• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

I I - 1

BAB II

PROFIL KABUPATEN BELU

Profil Kabupaten Belu menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek. Dari profil Kabupaten tersebut diharapkan dapat tercermin kondisi daerah terkait dengan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM). Profil Kabupaten Belu terdiri dari gambaran kondisi geografis dan administratif wilayah, gambaran mengenai demografi, gambaran mengenai topografi wilayah, gambaran mengenai geohidrologi, gambaran mengenai geologi, gambaran mengenai klimatologi, dan gambaran mengenai kondisi sosial dan ekonomi.

2.1. Gambaran Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Belu.

Kabupaten Belu adalah salah satu kabupaten dari enam kabupaten/kota di Propinsi NTT, yang terletak di daratan Timor. Posisi geografis Kabupaten Belu dalam daratan Timor Propinsi NTT adalah di bagian paling timur dan berbatasan langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Sedangkan dalam posisi astronomis, wilayah Kabupaten Belu terletak antara koordinat 124º 38’ 33” BT– 125º 11’ 23” BT dan 08º 56’ 30” LS – 09º 47’ 30” LS. dengan batas - batas wilayah Kabupaten sebagai berikut Sebelah utara berbatasan dengan Selat Ombai, Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor, Sebelah timur berbatasan dengan wilayah RDTL dan Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Secara administratif, Kabupaten Belu yang memiliki luas wilayah mencapai 1.284,94 km2, terbagi atas 12 kecamatan

serta 81 Desa/Kelurahan (69 desa dan 12 kelurahan). Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Tasifeto Barat dengan luas wilayah 224,19 km2 atau 17,45% dari luas

wilayah Kabupaten Belu. Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Atambua Barat dengan luas wilayah 15,55 km2 atau 1,21% dari luas wilayah Kabupaten Belu. Untuk lebih jelas dapat

(2)

I I - 2 Tabel 2.1.

Luas Tiap Kecamatan di Kabupaten Belu Tahun 2015

No Kecamatan Jumlah Desa/ Kel Luas (Km2) Prosentase (%)

1 Raimanuk 9 179,42 13,96

2 Tasifeto Barat 8 224,19 17,45

3 Kakuluk Mesak 6 187,54 14,60

4 Nanaet Duabesi 4 60,25 4,69

5 Kota Atambua 4 24,90 1,94

6 Atambua Barat 4 15,55 1,21

7 Atambua Selatan 4 15,73 1,22

8 Tasifeto Timur 12 211,37 16,45

9 Raihat 6 87,20 6,79

10 Lasiolat 7 64,48 5,02

11 Lamaknen 9 105,90 8,24

12 Lamaknen Selatan 8 108,41 8,44

Jumlah 81 1.284,94 100,00

Sumber : Belu Dalam Angka 2016

Gambar 2.1.

Diagram Pie Luasan Kabupaten Belu per Kecamatan

(3)

I I - 3

Secara administrasi jumlah desa yang berbatasan darat langsung dengan Republic Democratic Timor Leste (RDTL) adalah sebanyak 32 Desa di 8 Kecamatan seperti tersaji pada tabel 2.2 di bawah ini.

Nanaenoe Nanaenoe 12,21

Fohoeka Laktutus 12,21

III

Takirin Fatubesi 9,30

Tulakadi Salore 15,95

Silawan Nanaeklot 30,00

Sadi Kopan 18,00

Sarabau Tunamuaren 12,60

IV

Fatulotu Ailomea 7,00

V

RAIHAT

Asumanu Raibubu 22,95

Tohe Sikutren 32,55

Maumutin Turiskain 9,56

VI

Lamaksanulu Builalu 9,33

Makir Tahon 14,09

Mahuitas Bora 9,10

Kewar Kewar 21,64

VII KAKULUK MESAK

Fatuketi Ainiba 50,80

Kabuna Haliwen 7,50

Kenebibi Fatukmetan 20,43

Jenilu Raikatar 20,73

Leosama Halimea 37,50

Dualaus Lakafehan 11,04

VIII LAMAKNEN SELATAN

Henes Gelaba 6,22

Lakmaras Sabulmil 21,39

(4)

