• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN PENJUALAN ANGSURAN DOSEN : KASWANDI Z S.E, MM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN PENJUALAN ANGSURAN DOSEN : KASWANDI Z S.E, MM"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

“PENJUALAN ANGSURAN” DOSEN : KASWANDI Z S.E, MM

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 5

Khotrunnada Patria Septianti 2013.35.2316

Mulyati 2013.35.2319

K. Hasanal Burhansyah 2013.35.2321

STIE AHMAD DAHLAN

Jl. Ciputat Raya No. 77 Cireundeu, Ciputat, Jakarta Selatan 15419 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillah, dengan mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. Atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah yang mempunyai judul “PENJUALAN ANGSURAN“, guna memenuhi tugas Seminar Akuntansi Keuangan.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dan dorongan keluarga serta teman-teman, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2016

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….. 1 1.2 Rumusan Masalah ……….. 1 1.3 Tujuan Masalah ……….. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Dan Masalah Pada Penjualan Angsuran ………... 3

2.2 Pengakuan Penjualan ... 6

2.3 Perhitungan Bunga dan Angsuran ... 12

2.4 Tukar Tambah ... 14

2.5 Pembatalan Penjualan Angsuran ... 16

BAB III PENUTUP Kesimpulan ……….. 19

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan seperti mobil, motor; mesin; alat-alat rumah tangga dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala besar.

Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan usahawan dan juga dikalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.

Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan perusahaan.

1.2Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Penjualan Angsuran dan apa saja masalah yang ditimbulkan?

2. Bagaimana pengakuan dari Laba kotor? 3. Bagaimana perhitungan bunga dan angsuran?

(5)

4. Bagaimana perhitungan dan pencataan dari penjualan angsuran dengan tukar tambah?

5. Bagaimana pengakuan dan pencatatan dari adanya pembatalan penjualan angsuran?

1.3Tujuan

1. Menjelaskan maksud dari penjualan anguran dan masalah yang ditimbulkan. 2. Menjelaskan metode pengakuan laba kotor pada penjualan angsuran.

3. Menjelaskan perhitungan bunga dan anguran pada penjualan anguran. 4. Menghitung dan mencatat pertukaran tambah dalam penjualan angsuran. 5. Menghitung dan mencatat pembatalan penjualan angsuran.

(6)

BAB II PEMBAHASAN PENJUALAN ANGSURAN

2.1Pengertian dan Masalah Penjualan Angsuran

Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilaksanakan dengan perjanjian dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang penjualannya, maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang belum diterimanya. Profit adalah salah satu tujuan umum setiap perusahaan dan salah satu langkah untuk mewujudkannya adalah dengan meningkatkan volume penjualan dengan penjualan yang pembayarannya secara bertahap. Hal ini akan menarik bagi para konsumen karena akan mendapatkan keringanan dalam pembayarannya.

Namun penjualan dengan metode ini akan didampingi oleh resiko yang besar karena pembayarannya dilakukan beberapa periode dimasa yang akan datang sehingga menimbulkan ketidak pastian.

Secara garis besar masalah yang timbul dalam hal ini dapat dibagi 2, yaitu 1) Masalah Non-akuntansi

(7)

Masalah Non-akuntansi yaitu bagaimana menghindari resiko terjadinya adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya. Usaha untuk meminimalkan resiko ini digolongkan dalam 3 kelompok diantaranya:

1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran

Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, meliputi :

a. Penjualan Angsuran dilakukan secara selektif, bahwa penjualan angsuran hanya diberikan pada calon pembeli yang kemampuan dan kejujurannya dapat dipercaya, misalnya pegawai negeri, profesi tertentu dan sebagainya b. Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan

atasan pembeli

c. Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji 2. Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual

Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat perjanjian jual beli angsuran yang isinya antara lain :

a. Perjanjian penjualan bersyarat

Menurut perjanjian ini barang yang dijual secara kredit langsung diserahkan kepada pembeli akan tetapi penyerahan hak atas barang tersebut ditunda sampai pembayarannya selesai

b. Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit

Di dalam sistem ini, sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan bermontor digunakan sebagai jaminan kredit bank. Kredit bank tersebut digunakan untuk membayar utang kepada penjual barang yang bersangkutan. Dengan demikian pembeli berutang kepada bank bukan

(8)

kepada penjual barang. Setelah kredit lunas sertifikat atau BPKB akan diterima dari bank.

c. Menjaminkan kepada pihak ketiga

Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak ketiga, sampai pembayarannya selesai. Setelah pembayaran selesai bukti pemilikan akan diserahkan kepada pembeli.

d. Perjanjian beli-sewa

Sebelum pembayaran lunas pembayaran dianggap sewa. Setelah pembayaran lunas baru dianggap sebagai jual-beli. Apabila sebelum pembayaran lunas pembeli menghentikan pembayaran maka barang yang sudah diterima harus dikembalikan tanpa ganti rugi

3. Menyediakan Perlindungan Ekonomi kepada Penjual

Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli harus berfikir masak-masak sebelum memutuskan untuk membatalkan pembelian angsuran. karena pembatalan pembelian angsuran berarti kerugian bagi pembeli dan keutungan bagi pihak penjual. Agar keadaan ini dapat terwujud maka :

a. Uang muka harus cukup besar

Uang muka harus cukup besar bertujuan untuk melebihi penurunan nilai dari barang baru menjadi barang bekas

b. Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang

Semakin panjang jangka waktu angsuran bearti semakin besar penurunan nilai atas barang yang dijual dan semakin besar peluang untuk menghilangkan jejak bagi pembeli

(9)

c. Angsuran cukup besar

Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang selama jangka waktu angsuran.

Masalah akuntansi yang dihadapi dalam penjualan angsuran dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu :

a. Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor.

b. Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran. c. Masalah yang berhubungan dengan tukar-tambah.

d. Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.

2.2Pengakuan Laba Kotor

Ada 2 dasar di dalam pengakuan laba kotor adalah : 2.2.1 Dasar Penjualan

Laba kotor atas penjualan diakui dalam priode penjualan angsuran terjadi, tanpa memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima atau belum. Cara ini sama dengan pencatatan penjualan kredit biasa. Metode ini dapat digunakan bila memenuhi 3 kondisi :

a. Jangka waktu pembayaran relative pendek b. Kemungkinan terjadinya pembatalan sangat kecil

c. Biaya – biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran bisa ditaksiran dengan teliti.

(10)

Pada awal tahun 2016 PT SANI MEDIKAL melakukan penjualan angsuran seharga Rp. 12.500.000, dibayar melalui 5 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun. Dan Harga pokok penjualan Rp. 10.000.000 Maka pengakuan laba kotornya adalah :

Laba kotor yang sudah diakui dari penjualan angsuran tersebut dan dicatat pada tahun 2016 oleh PT. Sani Medikal sebesar Rp 2.500.000 (Rp 12.500.000 – Rp. 10.000.000). Tanpa memperhatikan apakah pembayaran sudah diterima atau belum.

2.2.2 Dasar Kas

Laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui apabila pembayaran dari piutang penjualan angsuran sudah diterima, dan penerimaan kas tersebut terdiri dari 2 unsur yaitu :

1. Pembayaran atas harga pokok penjualan 2. Pembayaran atas laba kotor

Perlakuan terhadap penerimaan piutang penjualan angsuran tersebut ada 3 metode, yaitu :

1. Harga pokok kemudian laba kotor (Cost recovery method)

Dalam metode ini penerimaan kas pertama diakui sebagai penutup harga pokok penjualan kemudian setelah harga pokok penjualan terbayarkan, baru penerimaan kas berikutnya diakui sebagai laba kotor.

(11)

Dalam metode ini pembayaran angsuran pertama diakui sebagai perolehan laba kotor kemudian setelah laba kotor semua sudah diterima harga pokonya diperhitungkan.

