Kegiatan pengklasifikasian Andalas dilakukan berdasarkan ukuran. Berikut merupakan klasifikasian Andalas berdasarkan ukuran :

1. Semai, tinggi sampai 1,5 m.

2. Pancang, tinggi > 1,5 m sampai diameter < 10 cm. 3. Tiang, diameter 10 sampai 19 cm.

4. Pohon, diameter ≥ 20 cm.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Areal Kecamatan X Koto Letak dan Luas Wilayah

Kecamatan X Koto berada di bagian Barat Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Wilayah Kecamatan X Koto berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Agam, sebelah Selatan dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah Timur dengan Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Padang Pariaman. Sebagian besar wilayah Kecamatan X Koto berada di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi didalamnya melintas jalan raya Padang-Bukittinggi dengan ketinggian 700-1200 mdpl.

(22)

Tabel 1 Luas Nagari di Kecamatan X Koto

Secara umum wilayah Kecamatan X Koto mempunyai lahan pertanian yang subur dengan jenis tanah terbesar adalah andosol. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan dua gunung di kecamatan ini. Topografi daerah ini pada umumnya berbukit-bukit dengan hamparan sawah yang cukup luas. Sebagian besar perbukitan lainnya merupakan lokasi perkebunan rakyat dan hutan. Di Kecamatan X Koto terdapat Hutan Lindung seluas 5000 ha dan suaka Alam seluas 200 ha. Hutan milik nagari sekitar 3000 ha dan milik negara 5000 ha. Seluas 6500 ha kondisinya terpelihara, sedangkan 1500 ha dalam kondisi rusak (Laporan Akhir Tenaga Ahli Pembuatan Tanaman Andalas 2006).

Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya

Mata pencarian utama adalah usahapertanian, disamping itu sebagian lainnya hidup dari usaha kerajinan, perdagangan, atau jasa lainnya. Sebagian kecilnya PNS, Polisi dan Militer. Sebagian besar petani mengusahakan padi di lahan sawah yang beririgasi cukup baik. Pola tanam padi sering digabung dengan sayur-sayuran dan palawija. Peternakan juga cukup berkembang, terutama ternak sapi, kerbau dan kambing. Ayam kampung dan itik merupakan jenis unggas yang banyak dipelihara masyarakat Kecamatan X Koto.

Sektor pariwisata merupakan potensi yang cukup besar di Kecamatan X Koto. Jenis wisata yang sudah dikembangkan adalah wisata gunung dengan jumlah kunjungan sekitar 6000 orang/tahun dan wisata agro sebanyak 24000 orang/tahun. Acara budaya seperti adu kerbau merupakan salah satu even yang cukup digemari wisatawan (Laporan Akhir Tenaga Ahli Pembuatan Tanaman Andalas 2006).

Areal Tanaman Andalas 2007 Letak dan Luas Wilayah

(23)

Kota Kabupaten 35 km dan ke Ibu Kota Kecamatan 6 km. Alat angkutan tersedia setiap saat dengan kondisi jalan yang cukup mulus dan lancar.

Luas Nagari Singgalang sekitar 5999 ha yang sebagian besar dengan topografi perbukitan dan bergelombang. Seluas 51,72 ha adalah areal pemukiman, 254 ha persawahan, 135 ha perkebunan, dan 4478 ha hutan (Laporan Akhir Tenaga Ahli Pembuatan Tanaman Andalas 2006).

Keadaan Biofisik

Sebagian besar wilayah Nagari Singgalang adalah lahan pertanian yang subur dengan jenis tanah dominan andosol. Hampir 50% luas lahan yang ada adalah dengan tingkat kesuburan subur dan sangat subur, dan hanya seluas 245 ha yang tergolong tidak subur atau kritis. Seluas 60 ha merupakan lahan terlantar. Wilayah bagian Barat yang merupakan kaki Gunung Singgalang mempunyai kemiringan yang cukup tajam dan sebagiannya diusahakan pendudukan sebagai kebun kayu manis dan ada juga yang ditanami tanaman muda seperti cabai, bawang dan sayuran lainya. Dengan kondisi yang demikian, seluas 175 ha diperkirakan mempunyai tingkat erosi tanah berat, dan hampir tidak ada lahan di lokasi ini yang bebas dari kemungkinan erosi (Laporan Akhir Tenaga Ahli Pembuatan Tanaman Andalas 2006).

Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya

Tidak berbeda dengan penduduk Kecamatan X Koto, secara umum mata pencarian penduduk Nagari Singgalang adalah bidang pertanian terutama sayuran dan padi. Jumlah pemilik tanah sawah sebanyak 1.013 orang dan tegalan 874 orang. Pemilik tanah perkebun sebanyak 604 orang, petani penggarap 541 orang dan buruh tani 80 orang. Tanaman tua bernilai ekonomis tidak terlalu banyak diusahakan, hanya kayu manis yang ditanam di beberapa lereng perbukitan. Komoditas ini belakangan kurang diperhatikan karena harganya yang tidak memuaskan petani. Komoditas perkebunan lainnya yang diusahakan adalah kopi dan tebu.

Unit usaha bordir merupakan sub sektor industri kecil atau kerajinan yang cukup berkembang di Nagari Singgalang. Setidaknya ada enam pemilik usaha kerajinan bordir yang menyerap sebanyak 94 orang tenaga kerja di nagari ini. Disamping itu masih ditemukan setidaknya 216 orang pemilik usaha industri rumah tangga dan 11 pemilik usaha industri kecil.

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyebaran Andalas Secara Alami

Andalas merupakan pohon yang menjadi maskot Sumatera Barat dan merupakan tumbuhan yang potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan kayu dan buahnya. Andalas merupakan pohon yang sangat berguna bagi masyarakat Sumatera Barat karena kayunya memiliki kelas kuat yang sangat baik dan digunakan untuk tiang-tiang “Rumah Gadang” yang menjadi rumah adat dari Sumatera Barat. Rumah Gadang yang dibangun dengan tiang-tiang yang berasal dari pohon Andalas dapat berusia sampai ratusan tahun.

Menurut Sjarifoedin 2011, nagari merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau, tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari mempunyai wilayah sendiri, dengan batas-batas alam yang jelas dan mempunyai pemerintah berwibawa, ditaati oleh penduduk nagari. Pada dasarnya, nagari adalah “republik otonom” yang dengan sesamanya membentuk federasi longgar. Federasi longgar dari “federasi republik nagari” dinamakan “luhak” (Mansoer 1970 diacu dalam Sjarifoedin 2011).

Pada sistem pemerintahan nagari setingkat dengan desa. Nagari terdiri dari beberapa jorong, dalam sistem pemerintahan jorong setingkat dengan kampung. Pada penelitian ini tanaman Andalas ditemukan pada enam nagari dari sembilan nagari yang ada di Kecamatan X Koto yaitu: Nagari Paninjauan, Nagari Tambangan, Nagari Aie Angek, Nagari Panyalaian, Nagari Singgalang dan Nagari Koto Laweh, dari enam nagari tersebut terdapat sebelas jorong yang memiliki Andalas. Untuk mengetahui potensi tegakan yang dimiliki oleh Andalas, maka dilakukan klasifikasi. Andalas diklasifikasikan kedalam empat tingkatan pohon yaitu semai, pancang, tiang, dan pohon. Pengklasifikasian ini dilakukan berdasarkan ukuran. Berikut merupakan sebaran tingkatan pohon Andalas di sembilan nagari yang terdapat pada Kecamatan X Koto.