I I - 4

Lutharato Manewain 15,00

Sisifatuberal Fatuberal 5,00

Debululik Debululik 12,00

Luas Total Desa-desa Perbatasan 579,04,15

2.2. Gambaran Demografi

Jumlah penduduk kabupaten Belu pada tahun 2015 (BPS, Belu dalam Angka 2016) adalah 204.541 jiwa terdiri dari 100.922 orang laki – laki dan 103.619 orang perempuan, dengan tingkat pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 2,42%, kepadatan penduduk sebesar 159/KM2 dan penduduk terbanyak berusia 5-9 tahun. Lebih jelas mengenai struktur penduduk

kabupaten Belu disajikan dalam data dibawah ini (BPS, Belu Dalam Angka 2016) :

 Populasi (2015) : 204.541 jiwa

Sebaran penduduk di Kabupaten Belu pada 12 kecamatan disajikan dalam tabel 2.3

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2015

(5)

I I - 5 8 Tasifeto Timur 211,37 16,45 22.722 11,11 107

9 Raihat 87,20 6,79 13.329 6,52 153

10 Lasiolat 64,48 5,02 6.681 3,27 104

11 Lamaknen 105,90 8,24 13.774 6,73 130

12 Lamaknen Selatan 108,41 8,44 7.872 3,85 73 Belu 1.284,94 100,00 204.541 100,00 159 Sumber : Belu Dalam Angka 2016

Tabel di atas memperlihatkan, jumlah penduduk perkotaan jauh lebih banyak dibandingkan penduduk perdesaan. Wilayah perkotaan yang dicirikan oleh banyaknya jumlah dan jenis fasilitas pelayanan masyarakat, yakni di Kecamatan Kota Atambua memiliki jumlah penduduk sebanyak 29.081 jiwa. Sedangkan wilayah perdesaan memiliki jumlah penduduk yang relatif kecil yakni di Kecamatan Kakuluk Mesak dengan jumlah penduduk terkecil 4.432 jiwa.

Gambar 2.2.

Pertumbuhan Penduduk Tahun 2014 - 2015

(6)

I I - 6 Gambar 2.3

Piramida Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2015

Sumber : Belu Dalam Angka 2016

2.3. Gambaran Topografi

Keadaan topografi Kabupaten Belu bervariasi antara ketinggian 0 sampai dengan +1500 m.dpal (meter di atas permukaan air laut). Variasi ketinggian rendah (0-150 m.dpal) mendominasi wilayah bagian selatan dan sebagian kecil di bagian utara. Sementara pada bagian tengah wilayah ini terdiri dari area dengan dataran sedang (200-500 m.dpal). Dataran tinggi di Kabupaten Belu ini hanya menempati kawasan pada bagian timur yang berbatasan langsung dengan RDTL. Zone-zone dataran rendah di bagian selatan sebagian besar digunakan sebagai areal pertanian dan kawasan cagar alam hutan mangrove.

Bentuk topografi wilayah Kabupaten Belu merupakan daerah datar berbukit-bukit hingga pegunungan dengan sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan mengikuti arah kemiringan lerengnya. Sungai–sungai yang ada di Kabupaten Belu mengalir dari bagian selatan dan bermuara di Selat Ombai dan Laut Timor. Keadaan topografi Kabupaten Belu dapat dikelompokan atas beberapa kelompok berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut yaitu sebagai berikut:

 Ketinggian 0-230 m.dpl seluas 98,349 Ha

 Ketinggian 230-500 m.dpl seluas 95,958 Ha

 Ketinggian 500-750 m.dpl seluas 30,710 Ha

 Ketinggian 750-1000 m.dpl seluas 17,240 Ha

(7)

I I - 7

Pada umumnya kemiringan lahan wilayah Kabupaten Belu didominasi kemiringannya antara 0 – 15 %. Kemiringan lahan < 45 % yang termasuk kategori terjal sekitar 2.84 % dari luas Kabupaten Belu berada pada Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto Timur dan sedikit di bagian Kecamatan Kakuluk Mesak. Keadaan kemiringan lahan wilayah Kabupaten Belu akan dikelompokkan menjadi 5 kelas dengan masing-masing lokasi sebagai berikut:

 Daerah dengan kemiringan lereng 0-8 %, yang merupakan dataran landai, terdapat di pesisir pantai selatan dan di bagian barat dan sekitar kecamatan Kota Atambua, Atambua Selatan dan Atambua Barat.

