• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEMPEL I SLEMAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEMPEL I SLEMAN YOGYAKARTA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN

KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEMPEL I

SLEMAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh: Ismi Cipta Andini

1610104270

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

(2)

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN

KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEMPEL I

SLEMAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan

Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan

di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: Ismi Cipta Andini

1610104270

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

(3)
(4)

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN

PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD

DI PUSKESMAS TEMPEL I

SLEMAN YOGYAKARTA

TAHUN 2017

1

Ismi Cipta Andini2, Istri Utami3

INTISARI

Latar Belakang: Intra Uteri Device (IUD) merupakan salah satu alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas yang tinggi (97-99%) dan berjangka waktu lama. Adapun kerugian dari IUD yaitu perdarahan/spooting, keputihan dan kenyamanan seksual, sehingga wanita membutuhkan peran serta dan dukungan suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD.

Tujuan: Diketahuinya hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah survey analitik, pendekatan waktu cross sectional, jumlah sampel sebanyak 55 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, alat pengumpulan data menggunakan kuesioner, analisa data menggunakan uji Chi Square.

Hasil: Hasil analisa data menunjukkan persentase tertinggi adalah responden dengan dukungan kurang yaitu 45,5%, responden yang memilih IUD sebanyak 52,7%. Analisis data menggunakan Chi Square diperoleh nilai p=0,000 dan nilai koefisien kontingensi adalah 0,696.

Simpulan dan Saran: Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta tahun 2017. Bagi suami diharapkan dapat memberikan dukungan secara menyeluruh dan seimbang sehingga istrinya dapat menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi serta kenyamanannya.

Kata Kunci : dukungan Suami, pemilihan kontrasepsi IUD

Kepustakaan : 34 buku (2006-2016), 10 jurnal, 10 website, 10 skripsi

1 Judul Skripsi

2 Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

(5)

PENDAHULUAN

Laju pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memprediksi tahun 2016 jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 miliyar, tahun 2030 diperkirakan mencapai 8,5 miliyar dan tahun 2050 jumlah tersebut diperkirakan mencapai 10,6 miliyar (Nesa, 2016). Menurut World Population data sheet 2015 Indonesia merupakan Negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 255 juta. Diantara Negara ASEAN, Indonesia merupakan penduduk terbanyak dari 9 Negara anggota lain dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada diatas rata-rata TFR negara ASEAN yaitu 2,4. Sedangkan menurut Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 271,1 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2015).

Jumlah penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam lima tahun terakhir yaitu tahun 2011 pertumbuhan dan jumlah penduduk yaitu sebagian besar penduduk tidak mendapatkan layanan kesehatan sehingga kualitas kesehatan menurun. Untuk mengatasi masalah perkembangan penduduk diperlukan peraturan dan kebijakan pemerintah melalui program keluarga berencana yang di kelola Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2015).

Salah satu jenis kontrasepsi jangka panjang adalah Intra Uterine

Device (IUD) yang merupakan salah satu alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas yang tinggi (97-99%), yaitu pemakaian IUD dengan sekali pemasangan untuk jangka waktu yang lama hingga 8 tahun. Perkembangan bentuk IUD serta kesadaran yang meningkat akan perlunya pengendalian kesuburan dengan teknik pemasangan yang benar, maka kini IUD telah dapat diterima secara luas dikalangan masyarakat (Wiknjosastro, 2009).

Upaya preventif dan promotif pemerintah dalam program pelayanan KB, pemerintah menyediakan secara gratis tiga jenis alat kontrasepsi di seluruh wilayah Indonesia, yaitu kondom, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan susuk KB. Selain itu jaminan ketersediaan alat kontrasepsi dan penyediaan obat kontrasepsi, serta peningkatan kerja sama fasilitas kesehatan pelayanan KB dengan BPJS kesehatan-perbaikan sistem data dan informasi fasilitas kesehatan pelayanan KB (Depkes, 2015). Dukungan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita sebagai istri secara khusus dan didalam keluarga secara umum (Depkes, 2014). Partisipasi pria secara tidak langsung salah satunya dengan cara mendukung istri dalam ber-KB. Jika disepakati istri yang ber-KB, maka peranan suami adalah memberikan dukungan dan kebebasan kepada istri untuk menggunakan kontrasepsi atau metode KB yang akan digunakan (Ermawan, 2012).

