PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN BANYUWANGI
TAHUN 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 ii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 dapat disusun.
Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi tahun 2014 ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi di bidang kesehatan di Kabupaten Banyuwangi yang sangat diperlukan tidak hanya oleh petugas kesehatan dan pengambil keputusan di bidang kesehatan, tetapi juga mahasiswa, peneliti, dan pihak lain yang bergerak di bidang kesehatan serta untuk mengetahui gambaran pencapaian kinerja dalam melaksanakan Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Banyuwangi selama periode 1 Januari sampai 31 Desember 2014.
Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh jajaran kesehatan di Kabupaten Banyuwangi, meliputi Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Unit Pelayanan Kesehatan lainnya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas peran sertanya dalam memberikan dukungan berupa data program dan kegiatan yang akhirnya dapat dikemas dan disajikan dalam bentuk informasi berupa Profil Kesehatan tahun 2014.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 iii
Penyusunan Profil Kesehatan ini masih jauh dari sempurna, masih diperlukan adanya pemaparan dalam bentuk narasi yang dapat menceritakan capaian hasil kegiatan sehingga dapat menggambarkan upaya pembangunan yang telah dilaksanakan oleh seluruh jajaran kesehatan di Kabupaten Banyuwangi, sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi tahun 2014 masih terus kami perbaiki bersama dengan adanya saran, masukan serta kritik membangun untuk perbaikan Profil Kesehatan ini.
Banyuwangi, 2015
Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUWANGI
dr. H. WIDJI LESTARIONO, M.MKes NIP. 19630522 198902 1 002
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 iv DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Kata Pengantar... ii
Daftar Isi... iv
Daftar Tabel... vii
BAB I PENDAHULUAN... 1
BAB II GAMBARAN UMUM... 2
II.1 Keadaan Geografis... 2
II.2 Gambaran Umum Kependudukan... 3
II.3 Gambaran Umum Bidang Sosial... 3
BAB III DERAJAT KESEHATAN ... 5
III.1 Angka Kematian... 5
1. Angka Kematian Bayi... 6
2. Angka Kematian Balita... 8
3. Angka Kematian Ibu... 8
III.2 Angka Kesakitan... 10
1. Acute Flaccid Paralysis (AFP)... 11
2. TB Paru... 12
3. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)... 14
4. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)... 17
5. Diare... 31
6. Kusta... 34
7. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).... 37
8. Demam Berdarah Dengue ... 39
9. Malaria... 42
10. Filaria... 44
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 v BAB IV UPAYA KESEHATAN ... 46
IV.1 Pelayanan Kesehatan... 46
1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)... 46
2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan
Kompetensi Kebidanan...
48
3. Pemberian Kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas ... 49
4. Ibu hamil dengan Imunisasi TT2+ ... 50
5. Jumlah ibu hamil yang mendapatkan Tablet Fe1 dan
Fe3 menurut kecamatan dan puskesmas………. 50
6. Ibu Hamil Resiko Tinggi yang Ditangani... 53
7. Neonatal Resiko Tinggi yang Ditangani... 53
8. Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi, anak balita dan
ibu nifas menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas ...
44
8. Pelayanan Keluarga Berencana ... 54
9. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ... 56
10. Kunjungan Neonatus dan Kunjungan Bayi ... 57
11. Jumlah Bayi yang diberi ASI Ekslusif menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas ...
60
12. Pelayanan Imunisasi ... 62
13. Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi, anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
64
14. Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin
kecamatan dan puskesmas ...
65
15. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas ……....
66
16. Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra sekolah, Usia sekolah dan Remaja ………
67
17. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan setingkat... 68
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 vi
19. Pelayanan Kesehatan Usila (60 Th +) ... 69
IV.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan... 70
1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar ... 70
2. 3. Upaya Pelayanan Kesehatan ... Pelayanan Kesehatan Rujukan ... 74 75 IV.3 Perilaku Hidup Masyarakat... 75
IV.4 Keadaan Lingkungan... 77
1. Rumah Sehat... 77
2. Akses Air Minum Berkualitas Layak ... 77
3. Sarana Sanitasi Dasar (Jamban Sehat) ... 78
4. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ... 79
5. Tempat-tempat Umum ... 80
6. Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TUPM) ... 80
7. Pelayanan Farmasi ... 81
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN... 82
V.1 Sarana Kesehatan... 82
1. Rumah Sakit ... 82
2. Puskesmas ... 82
3. 4. Pelayanan RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 ... Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) ... 83 83 V.2 Tenaga Kesehatan... 86
1. Persebaran dan Jumlah Tenaga Kesehatan... 86
2. Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk... 87
V.3 Pembiayaan Kesehatan... 87
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 vii DAFTAR TABEL
NO. NO TABEL JUDUL TABEL
1. RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANYUWANGI
TAHUN 2014
2. Tabel 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH
PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KABUPATEN
BANYUWANGI TAHUN 2014
3. Tabel 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN
KELOMPOK UMUR KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
4. Tabel 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK
HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
5. Tabel 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN
DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
6. Tabel 5 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
8. Tabel 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
9. Tabel 7 KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS PADA TB
PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
10. Tabel 8 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU
BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
11. Tabel 9 ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU
BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 viii
NO. NO TABEL JUDUL TABEL
12. Tabel 10 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
13. Tabel 11 JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS
KELAMIN KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
14. Tabel 12 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV
MENURUT JENIS KELAMIN KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
15. Tabel 13 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
16. Tabel 14 KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,
DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
17. Tabel 15 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
18. Tabel 16 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA
MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
19. Tabel 17 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE
FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
20. Tabel 18 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN
DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
21. Tabel 19 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN
IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
22. Tabel 20 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN
IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 ix
NO. NO TABEL JUDUL TABEL
23. Tabel 21 JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
24. Tabel 22 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
25. Tabel 23 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
26. Tabel 24 PENGUKURAN TEKANAN DARAH MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
27. Tabel 25 PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
28. Tabel 26 CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN
METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN
PEMERIKSAAN KLINIS (CBE) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
29. Tabel 27 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT
JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
30. Tabel 28 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG
DITANGANI < 24 JAM KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
31. Tabel 29 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG
TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
32. Tabel 30 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 x
NO. NO TABEL JUDUL TABEL
33. Tabel 31 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA
SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
34. Tabel 32 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN
FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
35. Tabel 33 JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI
KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
36. Tabel 34 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
37. Tabel 35 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
38. Tabel 36 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT
KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
39. Tabel 37 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
40. Tabel 38 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
41. Tabel 39 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
42. Tabel 40 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 xi
NO. NO TABEL JUDUL TABEL
43. Tabel 41 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD
IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KECAMATAN DAN
PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