Tabel 2 Sebaran Andalas di sembilan nagari pada Kecamatan X Koto

No Nagari Tingkatan pohon Jumlah

Semai Pancang Tiang Pohon

1 Paninjauan 19 64 45 119 247

2 Tambangan 0 0 1 7 8

3 Aie Angek 0 0 2 1 3

4 Panyalaian 0 0 1 2 3

5 Singgalang 0 0 0 2 2

6 Koto laweh 0 0 0 3 3

7 Pandai sikek 0 0 0 0 0

8 Jaho 0 0 0 0 0

9 Koto Baru 0 0 0 0 0

(25)

terdiri dari 2 tiang dan 1 pohon. Di Nagari Panyalaian terdapat sebanyak 3 individu yang teridiri dari 1 pohon dan 2 tiang. Di Nagari Koto Laweh juga terdapat sebanyak 3 individu pada tingkat pohon saja. Sedangkan di Nagari Singgalang hanya terdapat 2 individu pada tingkat pohon. Untuk tiga nagari lainnya, yaitu: Nagari Pandai Sikek, Nagari Jaho, dan Nagari Koto Baru pada tanah ulayat tidak ditemukan tanaman Andalas. Dari segi luasan Nagari Singgalang memilki luasan paling besar namun jumlah Andalas yang terdapat di kawasan Nagari Singgalang termasuk yang paling sedikit diantara Nagari yang memiliki Andalas di wilayah administrasinya. Pada pemerintahan di Sumatera barat jorong merupakan sistem pemerintahan yang paling kecil oleh karena itu dilakukan pendataan Andalas pada setiap jorong. Berikut merupakan sebaran Andalas di sebelas jorong yang terdapat pada enam nagari di Kecamatan X Koto.

Tabel 3 Sebaran Andalas di sebelas jorong yang terdapat pada enam nagari

No Nagari Jorong Jumlah Andalas

1

Sesuai dengan Tabel 3 pada total Andalas yang ditemukan di Kecamatan X Koto adalah sebanyak 266 individu. Pada Nagari Paninjauan ditemukan jumlah Andalas paling banyak yang tersebar pada empat jorong yaitu Jorong Katiagan sebanyak 72 individu, Jorong Tigo Suku sebanyak 37 individu, Jorong Hilia Balai 9 individu dan Jorong Balai satu merupakan jorong yang paling banyak ditemukan Andalas yaitu sebanyak 129 individu. Pada Nagari Tambangan ditemukan Andalas hanya pada satu Jorong yaitu Jorong Tambangan Hilia sebanyak 8 individu, Nagari Aie Angek dan Nagari Panyalaian juga hanya satu nagari yang terdapat Andalas didalam kawasan administarasinya. Pada Nagari Aie Angek, hanya di wilayah Jorong Kayu Tanduak ditemukan Andalas sebanyak 3 individu. Pada Nagari Panyalaian, di wilayah Jorong Pasa Raba’a ditemukan Andalas sebanyak 3 individu. Pada Nagari Singgalanag terdapat dua jorong yang didalam kawasan administrasinya ditemukan Andalas yaitu di Jorong Luhung dan Jorong Koto masing masing terdapat Andalas sebanyak 1 individu. Sedangkan untuk Nagari Koto laweh juga hanya terdapat dua Jorong yang di wilayahnya ditemukan Andalas yaitu Jorong Kapalo Koto sebanyak 1 individu dan Balai Gadang sebanyak 2 individu. Wilayah Nagari Paninjauan memiliki Andalas paling banyak karena tanah ulayat di wilayah Nagari Paninjauan ini masih berupa hutan dan ladang campuran sedangkan tanah ulayat di Nagari lainnya telah banyak beralih fungsi ke pertanian.

(26)
(27)

Data mengenai Andalas yang diambil dilapangan tidak hanya berupa jumlah dan penyebarannya saja namun juga diameter setiap individu tumbuhan Andalas yang berada di Kecamatan X Koto. Data diameter tersebut dikelompokan dalam beberapa kelas. Pengelompokan ini dilakukan untuk dapat melihat potensi yang dimiliki oleh Andalas. Berikut merupakan Sebaran Andalas pada setiap kelas diameter.

