• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Bab

7

Rencana Pembangunan

Infr astr uktur Cipta Kar ya

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

Pemerintah Kabupaten Padang Lawas berkewajiban memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Hal ini dikarenakan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia.

Pengembangan permukiman pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan di wilayah Kabupaten Padang Lawas yang layak huni (liveable), aman, nyaman, damai, sejahtera dan berkelanjutan. Alasan utama adalah banyak terdapat masyarakat yang belum mengenal rumah sehat. Hal ini disebabkan karena daerah – daerah kampung yang sangat jauh dan terpencil, sulit dijangkau, dengan prasarana transportasi yang terbatas. Pengembangan permukiman dapat meliputi pembangunan sarana dan prasarana dasar suatu permukiman, pembangunan perumahan RSH khususnya bagi warga yang berpenghasilan rendah. Selain itu aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, struktur, serta bahan material yang digunakan.

Sesuai dengan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas tahun 2011-2031, maka wewenang Pemerintah Kab. Padang Lawas dalam pengembangan permukiman antara lain:

- Memberikan kemudahan perizinan pembangunan rumah/perumahan yang sesuai peruntukan

- Membangun prasarana permukiman - Membangun fasilitas umum dan sosial

- Memberikan kepastian hukum dan nasehat teknis untuk bangunan tahan gempa yang dibangun pada kawasan bebas bencana

(2)

7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman

Pola permukiman di Kabupaten Padang Lawas pada umumnya dikembangkan dengan pola linier dan mengelompok mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Padang Lawas saat ini diarahkan pada pengembangan perumahan dan permukiman pada masyarakat lokal yang berada di daerah pinggiran dengan pendapatan atau penghasil yang rendah.

Sesuai dengan arahan kebijakan Ranperda RTRW Kabupaten Padang Lawas yang terkait pengembangan permukiman, Kawasan permukiman merupakan ruang yang diperuntukan bagi pengelompokan permukiman penduduk termasuk didalamnya sarana dan prasarana kegiatan sosial ekonomi bagi penduduk dengan dominasi kegiatan usaha non-pertanian. Kawasan ini dapat berupa permukiman perkotaan maupun pedesaan. Kawasan permukiman dikembangkan pada kawasan dengan kriteria sebagai berikut:

- Aksesibilitas yang baik

- Berada dengan pusat kegiatan/terkait dengan kawasan hunian yang sudah ada atau berkembang

- Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);

- Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;

- Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi); - Drainase baik sampai sedang;

- Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/ mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;

- Tidak berada pada kawasan lindung;

- Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga; - Menghindari sawah irigasi teknis.

Luas areal untuk permukiman di Kabupaten Padang Lawas lebih kurang 37.232 (tigapuluh tujuh ribu dua ratus tiga puluh dua) ha atau 9,71 % dari luas seluruh Kabupaten Padang Lawas. Kawasan Permukiman terbagi 2 yakni permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan, dimana lokasinya menyebar di setiap kecamatan. Tapi khusus untuk permukiman perkotaan terdapat di Kecamatan Barumun, Barumun Tengah, Lubuk Barumun dan Sosa.

7.1.1.1.Permukiman Perkotaan

(3)

masing-masing kota ibukota kecamatan tersebut lebih berkembang lagi ke arah yang lebih baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pola pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman perkotaan dikembangkan dengan pola linier dan mengelompok mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan dilakukan pada wilayah-wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki lokasi yang strategis.

Luas kawasan yang tergolong kedalam permukiman kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Padang Lawas adalah lebih kurang 12.157 (duabelas ribu seratus lima puluh tujuh) Ha atau sekitar 3,13 % dari luas kawasan permukiman yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas. Wilayah yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan di kabupaten Padang Lawas yaitu :

- Kec. Barumun dengan luas 3.287,78 (tigaribu duaratus delapan puluh delapan) ha - Kec. Barumun Tengah dengan luas 1.054,25 ha

- Kec. Lubuk Barumun dengan luas 4.122,42 ha - Kec. Sosa dengan luas 2.935,52 ha

- Kec. Ulu Barumun dengan luas 756,66 ha.

7.1.1.2.Permukiman Pedesaan

Kawasan pedesaan berdasarkan sifat dan jenis kegiatan dapat diartikan sebagai suatu karakteristik unit wilayah yang masih bertumpu pada kegiatan pertanian, dimana penggunaan ruangnya masih bersifat ekstensif.

Pemanfaatan bahan yang masih bersifat ekstensif ini tidak terlepas dari pengaruh kepadatan penduduk yang relatif rendah. Untuk kawasan permukiman pedesaan dikembangkan dengan pola mengelompok. Wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan perrmukiman pedesaan adalah di seluruh kecamatan dengan lebih memperhatikan pengelompokan eksisting dan ketersediaan lahan untuk pertanian sebagai mata pencaharian serta tidak berada pada wilayah-wilayah rawan bencana.

Luas kawasan permukiman sampai akhir tahun perencanaan sekitar 25.075,51 atau 6,54 % dari luas total. Wilayah yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Padang Lawas yaitu :

- Kec. Barumun dengan luas 2.324,89 ha

- Kec. Barumun Tengah dengan luas 1.086,95 ha - Kec. Batang Lubu Sutam dengan luas 79,08 ha - Kec. Huristak dengan luas 1.415,24 ha

(4)

- Kec. Sosa dengan luas 7.040,33 ha - Kec. Sosopan dengan luas 913,49

- Kec. Ulu Barumun dengan luas 1.741,55 ha

7.1.1.3.Kawasan Rawan Bencana

Kawasan-kawasan yang sudah menimbulkan bencana dan kawasan yang berpotensi menimbulkan bencana baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.Penentuan kawasan ini didasarkan oleh dua hal yaitu hasil analisis fisiklahan dan hasil observasi ke lapangan.Kriteria kawasan rawan bencana adalah daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam.Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh beberapa lokasi mengalamibencana.Dalam konteks Kabupaten Padang Lawas, jenis bencana yang ada adalah banjir dan puting beliung.

Bencana banjir yang terjadi karena di Kabupaten Padang Lawas banyak terdapat sungai dan letak permukiman yang berdekatan dengan sungai. Berikut ini kecamatan yang memiliki potensi bencana banjir yaitu:

- Kec. BarumunKec. BarumunTengah - Kec. Batang Lubu Sutam

- Kec. Sosa

- Kec. Ulu Barumun

Selain banjir, terdapat pula longsor seperti di kecamatan Barumun Tengah. Terhadap kawasan yang memiliki potensi bencana banjir tersebut rencana yang dilakukan adalah :

- Pemeliharaan sempadan sungai sebagai buffer untuk mencegah banjir, - Revitalisasi sungai

- Relokasi permukiman sekitar sungai yang terhindar dari bencana.