 Daerah kemiringan lereng 8-15%, merupakan daerah datar yang meliputi sebagian Kecamatan Tasifeto Barat,

 Daerah dengan kemiringan lereng 15-25%, yaitu daerah landai atau bergelombang yang meliputi daerah lembah yang terletak diantara pegunungan, terdapat di Kecamatan Raihat, Lasiolat, Lamaknen Selatan, bagian timur Kecamatan Tasifeto Barat,

 Daerah dengan kemiringan lereng 25-40%, yaitu daerah yang bergelombang dan berbukit terdapat di bagian utara Kabupaten Belu terutama di Kecamatan Tasifeto Timur,

 Daerah dengan kemiringan lereng di atas 40%, terdapat di bagian utara kecamatan Tasifeto Barat, sebagian Kecamatan Nanaet Duabesi, dan sebagian kecil di Kecamatan Kakuluk Mesak.

2.4. Gambaran Geohidrologi

Secara umum kondisi Geohidrologi di Kabupaten Belu terdiri terdiri atas ketersediaan air hujan, ketersediaan air sungai, ketersediaan mata air, ketersediaan tampungan air.

2.4.1. Ketersediaan Air Hujan

(8)

I I - 8 2.4.2. Ketersediaan Air Sungai

Aliran sungai yang besar biasanya mengalir sepanjang tahun, tetapi ada juga sungai yang kering pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena fluktuasi curah hujan yang sangat kontras antar bulan dan dipengaruhi juga oleh kondisi geologi serta morfologi wilayah dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Terdapat 10 sungai di wilayah Kabupaten Belu dengan nama dan panjang sungai seperti terlihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4

Nama Dan Panjang Sungai tiap Kecamatan di Kabupaten Belu 2. Tasifeto Timur Baukama

(9)

I I - 9

2.4.3. Ketersediaan Mata Air

Selain sungai di Kabupaten Belu juga terdapat mata air yang biasa digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sangat penting pemanfaatan sumber mata air yang ada di Kabupaten Belu untuk dioptimalkan. Adapun data-data sumber mata air yang ada di Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini:

Tabel 2.5

Nama Lokasi, Sumber, dan Debit Mata Air Kabupaten Belu

LOKASI NAMA

MATA AIR

DEBIT

L/dt KETERANGAN KECAMATAN DESA Kpg./Dsn.

1 Tasifeto Barat Derokfaturene Hedanfehan 11 Ahabauk 2 Di Turap Derokfaturene Sarabau 12 Lebun 1 Belum diturap

(10)

I I - 10

LOKASI NAMA

MATA AIR

DEBIT

L/dt KETERANGAN KECAMATAN DESA Kpg./Dsn.

(11)

I I - 11

LOKASI NAMA

MATA AIR

DEBIT

L/dt KETERANGAN KECAMATAN DESA Kpg./Dsn.

78 Weraikuak 2 Belum diturap 79 Weitas

Lakanmanu Haliren 107 Matanwai

(Wefeto) 2,5 Di Turap

108 Matawain

(Wemane) 0,5 Di Turap

Raiulun 109 Mauhalek

(12)

I I - 12

LOKASI NAMA

MATA AIR

DEBIT

L/dt KETERANGAN KECAMATAN DESA Kpg./Dsn.

Selatan

2.4.4. Ketersediaan Tampungan Air

Tampungan air yang ada di Kabupaten Belu berupa embung, dan bendungan. Tampungan air yang ada tersebut digunakan untuk kebutuhan air baku, irigasi dan lain-lain. Adapun data-data untuk tampungan air tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.6

Nama Lokasi, Sumber, dan Debit Embung di Kabupaten Belu

1 Embung Naitimu Tasifeto Barat Naitimu 1993

3 Embung Oetfo Tasifeto Barat Naekasa 1994

4 Embung Kimbana Tasifeto Barat Bakustulama 1994 5 Embung Biakhale Kakuluk Mesak Fatuketi 1994 6 Embung Fatuketi Kakuluk Mesak Fatuketi 1994

7 Embung Tala Tasifeto Barat Tala 1994

(13)

