• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FIQIH MUAMALAH SALAM Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fiqih Muamalah Dosen Pengajar : Dr. Ahmad Juanda, Akt. M.M. Disusun oleh : 1. Marija(201410170311192) 2. Fitriya Kholifatul Ummah(201410170311194) 3. Grace Cholidia (201410170311196) 4.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH FIQIH MUAMALAH SALAM Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fiqih Muamalah Dosen Pengajar : Dr. Ahmad Juanda, Akt. M.M. Disusun oleh : 1. Marija(201410170311192) 2. Fitriya Kholifatul Ummah(201410170311194) 3. Grace Cholidia (201410170311196) 4."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FIQIH MUAMALAH

SALAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fiqih Muamalah

Dosen Pengajar : Dr. Ahmad Juanda, Akt. M.M

.

Disusun oleh :

1. Marija(201410170311192)

2. Fitriya Kholifatul Ummah(201410170311194)

3. Grace Cholidia (201410170311196)

4. Bahrussofa Goldy P(201410170311224)

AKUNTANSI IV D

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Salam.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan tambahan materi kepada para mahasiswa mengenai mata kuliah Fiqih Muamalah terutama pada bagian materi Bai’ Salam. dalam pembuatan makalah ini banyak pihak yang terlibat.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Malang, 23 Maret 2016

(3)

BAB I PENGERTIAN

1.1 SECARA BAHASA

Salam secara etimologi berarti memberikan, dan meninggalkan dan mendahulukan.1 Artinya, mempercepat (penyerahan) modal atau mendahulukannya. Salam biasa disebut juga

“salaf” , Istilah salam dikenal dalam masyarakat Hijaz sedangkan salaf dikenal masyarakat Iraq. Dalam satu pernyataan yang mencoba pula untuk membedakan kedua istilah itu, salaf

berarti mendahulukan modal (ra‟sul mâl). Sedangkan salam, maknanya lebih terfokus pada penyerahan modalnya di tempat aqad.3 Oleh karena itu, salam lebih umum daripada salam karena salaf dikaitkan juga dengan pinjaman, sebagaimana diungkapkan oleh Abdul Rahman al-Jaziri.

1.2 SECARA DESINISI

(4)

1.3 DASAR HUKUM

1.3.1 AL-QUR’AN

QS. AL – BAQARAH :282

AL - MAIDAH :1

1.3.2 SUNNAH

(5)

Hadish Riwayat Jama’ah :

Hadish Riwayat Bukhari dari Ibn’ Abbas, Nabi bersabda :

Hadis Nabi riwayat Tirmizi:

(6)

1.3.3 PENDAPAT ULAMA

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

JENIS AKAD SALAM 1. Salam tunggal

Penjual secara langsung bertindak untuk memenuhi pesanan pembeli. 2. Salam paralel.

Akad salam paralel setelah berakad salam degan pembeli, penjual melakukan akad salam lanjutan degan penjual lain. salam parallel ini akadnya tidak boleh terikat satu sama lain (ta’alluq).

2.2 RUKUN DAN PERSYARATAN 2.2.1 RUKUN AKAD SALAM

a. Shighat

Shighat itu adalah ijab dan qabul, dimana penjual mengucapkan lafadz ijab kepada pembeli, seperti aslamtuka (aku jual secara salam) atau aslaftuka (aku jual secara salaf), atau dengan kata-kata lain yang menjadi musytaq dari keduanya.

Sedangkan qabul adalah jawaban dari pihak yang membeli secara salam, seperti ucapan: qabiltu ( saya terima ), radhitu ( saya rela), atau sejenisnya yang punya makna persetuajuan.

b. Kedua- belah pihak

Yang dimaksud dengan kedua belah pihak adalah keberadaan penjual dan pembeli yang melakukan akad salam. Penjual sering disebut dengan musallim, sedangkan pembeli sering disebut musallam ilaihi. Tanpa keberadaan keduanya, maka salah satu rukun salam tidak terpenuhi, sehingga akad itu menjadi tidak sah.