Selain bencana banjir, di Padang Lawas juga terdapat jenis bencana angin putting beliung yang ada di Kecamatan Barumun, dan Kecamatan Barumun Tengah.Upaya penanggulangan bencana ini dengan pemindahan permukiman untuk menjauh dari jalur angin puting beliung dan pembinaan permukiman yang memiliki rangka yang kuat.

7.1.2.Potensi dan Tantangan Sektor PKP Kab. Padang Lawas

Potensi dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kab. Padang Lawas antara lain: - Kondisi perumahan dan permukiman masih didominasi oleh perumahan dengan jenis

konstruksi non permanen/semi permanen

- Kondisi fisik kawasan merupakan lahan relatif bergelombang dan berbukit; - Daya dukung lingkungan rendah;

- Infrastruktur kawasan masih memerlukan peningkatan; dan

(5)

- Perlunya penyusunan rencana tata ruang untuk kebutuhan penataan dan pedoman pembangunan perkotaan seperti seperti RDTR, RTBL, dan Masterplan Prasarana; - Pengembangan permukiman yang terkait dengan jaringan jalan di setiap perkotaan

maka pembangunannya harus mengikuti rencana tata ruang yang ada sehingga sinkron dengan kebijakan pengembangan fisik perkotaan.

- Pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan yang memadai sebab saat ini terlihat masih banyaknya kekurangan akan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan.

- Pola pengembangan perkotaan diarahkan pada pembentukan struktur ruang perkotaan konsentrik atau linier sesuai dengan daya dukungnya

7.1.3. Pemetaan Kegiatan Cipta Karya Tahun 2011-2016

Kegiatan Cipta Karya yang pernah dilaksanakan di Kab. Padang Lawas yang bersumber dari Dana APBN yaitu kegiatan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Pedesaan (2015 dan 2016). Kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan (2015).

(6)

7.1.4. Sasaran Program

7.1.4.1.Sasaran dan Target Pencapaian Program PKP

Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 telah mengamanatkan berbagai arahan dan kebijakan sasaran Program Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang harus dicapai dalam masa 5 (lima) tahun kedepan. Adapaun strategi pelaksanaannya dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama yaitu :

1. Menbangun Sistem;

2. Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan); dan 3. Memberdayakan Masyarakat

Sasaran strategis terhadap ke tiga pendekatan tersebut secara umum direncanakan melalui dua kegiatan utama yaitu kegiatan fisik dan non fisik. Secara rinci sasaran startegis pelaksanaan kegiatan serta alur proses perencanaan terhadap program-program kegiatan Sektor Pengembangan Permukiman–kegiatan seperti dijelaskan pada tabel dan alur program berikut:

Tabel 7.1. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PKP Tahun 2017

Pendekatan infast rukt ur Provinsi/ Kab./ Kot a

Rencana Induk/ FS/ DED

M elakukan fasilit asi kepada pem erint ah daerah dalam penguat an kelem bagaan, keuangan, t erm asuk pem binaan t eknis t erhadap t ugas

dekonsent rasi dan pem bant uan

Fasilit asi/ Pendam pingan: Penyusunan NSPK

Fasilit asi Rencana Daerah Kaw asan Perm ukim an pem bangunan infrast rukt ur m elalui kegiat an pem berdayaan m asyarakat

Bant uan Penyusunan Rencana Kerja M asyarakat

Sumber : M ateri paparanDirektorat Pembinaan Penat aan Bangunan pada W orkshop Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan dan pengendalian PIP DJCK t ahun 2016

A.Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

(7)

Perkotaan melalui Permen PUPR Nomor 2/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh melalui tahapan-tahapan yaitu:

1. Penetapan Permukiman Kumuh sesuai Indikator Permukiman Kumuh; 2. Pencegahan Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ;

3. Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ;

Adapun persyaratan teknis dalam Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Umum

1. Kawasan Strategis Nasional (PKN, PKSN)

2. Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR (35 WPS) 3. Memiliki Perda RTRW

4. Memiliki Perda Bangunan Gedung

5. Tersedianya Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB)/dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan

6. Institusi pengelola pasca konstruksi (KPP) terkait serah terima asset b. Kriteria Khusus

1. Memiliki Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP/RP2KPKP)/ Sedang dalam proses penyusunan tahun 2016

2. Memiliki SK Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh 3. Memiliki Profil kawasan Kumuh

4. Memiliki Surat Pernyataan Minat untuk kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

5. Kesiapan dan kesediaan Lahan

6. Rencana aksi Penanganan dan Pemaketan serta Jadwal Pelaksanaan (Kurva-S) 7. Sudah ada Perencanaan : Masterplan, DED yang ditandatangani Dinas Teknis

Kab/Kota, serta RAB, TOR dan RKS sudah siap lelang

(8)

Tabel 7.2. Program-Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Sesuai Renstra Ditjen. Cipta Karya Tahun 2015-2019

No Pola Penanganan Kumuh

Definisi Kontribusi Program

P2KKP/ NSUP

Kesesuaian t er hadap perizinan, st andar t eknis dan pem eriksaan sesuai dengan perat uran perundang-undangan

Pem ugaran Perbaikan, pembangunan kembali menjadi perm ukiman layak huni

Advocasi Pem da Penyiapan M asy. Pem b. fisik t ert ier

Kat egori kum uh Ringan-sedang

Penyiapan M asy. Pem b. fisik t ert ier

Kat egori kum uh Ringan-sedang

Pem b. fisik Sekunder

Peremajaan M ew ujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamat an dan keamanan masyarakat sekit ar dengan t erlebih dahulu menyediakan t em pat t inggal bagi masyarakat

Advokasi Pem da Penyiapan M asy. Pem b. fisik t ert ier

Kat egori kum uh Ringan-sedang

Penyiapan M asy. Pem b. fisik t ert ier

Kat egori kum uh Ringan-sedang

Pem b. fisik Sekunder

Pem ukiman kembali Pemindahan masyarakat dari lokasi yang t idak mungkin dibangun kembali/ t idak sesuai dengan r encana t at a ruang dan/ at au raw an bencana sert a m enimbulkan bahaya bagi barang at aupun manusia (cont oh: penyediaan Rusunaw a)

(9)

