• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gulma

Pada permulaan kehidupan manusia dibumi tidak ada tumbuhan yang disebut gulma. Pada waktu usaha manusia berpindah dari usaha pengumpulan hasil Hutan ke usaha pertanian secara primitif, dibeberapa daerah telah dimulai budi daya tanaman-tanaman tertentu dalam kondisi lingkungan yang dikendalikan (Toekidjan dan Soepadiyo, 2015).

Gulma merupakan salah satu dari jasad pengganggu tanaman perkebunan, selain hama dan penyakit. Gulma didefenisikan sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki di areal budidaya karena tumbuhan ini mengadakan persaingan dengan tanaman pokok dan biaya pengendaliannya merupakan bagian terbesar dari biaya produksi. Gulma secara langsung bersaing dengan tanaman pokok untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya dan gulma menyebabkan menurunkan hasil, menurunkan kualitas hasil dan menjadi inang dan habitat bagi hama (Toekidjan dan Soepadiyo, 2015)

2.2 Sasaran pengendalian

Sasaran pengendalian dan perawatan tanaman menghasilkan adalah pada piringan (bokoran), pasar pikul dan gawangan. Bokoran sebagai tempat penyebaran pupuk dan tempat jatuhnya tandan yang dipanen perlu dibersihkan secara teratur. Piringan (bokoran) yang melingkari batang pada tanaman menghasilkan mempunyai lebar atau jari-jari sebesar 2,25-2,50 m.

Jalan pikul terletak diantara 2 barisan tanaman yang dipakai untuk jalan panen atau jalan kontrol yang digunakan untuk pemupukan, pengendalian hama/penyakit dan lain-lain. Kondisinya harus baik yaitu tidak menghalangi pekerjaan namun tidak perlu terlalu bersih (gundul) karena akan mengundang erosi (Adlin Lubis, 2008).

(2)

4

Gawangan adalah areal yang terdapat di luar piringan pokok dan pasar. Areal ini harus dikendalikan dari gulma jahat yang menjadi penghambat tanaman pokok, tanaman inang hama serta menciptakan kondisi yang tidak terlalu lembab hingga penyerbukan tandan dapat lebih lancar dan penyakit tidak berkembang. Disamping itu juga, akan memberi peluang cahaya matahari masuk ke permukaan tanah (Adlin Lubis, 2008)

Tabel 1.1 klasifikasi gulma dan tindakan pengendalian di perkebunan kelapa sawit

Tindakan

dilakukan Nama botani (nama lokal)

Kerugian yang ditimbulkan Pemberantasan

menyeluruh

Imperata cylindrica (lalang) Mikania sp. (sambung rambat)

Mimosa sp. (kucingan) Pesaing/allelopati Pesaing/allelopati Penghambat Pemberantasan pengendalian menyeluruh Melastoma sp. (senduduk) Lantana camara (tembelekan)

Clidemia hirta (harendong)

Penghamnbat Penghambat Penghambat Pemberantasan di piringan, jalan pikul, di kendalikan di gawangan

Cyclosorus aridus (pakis kadal) Nephrolepis biserata (pakis harupat)

Pesaing Pesaing

Pemberantasan di piringan

Axonopus sp. (paitan) Borreria latifolia (kentangan)

Pesaing/penghambat Pesaing/penghambat

2.3 Kerugian yang ditimbulkan gulma

Tumbuhan yang berstatus gulma selalu dinilai merugikan manusia. Kerugian yang disebabkan oleh gulma meliputi berbagai aspek kehidupan manusia dan bersifat langsung maupun tidak langsung. Kerugian yang bersifat langsung, misalnya menaikkan biaya produksi, menyita waktu petani, melukai petani

(3)

5

atau merusak alat-alat pertanian. Kerugian yang tidak langsung, misalnya menjadi pesaing tanaman sehingga menurunkan hasil produksi, mencemari lingkungan akibat herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma.