Tabel 5 Sebaran Andalas pada kelas diameter

No Kelas Diameter (cm) Jumlah individu 1

2 3 4 5 6 7 8

0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-119

83 49 34 37 24 23 12 4

Jumlah 266

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa Andalas tersebar pada diameter mulai dari 0 sampai 119 cm, dimana Andalas yang memiliki diameter 0 merupakan Andalas pada tingkat semai dan diameter 119 merupakan Andalas pada tingkat pohon. Pohon yang memiliki 119 merupakan Andalas terbesar yang terdapat di Kecamatan X Koto sebesar 119 cm. Andalas terbesar di Kecamatan X Koto ini berada dibelakang rumah masyarakat. Menurut keterangan masyarakat pohon Andalas telah berumur tiga generasi keluarga mereka atau lebih dari seratus tahun. Berikut merupakan Andalas yang memiliki diameter terbesar di Kecamatan X koto.

Gambar 5 Foto Andalas terbesar di Kecamatan X Koto.

(28)
(29)

19

(30)
(31)

21

(32)
(33)

Kondisi Tumbuhan Andalas 2007

Kegiatan pelestarian Andalas sudah pernah dilakukan, berupa kegiatan penanaman tumbuhan Andalas. Kegiatan penanaman ini dilakukan pada akhir tahun 2006 sampai Juni 2007 di Nagari Singgalang Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. Namun data mengenai perkembangan tanaman Andalas yang ditanam ini belum ada di pemerintahan Sumatera Barat. Kegiatan penanaman ini melibatkan masyarakat sekitar areal penanaman, pemerintah Sumatera Barat dan akademisi Sumatera Barat.

Bibit yang digunakan dalam kegiatan penanaman ini adalah bibit hasil pengembangan masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani yang bernama Kelompok Tani Morus macroura (Andalas) dengan bimbingan dari BPDAS Agam Kuantan dan Universitas Andalas. Kelompok tani ini memiliki struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggotanya kurang lebih 20 orang. Bibit yang dikembangkan oleh Kelompok Tani Morus macroura berasal dari biji Andalas yang ada di wilayah Kecamatan X Koto. Perbanyakan Andalas secara vegetatif telah pernah dilakukan dengan stek bagian dahan dan ranting. Namun upaya ini belum memberikan hasil yang memuaskan, persentase keberhasilan sangat rendah yakni dibawah 5 %. Namun jika mengingat tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang dapat mencapai tinggi lebih dari 20 m, sebenarnya perbanyakan secara vegetatif kurang dianjurkan. Sistem perakaran dari perbanyakan vegetatif yang tidak sekokoh tumbuhan yang berasal dari biji, kurang menunjang tumbuh kokohnya tumbuhan Andalas. Dikhawatirkan dengan bentuk tajuk yang rimbun dan tinggi melebihi 20 m, jika perakarannya tidak kuat, hantaman angin dan badai dapat dengan mudah menumbangkannya.

Bibit yang berhasil disediakan oleh masyarakat dan BPDAS Agam Kuantan adalah sebanyak 44.000 bibit. Bibit yang dikembangkan oleh kelompok tani merupakan bibit yang berasal dari biji. Biji tersebut diperoleh dari tumbuhan Andalas yang ada di Kecamatan X Koto. Menurut laporan rencana kerja pembibitan Andalas sistem silvikultur intensif lahan yang dapat ditanami seluas ± 100 Ha. Bibit Andalas ini ditanam dengan jarak 5m x 5m. Jadi bibit yang dapat ditanam sebanyak 40.000 bibit Andalas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran tingkat pohon evaluasi tanaman Andalas 2007

No Tingkat pohon Jumlah bibit

(34)
(35)
(36)
(37)