B.Program Pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Penanganan

Permukiman Kumuh

Dalam upaya Penanganan Permukiman Kumuh tidak terlepas dari kegiatan pendampingan sebagai bagian kegiatan pelaksanaanya. Melalui program Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan (P2KKP), proses pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Penanganan Permukiman Kumuh dilakukan melalui komponen-komponen program & kegiatan seperti dijelaskan pada skema alur program berikut:

Gambar 7.1. Komponen Program dan Alur Kegiatan P2KKP

C.Program Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan

Melalui Kementerian PPN/Bappenas, pemerintah telah menyiapkan Grand Design Pembangunan Perdesaan sebagai upaya pembangunan dan pengembangan desa-desa di seluruh Indonesia. Arahan kebijakan yang telah ditetapkan adalah melalui berbagai pendekatan baik secara Sosial, Ekonomi serta Ekologi. Program-program perdesaan yang telah disiapkan terbut adalah :

1. Program Desa Tertinggal

2. Desa yang belum terpenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) pada aspek kebutuhan sosial, infrastruktur, sarana, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan.

3. Desa Berkembang

4. Desa yang sudah terpenuhi SPM namun secara pengelolaan belum menunjukkan keberlanjutan

5. Desa Mandiri

(10)

Terhadap sektor Pengembangan kawasan permukiman, program-program perdesaan tersebut akan mendukung upaya pemenuhan SPM Permukiman Untuk Desa-Desa Tertinggal dan penyediaan Permukiman yang Mendukung Pengembangan Desa Potensial (Desa Berkembang) sehingga grand strategy mempercepat pemenuhan SPM Permukiman serta kebutuhan infrastruktur yang mendukung pengembangan ekonomi kawasan dapat tercapai. Adapun sasaran strategis sebagai target nasional yang hendak dicapai adalah Peningkatan kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha (pada kawasan perdesaan yang memiliki komoditi unggulan).

D.Program Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus

Sesuai Permen PUPR No.15 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, terhadap penanganan Kawasan Permukiman Khusus dilaksanakan melalui pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan permukiman khusus, yaitu melalui kawasan-kawasan :

1. Kawasan Perbatasan;

2. Kawasan Pulau-Pulau Kecil Terluar; 3. Kawasan Pasca Bencana, dan

4. Kawasan Tertentu Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Perundang-Undangan.

Identifikasi lokasi Kawasan Permukiman Khusus adalah sesuai regulasi serta peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya menurut tipplogi masing-masing jenis kawasan.

7.1.4.2. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU Penataan Ruang Sub. Bidang Cipta

Karya

(11)

Kebutuhan penyediaan program sektor PKP di tingkat Kabupaten/Kota sesuai Ketentuan SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Sub. Bid Cipta Karya adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 7.3. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan Penataan Ruang

di Tingkat Kab/Kota

No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019

Upaya Pencapaian Sub Bidang Cipt a Karya

1 Penangan

Sumber : Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bid. PU dan Tata Ruang

7.1.4.3. Analisa Kebutuhan Program PKP

A.Kebutuhan Penanganan Pembangunan

Sesuai dengan kebijakan st rat egis Dit jen Cipt a Karya, kebut uhan penanganan pem bangunan kaw asan perm ukim an dan infra-st rukt ur perm ukim an di Kabupat en Padang Law as diarahkan sesuai dengan isu-isu st rat egis daerah m aupun nasional sert a perm asalahan yang ada pada m asing-m asing kaw asan.

B.Kriteria Teknis Perencanaan

Kriteria-kriteria teknis perencanaan sektor PKP mengacu undang-undang, peraturan dan standar teknis perencanaan yang umum berlaku di Indonesia antara lain adalah:

 UU No. 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.  UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup  UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

 UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana  UU No. 07 Tahun 2007 tentang Bangunan Gedung

 PP No. 14 tahun 2016 Tentang penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman.

 Permen PU No. 6 tahun 2007 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

 PermenPera No. 11 tahun 2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman.

 SNI 03-7013-2004 Tata Cara Perencanaan Fasilitas Linkungan Rumah Sususn  SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perenc Lingkungan Perumahan Di Perkotaan;

(12)

Tabel 7.4. Kriteria-kriteria Teknis Perencanaan Sektor PKP

No. Deskripsi Standar Teknis

1 Besaran standar minimal terhadap kepadatan kawasan: <200 jiwa/ha

2 Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak bertingkat/jiwa:

 Luas per-jiwa (dewasa)  Luas per-jiwa (anak anak)

9,6 m2 4,8 m2

3 Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak

bertingkat untuk 1 rumah tangga (5 jiwa/KK): 51 m2

4 Kebutuhan luas kavling maksimum Rumah Sederhana maks. 113 m2 (perdesaan) maks. 102 m2 (perkotaan)

4 Kebutuhan luas kavling Rumah Menengah 54 s/d 600 m2

Kebutuhan luas kavling Rumah Mewah 200 s/d 600 m2

Komposisi Kdb dan KDH: a. zona lindung; b. zona perdesaan; c. zona pinggiran kota; d. zona perkotaan; e. zona pusat kota; f. zona pusat metro;

KDB maks. 0% dan KDH min. 100%; KDB maks. 20% dan KDH min. 80%; KDB maks. 30% dan KDH min. 70%; KDB maks. 50% dan KDH min. 50%; KDB maks. 60% dan KDH min. 40%; KDB maks. 70% dan KDH min. 30%;

Persyarat an Lingkungan Hunian Berim bang (LHB) sesuai lokasi geografis (perkot aan peerdesaan):

(13)
(14)

Tabel 7.5. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017-2021

NO Kecamatan

Tahun Dasar* (jiwa)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Rata-rata Laju

(15)

7.2. SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Arahan penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan di Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Padang Lawas mengacu pada undang-undang dan peraturan, antara lain:

1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; 2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

3. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Ruang Bangunan dan Lingkungan;

5. Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; dan

6. Permen PU No. 8 Tahun 2010 tentang Lingkup Tugas dan Fungsi Direktoral PBL.

7.2.1. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1.1.Penggunaan Lahan

Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan, telah terjadi penggunaan lahan yang melalui prosedur administrasi untuk kepentingan pembangunan lahan terbangun dan non-terbangun. Sebagian besar wilayah Kabupaten Padang Lawas masih didominasi oleh hutan, lahan budidaya pertanian, semak/belukar dan hanya sebagian kecil terdiri dari lahan-lahan yang terdegradasi. Kondisi hutan sebagian besar terdapat di kawasan pegunungan. Pada kawasan pegunungan sebagian besar terdapat pada daerah ketinggian dengan kemiringan lahan diatas 25%, sedangkan pada daerah Tengah sebagian terdiri dari hutan bekas terbangun. Secara keseluruhan ketersediaan sumber daya alam di Kabupaten Padang Lawas cukup potensial tetapi karena berbagai keterbatasan sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Wilayah Kabupaten Padang Lawas merupakan daerah pertanian dan perkebunan dimana mata pencaharian pokok penduduknya berada di sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini dikarenakan daerah terluas merupakan daerah yang dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan.