44. Tabel 42 CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA
BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
45. Tabel 43 CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK,
DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
46. Tabel 44 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK
BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
47. Tabel 45 JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
48. Tabel 46 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
49. Tabel 47 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
50. Tabel 48 CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT
PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
51. Tabel 49 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD
& SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
52. Tabel 50 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT
KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 xii
NO. NO TABEL JUDUL TABEL
53. Tabel 51 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD
DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
54. Tabel 52 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
55. Tabel 53 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT
JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
56. Tabel 54 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN
KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
57. Tabel 55 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT KABUPATEN
BANYUWANGI TAHUN 2014 KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
58. Tabel 56 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
59. Tabel 57 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
60. Tabel 58 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN
PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
61. Tabel 59 PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR
MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
62. Tabel 60 PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR
MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
63. Tabel 61 PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI
YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 xiii
NO. NO TABEL JUDUL TABEL
64. Tabel 62 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
65. Tabel 63 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT
KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
66. Tabel 64 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) MENURUT STATUS
HIGIENE SANITASI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
67. Tabel 65 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
68. Tabel 66 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN KABUPATEN
BANYUWANGI TAHUN 2014
69. Tabel 67 JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
70. Tabel 68 PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN
KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
71. Tabel 69 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
72. Tabel 70 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT
(UKBM) MENURUT KECAMATAN KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
73. Tabel 71 JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN KABUPATEN
BANYUWANGI TAHUN 2014
74. Tabel 72 JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
75. Tabel 73 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 xiv
NO. NO TABEL JUDUL TABEL
76. Tabel 74 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS KESEHATAN
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
77. Tabel 75 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN
LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
78. Tabel 76 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN
BANYUWANGI TAHUN 2014
79. Tabel 77 JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
80. Tabel 78 JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS
KESEHATAN KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
81. Tabel 79 JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
82. Tabel 80 JUMLAH TENAGA NON KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014
83. Tabel 81 ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA KABUPATEN
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 1
BAB I PENDAHULUAN
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah menetapkan bidang kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh kabupaten/kota. Penyelenggaraan urusan wajib oleh daerah merupakan perwujudan otonomi yang bertanggungjawab, yang pada intinya merupakan pengakuan / pemberian hak dan kewenangan daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah. Tanpa mengurangi arti serta pentingnya praksarsa daerah dalam penyelenggaraan otonominya dan untuk menghindari terjadinya kekosongan penyelenggaraan pelayanan dasar kepada masyarakat, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota Wajib melaksanakan kewenangan dalam bidang tertentu, termasuk didalamnya kewenangan bidang kesehatan.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan indikator antara lain Indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja
dari SPM Bidang Kesehatan yang sebagian merupakan indikator Milenium
Development Goals. Untuk Indikator kinerja SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten
Banyuwangi terdiri atas 18 indikator wajib dan 9 indikator tambahan atau inovasi, serta indikator kinerja lainnya yang menunjang pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan.
Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian kegiatan di puskesmas maupun rumah sakit dan hasil kinerja dari penyelengaraan pelayanan minimal adalah Profil Kesehatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Profil Kesehatan ini pada intinya berisi berbagai data atau informasi yang menggambarkan tingkat pencapaian Kabupaten Sehat dan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan sesuai dengan SPM bidang kesehatan, untuk itu perlu dibuat Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 2
BAB II
GAMBARAN UMUM
II.1 KEADAAN GEOGRAFIS
Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan yang datar dengan berbagai potensi yang berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.
Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi
terletak di antara 7o43’ – 8o46’ Lintang Selatan dan 113o53’ – 114o38’ Bujur
Timur. Secara administratif sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Samudera Indonesia serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso.
Daerah datar terbentang luas dari bagian selatan hingga Utara yang tidak berbukit. Daerah ini banyak dialiri sungai-sungai yang bermanfaat guna mengairi hamparan sawah yang luas. Selain ketersediaan hamparan sawah yang cukup luas dan potensial itu, kontribusi Daerah Aliran Sungai (DAS) juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat kesuburan tanah. Berdasarkan banyaknya DAS di Kabupaten Banyuwangi terdapat 35 DAS yang sepanjang tahun cukup untuk mengairi hamparan sawah yang ada.
Dengan luas sekitar 5.782.5 km2, yang sebagian besar merupakan
kawasan hutan yaitu 183.386,34 Ha atau sekitar 31,72%, daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau sekitar 11,44%, perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21%, sedangkan daerah yang dimanfaatkan sebagai daerah pemukiman dengan luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04%. Sedangkan areal sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi untuk berbagai manfaat antara lain jalan, ladang, saluran irigasi dan lainnya (Profil Banyuwangi,BAPPEDA Banyuwangi, 2014)
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 3 Selain penggunaan luas daerah yang demikian itu, Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai membentang mulai dari Kecamatan Wongsorejo di sebelah utara sampai dengan Kecamatan Pesanggaran di bagian selatan diperkirakan sekitar 175,8 km. Seluruh wilayah tersebut telah memberikan manfaat besar bagi kemajuan ekonomi penduduk Kabupaten Banyuwangi.
II.2 GAMBARAN UMUM KEPENDUDUKAN
Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam 24 kecamatan dengan 217 desa/kelurahan. Dengan jumlah penduduk sebesar 1.580.554 jiwa, yang terdiri atas 493.718 Rumah Tangga, di Kabupaten Banyuwangi rata-rata rumah tangga
terdiri 3.2 jiwa, dan mempunyai kepadatan penduduk sebesar 273 jiwa per km2.
Dari Tabel 2 dapat digambarkan, dari jumlah penduduk sebesar 1.580.554 yang terdiri dari 785.198 jiwa penduduk laki-laki dan 795.356 jiwa
penduduk perempuan, Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kabupaten Banyuwangi adalah sebesar 98.72%. Ini berarti bahwa perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan adalah sebesar 98 : 100.
II.3. GAMBARAN UMUM BIDANG SOSIAL
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang sering ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berprilaku sehat.
Kebutuhan pendidikan di Kabupaten Banyuwangi , sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2014 jumlah sekolah, murid, dan guru Taman Kanak-Kanak (TK) jumlahnya mempunyai kecenderungan meningkat baik berstatus negeri maupun swasta. Bahkan keberadaan lembaga TK ini akan bisa ditemui di setiap desa/ kelurahan dengan jumlah paling sedikit ada satu lembaga sekolah.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 4 Bagi lembaga sekolah dasar, jumlahnya relatif cukup bagi setiap desa/kelurahan. Pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama jumlah perkembangannya terus bertambah. Mungkin keadaan yang demikian ini ditimbulkan sebagai akibat kemajuan program pendidikan dasar, yang mana untuk mewujudkan perkembangannya selalu diikuti dengan penambahan lembaga sekolah.
Program pendidikan dasar atau yang sering disebut-sebut dengan istilah Program Wajib Belajar Sembilan Tahun, secara kelembagaan di Kabupaten Banyuwangi sudah dapat dikategorikan cukup memadai, karena dari seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Banyuwangi sudah mempunyai SLTP.
