• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN POPULASI SIPUT TELANJANG (Deroceras laeve) PADA TANAMAN SAWI PUTIH DI KENAGARIAN AIE ANGEK KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR E JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPADATAN POPULASI SIPUT TELANJANG (Deroceras laeve) PADA TANAMAN SAWI PUTIH DI KENAGARIAN AIE ANGEK KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR E JURNAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN POPULASI SIPUT TELANJANG (Deroceras laeve)

PADA TANAMAN SAWI PUTIH DI KENAGARIAN AIE ANGEK

KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR

E JURNAL

RISMAYANTI

NIM. 11010243

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

KEPADATAN POPULASI SIPUT TELANJANG (Deroceras laeve)

PADA TANAMAN SAWI PUTIH DI KENAGARIAN AIE ANGEK

KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR

Rismayanti, Jasmi

1

dan Ria Kasmeri

1

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Rizma.yanti@yahoo.com

ABSTRACT

The chicory production in Kenagarian Aie Angek still unstable due to the attack of naked snails (Deroceras laeve). Symptoms that appear on chicory presence of feces and holes in the leaves that causes the price of cabbage is lower. In connection with it has done research that aims to know population density Slug on Plant Chicory in Kenagarian Aie Angek X Koto Tanah Datar. This researcher was conducted in August-September 2015 used descriptive survey method with the sampling technique was purposive random sampling. Take of sample was done on two fields. Land plants I combination chicory plants and chilies, land plants II combination chicory, cabbage and chili. The age of plants that used to take a sample was 30 and 36 days. From the results, of the research, naked slug population density on land II took the age of 30 days was 3.83 individual/rod and took the age of 36 days was 5.62 individual/rod. Slug population density in the land I took the age of 30 days was 2.42 individual/rod and took the age of 36 days was 2.79 individual/rod. Total population densities slug on the plants chicory was 3.67 individual/rod. Physicaly’s-chemical’s factors at the study site were from 17.9-19.4 0C air temperature, air humidity over 90%, from 20.3-22 0C soil temperature, soil moisture 1.4-4.5%, and soil pH 6 , 1-6.8.

Key word : Population density, Deroceras laeve, chicory. PENDAHULUAN

Sawi putih merupakan jenis sawi yang termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Kandungan gizi yang terdapat di dalam sawi putih adalah protein, lemak, karbohidrat, serat, fosfor, zat besi, kalium, vitamin A, vitamin C, air dan kalsium (Rukmana, 1994). Pertumbuhan dan perkembangan serta budidaya tanaman sayuran sawi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor suhu, cahaya dan kelembaban (Rubatzki dan Yamagichi, 1998). Selain faktor cuaca tersebut, keberhasilan budidaya tanaman sayuran sawi juga dipengaruhi oleh serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), yaitu hama dan penyakit. Beberapa jenis hama yang terdapat pada sawi adalah ulat daun (Plutella xylostella Linneaus), ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius) dan ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufnagel) (Zulkarnain, 2013). Namun ada juga beberapa jenis siput dan bekicot yang

menjadi hama dan penyakit pada tanaman yaitu siput telanjang, siput setengah telanjang, sumpil dan bekicot (Pracaya, 2005).

Siput telanjang (Deroceras laeve) memiliki warna tubuh cokelat gelap sampai abu-abu terang dengan pola mirip sidik jari di bagian matel. Lehernya panjang sehingga mantel terlihat seperti berada di bagian tengah tubuh. Bagian kepala berwarna gelap sedangkan bagian tentakelnya berwarna hitam. Siput telanjang memiliki lendir bening dan lengket. Panjang tubuhnya berkisar 20-30 mm (Jutting, 1952 dalam Pratama, 2013).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petani di Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar yang merupakan sentral produksi penghasil sayuran di Sumatera Barat. Salah satu sayuran yang dibudidayakan adalah sawi putih. Produksi sawi putih di Kenagarian Aie Angek masih tidak stabil karena adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Siput telanjang menyerang

(4)

bagian daun yang menyebabkan bagian tersebut berlubang dan terdapatnya kotoran dari siput, sehingga menyebabkan harga jual sawi putih menjadi menurun. Sehubungan dengan hal diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan populasi siput telanjang pada tanaman sawi putih di Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 pada tanaman sawi putih di Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. Perhitungan kepadatan populasi Siput telanjang dilakukan di laboratorium Zoologi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah senter, meteran, spidol permanen, pancang, tali rafia, plastik, karet, thermohygrometer, soil tester, thermometer raksa, kamera digital, kertas HVS, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah siput telanjang (Deroceras laeve) dan alkohol 70%.

Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif yaitu dengan cara koleksi langsung di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive random sampling yaitu pengambilan sampel

dilakukan berdasarkan jumlah kombinasi pada tanaman sawi putih. Pengambilan sampel siput telanjang dilakukan pada tanaman sawi putih yang berumur 30 hari dan 36 hari yang terdiri dari beberapa kombinasi. Jumlah sawi putih yang akan dijadikan sebagai titik pengambilan sampel adalah sebanyak 30% dari masing-masing jumlah bedengan dan 30% dari masing-masing jumlah tanaman sawi putih yang terdapat dalam satu bedengan yang dilakukan secara acak dengan menggunakan pencabutan lot. Pengambilan sampel akan dilakukan pada malam hari pukul 22.00 WIB sampai selesai. Di laboratorium dilakukan penghitungan terhadap sampel yang telah dikoleksi di lapangan. Analisis data yang digunakan adalah:

(Modifikasi dari Suin dan Syafinah, 2006)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siput telanjang (Deroceras laeve) yang ditemukan pada tanaman sawi putih di Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah, memiliki karakteristik seperti warna tubuh cokelat gelap sampai abu-abu terang dengan pola mirip sidik jari di bagian mantel, panjang tubuhnya berkisar 20-27 mm, memiliki tentakel yang menonjol dan memiliki lendir yang lengket serta memiliki lubang genital pada mantel yang berada dibagian tengah tubuhnya. Contoh individu yang didapat terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Contoh individu siput telanjang yang di temukan pada tanaman sawi putih di Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar (a) siput telanjang berukuran 20 mm, (b) siput telanjang berukuran 27 mm.

Kepadatan populasi siput telanjang pada tanaman sawi putih umur 30 hari di lahan I adalah 2,42 individu/batang, dan tanaman sawi putih umur 36 hari adalah 2,79 individu/batang. Kepadatan populasi siput telanjang pada tanaman sawi putih umur 30 hari di lahan II adalah 3,83 individu/batang, dan tanaman sawi putih umur 36 hari adalah 5,62 individu/batang (Gambar 2).

Gambar 2. Kepadatan populasi siput telanjang pada tanaman sawi putih di Kenagarian Aie Angek. Lahan I; kombinasi tanaman sawi putih dan cabe. A= kepadatan populasi umur 30 0 1 2 3 4 5 6 Lahan I Lahan II A B C

D

b

a

K ep ad at an ( I n d iv id u /B at an g )

(5)

hari, B= kepadatan populasi umur 36 hari. Lahan II; kombinasi tanaman sawi putih, kubis dan cabe. C= kepadatan populasi umur 30 hari, D= kepadatan populasi umur 36 hari.

Hasil pengukuran faktor fisika dan kimia tidak menunjukan perbedaan yang mencolok, kecuali pada kelembaban tanah yang memiliki selisih 3,1%. Keadaan cuaca saat pengambilan sampel terlihat terang (Tabel. 1).

Tabel 1. Hasil pengukuran faktor fisika dan kimia di Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.

Parameter

Lahan I Lahan I Lahan II Lahan II

Suhu Udara 18,7 ºC 19 ºC 17,9 ºC 19,4 ºC

Kelembaban Udara Lebih dari 90% Lebih dari 90% Lebih dari 90% Lebih dari 90% Suhu Tanah 20,3 ºC 21,5 ºC 20,6 ºC 22 ºC Kelembaban Tanah 2,5% 3% 1,4% 4,5% pH Tanah 6,8 6,1 6,8 6,3

Keadaan Cuaca Terang Terang Terang Terang

30 Hari 36 Hari 30 Hari 36 Hari Waktu Koleksi (Hari)

Lahan I= kombinasi sawi putih dan cabe, lahan II= kombinasi sawi putih, kubis dan cabe.