7.2.1.2. Ruang Terbuka Hijau

(16)

ekosistem dan pencipta iklim mikro (ekologis), sarana rekreasi, olahraga dan pelayanan umum (ekonomis), pembibitan, penelitian (edukatif), dan keindahan lansekap kota (estetis).

Pemanfaatan lahan ruang terbuka non hijau lebih diarahkan pada kawasan ruang terbuka non hijau yang meliputi: ruang terbuka yang mengikuti rute jalan arteri primer dan kolektor primer; trotoar atau pedestrian yang berada di samping kiri kanan jalan, baik bagi masyarakat umum maupun penyandang cacat; ruang terbuka yang berada di depan, samping atau belakang bangunan publik dengan fungsi perkantoran, perdagangan dan jasa dan fungsi lainnya; dan ruang terbuka peruntukan area parkir, anjungan seperti: hall dan tempat bermain.

7.2.1.3. Kawasan Pariwisata di Kabupaten Padang Lawas

Kawasan pariwisata adalah unit lahan yang merupakan tujuan manusia untuk berekreasi, beristirahat atau ada kegiatan yang menunjang bahkan mempunyai jasa pelayanan bagi pengunjungnya. Kawasan ini dapat berupa keadaan alam (danau, hutan, sumber air panas, gunung dan lain – lain ) atau areal kunjungan yang mempunyai sarana dan prasarana pokok kepariwisataan (fasilitas sosial, bangunan akomodasi, toko – toko souvenir, rumah makan, sarana olah raga). Pada saat ini potensi pariwisata di Kabupaten Padang Lawas meliputi Kawasan Hutan Suaka Alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, flora dan fauna, sungai, hutan tropis, pegunungan, dan adat budaya.

Selain itu, kabupaten Padang Lawas memiliki permukiman tradisional dan bangunan/situs cagar budaya tersebut perlu diintegrasikan dengan pengembangan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan daerah.

Tabel 7.6. Potensi Pariwisata di Kabupaten Padang Lawas

No Objek Wisata Lokasi Jenis Wisata

Kecamatan Desa/Kelurahan

1 Bagas Godang Hasahatan Barumun Hasahatan Julu Budaya dan Sejarah

2 Bagas Godang Janjilobi Barumun Janjilobi Budaya dan Sejarah

3 Tagor Barumun Hasahatan Julu Budaya dan Sejarah

4 Makam Parmata Sapihak Barumun Binabi Jae Budaya dan Sejarah

5 Puncak Binubu Barumun Sigala-gala Budaya dan Sejarah

6 Bagas Godang Hutaraja Lama

Sosa Hutaraja Lama Budaya dan Sejarah

7 Makam Sibaso Sosa Ampolu Budaya dan Sejarah

8 Liang Namuap Sosa Parapat Wisata Ritual

(17)

No Objek Wisata Lokasi Jenis Wisata

Kecamatan Desa/Kelurahan

10 Paya loging Sosa Hapung Wisata Air

11 Danau Cekdam,Conoco Sosa Ujung Batu Wisata Air

12 Paya Agung Sosa Harang Wisata Air

13 Pamandian Aek Lakkut Sosa Siborna Bunut Wisata Air

14 Candi Sengkilon Lubuk Barumun Sangkilon Budaya dan Sejarah

15 Makam Bujing Sambilan Jogi Lubuk Barumun Siali-ali Budaya dan Sejarah 16 Candi Nagasaribu I, II III Barumun Tengah TandihatUnte

Rudong

Budaya dan Sejarah 17 Bagas Godang Unte Rudang Barumun Tengah Siparahu Budaya dan Sejarah

18 Candi Simaputung Barumun Tengah Paringgonan Budaya dan Sejarah

19 Air Panas Alam Ulu Barumun Siraisan Wisata Air

20 Pemandian Aek Siraisan Ulu Barumun Hutanopan Wisata Air

21 Batu Nadua Ulu Barumun Sosopan Wisata Air

22 Danau Sosospan Ulu Barumun Wisata Air

23 Air Terjun Lompatan Harimau

Batang Lubu Sutam

Sialamanggis Wisata Air

24 Danau Baru Sungai Korang Hutaraja Tinggi Sungai Karang Wisata Air Sumber :BPS Kabupaten Padang Lawas,2016

7.2.1.4. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Sektor PBL

Isu-isu strategis yang berkembang terkait bidang PBL di Kabupaten Padang Lawas dikelompokkan dalam tiga cakupan kegiatan, yaitu penataan lingkungan permukiman, penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara, pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan. Identifikasi isu strategis ini berdasarkan kondisi nyata yang termuat dalam berbagai agenda yang sifatnya internasional, nasional dan daerah yang kemudian diturunkan dalam berbagai program kegiatan berdasarkan skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak, yang meliputi : a) Revitalisasi, b) RTH, c) bangunan tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

Secara umum isu strategis dan kondisi penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Padang Lawas, antara lain :

(18)

misalnya kebakaran, banjir, gelombang pasang, maka disyaratkan bangunan-banguna tersebut harus tahan dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.

2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran. Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penaggulangan bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharusnya dimilki oleh setiap bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat, perkantoran, supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.

3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan. Beberapa kawasan di Kabupaten Padang Lawas belum memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan, namun telah memiliki Perda No.08 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung untuk mengatur penegakan aturan tata bangunan dam lingkungan tersebut karena RTBL belum ada. Keadaan demikian tentu saja sangat baik bagi proses perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak dapat terlaksana secara baik, maka bermunculan bangunan gedung yang sesuai dengan fungsi lahan/kawasan. Akhirnya ini berdampak pada kawasan yang telah direncanakan dan akan menaikkan citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan bisa terwujud dengan baik.