Tinjauan Tumbuhan Andalas 2007

Andalas akan tumbuh dengan baik dan bermanfaat secara maksimal bila dibudidayakan pada lahan yang sesuai dengan syarat-syarat tumbuhnya. Lahan tersebut merupakan lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi yang saling mempengaruhi potensi penggunaannya. Morus macraura Miq. termasuk dalam genus yang sama dengan murbei yaitu genus morus. Murbei dapat tumbuh pada lokasi dengan suhu rata-rata 21-25°C (Atmoesoedarjo et al. 2000 diacu dalam Akbar 2009). Curah hujan rata-rata tahunan untuk tanaman murbei 2000-3000 mm (Samsijah dan Andadari, 1992 diacu dalam Akbar 2009). Andalas hidup pada tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang baik seperti tanah andosol. Habitat tempat tumbuh Andalas pada umumnya di dataran tinggi, kaki gunung dan dapat hidup di daerah yang relatif rendah seperti kawasan hutan dan juga perlu diberikan perlindungan cahaya matahari langsung untuk mengurangi penguapan dan sengatan matahari yang terik.

Menurut Jawati (2006) habitat Andalas ditemukan di hutan pengunungan, pinggir hutan dekat sungai, di daerah perladangan. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa Andalas lebih cinderung hidup di daerah yang memiliki cukup air.Andalas yang hidup atau tumbuh dan berkembang pada daerah yang memiliki

slope atau kemiringan yang landai hingga bergelombang dan daerah atau areal

yang lebih ternaungi. Tanaman Andalas ini termasuk ke dalam tanaman yang semi toleran. Semi toleran adalah tanaman yang terkadang membutuhkan naungan pada fase awal dan pada fase dewasa naungan dapat dikurangi.

Pada pemetaan tumbuhan Andalas Tahun 2007 didapatkan persentase keberhasilan tumbuhnya sangat kecil sebesar 0,73%. Banyak faktor yang menyebabkan persentase keberhasilan tumbuh Andalas kecil. Salah satu penyebabnya adalah areal tempat ditanamnya Andalas yang kurang sesuai dengan kriteria tempat tumbuh tanaman Andalas secara alami yang terdapat di Kecamatan X Koto. Wilayah Nagari Singgalang memiliki topografi yang berbukit dan wilayah bagian Barat yang merupakan kaki Gunung Singgalang mempunyai kemiringan yang cukup tajam. Daerah atau areal di Nagari Singagalang tempat penanaman Andalas ini relatif terbuka. Daerah Nagari Singgalang lebih banyak pada arah lereng menghadap timur. Lereng yang menghadap timur ini mendapatkan sinar matahari langsung dari matahari, sedangkan tumbuhan Andalas lebih cenderung suka pada daerah yang ternaungi.

(38)

Kecilnya presentase keberhasilan tumbuh tumbuhan Andalas salah satu faktornya adalah tidak ada lagi pengontrolan rutin dari BPDAS Agam Kuantan karena setelah dua tahun kegiatan ini berjalan, wilayah Singgalang ini bukan lagi merupakan wilayah kerja dari BPDAS Agam Kuantan. Wilayah Singggalang sekarang merupakan wilayah kerja dari BPDAS Indragiri Rokan, namun dari BPDAS Indragiri Rokan tidak ada pengontrolan mengenai tanaman ini karena terkendala jarak. Masyarakat Singgalang melalui Bapak Joko (mantan penyuluh nasional) pernah mencoba melakukan koordinasi dengan BPDAS Indragiri Rokan, namun belum ada tanggapan yang berarti karena kegiatan penanaman Andalas bukan merupakan kegiatan mereka dan jarak yang terlalu jauh menjadi alasan kurangnya perhatian untuk perkembangan tumbuhan ini. Selain tidak ada pengontrolan, wilayah ini sekarang banyak beralih fungsi dari hutan menjadi ladang berpindah, sehingga banyak pohon Andalas yang mati ataupun tercabut pada saat pembukaan lahan.

(A) Ladang yang telah ditinggalkan (B) Ladang yang baru ditanami

Gambar 13 Lahan penanaman Andalas.

