• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN EKONOMI INDUSTRI HILIR SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN EKONOMI INDUSTRI HILIR SAWIT"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN EKONOMI

INDUSTRI HILIR SAWIT

Disampaikandalam Seminar Nasional “Peluang dan Tantangan Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Perkebunan/LPP dan Universitas Gadjah Mada/UGM

di Yogyakarta, 17 Januari 2018

Eko Listiyanto

INDEF (Institute for Development

of Economics and Finance)

(2)

OUTLINE

Ekonomi Kawasan &

PDB Sektoral Indonesia

Urgensi Hilirisasi Sawit

Peluang & Tantangan

Hilirisasi

Kebijakan Pendukung

Hilirisasi

(3)

EKONOMI KAWASAN

& PDB SEKTORAL

INDONESIA

(4)

PERTUMBUHAN

EKONOMI KAWASAN

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai

dengan triwulan III 2017 belum mampu

bergerak lebih cepat, meski peluang

yang dimiliki cukup tinggi. Sejak 2014

pertumbuhan ekonomi Indonesia

cenderung stagnan pada kisaran 5

persen.

(5)

PDB SEKTORAL

INDONESIA

PDB Sektoral Indonesia (%, yoy)

Sumber: BPS dalam Investor Relation Unit-Bank Indonesia, 2018

Pertumbuhan Sektor Pertanian dan

Sektor Industri Pengolahan lebih

rendah dari Pertumbuhan Ekonomi

(PDB/Produk Domestik Bruto)

Padahal kontribusi terhadap PDB

kedua sektor ini adalah yang

terbesar. Pada Tw III 2017

kontribusi Sektor Industri

Pengolahan 19,93%, sementara

(6)

INDUSTRI PENGOLAHAN;

PERTANIAN; DAN

PERDAGANGAN

MERUPAKAN

KONTRIBUTOR UTAMA

PDB INDONESIA

Sumber: BPS, 2018

2

1

3

(7)

EKSPOR MANUFAKTUR

INDONESIA MASIH

(8)

URGENSI

HILIRISASI

SAWIT

Sumber: https://i2.wp.com/s3-eu-west-1.amazonaws.com/leadersandco/wp-content/uploads/2017/05/16181709/Palm-Oil.jpg?fit=800%2C561&ssl=1

(9)

URGENSI

HILIRISASI

SAWIT

Hilirisasi agroindustri dapat menjadi jalan untuk

menghentikan perlambatan pertumbuhan sektor industri

pengolahan.

Agroindustri merupakan subsektor pertanian yang

berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi,

penerimaan ekspor, penyediaan lapangan kerja,

pengurangan kemiskinan, serta pembangunan

wilayah terutama di luar Pulau Jawa.

Agroindustri dapat mengoptimalkan keunggulan

komparatif Indonesia sebagai negara yang berbasis

pada sumber daya alam dengan meningkatkan nilai

tambah produk dan tetap menjaga keberlangsungan

ketersediaan SDA dalam jangka panjang.

(10)

HILIRISASI

SAWIT

Indonesia adalah produsen Minyak

Sawit (CPO dan CPKO) terbesar di

dunia dengan produksi sekitar 34,5 juta

ton (2016) yang sebagian besar

diekspor (25,1 juta ton atau 72,75%

diekspor)

Salah satu komoditas yang sudah

memulai hilirisasi menjadi produk

bernilai tambah adalah minyak sawit

mentah (

Crude Palm Oil

/CPO).

Komposisi ekspor produk turunan CPO

telah mencapai 74 persen (

Refined

CPO

64 persen,

Lauric

6 persen, Biodiesel 3

persen,

Oleochemical

1 persen), porsi

ekspor CPO hanya tinggal 26 persen

atau sekitar 7 juta ton (GAPKI, 2016).

Meskipun era hilirisasi sawit telah

dimulai, namun masih diperlukan

peningkatan keragaman variasi produk

turunan yang dihasilkan, serta

kedalaman tingkat hilirisasi yang

dilakukan.

(11)

PERAN BAGI

AKSELERASI

PEREKONOMIAN

Sebagai salah satu komoditas unggulan, sawit memiliki

kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional.