Kerugian-kerugian yang disebabkan gulma sebagai berikut :

a. Gulma akan menurunkan jumlah hasil (kuantitas). Antara gulma dan tanaman yang hidup bersama dalam suatu areal yang tumbuh. Akibat dari kompetisi tersebut maka kedua belah pihak akan dirugikan masnig-masing tidak dapat tumbuh dan berproduksi optimal secara potensi yang dimilikinya.

b. Gulma akan menurunkan mutu hasil (kualitas). Penurunan mutu hasil misalnya dapat terjadi melalui pencampuran hasil tanaman dengan biji atau bagian tubuh gulma, pencampuran benih dengan biji gulma, pertumbuhan tanaman yang kurang baik atau tidak seragam. Pada tanaman kopi yang tidak dikendalikan akan menurunkan jumlah produksi dan kualitas bijinya, akan menurun disebablan karena biji lebih kecil.

c. Gulma dapat meracuni tanaman (alelopati). Beberapa gulma mengeluarkan alelokima yang dapat meracuni tanaman, misalnya sambung rambat (Mikania micrantha), alang-alang (Imperata cylindrica). Adanya alelokimia, umumnya berupa senyawa fenolat, yang dikeluarkan oleh gulma akan menghambat pertumbuhan tanaman pokoknya. Proses penekanan pertumbuhan tanaman oleh alelokimia ini disebut alelopati.

d. Gulma dapat merusak atau menghambat penggunaan alat mekanik, baik untuk mengolah tanah atau kegiatan pemeliharaan dan pemanenan. e. Gulma dapat menjadi inang hama dan penyakit tumbuhan. Gulma dapat

berperan sebagai tempat tinggal sementara atau sumber pakan alternatif bagi hama dan penyakit tumbuhan atau tanaman. Keberadaan gulma juga dapat berperan dalam menjaga keberlangsungan hidup hama atau

(4)

6

penyakit tanaman sehingga siklus hidupnya tidak terputus pada saat tanaman pokoknya tidak ada.

f. Pengendalian gulma akan menambah biaya produksi. Penambahan biaya tersebut diperlukan untuk membayar tenaga kerja dan membeli herbisida atau alat-alat pengendalian gulma (Sembodo, 2010).

2.4 Sifat-sifat gulma secara umum

Gulma merupakan tumbuhan yang mempunyai sifat dan ciri khas tertentu, yang umumnya berbeda dengan tanaman pokok atau tanaman budi daya. Sifat-sifat dari gulma tersebut antara lain :

a. Gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbeda-beda, mulai dari tempat miskin unsur hara sampai kaya akan unsur hara. b. Gulma dapat bertahan hidup dan tumbuh pada keadaan yang cukup

ekstrim (dalam keadaan kering atau dalam keadaan tergenang air).

c. Kemampuan gulma untuk mengadakan regenerasi atau

perkembangbiakan memperbanyak diri, khususnya pada gulma perennial (gulma yang hidupnya menahun) dapat pula menyebar luas dengan cara perkembangbiakan vegetatif disamping secara generatif. Luas penyegeraan gulma disebabkan oleh sifat daun yang dapat bermodifikasi, yaitu tumbuh menjadi imbuhan baru seperti daun cocor bebek (Calanchoe sp). Demikian juga dengan bagiam-bagian tumbuhan gulma yang lain dapat pula tumbuh menjadi individu gulma yang baru, seperti akar, batang, umbi, dan lain sebagainya. Inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan (berkompetisi) dengan tanaman budidaya.

d. Gulma juga dapat menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak, inilah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak. Dalam berkompetisi dengan tanaman budidaya tumbuhan gulma juga ada yang mengeluarkan bau dan rasa kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat pada sekitar tempat tumbuhnya. Zat itu berbentuk senyawa kimia seperti tempat tumbuhnya. Zat itu berbentuk kimia seperti cairan toksin

(5)

7

(racun) yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman lain yang ada sekitar gulma tersebut, (kejadian tersebut dikenal juga dengan peristiwa alleopati) dan juga biasanya gulma memiliki masa dormansi yang cukup lama (Jhonny, 2006).

2.5 Klasifikasi gulma

Jumlah jenis gulma di lahan pertanian sangat banyak, sifat-sifat tiap jenis

gulma berbeda-beda. Untuk mempermudah pengelolaannya, gulma

dikelompokkan atas dasar kesamaan sifat yaitu siklus hidup, habitat dan bentuk morfologi.