Pada Tahun 2007 lahan di Nagari Singgalang ini merupakan lahan yang telah ditanami Andalas dengan jarak tanam 5m x 5m, namun sekarang lahan tersebut telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian berpindah bagi masyarakat setempat. Pada Gambar 13 (B) Andalas masih ada yang tumbuh di tepi ladang, Gambar 13 (A) merupakan ladang yang telah ditinggalkan oleh petani, sedangkan Gambar 13 (B) merupakan ladang baru yang dibuka oleh petani.

(39)

pengelola BPDAS Agam Kuantan yaitu “di mana Andalas ditanam, itu merupakan hak milik dari yang punya tanah”, dan tidak terdapat sanksi ataupun kesepakatan lain dalam kegiatan ini.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Andalas yang ditemukan di Kecamatan X Koto sebanyak 558 individu yang terdiri dari 292 individu hasil kegiatan penanaman tahun 2007 di Nagari Singgalang dan 266 individu yang tumbuh secara alami. Andalas yang tumbuh secara alami di Kecamatan X Koto terdiri dari 134 pada tingkat pohon, 49 pada tingkat tiang, 64 pada tingkat pancang dan 19 pada tingkat semai. Kegiatan penanaman Andalas yang dilakukan di Nagari Singgalang memiliki persentase keberhasilan tumbuh tanaman Andalas sangat kecil sebesar 0,73%. Hal ini terjadi karena areal tempat penanaman Andalas tidak sama dengan kondisi tempat tumbuh alami tanaman Andalas. Pertumbuhan tanaman Andalas yang tertinggi pada tingkat tiang itupun hanya sebanyak 4 batang. Belum ditemukan Andalas pada tingkat pohon. Jumlah yang paling banyak terdapat pada tigkat pancang sebanyak 177, sedangkan tanaman pada tingkat semai sebanyak 111.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian yang sama di kecamatan yang berbeda untuk melihat penyebaran Andalas secara menyeluruh, sehingga sifat dan karakteristik Andalas dapat diketahui lebih detail.

2. Perlu perhatian pemerintah daerah terhadap tanaman ini agar tidak punah karena tanaman ini memiliki nilai budaya sebagai maskot Provinsi Sumatera Barat.

3. Perlu dilakukan kerja sama dengan masyarakat dan berbagai lembaga lainnya untuk pengembangan Andalas secara berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

(40)

Akbar N. 2009. Substitusi Konsentrat Dengan Tepung Daun Murbei Dalam Pakan Berbasis Jerami Padi Pada Sapi Peranakan Ongole [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Anwar A, Syarif A, Swasti E, Jamsari, Syamsuardi, Renfiyeni. 2007. Langkah Awal Pelestarian Andalas (Morus macroura Miq.) [Jurnal].

Anwar A, Renfiyeni, Jamsari. 2007. Metode Perkecambahan Benih Tanaman Andalas (Morus macroura Miq.) (Germination method of Morus macroura Miq.)[Jurnal].

BPDAS Agam Kuantan. 2006. Laporan Akhir Tenaga Ahli Pembuatan Tanaman Andalas. Padang.

Departemen Kehutanan RI. 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Harsono B. 2008. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Jaya INS. 2002. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Kehutanan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jawati S. 2006. Studi Variasi Morfologi tumbuhan Andalas (Morus Macroura Miq.) di Sumatera Barat [Skripsi]. Padang: Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia, No.P.72/Menhut-II/2009, tanggal 10 Desember 2009.

Puntodewo A, Sonya D, Jusupta T. 2003. SIG Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. CIFOR. Bogor.

Prawira B.S.A, Oetja. 1975. Pengenalan Jenis-jenis Pohon Ekspor. Seri ke VII. Proyek Penelitian Hutan Pusat Sub Proyek Inventarisasi Hutan Tropik. Inventarisasi Flora Hutan. Hal. 14-15.

Ristiana NI. 2011. Evaluasi Penafsiran Citra Alos Palsar Resolusi 12,5 Meter Slope Corrected dan 50 Meter Dengan Menggunakan Metode Manual dan Digital Dalam Identifikasi Penutupan Lahan (Studi Kasus di Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sjarifoedin A. 2011. Minangkabau dari Dinasti Iskandar Zulkarnain Sampai Tuanku Imam Bonjol. Jakarta: PT Gria Media Prima.