Tingginya kepadatan populasi siput telanjang pada lahan II yang terdiri dari kombinasi tanaman sawi putih, kubis dan cabe baik pengambilan umur 30 hari maupun pengambilan umur 36 hari, diduga karena kondisi lahan yang banyak ditumbuhi oleh gulma. Dimana gulma yang tumbuh diantara sela bedengan satu dengan sela bedengan lainnya dapat memungkinkan kehidupan yang menguntungkan bagi siput, seperti tempat persembunyian dan tempat berkembang biak. Menurut Afrinis (2003)

dalam Putri (2014) hama dapat hidup dan

berkembang pada suatu agroekosistem, karena semua yang diperlukan untuk kehidupan hama tersedia di ekosistem tersebut.

Kepadatan populasi juga dipengaruhi oleh faktor makanan. Dimana pada lahan II yang terdiri dari kombinasi tanaman sawi putih, kubis dan cabe, makanan yang tersedia banyak disukai oleh siput seperti sawi putih dan kubis. Kesukaan siput terhadap sawi putih dan kubis karena teksturnya yang lunak. Dimana sawi putih dan kubis merupakan salah satu family dari Cruciferae. Menurut Haifa (2013) sumber

makanan yang berada di lahan sayuran dan disukai siput dapat mengakibatkan jumlah kepadatan populasi meningkat.

Rendahnya kepadatan populasi siput telanjang pada lahan I yang terdiri dari kombinasi tanaman sawi putih dan cabe baik pengambilan umur 30 hari maupun pengambilan umur 36 hari, diduga karena kondisi lahan yang bersih dari tanaman lain (tanaman yang tidak diinginkan) seperti gulma. Menurut MacDonald (2009) cara mengurangi populasi siput yaitu dengan mengurangi pertumbuhan gulma sehingga mengurangi sumber makanan dan tempat tinggal siput.

Kepadatan populasi juga dipengaruhi oleh faktor makanan. Dimana pada lahan I yang terdiri dari kombinasi tanaman sawi putih dan cabe terdapatnya makanan yang kurang disukai oleh siput seperti cabe. Cabe memiliki tekstur yang keras yang mengakibatkan siput kurang menyukainya. Menurut Spesier dan Rowel (1991) dalam Haifa (2013) siput hanya memakan sebagian kecil dari tanaman yang memiliki tekstur keras.

Suhu udara selama penelitian pada pengambilan umur 30 hari dan pengambilan umur 36 hari baik di lahan I maupun di lahan II tidak menunjukkan adanya perbedaan yang mencolok. Suhu udara yang terdapat di lokasi penelitian berkisar antara 17,9-19,4 0C yang sudah mendekati suhu yang paling disukai siput untuk tinggal. Menurut Macdonald (2009) lingkungan yang merupakan tempat tinggal yang paling disukai siput dengan suhu udara 5-200C. Selain suhu udara, kelembaban udara juga mempengaruhi aktifitas dan kehidupan siput. Kelembaban udara selama penelitian yaitu lebih dari 90%. Tingginya kelembaban udara saat penelitian diduga karena pengambilan sampel dilakukan dari pukul 22.00 – 05.00 WIB dan kondisi udara pada saat pengambilan sampel juga berembun. Menurut Oca et al., (2014) siput dapat hidup dilingkungan yang mempunyai kelembaban di atas 80%.

Pengukuran terhadap kelembaban tanah selama melakukan penelitian memiliki kisaran 1,4-4,5%. Suhu tanah berkisar antara 20,3-22 oC. Menurut Uvalieva (1978) dalam Bound (2004) siput telanjang dapat hidup pada suhu tanah 8-200C. Suhu tanah saat pengambilan sampel lebih tinggi, diduga karena terjadinya perbedaan tempat penelitian. Mengacu pada Suin (1992) bahwa kepadatan populasi suatu tempat akan berbeda dengan tempat lainnya, dan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan dulunya

(6)

serta yang akan datang. Terjadinya perbedaan kepadatan populasi disebabkan karena adanya faktor lingkungan antara suatu daerah dengan daerah lainnya.

Selain suhu dan kelembaban, pH tanah juga mempengaruhi kepadatan populasi, dimana pH tanah selama berkisar antara 6,1-6,8 keadaan tergolong netral dan cuaca saat pengambilan terlihat cerah. Mengacu pada Odum (1996) gastropoda umumnya membutuhkan pH tanah antara 6-8,5 untuk kelangsungan hidup dan reproduksi.