Ekspor dan kontribusi

devisa

Penyerapan tenaga

kerja

Pengentasan kemiskinan

Bahan baku industri dan

penciptaan nilai tambah

Pemerataan

pembangunan ekonomi

(12)

EKSPOR DAN

KONTRIBUSI DEVISA

4,4 16 .98 5,0 87 .29 7,5 70 .92 11 ,85 8.6 1 10 ,25 4.1 1 12 ,89 0.1 4 16 ,70 9.8 5 17 ,68 5.1 3 16 ,51 8.5 3 17 ,46 1.5 5 15 ,40 2.5 5 14 ,35 7.6 7 2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00 14,000.00 16,000.00 18,000.00 20,000.00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia/SEKI- Bank Indonesia (2017)

Minyak Sawit (CPO/

Crude Palm Oil

)

menjadi komoditas dengan sumbangan

ekspor terbesar kedua di Indonesia

(setelah batubara), dimana pada 2016

ekspor CPO sebesar US$14,36 Miliar.

Sawit menyumbang 10 persen dari total

ekspor Indonesia pada tahun 2016.

Jumlah tersebut jauh lebih tinggi

dibandingkan ekspor minyak dan gas

yang masing-masing berkontribusi

sebesar 3 persen dan 5 persen dari total

nilai ekspor nasional 2016.

Perkembangan Ekspor Sawit (US$ juta)

Komposisi Ekspor Indonesia 2016 Berdasarkan Komoditas

(13)

Indonesia adalah pemain utama dalam pasar sawit dunia

. Pada pasar sawit global, Indonesia dan

Malaysia adalah dua negara yang menguasai ekspor komoditas sawit. Kedua negara tersebut

menguasai sekitar 85 persen produksi sawit dunia dan 90 persen pangsa ekspor. Khusus untuk

Indonesia, Indonesia menguasai 51 persen produksi sawit dunia dan 47 persen pangsa ekspor dunia.

No

Negara

Produksi

Minyak

Sawit (juta

MT)

Pangsa

Produksi

(persen)

Ekspor

(juta

ton)

Pangsa

Ekspor

(persen)

1

Indonesia

35

54,5

26

54,6

2

Malaysia

20

31,1

17,5

36,7

3

Lainnya

9,2

14,4

4,2

8,7

Sumber: Index Mundi (2017) MT = Metric Ton

(14)

BAHAN BAKU INDUSTRI DAN PENCIPTAAN NILAI TAMBAH

Kategori Produk Olahan Potensial

Pangan Baking Shortening, Friying shortening, Milk Fat Replacer, Coccoa Butter substitutes-equivalent and replacer, confectionery fats, ice cream fats, creamer, speceialty bakery fats, icing and filling fat, spread fats

Oleokimia Fatty acids (Stearic Acid, Oleic Acid, Palmitic Acid, Myristic Acid, Lauric Acid); Fatty Alcohol; Glycerine; Lilin (candle) Fatty Alcohol Methyl Esther Sulphate (FAMES); Fatty Alcohol Ethoxylate (FAE); Methyl Esther Sulphonate (MES); Glycerol Mono Oleate (GMO); Diethyl Oleate (DEO); Tocopherol.

Farmasi/Kosmetik Tocopherol; Beta Carotene

Energi Fatty Acid Methyl Esther (FAME), FAME Euro 2 dan Euro 4 Spesification

Sumber: Kementerian Perindustrian, 2011

Komoditas sawit memiliki potensi yang sangat besar

sebagai sebuah bahan baku industri dan diolah untuk

menjadi produk-produk industri.

Produk

Bahan Baku

Tingkat

Teknologi

Nilai

Tambah (%)

Olein & Stearin

CPO

Menengah

20

Fatty Acids

CPO, PKO, Katalis

Tinggi

50

Ester

Palmitat, Miristat

Tinggi

150

Surfactant/

emulsifier

Stearat, Oleat,

sorbitol, gliserol

Tinggi

200

Sabun Mandi

CPO, PKO, NaOh,

pewarna, parfum

Sederhana

300

Lilin

Stearat

Sederhana

300

Kosmetik,

bedak,

shampoo

Sufaktan, ester,

amida

Sederhana

600

Nilai Tambah Produk Olahan Sawit

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian 2007

(15)

Sumber :PusatPenelitian KelapaSa itMedan,w 2004

TANDAN KOSONG SAWIT

Rayon

PRODUK PANGAN

BUAH SAWIT MESOKARP

MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) SERAT

PRODUK NON PANGAN / OLEOKIMIA

Bahan bakar

TANDAN BUAH SEGAR

INTI SAWIT

CANGKANG AMPAS SAWIT MINYAK INTI SAWIT

•Bahan bakar Pakan ternak

•Karbon

Susu kental Vanaspati manis Margarin Minyak gorengMinyak makanShortening

merah

Emulsifier Pelumas Lilin Kosmetik Farmasi Medium density

fibre-board

PELEPAH DAN BATANG SAWIT

Pulp & kertas Kompos Karbon

Furniture

•Pulp & kertas

•Pakan ternak

•Confectioneries

•Es krim

•Yoghurt

Biodiesel SenyawaEster

•Asam lemak sawit

•Fatty alkohol

•Fatty amina

•Senyawa epoksi

•Senyawa hidroksi

(16)