4. Permasalahan utama dalam penataan bangunan bersejarah di Kabupaten Padang Lawas adalah belum adanya aturan yang mengatur perlindungan bangunan-bangunan tersebut, sehingga sangat mungkin terjadi pembongkaran atau pemugaran yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi/preservasi bangunan bersejarah

7.2.2. Sasaran Program

7.2.2.1. Sasaran dan Target Pencapaian Program PBL

(19)

Terdapat arahan-arahan kebijakan pengembangan PBL serta program-program yang diprioritaskan menurut sasaran dan target yang telah ditetapkan baik melalui amanat RPJMN maupun yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Bidang Cipta Karya tahun 2015-2019 dengan uraian penjelasan sebagai berikut:

A.Arahan Kebijakan

Kebijakan pembinaan dan pengembangan penataan bangunan mengacu pada dasar hukum penyelenggaraan bangunan gedung, penataan bangunan serta lingkungannya antara lain adalah sebagai berikut :

1. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2. UU No. 26 tahun 2002 tentang Penataan Ruang

3. UU No. 01 tahun 2011 tentang Penataan Kawasan Permukiman

4. UU No. 32 tahun 2014 dan UU No. 12 tahun 2016 tentang Pemerintahan Daerah 5. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

6. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

7. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

8. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2007 temtang Pembagian Urusan Antar Pemerintahan

9. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

10. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

11. Perda No. 08 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung

B.Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan terkait kepada tugas dan fungsi Direktorat PBL. Pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara. Sedangkan dalam Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015 tentang Tugas dan Fungsi Ditjen Bina Penataan Bangunan adalah sebagai berikut.

(20)

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

3. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

5. Fasilitasi, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya; dan

7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Mengacu pada arahan perencanaan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan sesuai sasaran RPJMN 2015-2019 yaitu dalam rangka meningkatkan keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan yang dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu :

1. Membangun Sistem

2. Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan) 3. Memberdayakan Masyarakat

Sasaran strategis pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan secara nasional sesuai pendekatan pelaksanaanya serta program kegiatan yang dapat didanani oleh APBN seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 7.7. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PBL Tahun 2017

Pendekatan Pelaksanaan

Strategi Pelaksanaan Kegiatan Penat aan Bangunan dan Lingkungan

M EM BANGUN SISTEM

M emberikan dukungan pembangunan sist em infrast rukt ur dengan m em priorit askan sist em infast rukt ur Provinsi/ Kab./ Kot a

 Rencana Induk/ FS/ DED

 Kot a Pusaka/ Hijau/ Smart Cit y

 Revit alisasi Kaw asan

(21)

Pendekatan Pelaksanaan

Strategi Pelaksanaan Kegiatan Penat aan Bangunan dan Lingkungan

DAERAH/ PEM DA PROVINSI/ KAB/ KOTA

(TERM ASUK KEM ITRAAN)

daerah dalam penguat an kelem bagaan, keuangan, t er masuk pembinaan t eknis t erhadap t ugas dekonsent rasi dan pembant uan

 Penyusunan Perda Bangunan Gedung

 Fasilit asi Ruang Terbuka Hijau

 Binw as Penat aan Bangunan

 Dukungan Penanganan Bencana

PEM BANGUNAN BERBASIS M ASYARAKAT

M emberikan dukungan pembangunan infrast rukt ur melalui kegiat an pem ber dayaan masyarakat

 Sosialisasi/ Publikasi

 Kampanye Publik Kehandalan Bangunan

Sasaran St rat egis Pembangunan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Menyediakan sarana dan prasarana yang berorientasi pada KONSEP HIJAU dan berketahanan antara lain: green open space (Ruang Terbuka Hijau), green waste (pengelolaan sampah dan limbah), green water (efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan), green transportation (transportasi ramah lingkungan dan terbarukan), green energy (pemanfaatan sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarukan), green economy (pengembangan ekonomi yang berwawasan lingkungan), green building (bangunan gedung hijau). persen) dari luas kawasan perkotaan.

Sumber : M ateri paparanDirektorat Pembinaan Penat aan Bangunan pada W orkshop Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan dan pengendalian PIP DJCK t ahun 2016

(22)
(23)

7.2.2.2. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU Penataa Ruang Sub. Bid. Cipta

Karya

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal dalam hal pelayanan dasar pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan penataan ruang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan. SPM ini ditetapkan melalui Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Indikator SPM yang digunakan terhadap penmenuhan SPM ini menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar. Terhadap Sub Bidang Cipta Karya Sektor PBL, selanjutnya SPM ini merupakan dasar acuan bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan SPM bidang PU dan Penataan Ruang dan dasar perhitungan bagi pemenuhan kebutuhan program sektor PBL yang direncanakan untuk tingkat pecapaian kabupaten/kota.

Kebutuhan penyediaan program sektor PBL di tingkat Kabupaten/Kota sesuai Ketentuan SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Sub. Bid Cipta Karya adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut:

7.9. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan Penataan Ruang di Tingkat Kab/Kota

Sumber : Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bid. PU dan Tata Ruang

7.2.2.3. Analisa Kebutuhan Program PBL

(24)

7.2.2.4.Identifikasi Sasaran Program PBL Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan kondisi eksisting yang ada serta isu-isu strategis Sektor Penataan Bangunan dan lingkungan di Kabupaten Padang Lawas yang selanjutnya disesuaikan dengan arahan kebijakan nasional target pencapaian Rentra bidang Cipta Karya melalui program-program strategis Bina Penataan Bangunan, maka dapat di identifikasi sasaran program PBL untuk Kabupaten Pakpak Bharat dengan target masa rencana selama 5 (lima) tahun kedepan mulai dari tahun 2017 hingga tahun 2021 yaitu seperti di jelaskan pada tabel berikut:

7.3. SEKTOR PENGEMBANGAN AIR MINUM

Sub Sektor Bidang Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Melalui kebijakan pengaturan mengenai sumber daya air maka diterbitkan UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, mensyaratkan tersedianya sistem akses air minum yang aman melalui sistem penyediaan air minum dengan sistem penyediaan air minum perpipaan dan bukan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 l/org/hr.

7.3.1. Kondisi Eksisting

Pembangunan infrastruktur harus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga setelah dilakukan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dimaksudkan untuk :

a. Meningkatkan akses infrastruktur; b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesenjangan infrastruktur khsususnya air minum di wilayah Kabupaten Padang Lawas. Untuk menjawab hal tersebut secara struktur ruang sebagaimana telah tertuang dalam dalam dokumen perencanaan baik di RTRW telah disusun kebijakan untuk peningkatan kualitas dan jangkauan air minum baik prasarana dan sarananya.