SIMPULAN

Kepadatan populasi siput telanjang pada kombinasi tanaman sawi putih, kubis dan cabe umur 30 hari adalah 3,83 individu/batang dan umur 36 hari adalah 5,62 individu/batang. Kepadatan populasi siput telanjang pada kombinasi tanaman sawi putih dan cabe umur 30 hari adalah 2,42 individu/batang dan umur 36 hari adalah 2,79 individu/batang. Kepadatan total populasi siput telanjang pada tanaman sawi putih adalah 3,67 individu/batang. Keadaan cuaca pada lahan penelitian adalah suhu udara 17,9-19,4 0C, kelembaban udara lebih dari 90%, suhu tanah 20,3-22 0C, kelembaban tanah 1,4-4,5%, dan pH tanah 6,1-6,8.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Drs. Ismed Wahidi, M. Si., Abizar, M. Si., dan Novi, M. Si., yang telah memberikan kritikan dan saran demi kesempurnaan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA

Bound, S. 2004. A Preliminary Model for Slug Control in Vegetable Crops.

Project Report Tasmanian of

Agricultural Research. Australia. Haifa. 2013. Kepadatan dan Persebaran

Deroceras laeve dan Meghimatium billineatum pada 10 Jenis Sayuran di

Agropolitan Cipanas. Skripsi Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.

MacDonald, N. 2009. Horticultural Development Company. Slug control

in field vegetables. Paten Amerika

Serikat (US).

Oca, M, Y, V, M., Camacho. A. D., Garcia. E. N., & Soto. A. T. 2014. Distribution and Incidence of

Leidyula moreleti and Sarasinula plebeia (Soleolifera; Veronicellidae),

Slug Pests in the Main Producing Region of Vanilla In Mexico. Journal Revista Mexicana De Biodiversidad 85: 1139-1144.

Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi. UGM. Yogyakarta.

Pracaya. 2005. Hama & Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pratama, H. R. 2013. Aktivitas Perilaku

Meghimatum bilineatum dan

Deroceras laeve Pada Daun Bawang

(Allium fistulotum) di Kawasan

Pertanian Agropolitan Cipanas. Skripsi Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.

Putri, M. A. 2014. Kepadatan Populasi Bekicot (Achatina fulica) Pada Pertanaman Naga di Kenagarian Tapakis Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman. Skripsi STKIP PGRI Sumatera Barat

Rubatzky, V. E., dan Yamaghuchi, M. 1998.

Sayuran Dunia Prinsip, Produksi, dan Gizi Jilid Kedua. ITB. Bandung.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai &

Sawi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Suin, N. M. 1992. Ekologi Populasi Hewan. Universitas Andalas. Padang.

Suin, N. M., Syafinah, R. 2006. Ekologi. Universitas Andalas. Padang.

Zulkarnain, 2013. Budidaya Sayuran Tropis. Bumi Aksara. Jakarta

(7)

Gambar

Gambar  2.  Kepadatan  populasi  siput  telanjang  pada  tanaman  sawi  putih  di          Kenagarian  Aie  Angek

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pelatihan regulasi emosi efektif untuk menurunkan perilaku bullying pada siswa kelas IX

Pertanian Binatang terus berjalan, melalui penyerbuan dari para manusia untuk mendapatkannya kembali—yang berhasil digagalkan dengan aksi heroik mereka, pengembangan para binatang

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan hubungan antara konsentrasi kalkon dengan arus puncak terhadap larutan standar Co(II) 10 μg/L dan Ni(II) 50 μg/L dengan potensial

Perbandingan tingkat kesegaran dan nutrisi pada makanan yang disimpan di lemari es model R-X6700E (setara dengan R-E6800X) dengan refrigerator compartment dan the vacuum

Simpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat antara lain 1) tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian kepada ma-

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan implantasi subkutan karbonat apatit dan hidroksiapatit terhadap respon jaringan lunak yang diamati dengan penilaian kapsul

Pada Linux Ubuntu selama 10 hari pengujian, nilai troughput selalu dibawah 25%, maka menurut standar Tiphon mendapat predikat hasil buruk, sedangkan pada delay

Radikalno prostatektomijo pri rakavi bolezni prostate je v klinično prakso vpe- ljal Young 1904 leta *1.. Danes obstaja vsesplošno stališče, da je pri loka-