(6)

baru, akseptor KB suntik sebanyak 156 (64,46%), akseptor KB IUD sebanyak 55 (22,72%), akseptor KB implant 22 (9,09%), akseptor Pil sebanyak 1 (0,41%), KB MOW sebanyak 8 (3,305%). Angka tersebut menempati urutan kedua setelah penggunaan KB suntik. Berdasarkan hasil wawancara dengan 8 pengguna KB suntik dan KB IUD didapatkan hasil bahwa 5 orang ibu (62,5%) menggunakan KB suntik dengan alasan lebih mudah dan lebih praktis. Sedangkan 2 orang ibu (25%) menggunakan KB IUD dengan alasan jika menggunakan KB suntik sering lupa serta kurang dukungan dari suami, dan 1 orang ibu (12,5%) yang menggunakan KB IUD berdasarkan minat sendiri dan mendapatkan dukungan suami.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik. Populasi pada penelitian ini seluruh suami akseptor KB IUD di Puskesmas Tempel I yang berjumlah 55 orang Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling. Penelitian ini menggunakan data primer dengan menggunakan kuesioner sebagai alat instrument yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dulu. Analisa data yang digunakan adalah chi squere.

HASIL ANALISIS 1. Analisis Univariat

a. Karakteristik berdasarkan umur

Tabel 1.1 Karakteristik responden berdasarkan umur No Umur Frekuensi (n=55) %

1 Tahun 24-28 4 7,3%

2 Tahun 29-33 15 27,3%

3 Tahun 34-38 14 25,5%

4 Tahun 39-43 8 14,5%

5 Tahun 44-48 4 7,3%

6 Tahun 49-53 7 12,7%

7 Tahun 54-58 3 5,5% Total 55 100% Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut tentang karakteristik umur responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berusia 29-33 tahun yaitu sebanyak 15 responden (27,3%).

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta

No Pendidikan Frekuensi (n=55) %

1 SD 4 7,3%

2 SMP 9 16,4%

3 SMA 34 61,8%

4 Perguruan Tinggi 8 14,5%

Total 55 100%

Sumber: Data Primer, 2017

(7)

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta

No Pekerjaan Frekuensi (n=55) %

1 Buruh 22 40%

2 Wiraswasta/Swasta 18 32,7%

3 Petani 15 27,3%

Total 55 100%

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 1.3 tersebut tentang karakteristik pekerjaan responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 22 responden (40%).

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Responden di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta

No Pendapatan Frekuensi (n=55) % 1 <1.200.000 12 21,8% 2 1.200.000-2.400.000 37 67,3% 3 >2.400.000 6 10,9%

Total 55 100%

Sumber: Upah Minimum Kabupaten Sleman 2017

Berdasarkan Tabel 1.4 tersebut tentang karakteristik pendapatan responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berpendapatan 1.200.000-2.400.000 yaitu sebanyak 37 responden (67,3%).

b.Dukungan Suami Pada Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman

Tabel 1.5 Dukungan Suami Dengan Akseptor Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta

No Dukungan Suami Frekuensi (n=55) %

1 Baik 23 41,8%

2 Cukup 7 12,7%

3 Kurang 25 45,5%

Total 55 100%

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 1.5 tersebut menunjukkan bahwa presentase tertinggi adalah responden dengan dukungan suami yang kurang yaitu sebanyak 25 responden (45,5%) lebih banyak dibandingkan responden dengan dukungan suami baik sebanyak 23 responden (41,8%), dan dengan dukungan suami cukup sebanyak 7 responden (12,7%).