7.3.1.1.Sistem Perpipaan

(25)

Rencana daerah pelayanan jaringan perpipaan akan dikembangkan pada kawasan perkotaan sesuai dengan RTRW Kabupaten Padang Lawas yaitu Kecamatan Barumun, Kecamatan Sosa, Kecamatan Barumun Tengah, Kecamatan Sosopan, Kecamatan Ulu Barumun, Kecamatan Lubuk Barumun, Kecamatan Huristak, Kecamatan Hutaraja Tinggi, dan Kecamatan Batang Lubu Sutam. Rencana sistem pelayanan yang diusulkan terdiri dari 8 (delapan) sistem yang akan melayani kecamatan wilayah perkotaan.

Tabel 7.10. Rencana Daerah Pelayanan IKK Kabupaten Padang Lawas

Sumber : Dok. RISPAM Kab. Padang Lawas, 2013

7.3.1.2.Rencana Pengembangan SPAM

a) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Sosopan

1. Untuk sistem Sosopan akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Danau Anjoran yang saat ini hanya dimanfaatkan oleh penduduk

No Sistem Pelayanan Wilayah Pelayanan 1 SPAM Sosopan Kecamatan Sosopan:

- Desa Sosopan - Desa Sihaporas - Desa Sianggunan - Desa Hulim

No Sistem Pelayanan Wilayah Pelayanan 2 SPAM Ulu Barumun Kecamatan Ulu Barumun:

- Desa Paringgonan - Desa Matondang - Desa Paringgonan Julu - Desa Simanuldang Jae 3 SPAM Huristak Kecamatan Huristak:

- Desa Pasar Huristak - Desa Huristak

4 SPAM Lubuk Barumun Kecamatan Lubuk Barumun - Desa Pasar Latong 5 SPAM Sosa Kecamatan Sosa

- Desa Ujung Batu

6 SPAM Hutaraja Tinggi Kecamatan Huta Raja Tinggi - Desa Hutaraja Tinggi - Desa Pasar Panyabungan - Desa Panyabungan

7 SPAM Aek Malinto Kecamatan Batang Lubu Sutam - Desa Pinarik

- Desa Pagaran Dolok - Desa Aek Sorik - Desa Hutabaru - Desa Tamdolan

(26)

sekitar IKK Kecamatan Sosopan. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 15,16 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu desa Sosopan dan desa-desa yang berada dengan Desa Sosopan yaitu Desa Sihaporas, Desa Sianggunan, dan Desa Hulim. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 3,5 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2018 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 9,1 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Sosopan dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 12,11 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Sosopan, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 15,16 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

b)Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Ulu Baruman

1. Untuk sistem Ulu Barumun akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Siraisan yang saat ini hanya dimanfaatkan oleh penduduk sekitar Kecamatan Ulu Baruman. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 23,08 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasir Paringgonan dan desa-desa yang berada dekat dengan Desa Pasir Paringgonan yaitu Desa Matondang, Desa Paringgonan Julu, dan Desa Simaduldang Jae. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 5 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 13,20 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Ulu Baruman dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

(27)

Barumun, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 23,08 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

c) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Huristak

1. Untuk sistem Huristak akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Baruman yang saat ini hanya dimanfaatkan oleh penduduk sekitar Kecamatan Huristak dan Kecamatan Barumun. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 33,18 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Huristak dan desa yang berada dekat dengan Desa Pasar Huristak yaitu Desa Huristak. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 10 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 15,6 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Huristak dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 25,6 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Huristak, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 33,18 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

d)Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Lubuk Barumun

(28)

Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Latong. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 7 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 12,6 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Huristak dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 20,6 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Lubuk Barumun, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air minum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 27,5 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

e) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Sosa

1. Untuk sistem Sosa akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Sosa. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 53,5 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Ujung Batu. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 10 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 25 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Sosa dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 40 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Sosa, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

(29)

f) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Hutaraja Tinggi

1. Untuk sistem Hutaraja Tinggi akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Sosa. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 65,72 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Hutaraja Tinggi dan desa-desa yang berdekatan dengan IKK yaitu Desa Pasar Panyabungan dan Desa Panyabungan . Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 15 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 35 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Hutaraja Tinggi dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 50 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Hutaraja Tinggi, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 65,72 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

g) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Batang Lubu Sutam

1. Untuk sistem Batang Lubu Sutam akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Malinto. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 19,86 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pinarik dan desa-desa yang berdekatan dengan IKK yaitu Dea Pagaran Dolok, Desa Aek Sorik, Desa Hutabaru dan Desa Tamdolan. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 5 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 10 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Batang Lubu Sutam dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

(30)

4. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 15 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Batang Lubu Sutam, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

5. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 19,86 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

h)Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Barumun Tengah

1. Untuk sistem Barumun Tengah akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Ukka. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 31 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Binanga dan desa yang berdekatan dengan IKK yaitu Desa Unte Rudang. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 7 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 16 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Barumun Tengah dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 25 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Barumun Tengah, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air minum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 31 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

7.3.1.3.Sistem Non Perpipaan

(31)

baik program dari pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat. Untuk Pelayanan Bukan Jaringan perpipaan di kembangkan di wilayah: Kecamatan Aek Nabara Barumun, Kecamatan Barumun Selatan dan Kecamatan Sihapas Barumun.

7.3.1.4. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Sektor SPAM Kabupaten

Padang Lawas

A.Isu Strategis Sektor SPAM

- Kabupaten Padang Lawas belum memiliki Sistem Pelayanan Air Minum baik yang diselenggarakan oleh PDAM, UPTD/BLU, KSM/Masyarakat, BUS ataupun Koperasi. - Masyarakat memiliki kebutuhan akan air baku secara personal dan diambil dari

Badan air sungai atau dengan menggunakan air tanah dari sumur artesis. Tingkat pelayanan pada Kabupaten Padang Lawas sampai dengan tahun 2013 adalah nol persen (0%).

- penyedian air minum di ibukota kabupaten Padang Lawas belum di kelola oleh badan usaha atau PDAM. Pengelolan air minum saat ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

- Kondisi air minum di ibukota kecamatan di Kabupaten Padang Lawas umumnya masyarakat menggunakan sumur dangkal dan air permukaan seperti sungai dan mata air yg berdekatan dengan tempat tinggal.

- Kawasan pedesaan di Kabupaten Padang Lawasan didalam memenuhi kubuhan air minum menggunakan sungai, mata air dan sumur dangkal.