(8)

Sedangkan syarat wilayah, maksudnya masing-masing menjadi wali yang mewakili pemilik aslinya dari uang atau barang, dengan penujukan yang syah dan berkekuatan hukum sama.

c. Uang dan Barang

Uang sering disebut juga dengan ra’sul maal. Sedangkan barang disebut dengan musallam fiibi. Akad salam memastikan adanya harta yang dipertukarkan, uang sebagai alat pembayaran dan barang sebagai benda yan diperjual belikan.

2.2.2 SYARAT AKAD SALAM

Sebuah akad salam membutuhkan terpenuhinya syarat pada tiap rukunnya, baik yang terdapat pada uangnya ataupun pada barangnya

a. Syarat pada Uang

Uang yang dijadikan alat pembayaran dalam akad salam diharuskan criteria sebagai berikut:  Jelas Nilainya.

Uangnya harus disebutkan dengan jelas nilainya atau kursnya. Kalau dijaman dahulu, harus dijelaskan apakah berbentuk koin emas atau perak.

 Diserahkan Tunai

(9)

b. Syarat pada Barang

Bukan Ain-nya Tapi spesifikasinya. 

Dalam akad salam, penjual tidak menjual ain suatu barang tertentu yang sudah ditetapkan, melainkan yang dijual adalah barang dengan spesifikasi tertentu.

 Barang Jelas Spesifikasinya

Barang yang dipesan harus dijelaskan spesifikasinya, baik kualitas maupun juga kuantitas. Termasuk misalnya jenis, macam, warna, ukuran, dan spesifikasi lain. Pendeknya, setiap criteria yang diinginkan harus ditetapkan dan dipahami oleh kedua belah pihak, seakan-akan barang yang dimaksud ada di hadapan mereka berdua.

Sedangkan barang yang tidak ditentukan kriterianya, tidak boleh diperjual belikan dengan cara salam, karena akad itu termasuk akad gharar ( untung-untungan) yang nyata-nyata dilarang dalam hadis.

 Barang Yang Tidak Diserahkan Saat Akad

Apabila barang itu diserahkan tunai maka tujuan utama dari salam tidak tercapai, yaitu untuk memberikan keleluaasaan pada penjual untuk bekerja mendapatkan barang itu dalam tempo waktu tertentu.

Batas minimal penyerahan barang:

o Al Karkhi dari Al- Hanafiyah menyebutkan minimal jatuh tempo yng disepakati adalah setengah hari dan tidak boleh kurang dari itu.

o Ibnu Abil Hakam mengatakan tidak mengapa bila jaraknya satu hari.

o Ibnu Wahab meriwayatkan dari Malik bahwa minimal jarak penyerahan barang adalah dua atau tiga hari sejak akad dilakukan.

(10)

 Jelas Waktu Penyerahannya

Harus ditetapkan disaan akad dilakukan tentang waktu ( jatuh tempo) penyerahan barang. Para fuqaha sepakat bila dalam suatu akad salam tidak ditetapkan waktu jatuh temponya, maka akad itu batal dan tidak sah. Dan ketidak jelasan kapan jatuh tempo penyerahan barang itu akan membawa kedua belah pihak kedalam pertengkaran dan penzaliman atas sesama.

 Dimungkinkan Untuk Diserahkan Pada Saatnya.

Pada saat menjalankan akad salam,kedua belah pihak diwajibkan untuk memperhitungkan ketersediaan barang pada saat jatuh tempo. Persyaratan ini demi menghindarkan akad salam dari praktek tipu menipu dan untung-untungan, yang keduanya nyata-nyata diharamkan dalam syariat islam.

 Jelas Tempat Penyerahannya

Dimaksud barang yang terjamin adalah barang yang dipesan tidak ditentukan selain kriterianya. Adapun pengadaannya, maka diserahkan sepenuhnya kepada pengusaha, sehingga ia memiliki kebebasan dalam hal tersebut. Pengusaha berhak untuk mendatangkan barang dari ladang atau persediaan yang telah ada atau dengan membelinya dari orang lain.