Tabel 1.6 Dukungan Informasional Suami Dengan Akseptor Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta No Informasional Dukungan Frekuensi (n=55) %

1 Baik 26 47,3 %

2 Cukup 5 9,0 %

3 Kurang 24 43,7 %

(8)

Tabel 1.7 Dukungan Instrumental Suami Dengan Akseptor Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta No Dukungan Instrumental Frekuensi (n=55) %

1 Baik 17 30,9 %

2 Cukup 11 20 %

3 Kurang 27 49,1 %

Total 55 100 % Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 1.7 tersebut menunjukkan bahwa presentase tertinggi adalah responden dengan dukungan instrumental suami kurang yaitu sebanyak 27 responden (49,1 %) lebih banyak dibandingkan responden dengan dukungan insrtumental suami baik sebanyak 17 responden (30,9%), dan dengan dukungan instrumental suami cukup sebanyak 11 responden (20%).

Tabel 1.8 Dukungan Emosional Suami Dengan Akseptor Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta No Dukungan Emosional Frekuensi (n=55) %

1 Baik 18 32,7 %

2 Cukup 15 27,3 %

3 Kurang 22 40%

Total 55 100%

Sumber: Data Primer 2017 Berdasarkan Tabel 1.8 tersebut menunjukkan bahwa presentase tertinggi adalah responden dengan dukungan emosional suami kurang yaitu sebanyak 22 responden (40 %) lebih banyak dibandingkan responden

dengan dukungan emosional suami baik sebanyak 18 responden (32,7 %), dan dengan dukungan emosional suami cukup sebanyak 15 responden (27,3%).

Tabel 1.9 Dukungan Penghargaan Suami Dengan Akseptor Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta No Dukungan Penghargaan Frekuensi (n=55) %

1 Baik 22 40 %

2 Cukup 9 16,4 %

3 Kurang 24 43,6 %

Total 55 100 % Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 1.9 tersebut menunjukkan bahwa presentase tertinggi adalah responden dengan dukungan penghargaan suami kurang yaitu sebanyak 24 responden (43,6 %) lebih banyak dibandingkan responden dengan dukungan penghargaan suami baik sebanyak 22 responden (40 %), dan dengan dukungan penghargaan suami cukup sebanyak 9 responden (16,4%).

c. Pemilihan Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman

Tabel 1.10 Pemilihan Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta

No Pemilihan IUD Frekuensi (n=55) %

1 Memilih Tidak 26 47,3% 2 Memilih 29 52,7%

Total 55 100%

(9)

Berdasarkan Tabel 1.10 tersebut menunjukkan bahwa presentase tertinggi adalah responden yang memilih kontrasepsi IUD yaitu sebanyak 29 responden (52,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak memilih IUD yaitu sebanyak 26 responden (47,3%).

2. Analisis Bivariat

Tabel 2.1 Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemilihan Kontrasepsi IUD di Puskesmas

Berdasarkan Tabel 2.1 tersebut menunjukkan bahwa responden dengan dukungan suami baik memilih IUD sebanyak 23 responden (41,8%), sedangkan dukungan suami baik yang tidak memilih IUD sebanyak 0 responden (0%). Dukungan suami kurang yang tidak memilih IUD sebanyak 25 responden (45,5%), sedangkan dukungan suami kurang yang memilih yang memilih IUD sebanyak 6

responden (10,9%). Hasil uji Chi Square yaitu p-value yang diambil dari pearson Chi-Square yaitu 0,000. Sehingga p-value 0,000 < 0,05 dapat disimpulkan ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta Tahun 2017. Nilai koefisien kongtingensi didapatkan hasil bahwa C = 0,696. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keeratan hubungan koefisien kontingensi adalah kuat (0,60-0,799).

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden Dukungan Suami Dengan Pemilihan Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman

Hasil analisis data menurut karakteristik responden berdasarkan umur didapatkan hasil mayoritas akseptor kontrasepsi di apuskesmas Tempel I adalah berumur 29-33 tahun atau sebanyak 15 responden (27,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa umur yang matang dapat mempengarhi dalam pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi. Pada kelompok umur tersebut termasuk perkembangan dewasa madya dimana masa ketika secara kepribadian lebih mantap. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan mayoritas responden berumur 29-33 tahun atau sedang dalam masa reproduktif. Sehingga istri responden memerlukan kontrasepsi yang efisien dan efektif.