Sedangkan kebutuhan akan kesehatan dapat dilayani dengan adanya puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi dimana masing-masing kecamatan terdapat minimal 1 (satu) unit puskesmas, yang didukung dengan adanya puskesmas pembantu.
Selain itu, untuk mendekatkan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di desa dan kelurahan terdapat poskesdes atau poskeskel yang jumlahnya tiap tahun mengalami peningkatan. Sarana-sarana pelayanan kesehatan tersebut juga didukung dengan sumber daya kesehatan yang memadai.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 5
BAB III
DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 bahwa tujuan Pembangunan Kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh banyak faktor. Indikator keberhasilan pencapaian program ini dapat dilihat dari: 1) Mortalitas, morbiditas, dan status gizi 2) keadaan lingkungan, perilaku hidup sehat, akses dan mutu pelayanan kesehatan 3) Pelayanan kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, manajemen kesehatan dan sektor terkait.
Perhatian khusus harus diberikan terhadap peningkatan kesehatan ibu termasuk bayi baru lahir, bayi dan balita dengan menyelenggarakan berbagai upaya dan program inovasi terobosan yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian tujuan global sebagaimana tercantum dalam tujuan MDGs terkait dengan kesehatan ibu dan anak. upaya ini juga harus di dukung oleh kemampuan manajemen tenaga pengelola dan pelaksana program KIA.
III.1 ANGKA KEMATIAN
Kejadian kematian dalam suatu kelompok populasi dapat mencerminkan kondisi kesehatan masyarakat dan keberhasilan pelayanan kesehatan serta berbaggai program pembangunan kesehatan. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di bidang kesehatan Ibu,bayi baru lahir dan anak balita dapat dilihat dari besarnya angka kematian Ibu, bayi dan balita. Indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKBAL) per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup. Sampai dengan tahun 2013 Kabupaten Banyuwangi masih tetap berkomitmen untuk menerapkan dua program inovasi unggulan di bidang
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 6 kesehatan ibu dan anak yaitu HarGa PAS dan Anak TOKCer ini yang diyakini
mampu menjadi salah satu upaya percepatan pencapaian target Milleneum
Development Goals ( MDG’s ). Melalui inovasi promosi kesehatan, peningkatan akses layanan dan mutu pelayanan kesehatan menjadi strategi untuk mewujudkan tujuan program. Selain daripada itu diharapkan program ini dapat menjadi tolak ukur dalam peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak yang nantinya berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga.
1. ANGKA KEMATIAN BAYI
Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
banyaknya bayi yang meninggal sebelum usia 11 bulan yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran Hidup pada tahun yang sama. Angka Kematian Bayi merupakan aspek penting dalam menilai keberhasilan pembangunan kesehatan.
Berdasarkan data hasil kompilasi pencatatan dan pelaporan yang didapatkan Dinas Kesehatan khusus dari LB3 KIA selama tahun 2013 kematian bayi usia 0-28 hari sebanyak 148 bayi atau 6.3 / 1000 KH, sedangkan jumlah kematian bayi sebelum umur 11 bulan sebanyak 191 bayi yang dilaporkan dari 23.221 kelahiran hidup 8.2/1.000 KH. Kasus kematian bayi tertinggi terjadi pada wilayah kerja Puskesmas Sobo, Kalibaru Kulon, Licin dan Kebondalem sedangkan pada wilayah kerja Puskesmas Kabat,Kebaman, Parijatah Kulon, Wonosobo, Sumberberas, benculuk, Tulungrejo dan Sumberagung tidak terdapat kematian bayi pada tahun 2014.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 7 Tren penurunan dan kenaikan Angka Kematian Bayi (AKB) tergambar dalam grafiik berikut ini terhitung dalam enam tahun terakhir :
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi kenaikan Angka Kematian Bayi dan pada tahun 2010 sampai tahun 2011 terjadi kenaikan Angka Kematian Bayi (AKB) dan meningkat lagi pada tahun 2012 sebesar 2.0 kemudian mengalami kenaikan Angka Kematian Bayi pada Tahun 2013 walapun jumlah real kematian bayi menurun dibanding tahun 2012 dan penurunan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2014 yaitu menurun dari 8.2 di tahun 2013 menjadi 6,09 di tahun 2014. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi penyebab utama kematian bayi tercatat 59 bayi lahir dengan berat < 2500 gram meninggal di tahun 2014, kemudian disusul asfiksia dan kelainan bawaan juga menjadi penyumbang bagi kematian bayi.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 8
2. ANGKA KEMATIAN BALITA
Angka Kematian Balita (AKABA) menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan hasil dari kompilasi data yang didapatkan khusus dari LB3 KIA selama tahun 2014 terdapat 10 balita yang dilaporkan dari 23.634 kelahiran hidup (0.4 dari 1.000 kelahiran hidup). Kematian Balita di tahun 2014 mengalami penurunan bila dibandingkan Tahun 2013.
Secara ideal angka kematian tersebut harus mencakup seluruh pelayanan kesehatan swasta (BP, BKIA, RS Swasta) dan pemerintah. Harus ditekankan pula pada sistem pencatatan dan pelaporan terkait dengan kematian balita, sehingga akan di dapatkan solusi yang lebih baik dari permasalahan terbanyak penyebab angka kematian balita.
3. ANGKA KEMATIAN IBU
Dalam tujuan Milleneum Development Goals kelima, yaitu dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), berbagai program kebijakan atau program inovasi dicanangkan dan dilaksanakan secara progresif oleh
pemerintah pusat maupun daerah. Melaui program Safe Motherhood
Initiative yang mendapat dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun
luar negeri. Kabupaten Banyuwangi telah melaksanakan berbagai upaya terkait pencapaian target MDGs dengan program inovatif dan berbagai kebijakan yang tujuannya tidak lain untuk menurunkan Angka Kesakitan Ibu dan Angka Kematian Ibu yang diisebabkan oleh berbagai macam komplikasi yang ditimbulan selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Salah satu program kebijakan pemerintah pusat yaitu dengan adanya program Jaminan Persalinan yang menjamin semua ibu hamil bersalin secara gratis yang dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Melalui program Jampersal ini diharapkan mampu mengurangi kejadian 3 terlambat dan 4 terlalu. Tidak hanya terbatas pada kebijakan program itu saja gerakan-gerakan promotif inovasi promosi kesehatan, peningkatan akses layanan dan mutu pelayanan kesehatan juga menjadi strategi untuk mewujudkan tujuan program.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 9 Program-program ini dapat menjadi tolak ukur dalam keberhasilan percepatan penurunan Angka Kematian Ibu sebagaimana yang tercantum
dalam Tujuan Global pada Millenium Development Goal’s (MDG’s).