Batas minimal penyerahan barang:

o Al Karkhi dari Al- Hanafiyah menyebutkan minimal jatuh tempo yng disepakati adalah setengah hari dan tidak boleh kurang dari itu.

o Ibnu Abil Hakam mengatakan tidak mengapa bila jaraknya satu hari.

o Ibnu Wahab meriwayatkan dari Malik bahwa minimal jarak penyerahan barang adalah dua atau tiga hari sejak akad dilakukan.

o Ulama lain menyebutkan minimal batasnya adalah tiga hari, sebagai qiyas dari hokum khiyar syarat.

(11)

Harus ditetapkan disaan akad dilakukan tentang waktu ( jatuh tempo) penyerahan barang. Para fuqaha sepakat bila dalam suatu akad salam tidak ditetapkan waktu jatuh temponya, maka akad itu batal dan tidak sah. Dan ketidak jelasan kapan jatuh tempo penyerahan barang itu akan membawa kedua belah pihak kedalam pertengkaran dan penzaliman atas sesama.

 Dimungkinkan Untuk Diserahkan Pada Saatnya.

Pada saat menjalankan akad salam,kedua belah pihak diwajibkan untuk memperhitungkan ketersediaan barang pada saat jatuh tempo. Persyaratan ini demi menghindarkan akad salam dari praktek tipu menipu dan untung-untungan, yang keduanya nyata-nyata diharamkan dalam syariat islam.

 Jelas Tempat Penyerahannya

(12)

2.3 MEKANISME DAN PROSEDUR 2.3.1 MEKANISME AKAD SALAM

MEKANISME AKAD SALAM

2.3.2 PROSEDUR AKAD SALAM

Adapun Prosedur Akad Salam dan Salam Paralel adalah sebagai berikut :

1. Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah pembeli kepada bank syariah sebagai penjual.

2. Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh pengiriman barang yang disepakati.

3. Mencari produsen yang sanggup menyediakan barang dimaksud (sesuai batas waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah).

4. Pengikatan I antara bank sebagai penjual dan nasabah pembeli untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan.

(13)

6. Pengikatan II antara bank sebagai pembeli dan nasabah produsen untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang aka diserahkan pada waktu yang telah ditentukan

7. Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli kepada nasabah produsen pada saat pengikatan dilakukan.

8. Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah produsen kepada nasabah pembeli pada waktu yang ditentukan.

2.4 KETERKAITAN DENGAN AKUNTANSI

SAK yang pertama kali mengatur tentang Akuntansi salam adalah PSAK 59 paragraf 69 sampai dengan 80 tentang pengakuan dan pengukuran salam dan salam paralel kemudian disempurnakan oleh PSAK 103. Bentuk penyempurnaannya adalah sebagai berikut:

PSAK 103 berlaku untuk transaksi salam yang dilakukan oleh Lembaga Keunagan Syariah (LKS) dan pihak-pihak lain yang melakukan transaksi dengan LKS. PSAK ini juga diterapkan untuk:

1. LKS sebagai penjual atau pembeli, dan

2. Pihak lain yang bertransaksi dengan LKS sebagai penjual atau pembeli.

3. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi untuk penjual dan akuntansi untuk pembeli dalam transaksi salam.

2.4.1 TRANSAKSI DALAM AKUNTANSI

Penerapan salam dalam akuntansi sama halnya dengan metode transaksi Akrual. Basis Akrual adalah “penyandingan pendapatan dan biaya pada periode di saat terjadinya”, bukan pencatatan pada saat pendapatan tersebut diterima ataupun biaya tersebut dibayarkan (Cash Basis).

(14)

kas. Namun, jelas bahwa catatan menggunakan basis akrual lebih kompleks daripada basis kas.

Lebih jauh lagi, basis akrual mendukung penggunaan anggaran sebagai teknik pengendalian. Karena pada basis kas, pembayaran hanya direkam jika hal itu telah dilakukan, sementara pembayaran kewajiban dapat dilakukan dengan jarak waktu tertentu setelah timbulnya kewajiban itu sendiri. Untuk alasan penganggaran, organisasi dapat lebih baik menggunakan akuntansi berbasis akrual.