2.5.1 Siklus Hidupnya, Gulma a. Gulma semusim (annual weeds)

Gulma semusim biasanya berumur hanya satu musim atau kurang dari satu tahun, organ perbanyakan berupa biji, umumnya gulma semusim mati setelah buahnya masak, dan jumlah biji yang diproduksi dalam satu musim melimpah. Jumlah biji yang dihasilkan dalam satu musim dapat digunakan untuk membentuk tumbuhan baru. Contoh gulma semusim antara lain Ageratum conyzoides.

b. Gulma dwimusim (biannual weeds)

Gulma dwimusim adalah semua jenis gulma yang berumur antara satu sampai dua tahun. Pada tahun pertama umumnya membentuk organ perbanyakan vegetatif berupa umbi batang atau makan,sedangkan pada tahun kedua membentuk organ perbanyakan generatif berupa biji. Contoh gulma dwi musim antara lain Digitaria ciliaris.

c. Gulma tahunan (perennial weeds)

Siklus hidup gulma ini lebih dari dua tahun dan mungkin tidak terbatas (menahun). Gulma ini berkembangbiak dengan biji meskipun ada juga yang berkembangbiak secara vegetatif. Gulma ini juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya pada musim kering

(6)

8

seolah-olah mati, tetapi bila air cukup akan bersemi kembali. Contoh gulma tahunan, antara lain lalang (Imperata cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus) (Toekidjan dan Soepadiyo, 2015)

2.5.2 Sifat morfologinya gulma a. Gulma berdaun sempit (Grasses)

Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas, yaitu : 1) Memiliki daun menyerupai pita;

2) Memiliki batang tumbuhan yang beruas-ruas; 3) Tumbuh tegak atau menjalar; dan

4) Memiliki pelepah serta helaian.

Contoh gulma berdaun sempit, antara lain lalang (Imperata cylindrica) dan pasapalum (Pasapalum conjungatum).

b. Gulma teki-tekian (Sedge)

Jenis gulma ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiilik umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai area pertanian secara cepat. Gulma teki-tekian mirip dengan gulma berdaun sempit, bedanya gulma teki-tekian, antara lain teki (Cyperus rotundus) dan krisan (Scleria sumantrensis).

c. Gulma berdaun lebar (Broad leaves)

Gulma ini biasanya diakhir masa budidaya kelapa sawit. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Pada umumnya gulma ini merupakan tumbuhan berkeping dua, meskipun ada juga yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Memiliki bentuk daun melebar;

2) Tumbuhan tumbuh tegak atau menjalar.

Contoh gulma berdaun lebar, antara lain mikania (Mikania micrantha) dan senduduk (Melastoma malabathricum).

(7)

9 d. Gulma pakis-pakisan (Ferns)

Gulma pakis-pakisan (ferns) umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar. Contah gulma pakis-pakisan antara lain pakis kresek (Stenochlena palustris) dan pakis kawat (Dicranopteris linearis).

e. Gulma rumput-rumputan (Graminae)

Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian, tetapi menghasilkan stolon, alih-alih umbi. Di dalam tanah stolon ini membentuk jaringan rumit yang sangat sulit diatasi secara mekanik. Sebagai contoh alang-alang (Imperata cylindrica) (Raharja , 2011).

2.5.3 Habitatnya gulma a. Gulma air (aquatic weeds)

Gulma ini tumbuh di air, baik mengapung, tenggelam, ataupun setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa berdaun sempit, berdaun lebar, ataupun teki-tekian. Contoh gulma air, yaitu Cyperus ria dan Leptochloa chinensis.

b. Gulma darat (terrestil weeds)

Gulma ini tumbuh di darat. Jenis gulma daratan yang tumbuh di perkebunan sangat tergantung pada jenis tanaman utama, jenis tanah, iklim, dan pola tanam. Contoh gulma daratan antara lain paitan (Paspalum conjungatum) dan mikania (Mikania mikranta) (Raharja, 2011).

2.5.4 Pengaruhnya terhadap tanaman kelapa sawit, gulma dibedakan menjadi lima tingkatan.

a. Gulma kelas A

Gulma yang digolongkan yaitu jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas. Contoh jenis gulma kelas A. Contohnya lalang (Imperata cylindrica) dan mikania (Mikania micranta).