Angka kematian ibu mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Angka kematian ibu sendiri adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kasus kecelakaan atau insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan usia kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kasus kematian ibu terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas yang dilaporkan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 terdapat 22 kasus dari 23.634 kelahiran hidup. Secara ideal angka kematian ibu dihitung per 100.000 kelahiran hidup mencakup seluruh pelayanan kesehatan. Berdasarkan data yang dilaporkan penyebab kematian ibu terbanyak adalah ibu dengan kasus perdarahan yaitu sebanyak 68.2% kemudian pre eklampsia sebanyak 13.6 kasus.
Berikut ini gambaran grafik penurunan dan kenaikan Angka Kematian Ibu sepanjang tahun 2009 - 2014 :
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 10 Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2010, kemudian di tahun 2011 mengalami peningkatan sampai pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup drastis pada tahun 2013 lalu mengalami penurunan yang cukup signifikan di tahun 2014. Keberhasilan menurunkan Angka kematian Ibu (AKI) tidak luput dari peran dan upaya pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui program inovasi dan kebijakan-kebijakan yang terus menerus dilakukan secara progresif. Masih adanya kematian ibu dapat pula dikaitkan dengan sistem manajemen asuhan kebidanan yang mungkin diantaranya yaitu deteksi resiko tinggi ibu hamil dengan resiko tinggi yang belum optimal. Selain itu adanya persalinan oleh tenaga yang tidak berkompeten (dukun) masih ada yang aktif menolong sehingga dalam hal ini juga dapat berkontribusi pada kejadian kematian.Seharusnya ada kolaborasi yang pro aktif yang terjalin antara masyarakat khususnya kader dan tenaga kesehatan untuk melakukan survey di wilayah. Selain itu, pengambilan keputusan yang terlambat juga berperan mengenai tindakan klinis pada ibu dengan komplikasi masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Strategi yang terus dikembangkan dan ditingkatan adalah peningkatan akses dan cakupan layanan kesehatan ibu, membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya yang ada, selain itu yang tak kalah pentingnya adalah mendorong dan menggerakkan masyarakat dalam memaksimalkan penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu.
III.2 ANGKA KESAKITAN
Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) dari suatu
penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu. Morbiditas berhubungan dengan terjadinya penyakit di dalam populasi, baik fatal maupun non fatal. Angka morbiditas lebih cepat menentukan keadaan kesehatan masyarakat daripada angka mortalitas, karena banyak penyakit yang
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 11 mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai mortalitas yang rendah ( Depkes, RI 2009).
Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga dihadapkan pada
transisi epidemiologi yang menyebabkan beban ganda (double burden). Di satu
sisi masih dihadapi masih tingginya penyakit infeksi (baik re-emerging maupun new emerging) serta gizi kurang, namun di sisi lain dihadapi pula meningkatnya penyakit non infeksi dan degeneratif. Bagi kelompok usia produktif, kesakitan sangat mempengaruhi produktivitas dan pendapatan keluarga, yang pada akhirnya menyebabkan kemiskinan.
Angka kesakitan penduduk didapat dari hasil pengumpulan data dari
sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem
pencatatan dan pelaporan. Adapun beberapa indikator dapat diuraikan sebagai berilkut:
1. Acute Flaccid Paralysis (AFP)
AFP (Acute Flaccid Paralysis) adalah kondisi abnormal yang ditandai
dengan melemahnya, lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanoa penyebab yang jelas. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit atau trauma yang mempengaruhi saraf yang berhubungan dengan otot. AFP ini sering juga dijelaskan sebagai tanda cepat munculnya serangan seperti pada penyakit polio.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindak lanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP. Kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat. Dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.
Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio, yaitu : imunisasi (yang
meliputi peningkatan imunisasi rutin polio, PIN, dan Mop - Up), surveilans
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 12 Tahun 2014 ditemukan kasus AFP sebanyak 7 penderita, dengan total AFP rate perseratus ribu penduduki dari jumlah penduduk yang berusia <15 tahun sebesar 1.92.
2. TB Paru
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Pada tahun 1995 diperkirakan 9 juta pasien TB dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95 % kasus TB dan 98 % kematian akibat TB didunia terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,persalinan dan nipas. Sekitar 75 % pasien TB adalah kelompok usia paling produktif secara ekonomis ( 15 -50 tahun ). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya, sekitar 20 -30 %, juka ia meninggal akibat TB maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Di Indonesia TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke 5 terbanyak didunia setelah India,Cina,dll. Dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia.
Sejak tahun 1995, Program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru, telah dilaksanakan dengan strategi DOTS ( Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy ) yang direkomendasi oleh WHO. Kemudian berkembang seiring dengan GERDUNAS - TB ,maka Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru berubah menjadi Program Penanggulangan Tuberkulosis (TB) . Penanggulangan TB dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Bank dunia menyatakan strategi DOTS merupakan stategi kesehatan yang paling cost effective.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 13 Cakupan suspek TB Paru tahun 2014 tercapai 8.298 suspek diperiksa (49 %) dari target 16.912 suspek sedangkan cakupan penemuan penderita BTA Positip 900 penderita (53,2 %) dari target 1.869 penderita. Penemuan penderita baru BTA positip ( CDR ) masih belum mencapai target karena :
1. Kurangnya Active Promotif dan Penyuluhan terhadap masyarakat
tentang Program Penanggulangan TB Paru.
2. Kurangnya Advokasi dan sosialisasi pada lintas terkait .
3. Belum semua UPK yang ada di Kabupaten Banyuwangi melaksanakan
strategi DOTS.
4. Masih ada PRM/ PPM yang pembacaan mikroskopis kurang 90%
5. Masih banyak penderita yang berobat pada dokter swasta/klinik swasta.
6. Pustu dan Pilindes tidak melakukan penjaringan suspek.
7. Banyak penderita yang mengalami pengobatan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penatalaksanaan sesuai strategi DOTS sehingga apabila dirujuk di puskesmas hasil BTA sudah mengalami negatif.
8. Penemuan Penderita Baru secara Pasif Case Fanding
Hasil pengobatan penderita TB di Kabupaten Banyuwangi pada Tahun 2014 sebagai berikut :
1. Angka Konversi ( Conversion Rate ) 96 %
Angka ini sudah mendekati target 100% yang artinya bahwa keteratura minum sudah baik dan fungsi PMO sudah optimal.
2. Angka Kesembuhan (Cure Rate) 94 %
Angka Kesembuhan sudah mencapai target (85%).
3. Angka Keberhasilan Pengobatan ( Success Rate ) 96.3 %
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 14
3. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA), khususnya Pneumonia merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian pada Balita. Tetapi tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga Pneumonia disebut juga
pembunuh Balita yang terlupakan atau The Forgotten Killer of Children.
