BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Hasil Penelitian Terdahulu
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tamilarasi dan
Ananthi Tahun 2012 menunjukkan bahwa tanaman putri malu di ekstraksi
dengan pelarut etanol serta ekstrak yang didapat, dilakukan pengujian aktivitas
antibakteri dan antifungi. Bakteri yang digunakan dalam uji ini adalah Basillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella pneumonia. Sedangkan Fungi yang digunakan dalam penelitian adalah Aspergillus flavus dan
Trycophyton ruburum. Dalam penelitian ini juga didapat kandungan senyawa yang terdapat didalam tanaman putri malu. Kandungan senyawa yang terdapat
didalam tanaman putri malu, adalah Alkaloid, Glikosida, Karbohidrat, Protein,
Steroid, Flavonoid, dan Fenol.
Rencana Penelitian yang akan dilakukan adalah dengan melakukan uji
eksperimental menggunakan daun putri malu. Daun putri malu di ekstraksi
menggunakan pelarut metanol, penelitian ini juga untuk membuktikan adanya
aktivitas antibakteri daun putri malu. Bakteri yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Pseudomonas aeruginosa dan Basillus subtilis. Kedua bakteri ini digunakan karena kedua bakteri ini telah meliputi bakteri Gram negatif dan
bakteri Gram positif. Rencana yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah
untuk mencari kandungan senyawa yang spesifik yang terdapat didalam daun
putri malu.
II. Landasan Teori
A. Sistematika Tumbuhan
Klasifikasi tanaman putri malu adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Mimosoideae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica
Gambar 1. Tanaman putri malu (Mimosa pudica linn)
1. Deskripsi Tanaman
Putri malu adalah sejenis tumbuhan rumput yang dapat
dijumpai dimana saja. Dinamakan putri malu karena jika daunnya
disentuh, maka daunnya tersebut akan mengatup, jadi istilah itu terkait
(malu jika dipegang). Daunnya yang layu hanya bersifat sementara,
setelah beberapa menit daunnya akan terbuka kembali.
Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri dimana terdapat duri pada
batang, batangnya juga berbulu, daunnya kecil-kecil termasuk daun
majemuk, termasuk suku polong-polongan, bunganya berbentuk
bongkol. Daun putri malu berupa daun majemuk menyirip ganda dua
yang sempurna. Jumlah anak daun pada setiap sirip sekitar 5 hingga 26
pasang. Helaian anak daun berbentuk memanjang sampai lanset, ujung
runcing, pangkal memudar, tepi rata. Jika kita raba pada permukaan
atas dan bawah daun terasa licin, panjang 6-16 mm, lebar 1-3 mm.
ungu. Jika daun tersentuh akan melipatkan diri, menyirip rangkap.
Sirip terkumpul rapat dengan panjang 4-5,5 cm (Tamilarasi dan
Ananthi, 2012).
Tanaman putri malu juga memiliki khasiat untuk pengobatan.
Tanaman putri malu mempunyai khasiat cukup besar untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dari daun hingga ke akarnya
mempunyai khasiat sebagai transquilizer (penenang), ekspektoran
(peluruh dahak), diuretik (peluruh air seni), antitusif (antibatuk),
antipiretik (penurun panas), dan antiradang (Joseph et al., 2013).
2. Kandungan dan Manfaat Tanaman
Tanaman putri malu banyak mengandung senyawa aktif.
Senyawa-senyawa yang diduga terkandung dalam tanaman putri malu
adalah flavonoid, alkaloid, steroid, glokosida, karbohidrat, protein, dan
fenol. Secara tradisional, tanaman putri malu biasa digunakan dalam
pengobatan kusta, disentri, keluhan vagina dan rahim, radang, sensasi
terbakar, asma, leukoderma, kelelahan dan penyakit darah. Bagian
tanaman yang biasa digunakan dalam pengobatan tradisional adalah
akar, kulit, batang, dan daun (Khare, 2004).
Dalam pengobatan dunia bagian barat, akar tanaman putri malu
digunakan untuk mengobati insomnia, wasir, luka kulit dan diare.
Sekarang telah digunakan pula untuk mengobati batuk rejan dan
demam pada anak-anak. Studi terakhir menunjukkan bahwa putri malu
efektif dalam menghilangkan gejala-gejala rheumatoid arthritis
(Tamilarasi dan Ananthi, 2012).
