ABSTRAK
Fitri Arifah.* Malem Ginting.**
Yefrizawati. ***
Masyarakat adat menempatkan masalah perkawinan sebagai urusan keluarga dan masyarakat. Dari perkawinan akan timbul hubungan hukum antara orang tua dan anak-anak mereka, dan timbulnya hubungan hukum antara mereka dengan harta kekayan. Di Indonesia terdapat tiga macam sistem kewarisan, yaitu sistem kewarisan mayorat, sistem kewarisan individual, dan sistem kewarisan kolektif. Dengan adanya beragam bentuk sistem kewarisan hukum adat, menimbulkan akibat yang berbeda pula, sehingga harus disesuaikan dengan adat masing-masing daerah. Begitu juga status anak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat sebelum tahun 1974, dan setelah tahun 1974. Hak mewarisi anak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif dan metode penelitian yuridis empiris yang bersifat deskriptif. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Status anak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat sebelum tahun 1974, yaitu dominan memilih hukum Batak dan Minangkabau sebagai hukum anaknya dan setelah tahun 1974, dominan memilih hukum Batak sebagai hukum anaknya. Sedangkan hak mewarisi anak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau yaitu dominan kepada anak laki-laki sebagai ahli warisnya, anak perempuan juga memperoleh harta warisan, tetapi dengan jumlah yang sedikit dibanding anak laki-laki. Pembagian harta warisan untuk anak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau diberikan kepada anak-anak dari pewaris, besar pembagiannya yaitu mendapatkan pembagian sama besar. Tetapi berlaku juga prinsip anak perempuan memperoleh ½ bagian dari anak laki-laki.
Kata kunci : Hukum Perkawinan Adat, Anak, Hukum Waris Adat dan Hak Mewaris.
*Mahasiswa Departemen Keperdataan Fakultas Hukum USU