Pneumonia sendiri artinya adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronki dan infiltrate pada foto rontgen. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur.
ISPA khususnya Pneumonia menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan balita karena pneumonia merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya masih belum memadai. Oleh karena itu upaya pengendalian penyakit ISPA menitikberatkan kegiatan penanggulangannya pada Pneumonia bayi dan balita. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan fokus penemuan dini dan tata laksana kasus secara cepat dan tepat. Upaya ini dikembangkan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia Balita dilakukan secara pasif dan aktif. Penemuan secara pasif yaitu deteksi dini kasus Pneumonia bayi dan balita, sesuai kriteria klasifikasi kasus dan dilakukan disemua UPK mulai Poskesdes, Pustu, Puskesmas hingga RS. Penemuan secara aktif dilakukan oleh petugas UPK bersama Kader yang secara aktif mendatangi sasaran diwilayah kerja mereka.
Program P2 ISPA menitikberatkan kegiatannya pada penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia Balita baik secara aktif maupun pasif. Sasaran kegiatan penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia Balita adalah 5 % dari jumlah Balita pada tahun 2014 harus ditemukan dan mendapatkan
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 15 pelayanan tatalaksana kasus Pneumonia Balita secara benar, dengan target sebesar 6.050 penderita Pneumonia Balita.
Hasil pencatatan dan pelaporan cakupan penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia Balita di Kabupaten Banyuwangi tahun 2014, sebesar 67,4 % dengan jumlah penderita yang dilaporkan oleh puskesmas adalah 4.079 penderita Pneumonia Balita. Sedangkan target cakupan penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia Balita pada tahun 2014 adalah sebesar 100 %. Dari 45 puskesmas yang sudah dapat mencapai target ada 6 (enam) puskesmas artinya baru ada 13 %.
Pada tahun 2013 ada 2 puskesmas (Puskesmas Licin dan Puskesmas Badean) yang belum menemukan penderita Pneumonia Balita. Sedangkan tahun 2014 hanya 1 puskesmas yaitu Puskesmas Kalibarukulon yang tidak menemukan penderita Pneumonia Balita.
Cakupan penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia Balita masih merupakan masalah karena dari tahun ke tahun angkanya masih jauh dibawah target. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan rendahnya cakupan penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia Balita diantaranya adalah :
1. Sumber pelaporan rutin terutama hanya berasal dari layanan di
puskesmas saja tidak termasuk layanan kesehatan lain yang ada di wilayah puskesmas.
2. Deteksi kasus Pneumonia terutama Pneumonia pada Balita masih rendah
karena petugas kesehatan di puskesmas memang belum terlatih Tatalaksana P2 ISPA, karena itu sering ada alasan bahwa deteksi Pneumonia akan memakan waktu cukup lama. Akibatnya banyak penderita Pneumonia Balita yang mungkin saja lolos dari deteksi Pneumonia,. hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah penemuan penderita Batuk Bukan Pneumonia pada balita.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 16 3. ARI Sound Timer sebagai alat hitung nafas yang sudah dialokasikan di masing masing Puskesmas sebagian rusak dan sebagian lagi belum dimanfaatkan oleh petugas sebagai alat untuk deteksi Pneumonia.
4. Kerjasama lintas program dan lintas sektor belum berjalan dengan baik.
5. Kelengkapan dan ketepatan data dari puskesmas yang masih kurang.
Penemuan penderita pneumonia bayi dan balita masih jauh dari target. Beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1. Belum semua petugas kesehatan menerapkan Tatalaksana standar P2
ISPA yang menitik beratkan pada penanganan penyakit Pneumonia pada bayi dan balita melalui MTBS, dengan alasan keterbatasan tenaga dan masih ada anggapan akan memakan waktu cukup lama, akibatnya banyak penderita Pneumonia Bayi dan Balita yang mungkin lolos dari deteksi penyakit Pneumonia. Hal ini dapat diamati dari tingginya jumlah penemuan penderita Batuk Bukan Pneumonia pada balita sebesar 46.075 kasus atau 37,22%.
2. ARI Sound Timer sebagai alat hitung nafas belum dimanfaatkan oleh petugas sebagai alat untuk menegakkan diagnosa penyakit Pneumonia pada bayi dan balita.
Tabel diatas menunjukkan bahwa cakupan penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia Balita pada Tahun 2014 masih dibawah target tetapi sudah terjadi peningkatan penemuan dibanding tahun sebelumnya.
2010 2011 2012 2013 2014 TARGET 12.179 11.900 11.966 12.379 6.050 PNEUMONIA 1.423 1.695 2.067 3.897 4.079 BKN PNEUMONIA 38.452 48.371 45.101 46.075 43.703 -10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 17
4. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
HIV/ AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Sedangkan AIDS adalah suatu kumpulan gejala yang muncul ketika kondisi antibody seseorang yang terinfeksi virus HIV tersebut mulai turun. Penyakit ini sampai saat ini masih menjadi fenomena di masyarakat, bahkan banyak yang membuat stigma. Sebagai akibat dari stigma tersebut terjadilah lingkaran setan yang sulit diputuskan antara menyembunyikan/merahasiakan dan mengawasi resiko penularan.
Data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur kasus HIV/ AIDS menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2013 Jawa Timur menduduki peringkat ke-2 setelah Papua. Sedangkan menurut data Dinas Propinsi Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi berada di posisi ketiga setelah Kota Surabaya dan Kota Malang. Kasus HIV/ AIDS di Kabupaten Banyuwangi pertama kali ditemukan pada tahun 1999 sebanyak 1 kasus dan mulai meningkat menjadi 4 kasus pada tahun 2000, tahun 2001 ditemukan 9 kasus, tahun 2002 ditemukan 10 kasus, tahun 2003 ditemukan 12 kasus, tahun 2004 ditemukan 22 kasus, tahun 2005 ditemukan 19 kasus, tahun 2006 ditemukan 79 kasus, tahun 2007 ditemukan 105 kasus, tahun 2008 ditemukan 101 kasus, dan pada tahun 2009 ditemukan 186 kasus, tahun 2010 ditemukan 239 kasus, tahun 2011 ditemukan 244 kasus, tahun 2012 ditemukan 312 kasus, dan tahun 2013 di temukan 333 kasus. Sehingga apabila di jumlah maka total kasus HIV/ AIDS sampai dengan Akhir bulan Desember tahun 2013 adalah 1676 kasus dengan 272 penderita sudah meninggal dan 769 dalam kondisi AIDS. Selanjutnya jika dilihat dari factor resiko penularan yang paling tinggi adalah melalui hubungan seks (81%) kemudian yang kedua adalah melalui (10%), dan dari Ibu ke anak sebanyak (2%). Selain hal tersebut diatas ada hal yang menakjubkan yaitu adanya kejadian HIV/ AIDS pada ibu rumah tangga yaitu yang berjumlah 392 kasus dan kejadian pada balita sebanyak 36 kasus. Apabila dilihat dari penyebarannya, maka semua kecamatan di Kabupaten Banyuwangi sudah ada penderitanya. Dengan jumlah terbanyak ada di
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 18 wilayah Kecamatan Banyuwangi kemudian kecamatan Genteng dan kecamatan Singojuruh.