B.Permasalahaan Sektor SPAM

Pemerintah Kabupaten Padang Lawas dalam meningkatkan cakupan layanan air minum layak berkelanjutan harus mengembangkan dan menerapkan teknologi yang efektif dan efesien untuk mempercepat penyediaan air minum. Pemenuhan prasarana dan sarana air minum belum menyentuh seluruh masyarakat Kabupaten Padang Lawas terlebih di perdesaan. Disamping itu dalam rangka memelihara standar kualitas air minum belum dilakukan melalui pengawasan ekternal meliputi :

a. Perusahaan air minum; b. Depot air minum;

c. Penyedia air minum berbasis masyarakat d. Badan Usaha Swasta Penyedia Air Minum

e. SPAM bukan jaringan perpipaan milik masyarakat.

(32)

Masyarakat dan Dunia Usaha; dan (6). Aspek Komunikasi, PMJK, Pemberdayaan Masyarakat, Gender dan Kemiskinan.

C.Tantangan Sektor SPAM

(33)

Tabel 7.11. Desa Rawan Air di Kabupaten Padang Lawas

KAWASAN RAWAN AIR MINUM Acuan Dokumen : Aplikasi SIPPa Ditjen Cipta Karya V.01, Data

Dasar

Nomor / Tahun : 2015

No Nama Kawasan Rawan Air

Detail Lokasi Luas (ha) Status Kondisi

1 2 3 4 5 6

1 Pagaran Bira Jae Desa Pagaran Bira Jae, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

2 Pagaran Bira Julu Desa Pagaran Bira Julu, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

3 Huta Bargot Desa Huta Bargot, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

4 Siundol Jae Desa Siundol Jae, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

5 Siundol Julu Desa Siundol Julu, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

6 Siundol Dolok Desa Siundol Dolok, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

7 Huta Baru Siundol Desa Huta Baru Siundol, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

8 Binanga Tolu Desa Binanga Tolu, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

9 Aek Bargot Desa Aek Bargot, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

10 Ulu Aer Desa Ulu Aer, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

11 Hulim Desa Hulim, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

12 Sianggunan Desa Sianggunan, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

13 Simaninggir II (Sosopan) Desa Simaninggir II (Sosopan), Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

14 Sibual-Buali Desa Sibual-Buali, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

15 Sosopan Desa Sosopan, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

16 Sihaporas Desa Sihaporas, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

17 Sigala Gala Desa Sigala Gala, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

18 Banua Tonga Desa Banua Tonga, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

(34)

KAWASAN RAWAN AIR MINUM

20 Huta Bara Desa Huta Bara, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

21 Huta Baru Sosopan Desa Huta Baru Sosopan, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

22 Simartolu Desa Simartolu, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

23 Sibulus Salam Desa Sibulus Salam, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

24 Pintu Padang Desa Pintu Padang, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

25 Simanuldang Julu Desa Simanuldang Julu, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

26 Tapian Nauli Desa Tapian Nauli, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

27 Matondang Desa Matondang, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

28 Taringgonan Desa Taringgonan, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

29 Paringgonan Julu Desa Paringgonan Julu, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

30 Paran Batu (Pagaran Batu) Desa Paran Batu (Pagaran Batu), Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

31 Tanjung Desa Tanjung, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

32 Aekharuaya) Desa Aekharuaya), Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

33 Sibual Buali Desa Sibual Buali, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

34 Janji Lobi Desa Janji Lobi, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

35 Mompang Desa Mompang, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

36 Sabahotang Desa Sabahotang, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

37 Sigorbus Julu Desa Sigorbus Julu, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

38 Hasahatan Julu Desa Hasahatan Julu, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

39 Siolip Desa Siolip, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

40 Saba Riba Desa Saba Riba, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

41 Limbong Desa Limbong, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

42 Panarian Desa Panarian, Kec. Barumun Selatan Rawan Kering Belum Tertangani

43 Gunung Barani Desa Gunung Barani, Kec. Barumun Selatan Rawan Kering Belum Tertangani

44 Gunung Intan Desa Gunung Intan, Kec. Barumun Selatan Rawan Kering Belum Tertangani

(35)

KAWASAN RAWAN AIR MINUM 46 Tanjung Baringin Simarula Desa Tanjung Baringin Simarula, Kec. Barumun

Selatan

Rawan Kering Belum Tertangani

47 Tj Purbatua Desa Tj Purbatua, Kec. Barumun Selatan Rawan Kering Belum Tertangani

48 Tangga Bosi Desa Tangga Bosi, Kec. Lubuk Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

49 H Dolok Latong Desa H Dolok Latong, Kec. Lubuk Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

50 Bt Bulu Jae Desa Bt Bulu Jae, Kec. Lubuk Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

51 Pagaran Mompang Desa Pagaran Mompang, Kec. Lubuk Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

52 Sihiuk Desa Sihiuk, Kec. Lubuk Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

53 Parapat Desa Parapat, Kec. Sosa Rawan Kering Belum Tertangani

54 Horuan Desa Horuan, Kec. Sosa Rawan Kering Belum Tertangani

55 Parau Sorat Desa Parau Sorat, Kec. Sosa Rawan Kering Belum Tertangani

56 Pasir Jae Desa Pasir Jae, Kec. Sosa Rawan Kering Belum Tertangani

57 Manggis Desa Manggis, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

58 Pagaran Tayas Desa Pagaran Tayas, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

59 Botung Desa Botung, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

60 Siadam Desa Siadam, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

61 Siojo Desa Siojo, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

62 Pagaran Manggis Desa Pagaran Manggis, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

63 Muara Malinto Baru Desa Muara Malinto Baru, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

64 Hutanopan Desa Hutanopan, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

65 Huta Baru Desa Huta Baru, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

66 Tandalon Desa Tandalon, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

67 Tangga Batu Desa Tangga Batu, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

68 Pagaran Dolok Desa Pagaran Dolok, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

69 Muara M Lama Desa Muara M Lama, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

(36)