(8)

10 b. Gulma kelas B

Gulma yang digolongkan kelas B yaitu jenis-jenis yang merugikan tanaman sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian. Contoh jenis gulma kelas B, antara lain senduduk (Melastoma malabatricum) dan krisan (Scleria sumantrensis).

c. Gulma kelas C

Gulma yang digolongkan kelas C yaitu jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan. Gulma tersebut memerlukan tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan, misalnya ketersediaan biaya atau mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun). Contoh jenis gulma kelas C yaitu paitan (Paspalum conjungatum).

d. Gulma kelas D

Gulma yang digolongkan kelas D yaitu jenis-jenis gulma yang tidak begitu merugikan tanaman perkebunan, tetapi memerlukan tindakan pengendalia. Contoh-contoh jenis gulma kelas D, yaitu Ageratum conyzoide dan Digitaria sp.

e. Gulma kelas E

Gulma yang digolongkan kelas E merupakan jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karet dapat berfungsi sebagai pupuk hijau. Gulma ini dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman, tetapi tetap perlu tindakan pengendalian jika pertumbuhannya sudah menutupi piringan atau jalur tanaman. Contoh gulma kelas E ini, antara lain Colopogonium caeruleum, pueraria javanica, dan centrosema pubernses (Raharja, 2011)

(9)

11 2.5.5 Kategori gulma di perkebunan

Berdasarkan keberadaannya di perkebunan, gulma dibedakan menjadi:

a. Gulma lunak, yaitu yang keberadaannya dalam budidaya tanamana kelapa sawit dapat tolenrasi. Hal ini karena jenis gulma ini dapat menahan erosi tanah. Walaupun demikian, pertumbuhannya harus tetap dikendalikan. Contohmya babadotan, wedusan, dan Pacitan.

b. Gulma berbahaya yaitu gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman pokok. Contohnya lalang, mikania, dan teki (Raharja, 2011).

2.6 Pengendalian Gulma

Gulma merupakan pesaing bagi tanaman kelapa sawit dalam penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari. Areal yang didominasi oleh gulma yang berbahaya atau pesaing berat seperti sembung rambat (Mikania micrantha), alang-alang (Imperata cylindrica), dan Asystasia coromandelina dapat menurunkan produksi sampai 20% (Bambang Sulistyo, 2010).

Pengertian dari pengendalian gulma (weed manajemen) harus dibedakan dengan pemberantasan (eradicition). Pengendalian gulma (weed manajemen) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produk dan efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampui ambang ekonomi, sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol (Sukman dan Yakup, 2002).

(10)

12

Sedangkan pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik yang sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga populasi gulma sedapat mungkin ditekan sampai nol. Pemberantasan gulma mungkin baik bila dilakukan pada areal yang sempit dan tidak miring, sebab pada areal yang luas ini merupakan sesuatu yang mahal dan pada tanah miring kemungkinan besar menimbulkan erosi. Eradikasi pada umumnya hanya dilakukan terhadap gulma-gulma yang sangat merugikan dan pada tempat-tempat tertentu (Sukman dan Yakup, 2002).

Berikut ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan, yaitu :

a. Jenis gulma yang dominan. b. Tanaman utama.

c. Alternatif pengendalian yang tersedia.

d. Dampak ekonomi dan ekologi (Raharja, 2011).

2.6.1 Pengendalian gulma dengan cara khemis

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Herbisida merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Penggunaan herbisida bisa dilakukan saat Pratama, pertumbuhan atau pascatumbuh (Moenadir, 1998).

Disamping itu herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis rendah akan mematikan seluruh bagian dan jenis tumbuhan. Pada dosis lebih rendah herbisida akan membunuh tertentu dan tidak merusak tumbuhan lainnya (Sembodo, 2010).

Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan hemat tenaga dan murah, khususnya untuk areal yang luas. Sementara itu, kerugian menggunakan herbisida diantaranya resik keracunan tanaman serta adanya

(11)

13

efek residu terhadap alam dan lingkungan sekitarnya. Pengendalian gulma secara kimia sebaiknya alternatif pilihan terakhir apabila cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil (Rustam dan Agus, 2008).

Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilannya atau selektifitas herbisida, yaitu :

a. Faktor Tanaman, yaitu:

1) Umur dan kecepatan pertumbuhan.

2) Struktur luar seperti bentuk daun (ukuran dan permukaan), kedalaman akar, lokasi titik tumbuh, dll.

3) Struktur dalam seperti translokasi dan permeabilitas membran jaringan.

4) Proses-proses biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida, dll b. Faktor Herbisidanya :

1) Bahan aktif, 2) Konsentrasi,

3) Formulasi (cair atau granular) c. Faktor Lingkungan :

1) Temperatur 2) Cahaya, 3) Hujan,

4) Faktor-faktor tanah. d. Cara Pemakaian Aplikasi :

1) Tipe herbisida (digunakan ke tanah, ke tanaman), 2) Volume penyemprotan,

3) Ukuran butiran semprotan, 4) Waktu penyemprotan

(12)

14 2.6.2 Penggolongan Herbisida a. Berdasarkan waktu aplikasi

Waktu aplikasi biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan dari tanaman maupun gulma, maka dari itu terdiri dari:

1) Pre Plan, adalah herbisida diaplikasikan yang pada saat tanaman (crop) belum ditanam, tetapi tanah sudah diolah.