Untuk menanggulangi hal tersebut diatas maka perlu dilakukan beberapa upaya yang langsung berkaitan dengan populasi beresiko tersebut. Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual di Kabupaten Banyuwangi bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), lembaga donor dan LSM telah melakukan beberapa upaya penanggulangan penyakit tersebut. Selain itu untuk menjaga
penularan HIV melalui transfusi darah maka di PMI dilakukan Skrining pada
semua darah pendonor. Untuk mencegah penularan pada kelompok resiko rendah terutama pelajar, Dinas kesehatan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan KPA Kabupaten Banyuwangi melakukan program Banyuwangi Stop AIDS dengan sasaran 10 sekolah SMP dan 10 sekolah SMA/SMK di Kabupaten Banyuwangi. Untuk pendampingan pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) didampingi oleh LSM Banyuwangi Community support (BCS). Sedangkan untuk kelompok Injecting Drug User di dampingi oleh Kelompok Pemuda Peduli Masyarakat (KP2M). Untuk tahun 2013 juga sudah dibentuk Kelompok Mahasiswa Peduli AIDS (KMPA) yang dibentuk dan difasilitasi guna menunjang program pendampingan dan sosialisasi HIV pada kelompok Mahasiswa tersebut. Untuk kelompok ibu rumah tangga dan resiko rendah yang lain Dinas Kesehatan bermitra dengan PKK kabupaten Banyuwangi dan Fatayat Banyuwangi untuk sosialisasi HIV/ AIDS dan perawatan Jenazah.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 19 Temuan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi dari tahun 1999 sampai Bulan Desember 2014 dengan rincian sebagai berikut :
a. Tren Kejadian HIV/AIDS Kumulatif per-Tahun Kabupaten Banyuwangi
tahun 1999 sampai dengan Bulan Desember 2014
b. Tren Kejadian HIV/AIDS per-Tahun Kabupaten Banyuwangi tahun 1999
sampai dengan Bulan Desember 2014
1 5 14 24 36 58 77 156 261 362 548 787 1031 1343 1676 2140 0 0 0 0 0 4 35 105 159 267 337 415 558 771 1032 0 0 0 0 0 0 13 24 48 65 110 164 211 249 272321 0 500 1000 1500 2000 2500 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kasus HIV/ AIDS = 2051 Kasus AIDS = 960 Kematian AIDS = 303
1 4 9 10 12 22 19 79 105 101 186 239 244 312 333 461 0 4 31 70 54 108 70 78 143 213 261 0 13 11 24 17 45 54 47 48 23 39 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 20 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 6 43 10 5 73 329 485 412 328 223 126 91 9
c. Kejadian HIV/AIDS sampai dengan Bulan Desember Tahun 2014
d. Kejadian HIV/ AIDS berdasarkan umur Sampai dengan Bulan Desember
Tahun 2014. 27 53 34 34 46 42 37 36 41 34 39 41 15 18 17 25 22 19 24 10 25 23 30 33 2 1 5 1 2 5 7 3 3 2 2 6 0 10 20 30 40 50 60
Kasus HIV/ AIDS Kasus AIDS
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 21 0 50 100 150 200 250 3 14 8 1 18 126 218 184 172 131 75 53 6 23 0 10 20 30 40 50 60 70 2 6 2 0 6 36 64 64 50 40 22 14 0 15
e. Kejadian AIDS berdasarkan umur Sampai dengan Bulan Desember
Tahun 2014.
f. Kejadian Kematian AIDS berdasarkan umur Sampai dengan Bulan
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 22 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 962830 91 57 40 37 14 20 3 19 16 13 11 1 3 3 8 11 1
g. Temuan kasus HIV-AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin Sampai dengan Bulan
Desember Tahun 2014.
h. Temuan kasus HIV/AIDS Berdasarkan Tempat Temuan Sampai dengan
Bulan Desember Tahun 2014 954 533 178 1164 487 123 22 12 8 12 0 200 400 600 800 1000 1200 1400
HIV AIDS Meninggal
Pria Wanita
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 23 0 500 1000 1500 2000
Seksual Darah Ibu ke Anak(ASI) lain2 Penyakit Penyerta
1744 176 33 137 50 0 20 40 60 80 100 120 140 129 51 4 59 26 CST RSUD BLAMBANGAN Masih dgn ARV Meninggal Stop ARV Lolos Follow UP > 3bln Dirujuk Keluar 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 173 56 5 26 20 CST RSUD GENTENG Masih dgn ARV Meninggal Stop ARV Lolos Follow UP > 3bln Dirujuk Keluar
i. Kasus HIV/ AIDS Berdasarkan Transmisi Penularan Sampai dengan Bulan
Desember Tahun 2014
j. Orang HIV Yang masih Mendapat ARV di CST Sampai dengan Bulan
Desember Tahun 2014
Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan cakupan program dan peningkatan layanan HIV/ AIDS pada masyarakat antara lain :
1. Kerjasama dengan lintas sektor dan lintas program untuk membangun
jejaring layanan dan penjaringan serta deteksi dini kasus HIV/ AIDS dikalangan resiko tinggi ( Lokalisasi, pelanggan, IDU) dan resiko rendah (masyarakat umum,ibu hamil).
2. Meningkatkan akses layanan HIV/ AIDS di pelayanan kesehatan dasar
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 24
3. Penguatan sistem layanan dengan pembekalan para petugas kesehatan
untuk meningkatkan SDM, mengurangi resiko kerja dan menghilangkan stigma dikalangan petugas kesehatan dengan membentuk tim LKB di puskesmas yang belum mendapat pelatihan dan melibatkan petugas
Puskesmas dalam pelatihan di lapangan (On The Job Training).
4. Melibatkan Ormas dan LSM dalam edukasi dan sosialisasi tentang HIV/
AIDS.
5. Menyiapkan sarana dan prasana yang memadai melalui Pengadaan
Bahan, alat dan obat untuk mencukupi kebutuhan layanan HIV/ AIDS.
6. Mengadakan pelatihan konselor dan Menejer kasus untuk petugas IMS
dan HIV/ AIDS puskesmas di Banyuwangi.
7. Melakukan Sosialisasi dan atau pelatihan perawatan Jenazah sesuai
dengan syarat kesehatan bagi modin dan petugas kesehatan.