Menurut Nursalam (2008) umur merupakan masa

Memilih Memilih

(10)

perjalanan hidup seseorang, mulai dari lahir sampai batas pengumpulan data, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini adalah bagian dari pengalaman dan kematangan jiwa. Umur seseorang dapat mempengaruhi kecocokan dan aksesbilitas metode-metode kontrasepsi tertentu.

Menurut WHO (2007) usia seseorang dapat mempengaruhi kecocokan dan aksebilitas metode-metode kontrasepsi tertentu. Secara umum, seorang remaja kemungkinan memiliki kontrasindikasi medis terhadap pemakaian metode IUD.

Hasil analisis data karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diketahui responden terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 34 responden (61,8%). Tingkat pendidikan yang baik akan mempengaruhi suami dalam mendukung istri untuk menggunakan kontrasepsi. Sehingga suami dapat menerima dan memahami informasi penggunaan alat kontrasepsi dan dapat membantu istri untuk pengambilan keputusan terhadap kontrasepsi yang dipilih (Novita, 2011).

Dalam penelitian ini responden dengan pendidikan SMA (61,8%) lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya karena responden di Puskesmas Tempel I sebagian besar tidak melanjutkan kejenjang selanjutnya namun

pendidikan yang sudah tercapai sudah yang paling tinggi menurut pendapat responden. Dengan hanya pendidikan terakhir SMA responden bisa menerima semua informasi yang disampaikan. Hubungan pendidikan dengan pola piker dan persepsi serta perilaku masyarakat sangat signifikan, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin rsional dalam pengambilan berbagai keputusan.

Menurut Handayani (2012) tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap keinginan individu dan pasangan untuk menentukan jumlah anak. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan alat kontrasepsi. Penelitian di Kenya menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih tinggi mendukung istri untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD dan implant dibandingkan dengan responden yang berependidikan rendah, sedangkan responden yang tidak sekolah mempunyai peluang yang sangat kecil untuk dapat menerima informasi yang diberikan.

(11)

buruh. Suatu pekerjaan dapat mempengaruhi responden dalam memberikan dukungan terhadap pemilihan kontrasepsi. Responden dengan jam kerja yang padat dalam memberikan dukungan kepada istri belum maksimal. Misalnya secara dukungan penghargaan yang diberikan suami kepada istri melakukan konseling kontrasepsi dari tenaga kesehatan. Jika responden memiliki pekerjaan yang begitu menyita waktu meluangkan waktu untuk mengantar istri tidak bisa terpenuhi.

Hasil analisis data karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan diketahui responden terbanyak adalah responden dengan pendapatan 1.200.000-2.400.000 yaitu sebanyak 37 responden (67,3%). Upah minimum Kabupaten Sleman yaitu sebesar 1.200.000,-. Responden dengan pendapatan diatas UMR juga sebagian memilih kontrasepsi IUD. Kemajuan program KB tidak lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan dalam menggunakan alat kontrasepsi. Oleh karena itu dikeluarkan program pemerintah pemasangan dan penggunaan kontrasepsi yang dapat dilakukan secara gratis di tempat pelayanan kesehatan

2. Dukungan Suami Pada Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman

Mayoritas dukungan suami responden adalah kurang sebanyak 25 responden

(45,5%). Responden yang memiliki dukungan suami kurang merupakan responden dengan dukungan atau kebebasan yang kurang dalam membantu istri untuk memilih cara atau metode kontrasepsi yang akan digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Auliyah, 2015) yang menyimpulkan bahwa dukungan suami yang rendah atau negative akan mempengaruhi pengambilan keputusan seorang istri dalam memilih kontrasepsi. Berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan pada beberapa suami mengatakan bahwa pemilihan kontrasepsi IUD hanya mengikuti program dari pemerintah.