PELUANG &

TANTANGAN

HILIRISASI

Sebagai penghasil CPO terbesar di dunia saat ini, industri pengolahan CPO menjadi salah satu industri yang prospektif untuk terus dikembangkan di Indonesia. Selain untuk industri makanan dan industri oleokimia, CPO dapat juga menjadi sumber energi terbarukan dengan diolah menjadi biodiesel.

Sejauh ini pengembangan CPO sebagai biodiesel di Indonesia belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Sebagian besar penggunaan CPO masih sebagai pangan dan hanya sebagian kecil untuk industri oleokimia.

Padahal, pemanfaatan CPO sebagai biodiesel akan memiliki dampak positif yang cukup signifikan bagi Indonesia terutama dalam meningkatkan ketahanan energi.

Penggunaan biodiesel yang meningkat akan membuat konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak) di dalam negeri menurun. Ini artinya, biodiesel dapat mengurangi impor BBM sehingga devisa negara tidak akan terkuras untuk mengimpor BBM.

Lebih dari itu, peningkatan penggunaan biodiesel juga akan menciptakan kesempatan kerja di sektor hulu, baik perkebunan, transportasi, maupun lapangan kerja di industri pengolahan. Dari sisi lingkungan pun juga dapat mengurangi pencemaran udara.

Sementara jika CPO diekstraksi menjadi berbagai produk makanan, oleokimia ataupun kosmetik juga dapat membuka peluang pasar baru, baik di dalam negeri maupun ekspor.

(17)

Kebijakan perdagangan perlu

mengedepankan prinsip pro-hilirisasi dengan

pengenaan tarif yang semakin rendah untuk

produk hilir sesuai rantai nilai produksi, serta

kebijakan insentif yang menumbuhkan

berkembangnya riset dan pengembangan

sawit (R&D).

Peremajaan kebun sawit milik rakyat.

• Dalam hal perkebunan rakyat, pemerintah perlu menstimulasi peremajaan dengan dukungan subsidi pemupukan maupun pembiayaan usaha tani sawit yang tepat.

• Kemitraan petani dengan pengusaha perlu terus didorong agar pengembangan kelapa sawit dapat berkelanjutan.

Daya dukung sektor keuangan-perbankan

dalam menyalurkan kredit ke sektor industri

pengolahan (khususnya agroindustri) harus

ditingkatkan, termasuk penyaluran kredit

investasi barang modal (mesin-mesin pabrik).

KEBIJAKAN

PENDUKUNG

HILIRISASI (1)

(18)

Pemerintah daerah perlu memfasilitasi masuknya

investasi dengan memberikan pelayanan perizinan,

khususnya terkait dengan perizinan lahan dan izin usaha

yang sederhana, handal, serta pro-bisnis.

Kebijakan ini harus lebih ramah lagi bagi investasi yang menerapkan pola integrasi vertikal antara kebun kelapa sawit dengan pengolahan dan integrasi horizontal antara kebun kelapa sawit dengan usaha lain, misal ternak.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui

peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan

(R&D) teknologi industri yang didukung dengan

peningkatan implementasi hasil riset dan apresiasi

terhadap peneliti.

Penyediaan tenaga kerja terampil dan terdidik berbasis SDM lokal dengan kerjasama lembaga pendidikan setempat perlu ditingkatkan.

Pengembangan klaster CPO dan pembentukan jaringan

bisnis penting dilakukan untuk meningkatkan optimalisasi

kapasitas, diversifikasi produk turunan CPO melalui

investasi baru, serta guna perluasan pangsa ekspor.

Selain aspek pemasaran tersebut, dalam tataran lebih teknis terkait dukungan ekspor pemerintah perlu meningkatkan kapasitas infrastruktur untuk mendukung distribusi dan pemasaran, seperti akses transportasi dan pembangunan tanki timbun di pelabuhan-pelabuhan ekspor.

