• Tidak ada hasil yang ditemukan

18} Vol. 2, No. 01, Januari 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "18} Vol. 2, No. 01, Januari 2014"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MENELUSURI METODE PENDIDIKAN DALAM AL-QUR`AN DENGAN PENDEKATAN TAFSIR MAUDHU`I

TABRANI. ZA

Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh, Peneliti Pada SCAD Independent

E-mail: tabrani_za@ymail.com ABSTRAK

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia dan untuk manusia dengan berbagai perangkat, karakter dan eksistensinya. Al-Qur`an merupakan firman Allah yang selanjutnya dijadikan pedoman hidup (way of life) kaum muslim yang tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Dalam Al-Qur`an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting, jika Al-Qur`an dikaji lebih mendalam maka kita akan menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu. Pendidikan dalam Al-Qur`an meliputi aspek yang sangat luas. Salah satu komponen penting yang menghubungkan tindakan dengan tujuan pendidikan adalah metode, sebab tidak mungkin materi pendidikan dapat diterima dengan baik kecuali disampaikan dengan metode yang tepat. Beberapa jenis metode yang digali dan dikembangkan dari ayat-ayat Al-Qur`an antara lain adalah metode hiwar, ibrah mau`izhah, amtsal, qishas, tajribah, targhib-tarhib, dan uswatun hasanah.

Kata Kunci:Metode, Pendidikan, Al-Qur`an, Tafsir Maudhu`i A. Pendahuluan

Al-Qur`an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur`an, bacaan sempurna lagi mulia itu. Tiada bacaan semacam Al-Qur`an yang dibaca oleh

(3)

ratusan juta ribu orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak. Tiada bacaan melebihi Al-Qur`an dalam perhatian yang diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi masa, musim, dan saat turunnya, sampai kepada sebab-sebab serta waktu turunnya.

Al-Qur`an yang dalam memori kolektif kaum muslimin sepanjang abad sebagai kalam Allah, yang disebut sebagai “petunjuk bagi manusia” dan memberikan “penjelasan atas segala sesuatu” sedemikian rupa sehingga tidak ada sesuatu pun yang ada dalam realitas yang luput dari penjelasannya. Bila diasumsikan bahwa kandungan Al-Qur`an bersifat universal, berarti aktualitas makna tersebut pada tataran kesejarahan meniscayakan dialog dengan pengalaman manusia dalam konteks waktu. Hal ini juga berlaku dengan kajian tafsir yang ada pada Al-Qur`an.

Tafsir sebagai usaha memahami dan menerangkan maksud dan kandungan ayat-ayat suci Al-Qur`an telah mengalami perkembangan yang cukup bervariasi, sebagai hasil karya umat manusia (umat Islam). Terjadinya keanekaragaman dalam corak penafsiran adalah hal yang tak terhindarkan. Berbagai faktor dapat menimbulkan keberagaman ini, misalnya perbedaan kecenderungan, interest, motivasi mufassir (mufassir adalah orang yang memberi tafsiran, komentar atau penjelasan1), perbedaan misi yang diemban, perbedaan kedalaman dan ragam ilmu yang dikuasai, perbedaan masa dan lingkungan yang mengitari, perbedaan situasi, dan lain sebagainya. Tulisan ini bermaksud menguraikan tentang pendidikan dalam Al-Qur`an dengan pendekatan tafsir Maudhu`i.

Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan modern sulit untuk diwujudkan. Demikian halnya dengan sains sebagai bentuk pengetahuan ilmiah dalam pencapaiannya harus melalui proses pendidikan yang ilmiah pula. Yaitu melalui metodologi dan kerangka

1

Lihat Kamus Al-Munawwir dari A.W. Munawwir edisi kedua cetakan ke 25 tahun 2002, hal. 1055.

(4)

keilmuan yang teruji. Karena tanpa melalui proses ini pengetahuan yang didapat tidak dapat dikatakan ilmiah.