Seluruh bagian tanaman putri malu dilaporkan beracun apabila
dikonsumsi langsung. Konsumsi tidak dianjurkan bagi wanita hamil
atau menyusui (Joseph et al., 2013).
B. Bakteri
Bakteri merupakan makhluk uniseluler, pada umumnya tidak
berklorofil, ada beberapa yang fotosintetik dan produksi aseksualnya secara
dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Bakteri pada umumnya mempunyai
ukuran sel 0,5-1,0 μm kali 2,0-5,0 μm, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu
bentuk bulat atau kokus, bentuk batang atau Bacillus, dan berbentuk spiral. (Dwidjoseputro, 1985).
Syarif dan Halid (1993) menyatakan bahwa: identifikasi jenis bakteri
berdasarkan sifat morfologi, biokimia, fisiologi dan serologi adalah sebagai
berikut:
a. Bakteri Gram Positif
1) Kokus
a) Katalase positif: Staphylococcus
b) Katalase negatif: Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus
2) Batang
a) Anaerobik atau Fakultatif Anaerobik: Clostridium botulinum, Lactobacillus, Propionic bacterium
b) Aerobik: Bacillus
b. Bakteri Gram Negatif
1) Fermentatif (batang):
Proteus, Eschericia coli, Enterobacter
2) Non Fermentatif (spiral/batang):
Pseudomonas, Alcaligenes C. Metode Isolasi Senyawa
a. Ekstrak
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak merupakan
sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut metode yang cocok diluar pengaruh cahaya
agar memudahkan pelarut dalam menyari kandungan senyawa yang
terdapat pada simplisia. Simplisia merupakan bahan alamiah yang
dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolohan apapun,
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
b. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu kegiatan penarikan kandungan atau
senyawa kimia yang dapat larut sehingga dapat terpisah dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Terdapat beberapa macam cara
ekstraksi yaitu cara dingin dan cara panas. Contoh ekstraksi cara dingin
yaitu maserasi dan perkolasi. Sedangkan contoh cara panas yaitu refluks,
sokletasi, digesti, dan infundasi.
Pada penelitian kali ini juga menggunakan metode ekstraksi
cair-cair. Ekstraksi cair-cair merupakan metode pemisahan atau pengambilan
zat terlarut dalam larutan dengan menggunakan pelarut lain. Prinsip
metode ini didasarkan pada zat terlarut dengan perbandingan antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur.
c. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan suatu metode pemisahan zat
secara cepat. Metode ini menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus
yang dilapiskan serba rata pada lempeng. KLT merupakan bentuk
kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis.
Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisi atau
dikemas di dalamnya, pada KLT, fase diamnya berupa lapisan yang
seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca,
pelat aluminium atau pelat plastik. Maka dari itu, kromatografi planar ini
disebut sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom.
Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak
sepanjang fase diam karena itu merupakan pengaruh kapiler pada
Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :
a. KLT banyak digunakan untuk tujuan analisis.
b. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, fluoresensi atau dengan radiasi menggunakan sinar
ultraviolet.
c. Dapat dilakukan elusi secara menaik, menurun atau dengan cara
elusi 2 dimensi.
d. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang
akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
Teknik pemisahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu KLT
preparatif. KLT preparatif merupakan teknik pemisahan yang dapat
memisahkan senyawa dalam jumlah gram, biasanya besar pemakaian
hanya dalam jumlah miligram. KLT preparatif dilakukan dengan
menggunakan lapisan tebal (hingga 1 mm) sebagai pengganti lapisan
penyerap yang tipis. Prinsip kerja KLT preparatif terjadi berdasarkan
perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen,
dikarenakan daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama,
maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal
inilah yang menyebabkan pemisahan.
D. Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat dari suatu bahan yang menunjukkan efek
penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri. Penghambatan pertumbuhan
bakteri dibedakan jadi 2 sifat, yaitu bakterisidal dan bakteriostatik. Suatu
bahan disebut bersifat bakterisidal jika mampu membunuh bakteri, sedangkan
sifat bakteriostatik hanya menghambat pertumbuhan bakteri. Bahan antibakteri
dapat bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah, namun bersifat
Pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan melalui proses fisik
dan kimia. Pengendalian dapat berupa pembasmian dan penghambatan
populasi mikroorganisme. Menurut Pelczar dan Chan (1988), zat antimikrobial
adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui
mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme atau bahkan
membunuh mikroba. Apabila mikroorganisme yang dimaksud adalah bakteri,
maka antimikroba lebih sering disebut dengan bahan antibakteri (Pelczar dan
Chan, 1988).
Berdasarkan struktur dinding selnya, bakteri dapat dibedakan menjadi
bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Bakteri Gram Negatif memiliki
susunan dinding sel yang lebih rumit daripada bakteri Gram Positif. Dinding
sel bakteri Gram positif hanya tersusun dari satu lapisan saja, yaitu lapisan
peptidoglikan yang relatif tebal. Sedangkan dinding sel bakteri Gram Negatif
mempunyai dua lapisan dinding sel, yaitu lapisan luar yang terdiri dari
lipoposakarida dan protein, dan lapisan dalam yang tersusun dari
peptidoglikan tetapi lebih tipis daripada lapisan peptidoglikan pada bakteri
Gram Positif (Timotius, 1982).
Aktivitas suatu bahan antibakteri dalam menghambat bakteri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kepadatan populasi bakteri,
kepekaan terhadap bahan antibakteri, volume bahan antibakteri, lamanya
bahan antibakteri yang diaplikasikan, konsentrsi bahan antibakteri, suhu dan
kandungan bahan organik (Lay, 1994).
Mekanisme kerja bahan antibakteri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat, menghambat sintesis
dinding sel dan menghambat sintesis protein (Neal, 2002).
Pada metode pengukuran daya hambat zat antibakteri, ada 2 metode yang
digunakan, yaitu:
1. Metode Dilusi
Merupakan suatu metode yang menggunakan berbagai variasi waktu
kontak antara suspensi yang akan diujikan dengan larutan obat. Pengujian
yang berkontak dengan bakteri selama waktu yang telah ditentukan, lalu
daya antimikroba ditentukan dengan cara membandingkan jumlah koloni
bakteri yang telah tumbuh permilimeter dari larutan obat, dan larutan
kontrol tersebut.
2. Metode Difusi
Pengujian pada metode ini dilakukan dengan cara menanam bakteri
yang akan diuji zona hambatnya di dalam media plat agar, lalu di atasnya
diletakkan kertas saring yang berbentuk disk (cakram). Cara lainnya dengan
membuat lubang sumuran dalam media plat agar padat yang kemudian diisi
dengan bahan antibakteri. Daerah yang dihambat kemudian diukur.
E. LC-MS/MS
LC MS (Liquid Chromatograpy-Mass Spectroscopy) merupakan dua alat yang digabungkan menjadi satu, yang berfungsi untuk memisahkan
beberapa senyawa atau campuran senyawa berdasarkan kepolarannya
(prinsip kerja kromatografi), dimana setelah campuran senyawa tersebut
terpisah, maka senyawa yang murni akan diidentifikasi berat molekulnya.
Data yang didapatkan adalah berat molekul ditambah beberapa muatan dan
berat molekul pelarutnya.
LC-MS/MS merupakan satu-satunya teknik kromatografi cair dengan
detektor spektrometer massa. Kelebihan dari teknologi LC-MS/MS meliputi
(Vogeser, et al., 2008): 1. Spesifitas.
Hasil analisis yang khas dan spesifik diperoleh dari penggunaaan
spektrometer massa sebagai detektor.
2. Aplikasi yang luas dengan sistem yang praktis.
Penerapan LC-MS/MS mampu mengukur analit yang sangat polar, selain
itu persiapan sampel cukup sederhana tanpa adanya teknik derivatisasi.
3. Fleksibilitas.
Pengujian yang berbeda dapat dikembangkan dengan tingkat fleksibilitas
yang tinggi dan waktu yang singkat.
Sejumlah data kuantitatif maupun kualitatif dapat diperoleh. Hal ini
dikarenakan seleksi ion yang sangat cepat dengan banyak parameter.