(15)

2.4.2 PERBEDAAN MEKANISME TRANSAKSI FIQIH MUAMALAH DAN AKUNTANSI

Pengakuan

Akuntansi Syariah Akuntansi Umum

1. Pengakuan dan pengukuran ditentukan dari awal

2. Memiliki pengukuran dan pengukuran yang berbeda sesuai dengan akuntansinya 3. Ada dua pengakuan, yaitu:

a. Pengakuan akuntansi pembeli dan penjual (murabahah, salam, istihna’) b. Akuntansi pemilik dan akuntansi pengelola (mudharabah)

c. Akuntansi aktif dan akuntansi mitra pasif (musyarakah)

d. Akuntansi pemilik dan penyew (ijarah) 4. Akuntansi transaksi asuransi syariah tidak terbagi atas dua pengakuan tapi disesuaikan transaksi yang terjadi.

5. Pengakuan beban, kewajiban, asset, pendapatan beda dengan akuntansi lain 6. Masih ada pengakuan piutang dan potongan penjualan dan pembelian.

1. Hanya terdiri atas akun akun asset, kewajiban, penghasilan dan beban.

2. Berlaku untuk semua jenis transaksi yang terkait tidak terikat perjanjian

3. Untuk ekonomi masa yang akan datang dan yang bisa diukur secara handal

(16)

Pengukuran

Akuntansi Syariah Akuntansi Umum

1. Menurut jenis masing-masing berbeda 2. Berdasarkan pesanan (murabahah, salam, istishna’)

3. Berdasarkan investasi (mudharabah) 4. Berdasarkan kas dan non kas (musyarakah)

5. Berdasarkan pendapat sewa dan utang sewa (ijiriah)

6. Berdasarkan klaim (akuntansi transaksi asuransi syariah)

1. Berdasarkan empat item yaitu: a. Biaya historis

b. Biaya kini

c. Nilai realisasi/penyelesaian d. Nilai sekarang

2. Keempat sebagian diperlakukan di akuntansi syariah namun tidak keseluruhan 3. Berlaku untuk akuntansi keseluruhan dengan mengadopsi salah satu item dasar pengukuran.

2.4.3 PERLAKUAN AKUNTANSI

Jurnal-jurnal standar berikut mengilustrasikan transaksi salam antara pembeli dan penjual. Contoh berikut mengasumsikan Bank Syariah yang berperan sebagai penjual dan pembeli pada saat menerima pesanan barang dari nasabah (pembeli akhir). Oleh karena itu, bank akan melakukan pemesanan kepada pihak lain (salam paralel) jika tidak memiliki produk yang dipesan oleh nasabah.

Ø Akuntansi Pembeli: Bank/ LKS sebagai Pembeli (Salam Biasa) 1. Pada saat Bank/ LKS membeli modal kas

(Dr) Piutang salam xx

(17)

2. Pada saat Bank/ LKS memberikan modal nonkas (Dr) Piutang salam (nilai wajar yang disepakati) xx

Cr) Aktiva non-kas (nilai wajar yang disepakati) xx 3. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa uang dari penjual

(Dr) Kas xx

(Cr) Hutang jaminan xx

4. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa barang dari penjual (Dr) Aktiva jaminan xx

(Cr) Hutang jaminan xx

5. Pada saat Bank/ LKS menerima barang dari penjual

a. Sesuai akad

(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx

(Cr) Piutang salam xx

b. Berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah dari nilai akad dari persediaan (barang pesanan)

(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx (Dr) Kerugian salam xx

(Cr) Piutang salam xx

6. Bank/ LKS tidak menerima sebagian barang pesanan sampai dengan tanggal jatuh tempo (Dr) Persediaan (barang pesanan) xx

(Cr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima) xx 7. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan

(Dr) Piutang kepada penjual xx

(Cr) Piutang salam xx

8. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan tetapi penjual telah memberikan jaminan a. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di bawah nilai akad

(Dr) Kas xx

(18)

b. Kompensasi kerugian (Dr) Piutang salam xx

(Cr) Kerugian penjualan jaminan xx

c. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di atas nilai akad (Dr) Kas xx

(Cr) Aktiva jaminan xx

(Cr) Keuntungan penjualan jaminan xx d. Kompensasi keuntungan

(Dr) Keuntungan penjualan jaminan xx

(Cr) Hutang jaminan xx e. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan < piutang)