Pendidikan dalam Islam tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (long life education). Islam memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan, tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi sama dalam pandangan Islam dalam kewajiban untuk menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrawi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga. Karena tidak mungkin manusia mencapai kebahagiaan hari kelak tanpa melalui jalan kehidupan dunia ini.

Pendidikan Islam memiliki karakteristik yang berkenaan dengan cara memperoleh dan mengembangkan pengetahuan serta pengalaman. Anggapan dasarnya ialah setiap manusia dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia belajar: mula-mula melalui hal yang dapat di indra dengan menggunakan pancaindranya sebagai jendela pengetahuan; selanjutnya bertahap dari hal-hal yang dapat di indra kepada yang abstrak, dan dari yang dapat dilihat kepada yang dapat dipahami. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam teori empirisme dan positivisme dalam filsafat. Manusia sebagai insan kamil dilengkapi dua piranti penting untuk memperoleh pengetahuan, yaitu akal dan hati. Yang dengan dua piranti ini manusia mampu memahami “bacaan” yang ada di sekitarnya. Fenomena maupun nomina yang mampu untuk ditelaahnya. Karena hanya manusia makhluk yang diberi kelebihan ini.

Islam juga menekankan akan pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Membaca, menelaah, meneliti hanya bisa dilakukan oleh manusia, karena hanya manusia makhluk yang memiliki akal dan hati. Selanjutnya dengan kelebihan akal dan hati, manusia mampu memahami fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya, termasuk pengetahuan. Dan sebagai implikasinya kelestarian dan keseimbangan alam harus dijaga sebagai bentuk pengejawantahan tugas manusia sebagai khalifah fil ardh.

(5)

B. Al-Qur`an dan Pendidikan

Berbicara tentang Al-Qur`an sesungguhnya adalah juga berbicara tentang pendidikan yang justru lebih utuh dan mendasar. Jika pendidikan dimaksudkan adalah untuk membawa anak manusia menjadi lebih sempurna yang dilakukan secara terus menerus dan tidak mengenal henti, maka Al-Qur`an sesungguhnya diturunkan ke bumi melalui Muhammad SAW, dimaksudkan memberikan petunjuk, penjelasan, rahmat, pembeda dan obat bagi manusia agar tidak tersesat dalam hidupnya. Artinya, dengan Al-Qur`an menjadi selamat, di dunia dan di akhirat.

Sedemikian erat hubungan antara pendidikan dan Al-Qur`an, maka terasa tidak mungkin sampai pada sasaran jika berbicara pendidikan tanpa menyinggung Al-Qur`an. Berbicara pendidikan tanpa Al-Qur`an sama artinya berbicara tentang membangun manusia tanpa petunjuk dan arah, maka akan mengalami kesesatan. Kalau pun dilakukan, akan sekedar sampai pada sisi-sisi artifak, belum menyentuh aspek laten, yang lebih substantif. Hal itu terlihat seperti yang terjadi pada saat ini, berbicara pendidikan hanya sampai pada upaya mengantarkan peserta didik menjadi berpikiran cerdas dan terampil. Selanjutnya, apakah dengan cerdas dan terampil sekaligus mereka akan berbudi pekerti luhur, adil, jujur dan peduli pada lingkungan, ternyata belum tentu. Sebab, kenyataan sehari-hari yang dapat dilihat menunjukkan bahwa tidak sedikit orang berhasil menjadi pintar lupa akan orang lain dan bahkan juga lupa pada dirinya sendiri.

Seluruh isi Al-Qur`an berbicara tentang pendidikan. Surat al-Fatihah yang disebut sebagai induk Al-Qur`an memberikan tuntutan hidup menyeluruh sekalipun secara garis besar, mengajarkan tentang kasih sayang, bersyukur, wilayah kehidupan manusia tidak saja di dunia tetapi juga sampai di akhirat, penguasa kehidupan dan jagat raya ini, perlunya petunjuk dalam kehidupan, dan kesadaran sejarah. Manusia yang berkualitas atas dasar ukuran-ukuran kemanusiaan seharusnya memiliki wawasan itu.