Untuk melakukan analisis massa pada sampel dimulai pada tekanan
atmosfer (760 torr). Sampel yang dimasukkan ke dalam vakum yang berada
pada instrumen relatif tidak berubah (~106 torr). Metode yang paling umum
dari pengenalan sampel adalah penyisipan langsung (direct insertion) dengan
probe atau plate yang biasa digunakan dengan MALDI-MS, direct infusion
maupun injection ke sumber ionisasi seperti ESI-MS (Chiu dan Muddiman, 2008; Kang, 2011).
a. Direct Insertion (Penyisipan Langsung)
Menggunakan penyisipan probe/piring. Cara ini merupakan cara yang sangat sederhana untuk memasukkan sampel ke dalam instrumen. Pertama
sampel ditempatkan ke probe dan kemudian langsung dimasukkan ke dalam daerah ionisasi spektrometer massa, biasanya melalui vaccum interlock. Hal ini juga memungkinkan untuk sampel untuk dimasukkan ke
high vaccum pada spektrometer massa. Sampel kemudian mengalami sejumlah proses desorpsi, seperti desorpsi laser atau pemanasan langsung,
untuk memfasilitasi penguapan dan ionisasi.
b. Direct Infusion (Penginfusan Langsung)
Menggunakan kapiler sederhana atau kolom kapiler untuk memasukkan
sampel gas atau sampel dalam larutan. Direct infusion juga berguna karena dapat secara efisien memasukkan sejumlah kecil sampel ke
spektrometer massa tanpa membahayakan vakum. Kolom kapiler secara
rutin digunakan untuk teknik pemisahan antarmuka dengan ion source
(sumber ionisasi) pada spektrometer massa. Teknik-teknik ini, termasuk
kromatografi gas (GC) dan kromatografi cair (LC), juga berfungsi untuk
memisahkan komponen larutan yang berbeda sebelum analisis massa.
Dalam GC, pemisahan komponen yang berbeda terjadi dalam kolom
kapiler kaca. Seperti sampel pada GC, sampel yang diuapkan langsung
dimasukkan ke dalam MS.
Pada 1980-an ketidakmampuan pada LC dengan MS terutama
disebabkan oleh teknik ionisasi (EI) yang tidak mampu menangani aliran
(APPI) sekarang memungkinkan LC/MS dilakukan. Pada LC-MS penggunaan
kromatogram ion dan spektrum massa electrospray merupakan teknik yang sesuai (Chiu dan Muddiman, 2008; Kang, 2011).
Metode Ionisasi mengacu pada mekanisme ionisasi sedangkan sumber
ion adalah alat mekanis yang memungkinkan ionisasi terjadi. Metode ionisasi
yang berbeda bekerja dengan pengion molekul netral melalui ejeksi elektron,
penangkapan elektron, protonasi, kationisasi, atau deprotonasi, atau dengan
mentransfer molekul bermuatan dari fase terkondensasi ke fase gas (Watson
dan Sparkman, 2007).
Sumber ion adalah bagian dari spektrometer massa yang mengionisasi
bahan yang sedang dianalisa (analit). Metode Ionisasi adalah sebagai berikut;
APCI, CI, EI, ESI, fast atom/ion bombardment (FAB), bidang desorpsi/field ionisation (FD / FI), MALDI, thermospray ionisation (TSP). Dengan sebagian besar metode ionisasi ada kemungkinan untuk menciptakan kedua ion sampel
positif dan negatif, tergantung pada afinitas proton sampel (Ashcroft, 2011).
IV. Hipotesis
Kandungan senyawa yang terdapat didalam daun putri malu memiliki
aktivitas dalam pengobatan. Dalam penelitian sebelumnya yang telah dilakukan,
tanaman putri malu memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri
sehingga dapat dikatakan bahwa tanaman putri malu memiliki aktivitas dalam
pengobatan suatu penyakit (Joseph et al., 2013). Tetapi kandungan senyawa yang terdapat didalam tanaman putri malu, khususnya pada bagian daun belum jelas
ditemukannya isi kandungan senyawa tersebut yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
benar apakah daun putri malu memiliki aktivitas antibakteri dan senyawa apa
yang tekandung didalam daun putri malu sehingga daun putri malu memiliki
aktivitas antibakteri. Menurut Tamilarasi dan Ananthi, penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa tanaman putri malu memiliki kandungan senyawa