2) Pre emergence, adalah herbisida yang diaplikasikan sebelum benih tanaman (crop) atau biji gulma berkecambah. Pada perlakuan ini benih dari tanaman (crop) sudah ditanam, sedangkan gulma belum tumbuh.

3) Post emergence, adalah herbisida yang diaplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Aplikasi herbisida bisa dilakukan pada waktu tanaman masih muda maupun pada waktu tanaman sudah tua.

b. Cara aplikasi aplikasi melalui daun

1) Bersifat kontak, berarti ini hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok untuk mengendalikan gulma setahun, karena bila terkena akan menyebabkan mati keseluruhan. Sedangkan ulam tahunan bila terkena herbisida ini hanya seperti babat bagian atasnya, karena perakarannya tidak mati. Herbisida kontak ada 2, yaitu :

 Herbisida kontak selektif, herbisida ini hanya membunuh satu beberapa spesies gulma.

 Herbisida non selektif, herbisida ini dapat membunuh semua jenis-jenis gulma yang terkena , terutama daun gulma

Contohnya : Herbisida Paraquat (Gromoxone).

2) Bersifat Sistemik, berarti herbisida yang diberikan pada tumbuhan

(gulma) setelah diserap oleh jaringan daun kemudian

ditranslokasikan keseluruh bagian tumbuhan tersebut, misalnya: titik tumbuh, akar, rimpang dan lain-lain sehingga tumbuhan/gulma tersebut akan mengalami kematian total.

(13)

15 Contoh : Glyphosate (Roundup). c. Aplikasi melalui tanah (Pra tumbuh)

Umumnya herbisida ini yang diberikan melalui tanah adalah herbisida sistemik. Contohnya : Herbisida Diuron, golongan Triazine, Uracil dan Ioxynil (Sukman dan Yakup, 2002)

2.7 Herbisida

Herbisida adalah suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida ini dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses pembelahan sel, perkembangan jaringan,pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi, metabolisme, nitrogen, aktivitas enzim) yang sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengertian tersebut mengadung arti bahwa herbisida berasal dari metabolit , hasil ekstraksi, atau bagian dari suatu organisme. Disamping itu herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu juga terhadap tanaman.

Herbisida dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian yang dan jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak merusak tumbuhan yang lainya (Riadi, 2011).

Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh gulma. Herbisida telah banyak digunakan untuk membunuh gulma. Herbisida telah banyak digunakan dibidang pertanian bersama dengan penggunaaan pupuk, varietas, insektisida. Herbisida dapat meningkatkan produk pertanian. Didaerah dimana tenaga kerja terbatas, penggunaan herbisida sangat dibutuhkan. Herbisida dapat diaplikasikan sebelum tanam, sebelum tumbuh, dan sesudah tumbuh.

2.7.1 Herbisida Sistemik

Herbisida sistematik, biasa digunakan untuk pengendalian gulma yang mempunyai rhyzome atau umbi seperti lalang (Imprata cylindrica) atau teki (Cyperus rotundus). Herbisida ini akan diserap melalui daun dan dibawah

(14)

16

kebagian rhyzome atau umbinya kemudian bahan aktifnya mematikan bakal tunas yang tumbuh setiap ruas akar lalang atau setiap umbi. Ciri-ciri herbisida ini berhasil menjalankan tugasnya apabila terlihat noda hitam pada bakal tunas di atas. Hal tersebut berarti bakal tunasnya telah mati. Untuk jenis gulma seperti Mikania (Mikania cordata), herbisida inipun efektif membunuh gulma sampai keakarnya beberapa hari setelah penyerapan berlangsung.

Biji-bijian tidak akan mati masih terlindung, namun biji gulma yang telah tumbuh, beberapa jenis akan mati dan beberapa jenis lainnya tetap hidup. Ada beberapa jenis herbisida sistemik ini, untuk mengendalikan lalang atau gulma berdaun sempit (grasses) lainnya, gulma berumbi seperti teki-tekian serta untuk berdaun lebar (Broad leaves), masing-masing produk mempunyai spesifikasi sendiri misalnya :

a. Herbisida yang mengandung bahan aktif glifosat, baik sekali untuk mengendalikan lalang dan teki.

b. Herbisida yang mengandung bahan aktif 2,4 D atau 2,4,5T baik sekali untuk mengendalikan gulma berdaun lebar (Hakim, 2007).

