• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) - PENGARUH PEMBERIAN β-GLUCAN DARI RAGI ROTI (Saccharomyces cerevisiae) MELALUI PAKAN TERHADAP RESPONSIMUN NON SPESIFIK IKAN TAWES (Barbon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) - PENGARUH PEMBERIAN β-GLUCAN DARI RAGI ROTI (Saccharomyces cerevisiae) MELALUI PAKAN TERHADAP RESPONSIMUN NON SPESIFIK IKAN TAWES (Barbon"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)

2.1.1 Klasifikasi Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)

Menurut Kottelat (1999) ikan tawes dapat diklasifikasikan yaitu:

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Barbonymus

Spesies : Barbonymus gonionotus

2.1.2 Deskripsi Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)

(2)

kekuningan, dan sirip ekor bercagak dalam dengan lobus membulat, sirip dada berwarna kuning, dan sirip dubur berwarna oranye terang (Kottelat et al., 1993).

2.1.3 Habitat Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)

Ikan tawes menghuni di daerah sungai arus yang memiliki arus deras. Ikan ini akan tertarik dengan suara gemericik, sehingga akan mendekati dan berkumpul di sekitarnya, kemudian keluar dari permukaan air. Apabila suara gemericik air ini berada di dekat pintu pemasukan air maka ikan tawes dapat meloncat mencapai saluran pemasukan air dan hanyut pada saluran pengairan (Santoso dan Wikatma, 2001). Ikan tawes dapat dipelihara dengan baik di tambak air payau sampai gunung setinggi 800 meter diatas permukaan laut, dengan suhu air optimum antara 25-33 0C (Soeseno, 1971).

2.2 Imunostimulan

Suatu materi biologis dan zat sintetis yang dapat meningkatkan pertahanan non spesifik serta merangsang organ pembentuk antibodi dalam tubuh untuk bekerja secara maksimal disebut dengan imunostimulan (Fenichel dan Chirigos, 1984 dalam Raa et al., 1992). Menurut Ayuningtyas (2012), imunostimulan merupakan sekelompok senyawa alami dan sintetis yang dapat meningkatkan respons imun non spesifik. Selain itu imunostimulan juga diartikan sebagai suatu substansi yang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan perlawanan terhadap infeksi penyakit terutama oleh sistem fagositik (Ellis, 1988).

(3)

imunostimulan tidaklah efektif. Sebaliknya pada pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan penekanan mekanisme pertahanan. Menurut Anderson (1992), penyuntikan levamisol dengan dosis tinggi menyebabkan penekanan respons imun spesifik dan penurunan jumlah leukosit.

Imunostimulan berbeda dengan vaksin, karena imunostimulan tidak direspons ikan dengan mensintesis antibodi, tetapi dengan peningkatan aktivitas dan reaktivitas sel pertahanan seluler ataupun humoral (Alifuddin, 2002). Imunostimulan mampu merangsang sel fagosit serta meningkatkan aktivitas bakterial dari sel. Beberapa imunostimulan juga dapat menstimulasi cell killer alami, komplemen, lisosim, dan respons antibodi ikan. Efek biologis penggunaan imunostimulan tergantung pada reseptor target sel sehingga penting untuk memahami spesifitas reseptor dan proses inflamatori pada reseptor yang berbeda (Ayuningtyas, 2012).

Proses pemberian imunostimulan dapat diberikan melalui injeksi, perendaman, dan bersama pakan (oral). Penggunaan imunostimulan sebagai suplemen pakan dapat meningkatkan sistem pertahanan ikan terhadap mikroorganisme pathogen selama masa periode stress seperti saat grading, reproduksi, pengangkutan, dan vaksinansi (Brickdell dan Dalmo, 2005). Imunostimulan yang biasa dipakai adalah LPS (lipopolisakarida), β-glucan yang diperoleh dari S. cerevisiae, dan levamisol. Beberapa vitamin seperti vitamin A, B, dan vitamin C juga dapat digunakan sebagai imunostimulan (Sohne et al., 2000

dalam Alifuddin, 2002). Salah satu bahan yang dapat dipercaya sebagai

(4)

mengandung komponen kompleks karbohidrat dan asam nukleat yang berperan dalam imunostimulan dan pertumbuhan suatu organisme. Bila S. cerevisiae tersebut dicampurkan dengan pakan maka dapat meningkatkan respons kekebalan tubuh terhadap infeksi alami.

2.2.1 Respons Imun Spesifik

Respons imun spesifik berperan dalam pertahankan diri terhadap penyakit tertentu. Untuk dapat menjalankan perannya, respons imun spesifik ini memerlukan rangsangan terlebih dahulu. Sel yang berperan dalam proses respons imun spesifik ini adalah limfosit. Limfosit ini dapat mengenal setiap jenis antigen, baik antigen yang terdapat intraseluler maupun ekstraseluler misalnya dalam cairan tubuh atau dalam darah. Adapun macam sistem pertahanan imun spesifik yaitu sistem pertahanan seluler atau cell mediated immunity (CMI) dan sistem pertahanan humoral (produksi antibodi) (Ellis, 1988; Noble dan Noble, 1989).