(Dr) Piutang produsen xx (Dr) Hutang jaminan xx

(Cr) Piutang salam xx f. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan > piutang) (Dr) Hutang jaminan xx

(Cr) Hutang produsen xx (Cr) Piutang salam xx

9. Pengenaan denda kepada penjual mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja

(Dr) Kas xx

(Cr) Rekening Dana Kebajikan xx

Ø Akuntansi Penjual: Bank/ LKS sebagai Penjual (Salam Biasa) 1. Pada saat Bank/ LKS menerima modal dari pembeli

(Dr) Kas/ aktiva non-kas xx

(sebesar nilai wajar yang telah disepakati) (Cr) Hutang salam xx

(19)

2. Pada saat bank/ LKS menyerahkan barang kepada pembeli (Dr) Hutang salam xx

(Cr) Persediaan (barang pesanan) xx (Cr) Pendapatan bersih salam xx 3. Bank/ LKS hanya mengirimkan sebagian barang pesanan (Dr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima) xx

(Cr) Persediaan (barang pesanan) xx 4. Pembeli membatalkan barang pesanan pesanan

(Dr) Hutang salam xx

(Cr) Hutang kepada pembeli xx

5. Pengenaan denda kepada pembeli yang mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja

(Dr) Kas xx

(Cr) Rekening Dana Kebajikan xx

Ø Akuntansi Salam Paralel: Bank/ LKS sebagai Pembeli dan Penjual 1. Pada saat Bank/ LKS menerima modal dari pembeli

(Dr) Kas/ aktiva non-kas xx

(sebesar nilai wajar yang telah disepakati) (Cr) Hutang salam xx

(sebesar nilai wajar yang telah disepakati) 2. Pada saat Bank/ LKS memberikan modal kas kepada produsen (Dr) Piutang salam (produsen) xx

(Cr) Kas xx

3. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa uang dari produsen (Dr) Kas xx

(Cr) Hutang uang jaminan xx

4. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa barang dari penjual (Dr) Aktiva jaminan xx

(20)

5. Pada saat Bank/ LKS menerima barang dari produsen a. Sesuai akad

(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx

(Cr) Piutang salam (produsen) xx

b. Berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah dari nilai akad dari persediaan (barang pesanan)

(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx (Dr) Kerugian salam (produsen) xx

(Cr) Piutang salam (produsen) xx

6. Bank/ LKS tidak menerima sebagian barang pesanan sampai dengan tanggal jatuh tempo (Dr) Persediaan (barang pesanan) xx

(Cr) Piutang salam xx

(sebesar jumlah yang diterima dari produsen) 7. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan

(Dr) Piutang kepada penjual xx

(Cr) Piutang salam produsen xx

8. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan tetapi produsen telah memberikan jaminan

a. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di bawah nilai akad (Dr) Kas xx

(Dr) Kerugian penjualan aktiva jaminan xx (Cr) Aktiva jaminan xx b. Kompensasi kerugian

(Dr) Piutang salam xx

(Cr) Kerugian penjualan jaminan xx

c. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di atas nilai akad (Dr) Kas xx

(Cr) Aktiva jaminan xx

(21)

d. Kompensasi keuntungan

(Dr) Keuntungan penjualan jaminan xx

(Cr) Hutang jaminan xx e. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan < piutang) (Dr) Piutang produsen xx

(Dr) Hutang jaminan xx

(Cr) Piutang salam xx f. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan > piutang) (Dr) Hutang jaminan xx

(Cr) Hutang produsen xx (Cr) Piutang salam xx

9. Pengenaan denda kepada penjual mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja

(Dr) Kas xx

(Cr) Rekening Dana Kebajikan xx

10. Pada saat Bank/ LKS menyerahkan barang kepada nasabah pembeli (Dr) Hutang salam xx

(Cr) Persediaan (barang pesanan) xx (Cr) Rekening Dana Kebajiakan xx 11. Bank/ LKS hanya mengirimkan sebagian barang pesanan

(Dr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima) xx

(Cr) Persediaan (barang pesanan) xx

12. Pembeli membatalkan barang pesanan pesanan (Dr) Hutang salam xx

(Cr) Hutang kepada pembeli xx

13. Pengenaan denda kepada pembeli yang mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja

(Dr) Kas xx

(22)

2.4.5 PERBANDINGAN AKUNTANSI UMUM DENGAN AKUNTANSI SYARIAH TERKAIT SALAM

Berdasarkan analisa kelompok, kami mengklasifikasikan salam dari segi mana yang lebih menguntungkan dalam hal penerapan salam secara dalam sistem akuntansi syariah dengan yang penerapan akuntansi konvensional.