I I - 13

9 Embung Halisikun Tasifeto Barat Halisikun 1994 10 Embung Halikelen Tasifeto Barat Halikelen 1994 11 Embung Fatuatis I Kakuluk Mesak Dualaus 1995 12 Embung Fatuatis II Kakuluk Mesak Dualaus 1995 13 Embung Baikene Kakuluk Mesak Dualaus 1995 16 Embung Fatukarau Tasifeto Barat Fatukarau 1996 17 Embung Oebuluan Kakuluk Mesak Fatuketi 1996 18 Embung Talerun Nanaet Dubesi Lawalutolus 1996 19 Embung Waikada Tasifeto Barat Waikada 1996 20 Embung Halifehan Lamaknen Halifehan 1997

21 Embung Luaguju Lamaknen Luaguju 1997

22 Embung Wesasuit Tasifeto Timur Wesasuit 1997 23 Embung Salore Tasifeto Timur Tulakadi 1997 24 Embung Tasilengluhan Tasifeto Timur Umaklaran 1993

25 Embung Halihedibesi Raimanuk Rafae 2001

27 Embung Dualasi Lasiolat Dualasi 2008

28 Embung Faturika Raimanuk Faturika 2008

30 Embung Nanaet Nanaet Dubesi Fohoeka 2008

31 Embung Fatuahu Raimanuk Rafae 2008

32 Embung Haliulun Kota Atambua Fatubenao 2008 34 Embung Haliwen Tasifeto Timur Umaklaran 2002 35 Embung Haekrit Tasifeto Timur Manleten 2007

47 Embung Sesekoe Atambua Barat Umanen -

49 Embung Bekomean Tasifeto Barat Naitimu 2008

50 Embung Dubesi

Nanaet

Duabesi Dubesi 2009

51 Embung Sirani Tasifeto Timur Umaklaran 2002

52 Embung Buris Raihat Raifatus 2007

53 Embung Loncilon Raihat Aitoun 2007

54 Embung Fatuto’ur Raihat Toheleten 2009

55 Embung Duamone Lasiolat Lasiolat 2005

56 Embung Raman Lasiolat Fatulotu -

57 Embung Delebotu Lamaknen Dirun -

58 Embung Fulanfehan Lamaknen Dirun 2008

59 Embung Holgoto Lamaknen Fulur 2008

60 Embung Mahui Lamaknen Mahuitas 2009

54 Embung Fatuto’ur Raihat Toheleten 2009

55 Embung Duamone Lasiolat Lasiolat 2005

56 Embung Raman Lasiolat Fatulotu -

57 Embung Delebotu Lamaknen Dirun -

58 Embung Fulanfehan Lamaknen Dirun 2008

59 Embung Holgoto Lamaknen Fulur 2008

60 Embung Mahui Lamaknen Mahuitas 2009

61 Embung Lakuuman

Lamaknen

(14)

I I - 14

Selatan Lakmaras 2009

63 Embung Nualain

Lamaknen

Selatan Nualain 2009

64 Embung Lo’onuna

Lamaknen

Selatan Lo’onuna -

2.5. Gambaran Geologi

Adapun jenis batuan yang dijumpai di Kabupaten Belu dapat dikelompokkan sebagai berikut:

 Kompleks Mutis (MU)

Kompleks mutis dijumpai di Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Lamaknen.

 Kompleks Maubesi

Formasi maubesi banyak dijumpai di Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Tasifeto Barat.

 Formasi Bisene

Formasi ini dijumpai di Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Lamaknen.

 Formasi Aitutu

Formasi ini dijumpai di Kecamatan Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Tasifeto Timur. Bagian bawah terdiri dari selang-seling batu dengan Nepal dan batu gamping. Bagian atas terdiri dari pergantian pelapisan kolsilulit (batu gamping serpihan) dengan serpih yang berwarna kelabu. Berumur trias akhir.

 Kompleks Bobonaro

Terdiri dari dua satuan batuan yaitu lempung serpihan dan bongkahan-bongkahan asing yang bermacam-macam jenis dan ukuran. Kontak dengan formasi di atasnya adalah tektonik (ketidaksejaaran). Berumur Myosin tengah sampai Pilosen. Kompleks bobonaro banyak dijumpai di Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Tasifeto Barat.

 Formasi Manamas

Formasi ini dijumpai di Kecamatan Tasifeto Barat. Formasi ini mempunyai struktur geser dan patahan naik.

(15)

I I - 15

Formasi ini dijumpai di Kecamatan Tasifeto Barat, Lamaknen, Raihat, dan Tasifeto Timur.