3. Harga pokok penjualan dan laba kotor secara proporsional

Dalam metode ini setiap penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran terdiri dari pembayaran harga pokok penjualan dan laba kotor yang diakui secara proporsional sesuai dengan perbandingan harga pokok penjualan dan laba kotor.

Contoh soal dari penggunaan masing – masing metode di atas adalah sebagai berikut:

Pada awal tahun 2016 PT SANI MEDIKAL melakukan penjualan angsuran seharga Rp. 12.500.000, dengan syarat pembayaran sebagai berikut :

1. Uang muka Rp. 2.500.000, dibayar pada saat transaksi penjualan. 2. Sisanya dibayar melalui 4 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun. 3. Harga pokok penjualan Rp. 10.000.000

Maka Pengakuannya adalah:

1. Harga pokok kemudian laba kotor (Cost recovery method)

Dari contoh Perusahaan akan mencatat penerimaan tanggal 01 Januari 2016 sampai 31 Desember 2018 sebagai pembayaran harga pokok penjualan (totalnya Rp 10.000.000 ), sedangkan penerimaan tanggal 31 Desember 2018 dan 31 Desember 2019 dicatat sebagai laba atas penjualan angasuran (Rp 2.500.000)

(12)

Dari contoh Perusahaan akan mencatat penerimaan tanggal 01 Januari 2016 (Rp 2.500.000) sebagai laba atas penjualan angsuran, sedangkan penerimaan 31 Desember 2015 sampai 31 Desember 2019 diakui sebagai pembayaran harga pokok penjualan angsuran ( total Rp 10.000.000 )

3. Harga pokok penjualan dan laba kotor secara proporsional

Dari contoh di atas dapat dihitung perbandingan harga pokok penjualan dengan laba kotor yaitu:

Tanggal Keterangan Pembayaran Rp (100%) Harga pokok Rp (80%) Laba kotor Rp (20%) 1-1-2016 Uang muka 2.500.000 2.000.000 500.000 31-12-2016 Angsuran ke-1 2.500.000 2.000.000 500.000 31-12-2017 Angsuran ke-2 2.500.000 2.000.000 500.000 31-12-2018 Angsuran ke-3 2.500.000 2.000.000 500.000 31-12-2019 Angsuran ke-4 2.500.000 2.000.000 500.000 Jumlah 12.500.000 10.000.000 2.500.000

Pencatatan di dalam Metode Penjualan Angsuran

1. Untuk mencatat penjualan dan penerimaan uang muka : Kas ... xxxx Piutang Penjualan Angsuran 20XX ... xxxx

Penjualan Angsuran ... xxxx

Apabila perusahaan menggunakan system perpetual maka perusahaan juga harus mencatat harga pokok penjualan, yaitu ;

(13)

HPP-Penjualan Angsuran ... xxxx

Persediaan ... xxxx

Untuk penjualan angsuran harta tidak bergerak : Kas ... xxxx

Piutang Penjualan Angsuran 20XX ... xxxx

Aktiva ... xxxx

Laba kotor belum direalisir ... xxxx

2. Untuk mencatat penerimaan angsuran : Kas ... xxxx

Piutang Penjualan Angsuran 20XX ... xxxx

3. Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran : Apabila perusahaan menggunakan sistem fisik, maka pada akhir priode perusahaan harus membuat jurnal penyesuaian untuk mencatat harga pokok penjulan angsuran dan harga pokok penjualan biasa, yaitu : HPP ... xxxx HPP-Penjualan angsuran ... xxxx Persediaan ... xxxx Pengembalian Pembelian ... xxxx Potongan Pembelian ... xxxx Persediaan ... xxxx Pembelian ... xxxx

Biaya angkut pembelian ... xxxx

4. Untuk mencatat laba kotor yang belum direalisir : Penjualan angsuran ... xxxx

HPP-Penjualan angsuran ... xxxx

Laba kotor belum direalisir 20XX ... xxxx

5. Untuk mencatat laba kotor yang sudah direalisir : Laba kotor belum direalisir 20XX ... xxxx

(14)