(12)

pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Sedangkan dukungan penghargaan yang diberikan suami kepada istri dapat berupa meluangkan waktu untuk mengantar istrinya konesling kontrasepsi IUD di tenaga kesehatan.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Susanto, 2016) mengatakan bahwa dalam pengambilan keputusan pemilihan kontrasepsi IUD, dukungan suami meliputi upaya memperoleh informasi, mengantarkan ke pelayanan kesehatan, dan membiayai pemasangan alat kontrasepsi. Semakin baik dukungan yang diberikan oleh suami maka dalam pengambilan keputusan sesuai dengan keinginan suami dan istri, sebaliknya jika dukungan suami kurang maka akan timbul ketidakpuasaan suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD.

Menurut Komang (2014) mengatakan bahwa suami merupakan pemimpin dan pelindung istri, maka kewajiban suami terhadap istrinya adalah mendidik, mengarahkan serta mengartikan istrinya kepada kebenaran, kemudian memberinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik. Maka untuk hal mendidik istri dalam pengambilan keputusan dan juga berkomunikasi untuk mendiskusikan kebijakan dalam merencanakan keluarga berencana. Sering terjadi dengan tidak adanya diskusi yang baik atau komunikasi yang baik sehingga dapat menjadi hambatan terhadap

kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi. Peran tenaga medis untuk lebih efektif dalam hal dukungan suami yaitu dibentuknya kelas ayah sangat membantu dalam hal menambah pengetahuan dari suami tersebut, sehingga bisa mengayomi istri dalam hal pengambilan keputusan.

Hubungan suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam keluarga dan suami mempunyai peranan penting ketika suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan termasuk merencanakan keluarga berencana. Hal ini tidak terlepas dari komunikasi atau diskusi antara kedua belah pihak (suami dan istri) terlebih dahulu. Oleh karena itu dengan tidak adanya diskusi antara suami dan istri dapat menjadi hambatan terhadap kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi.

(13)

kontrasepsi, membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping atau komplikasi pada istri dan membantu istri dalam penggunaan alat kontrasepsi. Ketiga dukungan emosional yakni suami harus mampu membuat istri memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh suami sehingga istri dapat menghadapi masalah dalam penggunaan alat kontrasepsi dengan lebih baik. Keempat dukungan penghargaan bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif yang diberikan suami kepada istri sehingga dapat memberikan semangat, adanya persetujuan pada pendapat istri dalam penggunaan alat kontrasepsi dan mempunyai perbandingan positif dengan individu lain.

Berdasarkan hasil penelitian Sulastri (2014) mengatakan bahwa responden yang mendapat dukungan sedikit lebih tinggi disbanding dengan yang tidak memberi dukungan sebesar 50,6 %. Dukungan yang dimaksud dalam penelitian tersebut yaitu dukungan informasional, dukungan instrumental, dukungan emosional, dan dukungan penghargaan. Sedangkan menurut Ratih (2015) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pemilihan kontrasepsi IUD dengan dukungan suami. Adapun hasil penelitian tersebut lebih dari dari separuh responden pengguna IUD yaitu (57,7 %) mendapatkan dukungan suami.

Diantara dukungan suami, dukungan informasional

lebih tinggi daripada dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungna penghargaan. Hal ini dikarenakan informasi, saran, tentang situasi dan kondisi individu. Dukungan tersebut antara lain menemani istri dalam melakukan konseling KB, ikut serta dalam memilih alat kontrasepsi, membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping atau komplikasi pada istri dan membantu istri dalam penggunaan alat kontrasepsi (Kartikasari, 2009). Hal ini tidak terlepas dari komunikasi atau diskusi antara kedua belah pihak (suami dan istri) terlebih dahulu. Oleh karena itu dengan tidak adanya diskusi antara suami dan istri dapat menjadi hambatan terhadap kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi.