Dari perspektif akuntansi konvensional perlakuan salam didukung oleh standarisasi oleh PSAK sebagai pedoman pelaksanaan dalam pembuatan laporan keuangan dimana penjualan akan diakui dengan metode akrual basis sebagai perlakuan akuntansi begitu juga dengan pembelian yang terjadi.

Dari perspektif akuntansi syariah kami salam dengan prinsip-prinsip islam lebih terjaga dalam sudut pandang agama karena bisa mencegah dari perbuatan dosa, selebihnya salam dalam akuntansi syariah tidak memiliki standart khusus seperti halnya akuntansi pada umumnya.

(23)

BAB III CONTOH KASUS 3.1 URAIAN KASUS

 Bank Syariah menerima pesanan dari Bulog jagung HIBRIDA BISI-16 kualitas A

sebanyak 100 ton seharga Rp.940.000.000,-- Penyerahan dilakukan empat bulan kemudian. (Akad salam parallel)

 Atas pesanan itu Bank Syariah melakukan pemesanan kepada KUD Amanah

Karawang, jagung HIBRIDA BISI-16 kualitas A, sebanyak 100 ton dengan harga Rp. 800.000.000. Penyerahan dilakukan tiga bulan kemudian setelah akad ditanda tangani (Akad salam parallel)

(24)

BAB IV KESIMPULAN 4.1 KESIMPULAN

 Salam adalah prinsip bai‟ (jual beli) suatu barang tertentu antara pihak penjual dan

pembeli sebesar harga pokok ditambah nilai keuntungan yang di sepakati, dimana waktu penyerahan barang dilakukan di kemudian hari sementara penyerahan uang dibayarkan dimuka (secara tunai).

 SAK yang pertama kali mengatur tentang Akuntansi salam adalah PSAK 59 paragraf 69

sampai dengan 80 tentang pengakuan dan pengukuran salam dan salam paralel kemudian disempurnakan oleh PSAK 103

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Sarwati, Ahmad, 2009. Fiqih Muamalah. Jakarta: Kampus syariah

http://akuntansi2011a.blogspot.com/2014/04/teori-pengakuan-dan-pengukuran.html

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2014/05/13/perbedaan-cash-basis-dan-akrual-basis-akuntansi-656326.html

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan ini menyatakan bahwa usulan PKM Pengabdian Masyarakat saya dengan judul RUMAH BACA KITA yang diusulkan untuk tahun anggaran 2015 bersifat original dan belum pernah dibiayai

33 Analis Sistem Informasi dan S-1 Teknik Informatika / Sistem III/a 1 1 Dinas Komunikasi dan. Jaringan

Acinetobacter baumannii ( A. baumanii ) merupakan salah satu spesies Acinetobacter tersering diisolasi dari manusia, dan lebih sering dijumpai pada infeksi nosokomial

Hasil seleksi menunjukkan bahwa umur pertama bertelur itik Alabio generasi kedua bertelur lebih cepat 1 hari dan produksi telur 24 minggu meningkat 16 butir daripada

Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis mencoba membuat sistematika pembahasan yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya. Bab

Snyder Dan Alexeyev Analisa Hidrograf Dengan Hujan Efektif Harian Maksimum Periode Ulang T= 25 Tahun 104 Tabel 4.22 Perhitungan Debit Rencana Metode.. Perhitungan Garis

Di era globalisasi saat ini, kemajuan teknologi komunikasi telah berkembang pesat. Oleh sebab itu telah banyak terjadi lompatan-lompatan besar terhadap kemajuan peradaban manusia