8. Melakukan advokasi untuk pembentukan surat Keputusan Bupati atau
Perda tentang sanksi yang tegas bagi orang yang dengan sengaja menularkan IMS dan HIV/ AIDS.
9. Melakukan Supervisi berkala di semua Puskesmas untuk layanan dan
sistem laporan IMS dan HIV/ AIDS.
10. Melakukan Serro survey pada kelompok resiko tinggi (WPS lokalisasi)
dan kelompok resiko rendah (Ibu Hamil).
11. Melakukan layanan mobile VCT pada semua kelompok resiko.
12. Advokasi Pemberian tambahan asupan gizi bagi ODHA.
13. Pemberdayaan LSM secara optimal dalam upaya pendampingan ODHA.
14. Pembentukan Duta HIV di kalangan siswa SMP dan SMU atau yang
sederajat dan pembentukan Mahasiswa Peduli AIDS untuk kalangan Perguruan tinggi.
15. Meningkatkan program Harm Reduction dan menggagas layanan
Program Terapi Rumatan Methadon. RSUD Genteng merupakan Project layanan PTRM di Kabupaten Banyuwangi yang segera diaktifkan.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 25
16. Advokasi ke stake holder untuk membuat kebijakan agar setiap calon
pengantin di wajibkan untuk mendapatkakn konseling dan test HIV.
17. Melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam upaya
penanggulangan HIV/ AIDS di Kabupaten Banyuwangi.
18. Melakukan penelitian dan pengembangan strategi penanggulangan HIV/
AIDS di Kabupaten Banyuwangi.
19. Bekerjasama dengan Dinas Sosial untuk Pemberdayaan ODHA.
20. Advokasi pembentukan KPA tingkat kecamatan.
Penyakit Menular Seksual atau sering disebut dengan Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan atau virus ini meningkat seiring dengan perubahan pola atau gaya hidup masyarakat modern yang
cenderung melakukan pergaulan bebas dan free sex. Seperti diketahui,
bahwa penyakit IMS merupakan salah satu jendela atau pintu masuk yang efektif bagi penyakit HIV/AIDS. Sehingga keterkaitan antara penyakit IMS dan
HIV/ AIDS semakin erat dan berjalan linier. Trend tersebut akan bergeser
apabila sudah terjadi efek spiral dari kasus tersebut. Sehingga sangat
mungkin bila seorang ibu rumah tangga yang tidak berperilaku buruk seperti heteroseks (gonta-ganti pasangan) juga bisa menderita IMS maupun HIV/ AIDS.
Jenis penyakit IMS cukup banyak tetapi yang dijadikan indikator adalah angka kejadian Sevicitis. Memang Ada perubahan indikator pada tahun 2011 ini, kalau pada tahun 2010 indikator IMS adalah angka kejadian Gonorrhoeae (GO), tetapi pada tahun 2011 yang menjadi indikator IMS
adalah angka kejadian servicitis. Angka kejadian Gonorrhoeae (GO) pada
tahun 2004 sebanyak 333 kasus, tahun 2005 ditemukan 753 kasus dari 4251 Wanita Pekerja Seks (PSK) yang diperiksa, tahun 2006 ditemukan 455 kasus dari 4569 PSK yang diperiksa, tahun 2007 ditemukan 427 kasus dari 5054 PSK yang diperiksa dan tahun 2008 ditemukan 401 dari 4812 PSK yang diperiksa dan tahun 2009 ditemukan 154 dari 3751 PSK yang diperiksa (4,1%).
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 26 Sedangkan pada tahun 2010 jumlah kasus GO yang dilayani puskesmas sebanyak 166 kasus dari 3463 kasus (30%), tahun 2011 angka kejadian servicitis adalah 2371 dari 3722 WPS yang diperiksa (64%), sedangkan tahun 2012 kejadian servicitis 1952 dari 2763 WPS yang diperiksa (71%) tetapi angka ini berbanding terbalik dengan kejadian Gonorhoe yang hanya 95 kasus (3%). Ini artinya kondisi IMS dikalangan WPS masih bisa dikendalikan. Menurut laporan terpadu Puskesmas ditemukan Duh Tubuh 915, Diplokokkus 242, Servicitis 2183 kasus. Kasus IMS merupakan kasus yang bisa jadi berulang, artinya pada orang yang sama ditemukan kasus servicitis beberapa kali dalam kurun waktu satu tahun. Data dari layanan kesehatan di Banyuwangi tahun 2013 didapatkan angka kejadian Gonorrhoe sebanyak 235 atau (5,5%) dari total kasus. Kejadian servicitis sebanyak 2031 atau (47,3%) dari total kasus. Kasus lain yang termasuk dalam tiga besar yaitu kandidiasis sebanyak 466 Kasus atau (10,9%) dati total kasus.
Seperti diketahui bersama Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah yang letaknya sangat strategis, baik dari unsur geografis, perdagangan maupun mobilitas penduduk. Banyuwangi mempunyai Eks Lokalisasi yang cukup banyak (12 Eks Lokalisasi dan 2 lokasi jalanan) sehingga memungkinkan terjadi transaksi seksual yang beresiko tertular dan menulari IMS dan HIV/AIDS. Hal ini ditunjang dengan kurangnya kesadaran pemakaian kondom pada waktu melakukan hubungan seks beresiko sehingga sangat memungkinkan terjadinya penularan IMS dan HIV/AIDS.
Untuk menanggulangi hal tersebut diatas maka perlu dilakukan beberapa upaya yang langsung berkaitan dengan populasi beresiko tersebut. Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual di Kabupaten Banyuwangi bekerjasama dengan lembaga donor dan LSM telah melakukan beberapa upaya penanggulangan penyakit tersebut, antara lain pemeriksaan berkala tiap bula di semua
lokalisasi yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan LSM KKBS, Periodic
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 27 skreening IMS juga dilakukan pendampingan untuk intervensi perubahan perilaku pada kelompok resiko tinggi/rawan tertular dan menularkan IMS dan HIV. Proses pendampingan dilakukan oleh LSM Kelompok Kerja Bina Sehat (KKBS).