Q.S Al-Qashash Ayat 77

Artinya :”Dan carilah pada apa yang telah

dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan)

negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat

(14)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan : ucapkanlah kata-kata yang baik atau diamlah. Komunikasi suami istri dari tauladan kita merupakan keterampilan paling penting dalam kehidupan kita. Islam memerintahkan umatnya agar selalu berbuat baik kepada sesame manusia, terlebih kepada pasangan hidup kita. Kita biasanya berusaha untuk dimengerti terlebih dahulu, dan kebanyakan dari kita tidak berusaha untuk mendengarkan dengan maksud untuk mengerti lebih dahulu. Prinsip komunikasi yang efektif adalah semua pihak berusaha untuk mendengarkan secara empatik yaitu mendengarkan dengan maksud untuk mengerti.

3. Pemilihan Kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memilih kontrasepsi IUD yaitu sebanyak 29 responden (52,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak memilih IUD yaitu sebanyak 26 responden (47,3%). Pemilihan kontrasepsi merupakan pengambilan keputusan untuk penggunaan alat kontrasepsi (Hartanto, 2010). Alat kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Menurut Zaheen Baig (2012) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam penggunaan kontrasepsi yaitu persetujuan suami. Persetujuan suami merupakan faktor yang

penting dalam setuju atau tidak setuju untuk mengambil keputusan keluarga berencana. Suami dalam pemilihan metode kontrasepsi memiliki peranan yang penting untuk mendukung kebutuhan kesehatan reporoduksi istri. Dalam hal ini suami memberikan dukungan yang lebih kepada istri dalam memilih kontrasepsi yang efektitif.

PENUTUP 1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan untuk mengetahui “Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemilihan Kontrasepsi IUD Di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta Tahun 2017”, dapat disimpulkan sebagai berikut: Karakteristik umur responden sebagian besar berusia 29-33 tahun yaitu sebanyak 15 responden (27,3%), karakteristik pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 34 responden (61,8%), karakteristik pekerjaan responden sebagian besar bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 22 responden (40%), dan karakteristik pendapatan responden sebagian besar berpendapatan 1.200.000-2.400.000 yaitu sebanyak 37 responden (67,3%).

Dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta tahun 2017 sebagian besar adalah kurang yaitu berjumlah 25 responden (45,5%).

(15)

Responden yang memilih kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta tahun 2017 sebanyak 29 responden (52,7%) dan responden yang tidak memilih kontrasepsi IUD yaitu sebanyak 26 responden (47,3%).

Keeratan hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi IUD berdasarkan uji dengan koefisien kontingensi didapatkan hasil bahwa C = 0,696 sehingga dapat disimpulkan bahwa keeratan hubungan koefisien kontingensi adalah kuat (0,60-0,799).

Ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi IUD di Puskesmas Tempel I Sleman Yogyakarta tahun 2017 dengan hasil uji statistik yang signifikan (Ha diterima, Ho ditolak), p-value 0,000 < 0,05.

2. Sarana

Sebagai sumbangan aplikatif bagi tenaga kesehatan terutama bidan agar lebih mengoptimalkan penyampaian informasi mengenai keluarga berencana terutama tentang kontrasepsi IUD sejak pemeriksaan kehamilan trimester akhir, dan juga sebagai bahan untuk mengadakan kelas untuk ayah atau suami untuk memberikan penyuluhan mengenai pentingnya keluarga berencana dan peran serta suami dalam pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alistiyowati, D. (2007). Hubungan Dukungan Sosial Suami dengan Depresi Pasca Persalinan Pada Perempuan Primipara. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang. 2. Anggraini, Y. (2012).

Pelayanan Keluarga

Berencana. Yogyakarta:

Rohima Press.

3. Ariani, E. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Pleret Bantul. Skripsi Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.

4. Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

5. Aziz Alimul, Hidayat. (2008).

Metode Penelitian

Keperawatan dan Teknik

Analisis Data. Jakarta :

Salemba Medika.

6. Azwar, M.A. (2015). Sikap

Manusia Teori dan

Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

7. Badan Pusat Statistik & Macro Internasional. (2008). Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia Tahun 2007,

Calverton, Maryland, USA : 010-2015.pdf. Diakses tanggal 24 desember 2016.