 Formasi Noele

Terdiri dari Napal pasiran berselang-seling dengan batu pasir, konglomerat dan sedikit tuff desit. Berumur Plio-pleistosin.

 Formasi batu gamping coral

Terdiri dari batu gamping berwarna putih dan batuan gamping napalan setempat berkembang batu gamping terumbu berkoral. Berumur quarter.

 Formasi Raised Coral Reef

Formasi ini dijumpai di Kecamatan Tasifeto Timur. Hasil pelapukan formasi ini membentuk tanah jenis rendzina yang dihuni oleh tumbuhan semak terpencar, maka formasi ini termasuk dalam kategori erosi sedang dan kemungkinan besar dijumpai sungai-sungai bawah tanah hasil pelarutan dari air dengan karbontan tersebut.

 Endapan Alluvial,

endapan alluvial dijumpai di sepanjang sungai Kabupaten Belu berupa gosong-gosong pasir. Endapan alluvial pantai dijumpai sepanjang pantai selatan dan pantai utara berupa pasir pantai, sedangkan endapan teras-teras tua merupakan endapan purba dari sungai-sungai purba. Terdiri dari pasir, kerikil, kerakal. Berumur quartal.

 Satuan morfologi datar-agak datar

Satuan ini terletak di bagian selatan Kabupaten Belu memanjang sampai tenggara pada pesisir laut Timor dengan kemiringan kurang dari 2%. Di beberapa tempat dijumpai danau-danau air asin. Aktifitas erosi dapat dikatakan tidak ada, kecuali hasil gelombang dari laut Timor. Air tanah belum dipengaruhi intrusi air asin karena pemanfaatannya tidak berlebihan.

 Satuan morfologi datar berombak-ombak

Satuan ini terletak di bagian tengah memanjang ke utara dengan kemiringan 3-6%. Aktifitas gelombang pantai telah berkurang dan faktor erosi sudah mulai kelihatan. Satuan ini menyebar di Kota Atambua, Tasifeto Timur, dataran Oeroki, dan Lamaknen.

 Satuan Morfologi bergelombang

(16)

I I - 16

 Satuan morfologi berbukit-bergunung

Berkisar 1300-3000mm. Karena sifat fisik dan morfologinya maka formasi ini mempunyai tingkat erosi yang tinggi dan cukup baik sebagai penyimpan air tanah.

2.6. Gambaran Klimatologi

Daerah Kabupaten Belu dengan temperatur rata-rata 24-34°C beriklim tropis, umumnya berubah–ubah tiap setengah tahun berganti dari musim kemarau dan musim penghujan dengan musim kemarau yang lebih dominan. Hal tersebut bisa dilihat dari data hari hujan dan curah hujan yang rendah. Musim hujan yang sangat singkat dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei. Curah hujan tertinggi yaitu 4.067 mm terdapat di Kecamatan Wewiku. Letak geografis yang lebih dekat dengan Australia dibanding Asia, membuat Kabupaten Belu memiliki curah hujan yang rendah. Adapun curah hujan rata-rata per kecamatan di Kabupaten Belu sebagai berikut:

 <1000 mm/tahun meliputi wilayah Kecamatan Raimanuk, Kakulukmesak dan sebagian Kecamatan Kobalima.

 Antara 1000 – 1500 mm/tahun meliputi wilayah kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah, Malaka Timur, Sasitamean, Lamaknen, Raihat dan sebagian wilayah kecamatan Kobalima.

 Antara 1500 – 2000 mm/tahun meliputi wilayah kecamatan Rinhat.

(17)

I I - 17 Gambar 2.4

Grafik Banyak Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Belu, 2014-2015

Gambar 2.5

Banyak Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Belu, 2014-2015

Sumber : Belu Dalam Angka 2016

(18)

I I - 18

2.7.