Swasti E, Anwar A. 2006. Teknik Pemanenan Buah dan Pembibitan [Makalah Pelatihan Teknis Pembangunan Areal Model Tanaman Andalas bagi Masyarakat Nagari Singgalang Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar].

Ukur MT. 2011. Pemetaan Batas Wilayah Darat Penggunaan Lahan Dari Citra Landsat. Studi Kasus: Kabupaten Jombang. [Skripsi]. Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Surabaya.

(41)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lubuk Alung, Sumatera Barat pada tanggal 10 April 1990 dari pasangan Ayah Afet. M dan Ibu Erdanelly. Penulis merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara.

Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Enam Lingkung dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI di program studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam sejumlah organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan antara lain: Sekretaris Forest Managemen

Student Club (FMSC) 2009/2010, Sekretaris umum Himpunan Mahasiswa Padang

Pariaman (HimaPD) 2010/2011, Sekretaris Kelompok Studi Perencanaan FMSC 2011, Panitia kegiatan E-action 2009, Panitia Forest Managemen Cup 2010, Panitia Save Our Eart 2010, Panitia Forester Cup 2010, Panitia E-green 2010, Panitia Bina Corps Rimbawan (BCR) 2010 dan 2011, Panitia Pelatihan Jurnalistik 2010, Panitia Temu Manajer 2010, Panitia Presentasi (pagelaran seni,tradisi dan prestasi) Minang 2011, Panitia Forestry Exhibition 2011, dan kepanitiaannya yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Penulis juga pernah melaksanakan praktek pengenalan ekosistem hutan (PPEH) di Pangandaran dan Gunung Sawal tahun 2010, praktek pengelolaan hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) 2011, serta mengikuti program magang mandiri di BPDAS Agam Kuantan Sumatera Barat yang diadakan oleh Departemen Manajeman Hutan tahun 2009. Selanjutnya penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Finnantara Intiga Distrik Sintang Kalimantan Barat selama dua bulan pada tahun 2012. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum SMK Kehutanan Kadipaten di Gunung Walat tahun 2013.

Gambar

Gambar 1 Foto daun, batang, dan bunga Andalas di lapangan.
Gambar 2  Contoh manfaat Andalas dari segi keawetan.
Tabel 2  Sebaran Andalas di sembilan nagari pada Kecamatan X Koto
Gambar 4  Kurvaa jumlah Anndalas pada setiap tingkkatan pohonn.
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan An. sundaicus ) yang tertangkap pada penangkapan malam hari di Desa Koto Panjang daerah sekitar kampus Universitas Andalas Kelurahan Limau Manih, Kecamatan Pauh

Penelitian tentang jenis-jenis jamur penyebab penyakit pada tanaman cabai kopay (Capsicum annuum L. kultivar “KOPAY”) di Kelurahan Koto Panjang Lampasi, Kecamatan Payakumbuh

Status anak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat sebelum tahun

Tingginya kepadatan populasi siput telanjang pada lahan II yang terdiri dari kombinasi tanaman sawi putih, kubis dan cabe baik pengambilan umur 30 hari maupun

Dari ketiga lokasi tanah sawah, kandungan P tunggul padi tertinggi terdapat pada tunggul padi sisa panen di Aie Angek, diikuti oleh Anduring dan yang terendah

Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang telah dilakukan di lapangan pada dua lokasi yaitu pada lokasi I tanaman sawi putih dengan satu tanaman tumpang sari dan

Setelah penulis melakukan penelitian dan pembahasan tentang bagaimana sebenarnya pandangan Hukum Islam terhadap tradisi manyarang hari di Nagari Pandai Sikek, Kecamatan

Masyarakat Nagari Aie Angek juga sama dengan masyarakat di daerah lain yang tidak luput dari pengaruh kebudayaan asing, mereka bahkan mulai melupakan budayanya sendiri, untuk itu