Penyusunan Laporan Keuangan a. Laporan Rugi-laba

Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan disajikan di dalam laporan Rugi-laba terbatas pada laba kotor yang sudah direalisir. Dengan demikian laba kotor yang disajikan di dalam laporan Rugi-laba ada 2 macam, yaitu :

1. Laba kotor yang diperoleh dari penjualan tunai dan kredit biasa

2. Laba kotor penjualan angsuran yang direalisasi selama tahun yang bersangkutan, baik yang berasal dari penjualan tahun yang bersangkutan maupun tahun-tahun sebelumnya.

b. Laporan Perubahan Modal/Laba Ditahan

Di dalam laporan ini tidak menyajikan pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran.

c. Neraca

Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan disajikan di dalam neraca ada 2, yaitu :

a. Piutang penjualan angsuran b. Laba kotor yang belum direalisasi

1.3Perhitungan Bunga dan Angsuran

Dalam hal ini pembayaran kredit terdiri-dari dua unsur, yaitu : 1) Bunga yang diperhitungkan

(15)

Dengan demikian besarnya pembayaran yang diterima tergantung dari dasar perhitungan bunga dan dasar penentuan angsuran pokok pinjaman.

Di dalam dasar perhitungan bunga ada 2 dasar yang sering dipakai, yaitu : a. Bunga dihitung dari sisa pinjaman (sistem bunga menurun)

Di dalam perhitungan bunga ini tergantung pada total sisa pinjaman. Karena sisa pinjaman dari priode ke priode semakin menurun maka pembayaran bunga pun ikut menurut, atau dihitung dengan mengkalikan persentase tingkat bunga dengan sisa pinjaman tersebut.

b. Bunga dihitung dari pokok pinjaman (sistem bunga tetap)

Di dalam perhitungan ini besarnya bunga untuk semua priode didasarkan pada pokok pinjaman awal, atau besarnya pembayaran bunga untuk setiap priode adalah dengan mengkalikan tingkat persentase bunga dengan pokok pinjaman awal.

Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat 2 sistem perhitungan angsuran pokok pinjaman, yaitu :

a. Sistem angsuran tetap

Di dalam perhitungan angsuran pokok pinjaman dengan sistem ini dengan membagi total pokok pinjaman dengan banyaknya angsuran.

b. Sistem anuitas

Dalam sistem ini terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Sistem bunga tetap dan angsuran pokok pinjaman tetap.

Di dalam sistem ini besarnya angsuran pokok pinjaman dan besarnya bunga untuk setiap priodenya selalu tetap.

(16)

2. Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap.

Dalam sitem ini besarnya bunga per periode selalu menurun sedangkan besarnya angsuran pokok pinjaman tetap, sehingga jumlah angsuran secara keseluruhan selalu menurun.

3. Sistem bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat.

Dalam sistem ini besarnya angsuran per tahun dihitung dengan menggunakan pendekatan anuitet. Besarnya jumlah angsuran, bunga dan angsuran pokok pinjaman dihitung dengan prosedur :

a. Menghitung besarnya kas yang diterima per priode dengan membagi pokok pinjaman dengan nilai tunai yang akan diterima setiap periode selama jangka waktu angsuran.

b. Menghitung bunga, dengan mengkalikan tingkat bunga dengan sisa pokok pinjaman pada awal priode.

c. Menghitung angsuran pokok pinjaman, dengan menjumlahkan kas yang diterima dengan bunga pada priode tersebut.

1.4Tukar Tambah

Dalam hal ini sebagai uang mukanya berupa barang bekas yang serupa dengan barang yang diangsur pembayarannya. Untuk menarik pembeli biasanya dihargai lebih barang tersebut sehingga harga jualnya terlalu tinggi oleh karena itu perlu dicatat berdasarkan nilai realisasi bersihnya saja. Besarnya itu tentunya tidak boleh lebih dari harga pokok penggantinya.

Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilai realisasi bersih adalah sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran biaya perbaikan

(17)

sebelum dijual, biaya pemasaran dan laba normal. Selisih antara nilai bersih dengan nilai yang disepakati dikelompokkan dalam rekening cadangan kelebihan harga.

Transaksi yang berhubungan dengan tukar tambah pencatatannya adalah : 1.4.1 Untuk mencatat penjulan :

Piutang penjulan angsuran ... xxxx

Persediaan barang dagangan ... xxxx

Cadangan kelebihan harga ... xxxx

Penjualan angsuran ... xxxx

2.4.2 Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran : Harga pokok penjualan angsuran ... xxxx

Persediaan barang dagangan ... xxxx

2.4.3 Untuk mencatat laba kotor penjualan angsuran yang belum direalisasi: Penjualan angsuran ... xxxx

Harga pokok penjualan angsuran ... xxxx

Cadangan kelebihan harga ... xxxx

Laba kotor belum direalisir ... xxxx

Contoh :

Pada awal tahun 2012 toko elektronik “Metrika” menjual mesin cuci Electrolux” secara angsuran sebesar Rp 7.500.000. cara pembayarannya adalah sebagai berikut:

(18)

1. Sebagai uang muka diterima sebuah mesin cuci merk “Yamoto” dengan nilai yang disepakati sebesar Rp 2.000.000,-

2. Sisanya diangsur sebanyak 10 kali angsuran bulanan, masing-masing Rp 550.000,- mesin cuci yang diterima diperkirakan membutuhkan biaya perbaikan sebesar Rp 500.000,-. Setelah diperbaiki diperkirakan dapat dijual dengan harga Rp 2.400.000,-. Dalam penjualan mesin cuci “ Electrolux” perusahaan memperhitungkan laba normal sebesar 10% dari harga jual. Harga perolehan mesin cuci “ Electrolux” sebesar Rp 5.600.000.

Perhitungan :

Harga yang disepakati Rp 2.000.000

Harga jual mesin cuci “ Yamoto” Rp 2.400.000

Biaya perbaikan Rp 500.000

Laba normal 10% x Rp 46.000.000 Rp 240.000

(Rp 740.000)

Taksiran nilai realisasi bersih (Rp 1.660.000)

Kelebihan harga Rp 340.000

Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Untuk mencatat penjualan

Piutang penjualan angsuran Rp 5.500.000 Persediaan Barang Dagang Rp 1.660.000 Cadangan kelebihan harga Rp 340.000

(19)

Untuk memcatat beban pokok penjualan angsuran

Beban pokok penjualan angsuran Rp 5.600.000

Persediaan Barang Dagang Rp 5.600.000

1.5Pembatalan Penjualan Angsuran

Hal ini terjadi karena pembatalan atas penjualan angsuran yang belum dilunasi. Dengan demikian perusahaan akan menerima kembali barang yang sudah dijual, menghapus piutang penjualan angsuran yang belum direalisasi, dan juga mengakui laba/rugi pembatalan penjualan angsuran.

Besarnya laba/rugi pembatalan penjualan angsuran tergantung pada metode pengakuan laba kotor atas penjualan angsuran, yang terdiri dari :

1. Metode Accrual

Di dalam metode ini, semua laba penjualan angsuran sudah diakui pada saat penjualan, sehingga saldo piutang penjualan angsuran menunjukkan besarnya harga pokok penjualan yang belum diterima pembayarannya. Maka besarnya laba atau rugi yang diakui dari pembatalan penjualan angsuran adalah sama dengan selisih antara nilai pasar barang bekas yang diterima dengan saldo piutang penjualan angsuran yang belum diterima pembayarannya. Pencatatan transaksi dalam meteode ini dengan :

Persediaa barang dagangan ... xxxx Rugi pembatalan penjualan angsuran ... xxxx

(20)