Kondisi Sosial dan Eknomi

2.7.1. Sosial

Kajian aspek sosial budaya perlu dilakukan sebelum mengimplementasikan rencana program investasi jangka menengah bidang PU/cipta karya. Kajian ini meliputi karakteristik sosial penduduk, karakteristik adat istiadat/budaya masyarakat, kehidupan sosial masyarakat, kepadatan penduduk, dan penyebarannya; sehingga realisasi program bidang PU/cipta karya sesuai kebutuhan masyarakat dan tidak bertentangan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, memberikan manfaat kepada masyarakat sebagai subyek pembangunan. Aspek sosial budaya masyarakat kabupaten Belu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ditinjau dari segi Budaya dan Antropologis, penduduk Kabupaten Belu dalam susunan masyarakatnya terbagi atas 4 sub etnik yang besar yaitu : Ema Tetun, Ema Kemak, Ema Bunak dan Ema Dawan Manlea. Keempat sub etnik mendiami lokasi-lokasi dengan karakteristik tertentu dengan kekhasan penduduk bermayoritas penganut agama Kristen Katolik. Masing-masing etnik tersebut mempunyai bahasa dan praktek budaya yang saling berbeda satu sama lain dan kesamaan dilain segi. Kendati demikian, masyarakat Belu dapat dengan mudah hidup rukun dikarenakan aspek kesamaan-kesamaan spesifik. Mata pencaharian utama adalah bertani yang masih dikerjakan secara ekstensif tradisional.

Dari aspek ekologis, kondisi tanah Belu sangat subur karena selain memiliki lapisan tanah jenis berpasir dan hitam juga dikondisikan dengan curah hujan yang relatif merata sepanjang tahun. Daerah Belu yang subur tersebut membuatnya potensial untuk dikembangkan menjadi daerah peternakan dan pertanian.

(19)

I I - 19

Sesuai berbagai penelitian dan cerita sejarah daerah di Belu, manusia Belu pertama yang mendiami wilayah Belu adalah “Suku Melus“. Orang Melus dikenal dengan sebutan “Emafatuk oan ema ai oan“, (manusia penghuni batu dan kayu). Tipe manusia Melus adalah berpostur kuat, kekar dan bertubuh pendek. Selain para pendatang yang menghuni Belu sebenarnya berasal dari “Sina Mutin Malaka”. Malaka sebagai tanah asal-usul pendatang di Belu yang berlayar menuju Timor melalui Larantuka. Khusus untuk para pendatang baru yang mendiami daerah Belu terdapat berbagai versi cerita. Kendati demikian, intinya bahwa, ada kesamaan universal yang dapat ditarik dari semua informasi dan data.

Ada cerita bahwa ada tiga orang bersaudara dari tanah Malaka yang datang dan tinggal di Belu, bercampur dengan suku asli Melus. Nama ketiga bersaudara itu menurut para tetua adat masing-masing daerah berlainan. Dari Makoan Fatuaruin menyebutnya Nekin Mataus (Likusaen), Suku Mataus (Sonbai), dan Bara Mataus (Fatuaruin). Sedangkan Makoan asal Dirma menyebutnya Loro Sankoe (Debuluk, Welakar), Loro Banleo (Dirma, Sanleo) dan Loro Sonbai (Dawan). Namun menurut beberapa makoan asal Besikama yang berasal dari Malaka ialah; Wehali Nain, Wewiku Nain dan Haitimuk Nain. Bahwa para pendatang dari Malaka itu bergelar raja atau loro dan memiliki wilayah kekuasaan yang jelas dengan persekutuan yang akrab dari masyarakatnya. Kedatangan mereka ke tanah Malaka hanya untuk menjalin hubungan dagang antar daerah di bidang kayu cendana dan hubungan etnis keagamaan. Sedangkan dari semua pendatang di Belu itu pimpinan dipegang oleh “Maromak Oan“ Liurai Nain di Belu bagian Selatan. Bahkan menurut para peneliti asing Maromak Oan kekuasaannya juga merambah sampai sebahagian daerah Dawan (Insana dan Biboki). Dalam melaksanakan tugasnya di Belu, Maromak Oan memiliki perpanjangan tangan yaitu Wewiku-Wehali dan Haitimuk Nain. Selain juga ada di Fatuaruin, Sonbai dan Suai Kamanasa serta Loro Lakekun, Dirma, Fialaran, Maubara, Biboki dan Insana. Maromak Oan sendiri menetap di Laran sebagai pusat kekuasaan kerajaan Wewiku-Wehali.

(20)

I I - 20

dikenal dalam sejarah daerah Belu adalah adanya kerajaan Wewiku-Wehali (pusat kekuasaan seluruh Belu). Di Dawan ada kerajaan Sonbay yang berkuasa di daerah Mutis. Daerah Dawan termasuk Miamafo dan Dubay sekitar 40.000 jiwa masyarakatnya. Menurut penuturan para tetua adat dari Wewiku-Wehali, untuk mempermudah pengaturan system pemerintahan, Sang Maromak Oan mengirim para pembantunya ke seluruh wilayah Belu sebagai Loro dan Liurai.