Pendidikan dalam Al-Qur`an ternyata meliputi aspek yang amat luas. Mendidik bukan saja mencerdaskan, melainkan juga melembutkan hati dan menjadikan peserta didik terampil. Mendidik akan membawa peserta didik tumbuh dengan penampilan, baik lahir maupun batinnya, secara sempurna. Melalui pendidikan, maka peserta didik menjadi sadar akan eksistensinya sebagai manusia yang berketuhanan dan berkemanusiaan sekaligus. Para

(6)

peserta didik menjadi seorang yang beriman, berakhlak mulia, beramal saleh dan mampu menjalani hidup di tengah-tengah masyarakatnya, baik yang terkait dengan ekonomi, politik, sosial, hukum dan berbudaya. Pendidikan dalam Al-Qur`an ternyata berdimensi kemanusiaan yang lebih luas, mendasar dan sempurna.

C. Manusia dalam Al-Qur`an Sebagai Makhluk Pendidikan

Kajian masalah pendidikan tidak mungkin dapat terlepas dari pembahasan tentang objek dan subjek utamanya yaitu kajian tentang manusia. Pembahasan tentang pendidikan tidak akan dapat dipahami dan dilaksanakan dengan sempurna tanpa memahami terlebih dahulu hakikat individu atau manusia itu sendiri secara utuh. Dengan demikian pembicaraan persoalan-persoalan pendidikan akan kehilangan arah da esensinya apabila tidak memahami terlebih dahulu maka dan hakikat manusia itu sendiri.

Manusia diciptakan Allah dilengkapi dengan berbagai kelengkapan sesuai dengan kebutuhan hidupnya, sehingga ia dapat menata kehidupan di muka bumi dengan baik. Segala kelengkapan itu bersifat potensial. Melalui berbagai tahapan waktu dan perkembangannya, ia akan sangat bergantung kepada bantuan pihak lain dalam menggunakan dan mengembangkan potensi itu. Untuk mencapai tahap tertentu dalam perkembangannya, manusia memerlukan upaya orang lain yang mampu dan rela memberikan bimbingan ke arah kedewasaan, paling tidak bantuan dari sang ibu. Upaya itu dapat disebut sebagai proses pendidikan. Oleh karena itu, dalam hal apapun manusia memerlukan pendidikan.

Potensi yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan berkembang dengan sendirinya secara sempurna tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak lain sekalipun potensi yang dimilikinya bersifat aktif dan dinamis. Potensi kemanusiaan itu akan bergerak terus-menerus sesuai dengan pengaruh yang didatangkan kepadanya. Hanya intensitas pengaruh itu akan sangat bervariasi sesuai dengan kemauan dan kesempatan yang diperolehnya yang dapat menentukan pengalaman dan kedewasaan masing-masing. Maka dari itu, manusia sering disebut sebagai makhluk yang dapat didik dan mendidik atau makhluk pendidikan.

(7)

Memahami manusia sebagai makhluk pendidikan, berarti memahami manusia sebagai subjek dan objek pendidikan. Pemahaman ini berimplikasi pada pemahaman tentang keberadaan manusia di muka bumi. Keberadaan manusia adalah karena karya dan amalnya. Untuk beramal dan berkarya, manusia memiliki potensi untuk mempengaruhi dan dipengaruhi serta dapat berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik.2

Meyakini akan keberadaan potensi dasar manusia sebagai makhluk yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi, kemudian untuk melangkah pada upaya mempengaruhi yang dikenal sebagai proses pendidikan, para pelaku pendidikan harus mendudukkan manusia sebagai makhluk Tuhan yang dibekali potensi yang sempurna, di mana kesempurnaannya terletak pada keutuhannya bukan sekedar makhluk biasa. Oleh karenanya, yang pertama-tama harus dilakukan oleh para pelaku pendidikan adalah memahami dahulu konsep manusia secara utuh, apa dan bagaimana manusia menurut Sang.3