2. Metode Penjualan Angsuran

Di dalam metode ini perusahaan baru mengakui laba kotor penjualan angsuran secara proporsional dengan besarnya penerimaan kas. Dengan demikian saldo piutang penjualan angsuran terdiri atas dua unsur, yaitu harga pokok penjulan angsuran dan laba kotor yang belum direalisasi. Besarnya harga pokok penjualan angsuran yang belum diterima pembayarannya adalah sama dengan saldo piutang penjualan angsuran dikurangi dengan saldo laba kotor belum direalisir atas penjualan angsuran yang dibatalkan tersebut. Besarnya laba atau rugi pembatalan penjualan angsuran dapat dihitung dengan rumus :

L = TNRS – (PPA – LBBR) Keterangan :

L : Laba/rugi penjualan

TNRS : Taksiran nilai realisasi bersih barang yang diterima kembali PPA : Saldo piutang penjualan angsuran

LBBR : Laba kotor yang belum diralisir Pencatatan transaksi dalam metode ini dengan :

Persediaan barang dagangan ... xxxx

Labar kotor belum direalisir ... xxxx

Piutang penjualan angsuran ... xxxx

(21)

Contoh :

PT. Mawar menjual barang dagangnya secara angsuran. Pada tahun 2006 terjadi pembatalan atas penjualan angsuran yang terjadi pada akhir periode sebelumnya. Informasi penjualan angusran yang dibatalkan adalah sebagai berikut:

1. Penjualan semula Rp 30.000.000

2. Harga pokok penjualan angsuran Rp 22.500.000 3. Tingkat laba kotor 25% dari harga jual

4. Piutang penjualan angsuran yang sudah terkumpul Rp 15.000.000

5. Taksiran nilai realisasi bersih atas harga yang diterima kembali Rp 14.000.000

Laba kotor yang diakui saat penjualan Perhitungan:

(Dlm ribuan Rp) (Dlm ribuan Rp) Harga jual 30.000

Piutang yang sudah ditagih 15.000- Piutang yang belum ditagih 15.000 Taksiran nilai realisasi bersih 12.000- Rugi pembatalan penjualan angsuran 3.000 Jurnal :

Persediaan barang dagangan 14.000 Rugi pembatalan angsuran 1.000

(22)

Laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas Perhitungan:

(Dlm ribuan Rp) (Dlm ribuan Rp) Harga jual 30.000

Piutang yang sudah ditagih 15.000- Piutang yang belum ditagih 15.000 Laba kotor belum direalisasi

25% x Rp 15.000.000 = 3.750- Harga pokok penjualan yang belum dibayar 11.250 Taksiran realisasi bersih 14.000 Laba pembatalan penjualan angsuran 2.750 Jurnal :

Persediaan barang dagangan 14.000 Laba kotor belum direalisasi 15.000

Piutang penjualan angsuran 15.000

(23)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Penjualan angsuran adalah penjualan barang dagangan dengan pembayaran secara berangsur. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan yang akhirnya meningkatkan laba yang didapatkan, karena metode penjualan ini memberikan kemudahan kepada konsumen dalam pembayaran barang yang dibelinya, sehingga konsumen tertarik untuk melakukan pembelian. Permasalah pada Angsuran terbagi menjadi 2 (dua) yaitu masalah non akuntansi dan masalah akuntansi. Masalah non akuntansi adalah menghadapi kemungkinan terjadinya kerugian karena adanya pembeli yang tidak melaksanakan kewajibannya, untuk menghadapi semacam itu perusahaan perlu berhati-hati dalam penjualannya. Pembeli perlu diseleksi terlebih dahulu dan membuat perjanjian yang mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan kewajibannya. Dan Masalah Akuntansi adalah Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor, masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran, tukar-tambah dan pembatalan penjualan angsuran.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Widayat, Utoyo. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesi 1999.

Suparwoto L. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi satu. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada 1991.

Referensi

Dokumen terkait