2.7.2. Ekonomi

Kondisi perekonomian Kabupaten Belu masih didominasi oleh sektor Pertaninan, hal ini dapat dilihat berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena PDRB dapat dipakai sebagai acuan didalam melihat tingkat perkembangan dan struktur ekonomi di suatu daerah. Untuk tahun 2015 PDRB Kabupaten Belu Mencapai Rp. 2.234.860.730.000, dengan sektor pertanian menyumbang Rp. 920.954.220.000 atau 41,20%, urutan kedua oleh sektor Jasa-jasa (service) sebesar 24,49% sedangkan yang terendah adalah sektor Listrik, Gas dan Air bersih yang hanya sebesar 0,16%. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, PDRB kabupaten Belu mengalami kenaikan sebesar 10,21%.

Untuk Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten Balu pada tahun anggaran 2015 sebesar Rp. 787.794.466.295,- dan realisasi pengeluaran sebesar Rp. 681.647.652.103, dari pengeluaran tersebut yang digunakan untuk belanja pegawai baik langsung maupun tidak langsung sebesar Rp. 578.140.800.339 atau 84,82%, untuk belanja Modal sebesar 15,18% sedangkan untuk belanja barang dan jasa sebesar 18,11%. Dengan anggaran yang sangat terbatas dan hanya 15,18% dari APBD yang dapat dipakai untuk belanja modal maka sudah tentu berbagai infrastruktur khususnya infrastruktur permukiman belum dapat dibangun untuk memberikan standar pelayanan yang minimal.

Seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa perekonomian di Kabupaten Belu lebih banyak digerakkan oleh sektor pertanian, untuk lebih jelasnya dibawah ini kami tampilkan sumbangan masing-masing sektor terhadap kondisi perekonomian daerah.

 Pertanian : 41,21%

 Listrik, Gas dan Air Bersih : 0,17%

 Bangunan : 5,90%

(21)

I I - 21

 Keuangan : 4,49%

 Pengangkutan dan Komunikasi : 6,17%

 Jasa-Jasa : 24,50%

 Perdagangan,hotel dan Restoran : 14,77%

 Pertambangan dan Penggalian : 1,18%

Gambar 2.6.

Diagram Pie Distribusi Ekonomi Kab.Belu

Sumber : Belu Dalam Angka 2016

(22)

I I - 22 Tabel 2.7.

Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Belu Tahun Anggaran 2014-2015

(23)

I I - 23 Tabel 2.8.

Realisasi Pengeluaran Daerah Kabupaten Belu Tahun Anggaran 2014-2015

(24)

Gambar

Gambar 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2015
Tabel di atas memperlihatkan, jumlah penduduk perkotaan jauh lebih banyak dibandingkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat bahwa motivasi berprestasi para mahasiswa tersebut meningkat setelah mengikuti mata kuliah Statistika Praktikum yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD..

Hasil penelitian menunjukkan indeks kualitas visual dan fungsional pada vertisols (T0), varietas Seashore paspalum yang paling baik terdapat pada P4T0 (Siak)

Selain itu pemberian masalah diawali dengan masalah yang sederhana untuk siswa kemudian menuju ke masalah yang lebih sulit Pemberian masalah yang tidak tepat

Untuk mendukung pencapaian visi Kabupaten Malang yaitu Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Malang yang Mandiri, Agamis, Demokratis, Produktif, Maju, Aman, Tertib dan

Untuk megetahui pengaruh simultan Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Cash Ratio (CR), dan Quick Ratio (QR) variabel terhadap harga saham perusahaan makanan dan

Persamaan di atas menunjukkan bahwa perubahan positif untuk variabel independen dalam hal ini metode pemberian tugas terstruktur akan memberikan perubahan yang positif

Terjadi kenaikan persentase nilai ekspor kelompok industri komoditi kayu lapis, kertas/pulp sebesar 8,79 persen dan 42,93 persen, sedangkan komoditi penyusun

Dari hasil simulasi terhadap model ini dapat disimpulkan bahwa peningkatkan efisiensi pemanfaatan knowledge merupakan cara yang lebih efektif untuk meningkatkan