9. Departemen Agama RI. (2007). Al Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Alfa Beta.

10.Depkes. (2015). Situasi

Keluarga Berencana

Indonesia. Jakarta : Vol. 2. 11.________.(2014).

http://www.academia.edu/5331 634/KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 369 MENKES SK II 2007 TENTANG. Diakses pada tanggal 23 Desember 2016. 12.Handayani, S. (2012).

(16)

Kontrasepsi. Yogyakarta: Pustaka Rihana.

13.Irnawati, Y. (2014). Hubungan Motivasi dan Dukungan Suami dengan Peminatan Akseptor KB IUD Di Desa Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang. Jurnal Kebidanan & Kesehatan, vol. 6 no.2, Juli 2015 (64-70).

14.Kartikasari, N. (2009). Dukungan Suami Terhadap Lama Persalinan Kala I dan Kala II pada Primigravida di

RSUD Kota Surakarta.

Surakarta: FK UNS.

15.Komang, A. (2014). Hubungan

Persepsi Ibu tentang

Dukungan Suami Terhadap Tingkat Keberhasilan IMD di Rumah Sakit Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada. 16. Kusumaningrum, R. (2009).

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pemilihan

Jenis Kontrasepsi yang

Digunakan pada Pasangan

Usia Subur. Semarang:

UNDIP.

17.Manuaba. (2009). Ilmu Kebidanan, Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC.

18.Maryatun. (2009). Analisis Faktor-faktor Pada Ibu yang

Berpengaruh Terhadap

Pemakaian Metode

Kontrasepsi IUD di Kabupaten

Sukoharjo Gaster. Stikes

Aisyiyah Surakarta.

19. Mufdillah, Kanthi Aryekti. (2016). Dukungan Suami Terhadap Kejadian Drop Out

Bagi Akseptor Keluarga

Berencana (KB) di Desa dan di Kota di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Journal

Mufdillah, vol. 15 no.1 Januari 2016

20.Nawirah. (2015). Faktor-faktor

yang Mempengaruhi

Pemilihan Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas

Wonomulya. Universitas

Hasanudin, Makassar.

21.Nesa, E. (2016). Analisis

Manajemen Pelaksanaan

Pencapaian Cakupan KB Baru dan Aktif di Kecamatan

Pariaman Selatan Kota

Pariaman Tahun 2016.

Universitas Andalas. Diploma Thesis.

22.Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

23.WHO/RHR & Center For Communication Programs. (2007). Family Planning: A

Global Handbook for

Providers, Baltimore and Geneva: CCP and WHO. 24.WHO. (2007). Ragam metode

kontrasepsi. Jakarta. EGC. 25.Yanikkerem, E. (2006).

Withdrawal Users’

Perceptions of and Experience With Contraceptive Methods In

Manisa, Turkey. Midwifery

Volume 22. 274-284.

Gambar

Tabel 1.3
Tabel 1.7 Dukungan Instrumental
Tabel responden (10,9%). Hasil uji

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mempunyai keterbatasan (1) Subyek penelitian ini hanya terbatas pada Bank yang berkantor pusat di Surabaya yaitu Bank AntarDaerah, Prima Master

5 Pancawati Hardining sih (2010) Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan Independensi Auditor, Komite

Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar perusahaan mendapat perhatian terkait kinerja perusahaan, perataan laba dilakukan manajer sebagai bentuk

Hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan antikoagulan EDTA dan filtrat bawang putih (Allium sativum,L) tidak ada perbedaan yang signifikan, dari jumlah 33

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan tax planning pada perusahaan industri pengolahan kayu di Purbalingga berdasarkan undang-undang perpajakan yang

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan aplikasi yang dapat digunakan untuk menampilkan informasi tertentu dari device dalam jaringan serta mampu memonitor kinerja jaringan

Oleh sebab itu, penulis mengucapkan puji dan syukur pertama kali kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan perlindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Perusahaan Daerah Air minum (PDAM) Surya Sembada Surabaya merupakan satu-satunya perusahaan yang mengelola air. minum