(5)

Respons imun humoral dikendalikan oleh sel limfosit B. Menurut Noble dan Noble (1989), Sel B yang diaktivasi oleh pengenalan suatu benda atau substansi asing akan menjadi sel-sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi ini dihasilkan di hati, ginjal, limpha, dan kelenjar timus (Lagler et al., 1977). Proses masuknya antigen ke dalam tubuh umumnya dapat langsung melalui kulit, organ pernafasan, saluran pencernaan atau disuntikkan, dan masing-masing cara tersebut dapat menimbulkan respons imun yang berbeda intensitasnya (Subowo, 1993 dalam Mulia, 2012)

2.2.2 Respons Imun Non Spesifik

(6)

Respons imun non spesifik yang dimiliki setiap ikan berbeda-beda. Bila respons imun spesifik ditujukan untuk melawan mikroba tertentu, maka respons imun non spesifik tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, namun telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Menurut Baratawidjaja (2004), respons imun non spesifik terdiri dari tiga aspek yaitu pertahanan fisik/mekanik, pertahanan humoral, dan pertahanan selular. Sistem tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan dari berbagai mikroba dan dapat memberikan respons secara langsung.

2.3. Imunostimulan Saccharomyces cerevisiae

Sistem pertahanan tubuh atau imunitas terdiri dari substansi, sel-sel dan organ-organ yang diperlukan untuk membentuk sistem pertahanan. Secara umum hewan memiliki kombinasi pertahanan tubuh antara kekebalan alamiah dan proses adaptasi pertahanan tubuh melalui antigen untuk menanggulangi serangan infeksi. Sistem kekebalan tersebut dikenal dengan istilah imun. Mekanisme kekebalan ini dapat terjadi secara buatan ataupun alamiah. Di dalam proses pengebalan tubuh ini dapat pula dibantu dengan imunostimulan (Tizard, 1987). Imunostimulan adalah sekelompok senyawa alami dan sintetis yang dapat meningkatkan respons imun non spesifik (Ayuningtyas, 2012). Selain itu imunostimulan juga diartikan senyawa kimia, obat atau bahan lainnya yang mampu meningkatkan mekanisme respons imunitas ikan baik seluler maupun humoral (Alifuddin, 2002).

(7)

berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Dapat berkembang biak dengan membelah diri melalui "budding cell". Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel . Penampilan makroskopik mempunyai koloni berbentuk bulat, warna kuning muda, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan askospora 1-8 buah (Nikon, 2004).

Khamir ini dapat berkembang biak dalam gula sederhana seperti glukosa, maupun gula kompleks disakarida yaitu sukrosa (Marx, 1991). Selain itu untuk menunjang kebutuhan hidup diperlukan oksigen, karbohidrat, dan nitrogen.

(8)

Berikut taksonomi Saccharomyces sp. menurut Sanger (2004) : Kingdom : Eukaryota

Phylum : Fungi Sub phylum : Ascomycota Class : Saccharomycetes Order : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae Genus : Saccharomyces

Species : Saccharomyces cerevisiae

(9)

yang rusak pada tubuh melalui proses regenerasi dan penyembuhan (Beta Glucan, 2004).

2.4 Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan, karena diperlukan sebagai media hidup ikan. Air yaitu media yang paling vital bagi kehidupan ikan, terutama ikan tawes. Di dalam budidaya ikan, kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya ikan. Oleh karena itu, sejak pemilihan lokasi, kuantitas dan kualitas air merupakan salah satu yang di jadikan ukuran untuk menilai layak atau tidaknya suatu perairan atau sumber air di gunakan untuk budidaya ikan dengan wadah tertentu (Ghufran, 2004).

2.4.1 Suhu

(10)

2.4.2 pH

Irianto (2005) melaporkan bahwa ikan dapat hidup pada pH yang berkisar antara 5,0 – 9,5. Namun demikian, pada umumnya pH yang diperlukan untuk budidaya perikanan berkisar antara 6,7 – 8,3. Kisaran pH air yang ideal untuk budidaya ikan tawes berkisar antara 6,7 sampai 8,6 (Evi, 2001). Bila pH kurang terlalu rendah (asam) akan berdampak buruk bagi kehidupan ikan tawes karena kandungan oksigen terlarut dalam air akan berkurang. Hal ini menyebabkan konsumsi oksigen menurun sehingga aktivitas pernapasan ikan naik dan pertumbuhan ikan menurun. Pada pH yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan pertumbuhan ikan kurang optimal. Tinggi rendahnya pH dalam suatu perairan dipengaruhi oleh banyaknya kotoran di dalam lingkungan perairan yang berasal dari sisa pakan dan hasil metabolisme (Sumpeno, 2005).

2.4.3 Oksigen Terlarut

Gambar

Gambar 1. Saccharomyces cerevisiae perbesaran 10 x 40

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan tentang hipertensi mempunyai hubungan yang positif dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bulu Sukoharjo.. Kata

Dalam [7] dijelaskan kaitan antara ring stabil berhingga, ring stabil berhingga kuat kanan, ring dengan kondisi rank kuat kanan dan ring komutatif, yaitu

Pengetahuan tentang pengukuran yang dimaksud adalah pengetahuan teknik untuk melakukan pengukuran atas bagian-bagian dan suatu benda hasil produksi, baik mengukur dimensi ataupun

Data obat yang tidak terkontrol menyebabkan obat yang harus diberikan kepada pasien terkadang tidak tersedia, infromasi yang terbatas mengenai tenaga medik hewan

Hasil penelitian menunjukan bahwa kepercayaan siswa MI Tazkya dengan menggunakan media ICT berbasis for VBA excel pada materi bangun ruang secara keseluruhan tergolong

Berdasarkan hasil ke tiga pengujian yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Model Regresi Data Panel yang akan digunakan dalam uji hipotesis dan persamaan

Karenanya metode ini juga dinamakan studi kasus (status study). Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar- standar sehingga penelitian ini disebut juga

2) Penerapan Logika Fuzzy Metode Tsukamoto Untuk Menentukan Kualitas Hotel. Proyek Akhir dari penulis Indriana Candra Dewi, Afiatin Nisak, Desyy Rizky K. ini meneliti