Sedangkan untuk dikalangan resiko rendah (masyarakat umum) Dinas Kesehatan melalui Puskesmas sudah melakukan skrining ketat pada setiap orang yang mengalami gejala IMS dan juga keputihan. Beberapa Puskesmas yang memiliki tenaga laborat tetapi belum bisa melakukan pemeriksaan IMS secara laboratoris, maka Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Laboratorium Kesehatan Masyarakat melakukan training khusus kepada petugas laboratorium puskesmas tersebut. Sehingga pada tahun 2013 ini semua puskesmas yang sudah mendapat training khusus IMS dapat melakukan pemeriksaan IMS secara laboratoris, hingga pada akhirnya dapat menegakkan diagnosis IMS dengan baik dan dapat melakukan pengobatan yang tepat pula. Kasus IMS merupakan kasus yang masih dianggap tabu, sehingga orang yang terinfeksi sering tidak mau mengatakan kepada pasangan seksnya meskipun dia tahu bahwa pasangannya tersebut dapat tertular. Oleh karenanya deteksi dini dan pengobatan yang tepat diperlukan untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Hasil Pemeriksaan rutin tiap bulan dengan cara memberi pelayanan Baik di Puskesmas Pembantu maupun Puskesmas Induk selama Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
a. Kejadian IMS Tahun 2009 sampai dengan 2014
4276 3579 4208 4297 4294 4196 0 1000 2000 3000 4000 5000 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 28 154 166 219 95 235 207 2964 2508 2371 2183 2030 1842 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Servisi tis
b. Kejadian IMS Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014
c. Tren kejadian IMS Berdasarkan Indikator Program Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2009 sampai dengan tahun 2014
Jika dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa kejadian servisitis dan GO dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 memiliki tren menurun. Hal tersebut bisa dipengaruhi perilaku seksual masyarakat dan Populasi Kunci sudah mulai baik. Artinya kegiatan layanan kesehatan yang memberikan Promosi bagaiamana melakukan hubungan seks yang aman sudah bisa dikatakan relative berhasil.
0 100 200 300 400 500 411 461 401 491 426 381 211 217 348 250 320 279
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 29 832 2 0 0 0 0 0 547 1 463 30 0 0 0 1 0 0 30 39 104 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Servisitis GO 1845 808 608 204 142 46 36 23 16 0 468 4196 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
d. Kejadian IMS Terbanyak 2014 berdasarkan Kelompok Resiko
e. Kejadian IMS Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Penyakit
f. Kejadian IMS Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
331 3865 4196 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 30 Dalam upaya meningkatkan layanan IMS maka pada tahun 2014 ini sudah diadakan pertemuan pemantapan penanggulangan IMS bagi petugas BP dan pelatihan laboratorium bagi petugas Lab Puskesmas guna meningkatkan keterampilan deteksi dini kasus IMS.
Upaya lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan cakupan program dan peningkatan layanan IMS antara lain :
a. Kerjasama dengan lintas sektor dan lintas program untuk membangun
jejaring layanan dan penjaringan serta deteksi dini kasus IMS pasca penutupan lokalisasi terutama dikalangan resiko tinggi.
b. Meningkatkan akses layanan IMS di pelayanan kesehatan dasar
(Puskesmas dan Rumah sakit).
c. Penambahan tenaga Analis kesehatan untuk pemeriksaan IMS.
d. Bekerjasama dengan Praktek swasta ( Dokter, Perawat, Bidan ) dan LSM
serta Organisasi masyarakat seperti; Fatayat NU, Aisyiyah, dan Kader dalam deteksi dini faktor resiko IMS serta pengembangan sistem rujukan.
e. Melibatkan Ormas dalam sosialisasi tentang deteksi dini IMS dan
resikonya.
f. Menyiapkan sarana dan prasana yang memadai melalui Pengadaan
Bahan, alat dan obat untuk mencukupi kebutuhan layanan IMS.
g. Mengadakan pelatihan IMS bagi petugas puskesmas di Kabupaten
Banyuwangi.
h. Melakukan advokasi untuk pembentukan surat Keputusan Bupati atau
Perda tentang sanksi yang tegas bagi orang yang dengan sengaja menularkan IMS dan HIV/ AIDS.
i. Pembekalan petugas kesehatan ; Dokter Praktek Swasta (DPS), Perawat
Praktek Swasta (PPS) dan Bidan Praktek Swasta (BPS) tentang IMS.
j. Melakukan Supervisi berkala di semua Puskesmas untuk layanan dan
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 31
5. Diare
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), diare
membunuh 2.195 anak setiap harinya. Kematian anak akibat diare mencapai 1 diantara 9 anak di seluruh dunia, membuat diare menjadi penyebab kematian kedua terbesar pada anak di bawah usia 5 tahun. Untuk anak-anak dengan HIV, diare bahkan lebih mematikan. Tingkat kematian untuk anak-anak ini adalah 11 kali lebih tinggi daripada anak-anak-anak-anak tanpa HIV. Sedangkan menurut catatan WHO Diare tahun 2011 membunuh 2 juta anak di dunia dalam setiap tahunnya. Padahal dengan tatalaksana yang benar maka 80% kematian akibat diare dapat dicegah dengan oralit dan zinc.
Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%).
Fakta yang terjadi di tingkat nasional dan global ini tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di masyarakat pada umumnya saat ini. Pada kenyataannya penyakit Diare dikalangan masyarakat umum masih dianggap sebagai penyakit yang tidak berbahaya dan tidak mematikan. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit Diare dan tatalaksana penanganan penderita Diare secara benar inilah yang menyebabkan masyarakat cenderung melakukan penanganan kejadian Diare sendiri yang kadang tidak tepat, dan setelah penderita dalam keadaan dehidrasi berat baru merasa memerlukan penanganan petugas kesehatan.
Terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) pada penderita Diare adalah hal yang perlu diwaspadai. Cairan dan elektrolit tubuh akan banyak keluar bersama tinja sehingga tubuh kesulitan menjalankan fungsinya. Oleh karena itu penyakit Diare menjadi sangat berbahaya bila terjadi pada Balita, karena kekurangan cairan pada Balita yang menderita Diare dapat menjadi penyebab kematian. Bayi dan Balita sangat rentan terhadap penyakit Diare karena perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya belum
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 32
TARGET TOTAL
PENEMUAN PENDERITA DIARE MENINGGAL CAKUPAN PELAYANAN 33.824 39.533 2
optimal, sehingga kelompok ini lebih mudah terserang Diare akibat bakteri atau virus. Sedangkan penyakit Diare pada orang dewasa selain karena bakteri dapat pula disebabkan oleh pola makan dan stress.
Cakupan pelayanan penderita Diare Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 sudah mencapai target (>100%) dengan jumlah penderita yang dilaporkan oleh puskesmas sebesar 39.533 dari target sebesar 33.824. Tetapi jika dilihat cakupan pelayanan Diare di setiap puskesmas, maka dari 45 puskesmas yang ada di Kabupaten Banyuwangi 30 puskesmas sudah mecapai 100 % dan 15 puskesmas masih dibawah 100%. Dari 15 puskesmas yang belum mencapai target tersebut ada satu puskesmas yang cakupan pelayanan Diarenya masih dibawah 50%, yaitu puskesmas Klatak (45.18%) dan Puskesmas Genteng Kulon (48,17%).
Pada tahun 2014 sudah ada peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor dan lintas program di puskesmas sehingga data kematian bisa tercatat di program P2 Diare. Pada tahun ini ada 2 kematian Balita karena diare yang terjadi, di puskesmas Badean 1 penderita dan di puskesmas Gitik 1 penderita.