Efek kematian terjadi hampir merata keseluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi.

Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem Ultra Low Volume (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif keseluruh gulma memerlukan sedikit pelarut. Contoh-contoh herbisida sistemik antara lain sebagai berikut : Ally 20 WDG, Rhodiamine, Branvell, Rhoundup, Basmilang, Starane, DMA 6, Sunup, Kleenup, Touch Down, Tordon dan Polaris (Barus, 2003).

(15)

17 2.7.2 Herbisida Kontak

Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas (Barus, 2003).

Herbisida jenis ini dikenal karena mengakibatkan efek bakar yang langsung dapat dilihat terutama pada penggunaan dengan kadar tinggi, seperti asam sulfat 70%, besi sulfat 30%, tembaga sulfat 40%. Paraquat, sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat menghasilkan hydrogen peroksida radikal yang dapat memecahkan membrane sel, akhirnya seluruh sel juaga rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan tidak ditranslokasikan ke bagian lain (Moenandir, 1990).

Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja terutama, terutama bagia yang berdaun hijau dan berfotosintesis. Keistimewaanya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian gulma akan mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian. Contoh herbisida ini adalah herbisida berbahan aktif paraquat.

Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata keseluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian yang lebih baik. Dengan demikian, prestasi kerja yang dihasilkan pada penyemprotan lebih kecil dan kebutuhan tenaga kerja lebih banyak. Penggunaan CDA sprayer (Micron Herbi) Sprayer sistem, ULV lainnya tidak direkomendasikan karena larutan herbisida yang kental tidak akan dapat merata keseluruh permukaan gulma sasaran dan dapat menyebabkan iritasi kulit bagi pekerja (penyemprot) contoh-contoh jenis

(16)

18

herbisida kontak adalah sebagai berikut : Gramoxone, Herbatop dan Paracol (Barus, 2003).

Herbisida kontak, cocok digunakan untuk gulma yang tergolong gulma lunak, artinya gulma tersebut relatif lebih mudah dikendalikan. Jenis gulma ini ada yang berdaun sempit ada yang berdaun lebar. Untuk pengendalian gulma diantara atau pada barisan tanaman baik sekali, karena akar gulma yang disemprot tidak mati. Rumput ini akan hidup kembali setelah bagian atasnya kering terbakar herbisida. Biji-biji gulma yang terkena semprotan tidak mati, namun jika biji tersebut telah tumbuh dan daunnya terkena semprotan akan mati (Hakim, 2007).

2.8 Alat Penyemprotan

Dalam aplikasi herbisida, pengenalan peralatan semprot sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengendalian yang efektif. Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai peralatan semprot meliputi jenis sprayer dan type nozzle (Sukman dan Yakup, 2002).

2.8.1 Knapsack Sprayer

Knapsack sprayer dikenal juga dengan alat semprot punggung. Sprayer jenis ini paling banyak digunakan di perkebunan. Prinsip kerja knapsack sprayer adalah sebagai berikut : larutan dikeluarkan dari tangki akibat adanya tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakkan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan herbisida dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzle ke gulma sasaran.

Pada penggunaan knapsack sprayer, tekanan udara yang dihasilkan harus diusahakan agar tetap konstan yaitu sekitar 0,7 - 1,0 kg/cm2 atau 10-15 atm. Tekanan tersebut diperoleh dengan cara memompa sebanyak delapan kali atau kira-kira sudah mencapai tekanan optima. Untuk menjaga agar tekanan tetap

(17)

19

stabil selama penyemprotan maka setiap berjalan dua langkah pompa harus digerakkan sekali naik turun. Tekanan pompa yang tidak konstan akan menyebabkan butiran-butiran herbisida tidak seragam dari waktu ke waktu. Dari seluruh butiran yang dihasilkan sekitar 80 % berukuran 100 mikron. Hal ini menyebabkan terjadinya drift karena butiran yang kecil dan halus mudah terbawa oleh hembusan angin, ukuran ideal butiran dapat diserap oleh gulma adalah sekitar 250 mikron, serta berbentuk seragam.