Dalam kaitannya dengan nilai yang merupakan muatan pendidikan, Al-Qur`an dijadikan sebagai sumber atau materi pendidikan. Berbeda dengan pandangan ahli pendidikan pada umumnya yang memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai budaya tertentu yang tumbuh secara kumulatif dari masyarakat di mana pendidikan itu akan berlangsung. Al-Qur`an menetapkan bahwa nilai yang menjadi dasar pijakan bagi kehidupan manusia tidak terdapat dalam budaya sebagai hasil rekayasa manusia, melainkan diberikan langsung oleh Tuhan melalui firman-Nya. Oleh karena itu, pijakan dasar nilai, baik dalam teorisasi maupun pada implementasi pendidikan Islam, semestinya merujuk ke dalam Al-Qur`an sebagai sumber pokok ajaran Islam.

Al-Qur`an menjamin bahwa segala sesuatu apapun yang berhubungan dengan manusia dan makhluk pada umumnya tidak ada yang terlewatkan di dalamnya termasuk persoalan pendidikan, sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.

2

Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 24

3

(8)

Tiadalah Kami apakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (QS, Al-An`am: 38)

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (QS. An-Nahl: 89)

Ini berarti bahwa dari Al-Qur`an dapat diungkap konsep-konsep mendasar yang mengarahkan dan membimbing dalam menyusun suatu teori pendidikan. Al-Qur`an mengisyaratkan pula pentingnya sumber kedua yang menjelaskan lebih rinci makna-makna yang terkandung Al-Qur`an dn menuntun ke arah operasionalisasi ajaran dalam bentuk perilaku yang dikehendakinya, yaitu Sunnah dan sejarah hidup Nabi Muhammad SAW.

Dalam konteks pendidikan dalam Al-Qur`an, Nabi dijadikan sebagai figur ideal seorang pendidik yang telah membuktikan dirinya sebagai orang yang mampu merubah perilaku individu-individu bahkan umat yang terkenal memiliki sifat, karakter dan budaya yang keras dan kasar. Nabi membimbing mereka menjadi pribadi-pribadi yang shaleh, cerdas, berani dan sejumlah sifat-sifat yang terpuji lainnya, bahkan pribadi-pribadi itu melahirkan budaya yang tinggi dan beradab. Dalam pandangan pendidikan upaya Nabi tersebut dikatakan sebagai suatu upaya tindakan nyata penerapan metode pendidikan yang tepat dan sesuai dengan sasaran pendidikannya, bukan suatu yang hanya kebetulan, melainkan suatu tindakan yang disengaja dan berlandaskan kepada suatu pandangan yang benar tentang manusia dan nilai-nilai yang diyakininya.4 Menetapkan Nabi

sebagai figur ideal bukan hanya pandangan muslim melainkan ditunjukkan Allah sendiri melalui firmannya:

“Dan pada diri Rasulullah adalah teladan yang baik...” (QS. Al-Ahzab: 21) Pendidikan dalam hal apapun merupakan implikasi dari pandangan dasar tentang manusia. Demikian pula pendidikan yang

4

(9)

dilakukan Nabi merupakan implikasi dari pandangan tentang manusia menurut Al-Qur`an. Karena Nabi merupakan figur nyata dari operasionalisasi nilai Al-Qur`an, maka pandangannya tentang manusia yang dijadikan dasar oleh Nabi dalam pendidikannya adalah pandangan Allah Sang Pencipta manusia yang Maha Mengetahui tentang ciptaan-Nya. Ini merupakan pemaknaan hakikat manusia yang paling tepat.

Dengan demikian dalam sudut pendidikan dapat dipahami apabila Nabi berhasil menerapkan pendidikannya, karena penerapan pendidikan yang dilakukan Nabi sesuai dengan sifat dan karakter manusia dalam arti yang sesungguhnya dan dalam pelaksanaannya berpegang kuat kepada nilai-nilai Al-Qur`an yang datang dari Pencipta manusia. Pendidikan yang berdasarkan Al-Qur`an dan Sunnah inilah yang dimaksud dengan Pendidikan Qur`ani.