KEBIJAKAN

PENDUKUNG

HILIRISASI (2)

(19)

Eko Listiyanto

Wakil Direktur INDEF (Institute for Development of Economics and Finance)

Email: eko.listiyanto@indef.or.id

(20)
(21)

DI SEKTOR PERTANIAN, PENDAPATAN DI SEKTOR PERKEBUNAN RELATIF LEBIH TINGGI

DIBANDING SUB SEKTOR PERTANIAN LAIN

Proporsi pendapatan utama rumah tangga

pertanian menurut sub sektor

Rata-rata Pendapatan (Ribu Rp)

(22)

MINYAK SAWIT VS. MINYAK TANAMAN LAIN

0

50

100

150

200

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

Global Harvest Area of Major Vegetable Oils

(Million Ha)

Palm Oil

Rape Oil

Soy Oil

Sunflower Oil

-30

20

70

120

170

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

Global Production of Major Vegetable Oils

(Million Ton)

Palm Oil

Rape Oil

Soy Oil

Sunflower Oil

Source: United States Department of Agriculture

(23)

Source : Oil World, European Biodiesel Board and Agriculture Dept. of Indonesia (data 2013)

PRODUKSI MINYAK NABATI DUNIA

Produksi Minyak Dunia

Luas Area

Soybean (25%)

42.8 Juta Ton

0.37 Ton Oil/Ha

Palm Oil

(32 %)

56.1 Juta Ton

3.65 Ton Oil/Ha

Rapeseed (15%) 25.1 Juta Ton 0.75 Ton Oil/Ha Sunflower (8%) 13.8 Juta Ton 0.5 Ton Oil/Ha Others (20%) 34.9 Juta Ton

Soybean (39.8%)

102.4 Juta Ha

Palm Oil

(5%)

12.8 Juta Ha

Sunflower (9.3%) 23.8 juta Ha Rapeseed (12.1%) 31 juta Ha Others (33.9%) 88.7 juta Ha

257

Juta Ha

172,7

Juta T

Produksi kelapa sawit 8-10 kali

dibandingkan produksi kedelai

-

Produksi minyak lebih efisien

-

Tillage (pengolahan tanah lebih sedikit)

(24)
(25)

PRICE OF CPO

VS. CRUDE OIL

671.10

57.86

0

10

20

30

40

50

60

70

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

800.00

900.00

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Sep

ov

N

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Sep

Nov

2016

2017

CPO Price (CIF ROTT, USD/MT)

Crude Oil Price (WTI, USD/Barrel)

CPO

Price

(CIF R

O

T

T, U

SD

/MT)

Cr

u

d

e

Oil

Price

(WTI, US

D

/Bar

re

l)

CPO Price Crude Oil Price Average 2016 700.38 43.14 Average 2017 714.34 50.88 Average 2016-2017 707.36 47.01

(26)

DELTA (

) CPO

PRICE VS.

CRUDE OIL

PRICE 2017

(10.00)

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

% Change of CPO Price Vs. % Change of Crude Oil Price

∆ CPO Price (%)

∆ Crude Oil Price (%)

Average change of CPO Price in 2017 = -1.25%

Average change of Crude Oil Price in 2017 = 1.02%

(27)

PRICE OF CPO,

2016 VS. 2017

751

671

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Palm Oil, Crude (cif Rott., USD per MT)

2016

2017

Average 2016 = USD 677 per MT

(28)

VEGETABLE OILS PRICE

COMPARISON 2017

671

862

874

787

500

550

600

650

700

750

800

850

900

950

1,000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Vegetable Oils Price Comparison (USD per MT)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan oleh penulis tentang Hak Narapidana Wanita yang sedang Hamil serta Hak Anak sejak dalam Kandungan atas Makanan Bergizi di

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 20 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.. “Factor Influencing Mathematics Problem Solving Ability of Sixth

Menimbang, bahwa Pembanding/Tergugat telah mengajukan banding terhadap putusan Pengadilan Agama Palembang tersebut, sesuai dengan Akta Permohonan Banding yang dibuat oleh

Үнэлгээний аргачлалыг ашигласнаар орон нутгийн засаг захиргааны албан хаагчид, улс төрийн намуудын тухайн нутаг дэвсгэр

[r]

Tabel 4 menunjukkan pertambahan bobot badan harian pada kambing dengan pemberian ransum yang mengandung level protein yang berbeda yang disuplementasi dengan urea,

tingkat bunga nominal naik dalam jumlah yang sama. • Tingkat bunga riil tetap

Pada hari ini RABU Tanggal DUA PULUH SEMBILAN Bulan AGUSTUS tahun DUA RIBU DUA BELAS bertempat di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Pukul 09.00 WITA,