Kapasitas knapsack sprayer berbeda-beda tergantung ukuran dan merek tetapi biasanya berkisar 13 liter, 15 liter, 18 liter akan tetapi umumnya adalah berkapasitas 15 kg karena tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan. Dalam penggunaan knapsack seharusnya dibedakan antara knapsack herbisida, insektisida, atau fungisida agar tidak terjadi kontaminasi, maupun reaksi kimia yang bisa menyebabkan kecelakaan atau bahaya dan setelah selasai pemakaian sebaiknya dicuci bersih. Contoh-contoh merek dari knapsack sprayer antara lain Solo, Hero, CP 15, dan Berthoud.

2.8.2 CDA Sprayer (Mikron Herbi)

Berbeda antara knapsack sprayeratau motor sprayer, CDA sprayer tidak menggunakan tekanan udara untuk menyebarkan herbisida ke arah gulma sasaran, melainkan gaya gravitasi dan putaran piringan.

Prinsip kerja CDA Sprayer adalah sebagai berikut: larutan mengalir dari tangki melalui selang plastik menuju nozzle, diterima oleh putaran piringan bergerigi (spining disc), dan tersebar ke arah gulma sasaran. Putaran piring digerakkan oleh dinamo dengan sumber energi tenaga batere 12 Volt. Putaran piringan sekitar 2.000 rpm dan butiran yang keluar berbentuk seragam dengan ukuran 250 mikron. Ukuran butiran 250 mikron merupakan butiran yang optimal untuk membasahi permukaan gulma dan meresap ke dalam jaringan gulma.

(18)

20

Berdasarkan bentuk dan ukuran keseragaman bentuk butiran yang dihasilkan inilah alat semprot yang disebut dengan CDA (Controlled Droplet Application).

Adapun contoh-contoh CDA Sprayer antara lain: Mikron Herbi 77, Samurai, dan birky menurut penggunaan Mikron herbi dapat mengahsilkan 91% butiran dengan ukuran yang sama atau lebih besar dari 110 mikron dan 9% butiran dengan ukuran lebih kecil dari 110 mikron (Sukman dan Yakup, 2002).

Penggunaan Mikron Herbi dapat meningkatkan efesiensi biaya pengendalian gulma.Menurut Yakup (2002), pemakaian Mikron Herbi dapat menghemat kebutuhan herbisida sebanyak 30 – 50 %. Selain itu, kebutuhan tenaga kerja juga dapat dihemat samapi 75 %. Kebutuhan larutan hanya sekitar 20-40 liter/ha blanket, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan jika menggunakan cara konvensional, yaitu 200 – 1.000 liter/ha blanket. Jumlah kebutuhan larutan tergantung nozzle yang digunakan. Perawatan juga tidak terlalu rumit cukup dilakukan dengan cara membersihkan setelah pemakaian, dan disimpan dengan cara posisi berdiri, dengan head terletak pada bagian atas.

Gambar

Tabel 1.1 klasifikasi gulma dan tindakan pengendalian di perkebunan kelapa  sawit

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon warna dan kandungan karotenoid karang Lobophyllia hemprichii dengan intensitas cahaya yang berbeda..

Pemroduksi kapal ikan local mampu bersaing dengan kualitas yang baik, dengan adanya potensi ini penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kelayakan usaha usaha kapal ikan di

Selanjutnya melakllkan tes diagnosa yang dilalmkan untuk mengetahui atau memastikan apakah pemeriksanaan yang dilakukan sesuai dengan tes diagnosa Dan yang terakhir

Hasan Sadikin Bandung penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang  pemeriksaan  Ankle joint  pada kasus trauma dan patah tulang terbuka yang akan disajikan dalam

Gilbert (2003:89) menyatakan bahwa “Promosi dapat saja merangsang konsumen mengunjungi toko, tetapi tampilan atau penatan produk oleh pengecer akan membuat perbedaan pada

Dalam Kolb (1992), konflik dapat saja terjadi karena timbulnya perbedaan dalam minat, pola pikir, dan tujuan. Lebih jauh dinyatakan bahwa konflik dapat terjadi karena

Untuk menguji hipotesis yang diaju- kan dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kuantitatif dengan menguna- kan metode analisis regresi berganda tiga prediktor

terjadi pada budaya menonton tersebut disaat banyak bioskop gulung tikar? Mayarakat yang berada di sekitar lokasi berdirinya bioskop Golden Theatre menyatakan bahwa keadaan