D. Konsep Pendidikan dalam Al-Qur`an

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia dan untuk manusia dengan berbagai perangkat, karakter dan eksistensinya. Ketiga aspek ini merupakan landasan ideal pendidikan secara umum, yang kemudian dikembangkan ke dalam bentuk komponen-komponen pendidikan.

Al-Qur`an merupakan firman Allah yang selanjutnya dijadikan pedoman hidup (way of life) kaum muslim yang tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok (prinsip dasar) menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing bangsa dan kapan pun masanya dan hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan. Salah satu permasalahan yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah pendidikan.

Dalam Al-Qur`an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting, jika Al-Qur`an dikaji lebih mendalam maka kita akan menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu. Ada beberapa indikasi yang terdapat dalam Al-Qur`an yang berkaitan dengan pendidikan antara lain; Menghormati akal

(10)

manusia, bimbingan ilmiah, fitrah manusia, penggunaan cerita (kisah) untuk tujuan pendidikan dan memelihara keperluan sosial masyarakat.

Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu kegiatan selesai atau tujuan adalah cita, yakni suasana ideal itu nampak yang ingin diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan, suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education).5 Adapun tujuan pendidikan adalah

perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana individu hidup, selain sebagai arah atau petunjuk dalam pelaksanaan pendidikan, juga berfungsi sebagai pengontrol maupun mengevaluasi keberhasilan proses pendidikan.6

Pandangan Al-Qur`an tentang pendidikan7 dapat diketahui

prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW dalam QS. Al-Alaq ayat 1-5 yang artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-Alaq: 1-5).

Iqra, terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.

Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur`an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra` berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu: bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah maupun diri

5

Muhaimin, Paradigma Baru Pendidikan Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2002), hal 34 6

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikann Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1980), hal. 12 7

(11)

sendiri, yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Alhasil, objek perintah Iqra` mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.

Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini bukan sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali mengulang-ulang bacaan atau membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan. Dari wahyu pertama Al-Qur`an diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Pertama mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara kedua, dengan mengajar tanpa alat dan tanpa usaha dasar manusia. Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT. Setiap pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum subjek dituntut peranannya untuk memahami objek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa objek terkadang memperkenalkan diri kepada subjek tanpa usaha sang subjek.

Al-Qur`an mengintroduksikan dirinya sendiri sebagai “pemberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. 17:19). Petunjuk-petunjuknya memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut. Rasulullah SAW, yang dalam hal ini bertindak sebagai penerima Al-Qur`an, bertugas untuk menyampaikan

petunjuk-petunjuk tersebut, mensucikan dan mengajarkan manusia (QS. 67:2). Mensucikan dapat diidentikkan dengan mendidik, sedangkan mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisika serta fisika.8

Tujuan yang ingin dicapai dengan pembacaan, penyucian, dan pengajaran tersebut adalah pengabdian kepada Allah sejalan dengan tujuan penciptaan manusia yang ditegaskan oleh Al-Qur`an daam surat Al-Dzariat ayat 56 yang artinya: Aku tidak menciptakan manusia dan jin kecuali untuk menjadikan tujuan akhir atau hasil segala aktivitasnya sebagai pengabdian kepada-Ku.9

Atas dasar ini, kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan Al-Qur`an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok

8

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur`an, ,cet, VII (Bandung: Mizan, 1994), hal. 172 9

(12)

sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah, atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan oleh Al-Qur`an untuk bertakwa kepada-Nya.