KAWASAN RAWAN AIR MINUM

71 Tanjung Botung Desa Tanjung Botung, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

72 Pinarik Desa Pinarik, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

73 Gunung Manaon Desa Gunung Manaon, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

74 Sibodak Papaso Desa Sibodak Papaso, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

75 Gunung Intan Desa Gunung Intan, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

76 Pgr Beringin Desa Pgr Beringin, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

77 Salambue Desa Salambue, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

78 Papaso Desa Papaso, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

79 Rombayan Desa Rombayan, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

80 Tanjung Baru Desa Tanjung Baru, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

81 Tamiang Desa Tamiang, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

82 Tanjung Barani Desa Tanjung Barani, Kec. Batang Lubu Sutam Rawan Kering Belum Tertangani

83 Tanjung Ale Desa Tanjung Ale, Kec. Huta Raja Tinggi Rawan Kering Belum Tertangani

84 Simangambat Desa Simangambat, Kec. Huta Raja Tinggi Rawan Kering Belum Tertangani

85 Pagaran Dolok Sosa Jae Desa Pagaran Dolok Sosa Jae, Kec. Huta Raja Tinggi

Rawan Kering Belum Tertangani

86 Ali Aga Desa Ali Aga, Kec. Huta Raja Tinggi Rawan Kering Belum Tertangani

87 Mananti Sosa Jae Desa Mananti Sosa Jae, Kec. Huta Raja Tinggi Rawan Kering Belum Tertangani

88 Pir Tran Sosa Ii Desa Pir Tran Sosa Ii, Kec. Huta Raja Tinggi Rawan Kering Belum Tertangani

89 Tanjung Baringin Desa Tanjung Baringin, Kec. Huta Raja Tinggi Rawan Kering Belum Tertangani

90 Sigalapung Desa Sigalapung, Kec. Huta Raja Tinggi Rawan Kering Belum Tertangani

91 Ujung Batu II Desa Ujung Batu II, Kec. Huta Raja Tinggi Rawan Kering Belum Tertangani

92 Lubuk Bunut Desa Lubuk Bunut, Kec. Huta Raja Tinggi Rawan Kering Belum Tertangani

93 Gunung Matinggi Desa Gunung Matinggi, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

94 Paya Bujing Desa Paya Bujing, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

(37)

KAWASAN RAWAN AIR MINUM

96 Gonting Jae Desa Gonting Jae, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

97 Pasir Lancat Lama Desa Pasir Lancat Lama, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

98 Pasir Lancat Baru Desa Pasir Lancat Baru, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

99 Ramba Desa Ramba, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

100 Pulo Bariang Desa Pulo Bariang, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

101 Pasar Huristak Desa Pasar Huristak, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

102 Huristak Desa Huristak, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

103 Sipirok Baru Desa Sipirok Baru, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

104 Paran Tonga Hr (An) Desa Paran Tonga Hr (An), Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

105 Siala Gundi Desa Siala Gundi, Kec. Huristak Rawan Kering Belum Tertangani

106 Gunung Manaon Ur Desa Gunung Manaon Ur, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

107 Ginduang Batu Desa Ginduang Batu, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

108 Padang Matinggi Desa Padang Matinggi, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

109 Pangirkiran Dolok Desa Pangirkiran Dolok, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

110 Janji Raja Desa Janji Raja, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

111 Siboris Dolok Desa Siboris Dolok, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

112 Siboris Lombang Desa Siboris Lombang, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

113 Unte Rudang Desa Unte Rudang, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

114 Siparau Desa Siparau, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

115 Siboris Bahal Desa Siboris Bahal, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

116 Pasar Binanga Desa Pasar Binanga, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

117 Siolip Desa Siolip, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

118 Pp Makmur Desa Pp Makmur, Kec. Barumun Tengah Rawan Kering Belum Tertangani

119 Tobing Tinggi An Desa Tobing Tinggi An, Kec. Aek Nabara Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

120 Tanjung Desa Tanjung, Kec. Aek Nabara Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

(38)

KAWASAN RAWAN AIR MINUM

122 Tobing Desa Tobing, Kec. Aek Nabara Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

123 Hadung-Dung Pintu Padang

Desa Hadung-Dung Pintu Padang, Kec. Aek Nabara Barumun

Rawan Kering Belum Tertangani

124 Padang Garugur Julu Desa Padang Garugur Julu, Kec. Aek Nabara Barumun

Rawan Kering Belum Tertangani

125 Sidokan Desa Sidokan, Kec. Aek Nabara Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

126 Aek Nabara Julu Desa Aek Nabara Julu, Kec. Aek Nabara Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

127 Aek Nabara Jae Desa Aek Nabara Jae, Kec. Aek Nabara Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

128 Janji Maria Desa Janji Maria, Kec. Aek Nabara Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

129 Tanjung Rokan Desa Tanjung Rokan, Kec. Aek Nabara Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

(39)

7.3.2.Sasaran Program

Dari berbagai kondisi eksisting seperti telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan kesimpulan berbagai permasalahan dan isu-isu strategis pengembangan SPAM di Kabupaten Padang Lawas untuk selanjutnya dikaitkan terhadap dukungan program-program pengembangan SPAM yang telah diprioritaskan oleh pemerintah pusat guna memdapatkan stimulan dukungan APBN sebagai salah satu solusi penyelesaian pengembangan SPAM di Kabupaten Padang Lawas.

Terdapat arahan-arahan kebijakan pengembangan SPAM serta program-program yang diprioritaskan menurut sasaran dan target yang telah ditetapkan baik melalui amanat RPJMN maupun yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Bidang Cipta Karya tahun 2015-2019 dengan uraian penjelasan sebagai berikut.

A. Arahan Kebijakan Pengembangan SPAM

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar arahan kebijakan Pengembangan SPAM antara lain adalah:

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025.

3. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

5. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 khususnya

terhadap Program strategis SPAM.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No:18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.01/PRT/M/2009 tentang SPAM Bukan Jaringan Perpipaan.

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2012 tentang Pedoman penyelenggaraan Pengembangan SPAM.

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM.

B.Lingkup Kegiatan Pengembangan SPAM

Gambar

Gambar. 7….. Pemetaan Kegiatan CK Tahun 2011-2016
Tabel 7.1. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PKP Tahun 2017
Tabel 7.2. Program-Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan  Sesuai Renstra Ditjen
Gambar 7.1. Komponen Program dan Alur Kegiatan P2KKP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir

Recently, researches concerning to this area are Archimedean screw has also found a new application operating in reverse as an energy converter for low head differences [17],

[r]

Produksi abon sapi pada industri rumah tangga Mutiara Mbok Sri dilakukan 15 kali produksi, dengan mengunakan 33 kg daging basah dalam satu kali proses produksi

Tesis yang berjudul ”Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Pengeluaran Pemerintah Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur” merupakan salah

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio , loan to deposit ratio , return

Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan pencari kerja di Dinas tenaga kerja kota Palangka Raya dalam