Seperti yang dikemukakan di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh Al-Qur`an adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya. Manusia yang di bina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman, itu sebabnya dalam pendidikan Islam dikenal istilah adab al-din

dan adab al-dunya.10

E. Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an

Salah satu komponen penting yang menghubungkan tindakan dengan tujuan pendidikan adalah metode, sebab tidak mungkin materi pendidikan dapat diterima dengan baik kecuali disampaikan dengan metode yang tepat. Metode dapat diartikan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Alat itu hanya akan dapat efektif bila penggunaannya disesuaikan dengan fungsi dan kapasitas alat tersebut.11

Al-Qur`an mengintroduksikan dirinya sebagai petunjuk bagi manusia dan mengandung penjelasan-penjelasan atas petunjuk itu serta garis pemisah antara yang hak dan yang batil. Firman Allah yang artinya:

“Pada bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...” (QS. Al-Baqarah: 185)

10

Ibid, hal. 173 11

(13)

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa Al-Qur`an selain berfungsi sebagai sumber nilai yang harus dikembangkan dalam dunia pendidikan, juga dapat dijadikan sebagai sumber dalam melakukan tindakan pendidikan (metode pendidikan). Metode pendidikan yang seyogianya diterapkan dalam pendidikan adalah metode-metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta karakter manusia itu sendiri. Dalam konsep ini, pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai Qur`ani. Demikian pula metode dalam pendidikan Qur`ani adalah metode yang digali dari nilai-nilai Al-Qur`an.

Karakteristik pokok dari metode Qur`ani terletak pada keutuhannya sebagaimana karakteristik manusia sebagai makhluk Tuhan yang utuh. Sebagai ciri khusus dalam metode Qur`ani adalah penyajiannya dapat menyentuh berbagai aspek kepribadian murid, di mana pesan nilai disajikan melalui beberapa bentuk penyajian yang dapat menyentuh berbagai ranah (domain) peserta didik. 12

Beberapa jenis metode yang digali dan dikembangkan dari ayat-ayat Al-Qur`an antara lain adalah metode hiwar, ibrah mau`izhah, amtsal, qishas, tajribah, targhib-tarhib, dan uswatun hasanah. Dan penggunaan metode-metode tersebut dalam prakteknya tidak dapat dipisah-pisahkan secara ekstrem, karena pendidikan Qur`ani bersifat integral. Oleh karena itu, metode-metode tersebut akan tampil secara kepastian pada suatu tindakan pendidikan sesuai dengan kondisi dan situasi, sifat dan karakter, materi, serta tujuan yang hendak dicapai.

Pendidikan dalam Al-Qur`an, dapat dikembangkan pula berbagai metode lain yang sesuai dengan prinsip dan tujuan pendidikan serta sifat dari materi pendidikannya. Karena itu, konsep pendidikan dalam Al-Qur`an bersifat terbuka dan adaptif terhadap konsep lain yang selaras dengan prinsip-prinsip dasar Al-Qur`an tentang pendidikan.13

F. Penutup

Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan

12

M. Natsir Budiman, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur`an (Jakarta: Madani Press, 2001), hal. 45

13

(14)

modern sulit untuk diwujudkan. Al-Qur`an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, Al-Qur`an bahkan memosisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi.

Manusia adalah makhluk yang memiliki tanggung jawab, yaitu tanggung jawab menjadi khalifah fil ardh. Kekhalifahan manusia adalah salah satu bentuk dari ta’abbud-nya kepada sang Khalik. Sedangkan

ta’abbud adalah tugas pokok dari penciptaan manusia, sekaligus menggali, mengatur, menjaga dan memelihara alam semesta ini. Pendidikan dalam Al-Qur`an ternyata meliputi aspek yang amat luas. Mendidik bukan saja mencerdaskan, melainkan juga melembutkan hati dan menjadikan peserta didik terampil. Mendidik akan membawa peserta didik tumbuh dengan penampilan, baik lahir maupun batinnya, secara sempurna.

Seluruh isi Al-Qur`an berbicara tentang pendidikan. Surat al-Fatihah yang disebut sebagai induk Al-Qur`an memberikan tuntutan hidup menyeluruh sekalipun secara garis besar, mengajarkan tentang kasih sayang, bersyukur, wilayah kehidupan manusia tidak saja di dunia tetapi juga sampai di akhirat, penguasa kehidupan dan jagat raya ini, perlunya petunjuk dalam kehidupan, dan kesadaran sejarah. Al-Qur`an merupakan firman Allah yang selanjutnya dijadikan pedoman hidup (way of life) kaum muslim yang tidak ada lagi keraguan di dalamnya.

Salah satu komponen penting yang menghubungkan tindakan dengan tujuan pendidikan adalah metode, sebab tidak mungkin materi pendidikan dapat diterima dengan baik kecuali disampaikan dengan metode yang tepat. Beberapa jenis metode yang digali dan dikembangkan dari ayat-ayat Al-Qur`an antara lain adalah metode hiwar, ibrah mau`izhah, amtsal, qishas, tajribah, targhib-tarhib, dan uswatun hasanah. Dan penggunaan metode-metode tersebut dalam prakteknya tidak dapat dipisah-pisahkan secara ekstrem, karena pendidikan Qur`ani bersifat integral.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, An Naquib. 1998. Konsep Pendidikan Dalam Islam, Bandung Mizan. Al-Munawwar Aqil Said Husein. 2005. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani:

Dalam Sistem Pendidikan Islam, Ciputat, Ciputat Press.

Budiman, M. Natsir. 2001. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur`an, Jakarta: Madani Press.

Habib, Zainal. 2007. Islamisasi Sains. UIN-Malang Press. Malang. Langgulung, Hasan. 1980. Asas-asas Pendidikann Islam, Jakarta: Pustaka

Al-Husna.

Muhaimin, 2002. Paradigma Baru Pendidikan Islam, Bandung: Rosda Karya. Nirwana, A. 2013.

Assets of Interpretation When Abdullah bin Umar in

the Interpretation of the Quran

, Jurnal Ilmiah Peuradeun, Vol.

1, No. 2, May, 2013.

Akyuni, Qurrata. 2013. Implikasi Globalisasi Dalam Dunia Pendidikan Islam,

Jurnal Ilmiah Peuradeun, Vol. 1, No. 3, September 2013

Shihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur`an`an, cet, VII Bandung: Mizan.

_______, 1998. Wawasan Al-Qur`an, cet. VIII Bandung: Mizan.

Syahidin. 2009. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an, Bandung: Alfabeta.

Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Rosda Karya. Bandung

Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme; Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Grasindo. Yusuf al-Hajj, Ahmad. 2003. Al-Qur’an Kitab Sains dan Medis, terj.

Kamran Asad Irsyadi, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.

Zainuddin, M. 2006. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam. Lintas Pustaka. Jakarta.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan skala yang terdiri dari dua buah skala, yaitu skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dan

Hasil pengukuran radiasi Radon dan Thoron pada beberapa pemukiman di kota Makassar, didapatkan bahwa ada beberapa rumah dengan tingkat konsentrasi Radon yang melebihi

Dinding yang mengalami retak yang cukup parah dan retak sampai dinding bata maka dinding yang rusak dibongkar dan diganti dengan yang baru, sedangkan dinding

budaya organisasi yang efektif dan adaptif terhadap kondisi lingkungan bisnis kerajinan rotan, yakni kreatif dan berani membuat keputusan, selalu berorientasi kepada

Salah satunya melalui Car Free Day dengan memberikan aliran tersebut pada proses transformasi ide, persepsi, gagasan dan wacana yang disuguhkan untuk kemudian

Hasil perbandingan perubahan nilai warna basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastis sebelum dan setelah perendaman dengan larutan coklat selama

Sebagai saran, sistem ini dapat dikembangkan dengan m enam bahkan beberapa m etode perhitungan pada time series, selain exponential sm oothing dan m oving average

Permasalahan yang timbul adalah pertama jika ada perubahan data user seperti password dan lain sebagainya pada pertengahan semester maka tidak bisa secara otomatis mensikron dari